Anda di halaman 1dari 7

TATA TERTIB KEORGANISASIAN

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2019

BAB I

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 1

Yang di maksud dengan tata tertib keorganisasian BEM FT ULM adalah


sekumpulan aturan yang menjadi acuan BEM FT ULM dalam
melaksanakan tugas, yang diberikan DPM FT ULM dalam rangka untuk
bekerja sama yang kemudian disesuaikan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga DPM FT ULM dan BEM FT ULMyang telah di
musyawarahkan oleh kedua belah pihak.

Pasal 2

Tujuan dibuatnya peraturan pelaksana tugas ini adalah untuk mengatur


jalannya organisasi yang tertib di dalam upaya pelaksanaan tugas DPM
dan BEM yang bersinergi di Fakultas Teknik.

BAB II

ASAS DAN DASAR ATURAN

Pasal 3

Peraturan ini memiliki dasar :

 Pancasila
 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 Tri Dharma Perguruan Tinggi
 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga DPM dan BEM
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
BAB III

PROPOSAL KEGIATAN

Pasal 4

(1) Proposal kegiatan adalah sebuah rencana kegiatan yang dituliskan


sebelum berlangsungnya kegiatan yang berupa deskripsi mengenai
kegiatan tersebut.
(2) Proposal kegiatan harus sesuai dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan.

Pasal 5

Proposal kegiatan diserahkan kepada DPM FT ULM untuk pengawasan


administratif.

Pasal 6

Proposal kegiatan diserahkan kepada DPM FT ULM dengan alur sebagai


berikut :
a. BEM FT ULM menyerahkan proposal kepada DPM FT ULM secara
langsung dan diserahkan oleh pihak yang bertanggung jawab.
b. Proposal diperiksa DPM FT ULM secara langsung setelah
proposal diserahkan.
c. Proposal dikembalikan setelah diperiksa petugas DPM FT ULM
dan ditandatangani ketua DPM FT ULM.
d. Apabila ada proposal kegiatan dari BEM FT ULM yang bersifat
mendesak maka harus dikoordinasikan ke pihak DPM FT ULM.

BAB IV
KEGIATAN

Pasal 7

(1) Kegiatan BEM FT ULM terdiri atas program kerja dan non-proker.
(2) Kegiatan BEM FT ULM diberitahukan kepada DPM FT ULM melalui
surat pemberitahuan selambat-lambatnya satu hari sebelum kegiatan
dilaksanakan.

Pasal 8

(1) Program kerja merupakan program kerja yang direncanakan di


musyawarah kerja.
(2) Program kerja terencana yang akan dilaksanakan harus sesuai
dengan landasan dan tujuan yang telah disepakati di musyawarah
kerja.
(3) DPM FT ULM berhak mempelajari program kerja terlaksana, apabila
tidak sesuai dengan landasan dan tujuan yang sudah disepakati di
musyawarah kerja dan atau AD/ART GBHO DPM dan BEM yang
kemudian ditimbang kembali oleh BEM FT ULM

Pasal 9

(1) Kegiatan non-proker merupakan program kerja yang berada diluar


perencanaan di musyawarah kerja.
(2) Kegiatan non-proker harus dikoordinasikan bersama DPM FT ULM
dalam pelaksanaannya.

Pasal 10

Keputusan tentang dilaksanakan atau tidaknya program kerja tersebut


kemudian kembali lagi kepada kesepakatan antara DPM FT ULM dan
BEM FT ULM.

BAB V

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Pasal 11
Standar Operasional Prosedur adalah sebuah acuan dari bentuk kegiatan
yang akan dilaksanakan.

Pasal 12
(1) Standar Operasional Prosedur diserahkan kepada DPM FT ULM
bersamaan dengan penyerahan proposal kegiatan.
(2) Standar Operasional Prosedur yang diserahkan kepada DPM FT ULM
adalah kegiatan yang memiliki SOP

BAB VI

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal 13

(1) Laporan Pertanggungjawaban adalah sebuah laporan yang dibuat


setelah terlaksananya suatu kegiatan.

Pasal 14

(1) Laporan pertanggungjawaban diserahkan kepada DPM FT ULM


selambat-lambatnya 2 minggu setelah kegiatan dilaksanakan.

BAB VII
PENGAWASAN

Pasal 15

(1) Setiap kegiatan BEM FT ULM yang menggunakan proposal


kegiatan diawasi oleh DPM FT ULM.
(2) Jenis pengawasan terdiri dari pengawasan administratif dan
pengawasan lapangan.
(3) Pengawasan administratif berupa pengawasan proposal, rapat,
laporan pertanggungjawaban dan Standar Operasional Prosedur.
(4) Pengawasan administratif rapat berupa lembar kontrol yang diberikan
oleh DPM FT ULM kemudian BEM FT ULM menyerahkan lembar
kontrol yang telah diisi oleh pihak BEM FT ULM setiap satu bulan
(5) Pengawasan lapangan berupa pengawasan secara langsung oleh
seluruh pengurus DPM FT ULM terhadap BEM FT ULM.
(6) Pengawasan lapangan akan disesuaikan dengan pengawasan
administratif mengenai target, tujuan, dan kinerja.

BAB VIII

RAPAT EVALUASI

Pasal 16

(1) Rapat evaluasi BEM FT ULM adalah rapat evaluasi bersama DPM FT
ULM yang dilaksanakan per akhir semester dan per kegiatan yang
telah dilaksanakan
(2) Rapat evaluasi BEM FT ULM membahas kinerja dari kegiatan yang
dilaksanakan.
(3) Hasil dari rapat evaluasi kegiatan BEM FT ULM yang telah dikaji oleh
DPM FT ULM akan diserahkan ke BEM FT ULM.

BAB IX

RAPAT KOORDINASI

Pasal 17

(1) Rapat koordinasi diadakan apabila dalam kegiatan BEM FT ULM


memerlukan koordinasi atau instruksi lebih lanjut mengenai kegiatan
yang akan dilaksanakan.
(2) Rapat koordinasi kegiatan BEM FT ULM dilaksanakan oleh DPM FT
ULM.
(3) Rapat koordinasi kegiatan BEM FT ULM untuk Mahasiswa, ORMAWA
dan UKM FT ULM dirapatkan terlebih dahulu bersama DPM FT ULM.

Pasal 18
(1) Pemberitahuan ingin mengadakan rapat koordinasi diajukan dalam
bentuk surat permohonanan yang diserahkan kepada DPM FT ULM.
(2) Rapat koordinasi BEM FT ULM dilaksanakan 3 hari setelah surat
permohonan diterima DPM FT ULM.
(3) Apabila surat permohonan diserahkan kepada DPM FT ULM terhitung
3 hari sebelum kegiatan, maka rapat koordinasi tidak dapat disetujui
DPM FT ULM.

Pasal 19

(1) Pelaksanaan rapat koordinasi disetujui oleh DPM FT ULM.


(2) Rapat koordinasi berupa instruksi yang menyalahi wewenang akan
ditindak lanjuti oleh DPM FT ULM dengan sanksi baik lisan maupun
tertulis.

BAB X

ASPIRASI MAHASISWA

Pasal 20

Aspirasi mahasiswa adalah segala masukan dari mahasiswa fakultas


teknik berupa kritik dan saran yang ditujukan kepada pihak fakultas,
DPM FT ULM, BEM FT ULM, ORMAWA FT ULM, dan UKM FT ULM.

Pasal 21

Aspirasi mahasiswa yang ditujukan kepada BEM FT ULM harus


ditindak lanjuti atau ditanggapi secepatnya setelah aspirasi diserahkan
DPM FT ULM.

BAB XI

SANKSI

Pasal 22

(1) Sanksi diputuskan oleh DPM FT ULM kepada BEM FT ULM dengan
koordinasi terlebih dahulu bersama pihak pimpinan Fakultas Teknik
ULM.
(2) Sebelum Sanksi ditetapkan, DPM FT ULM memberikan teguran secara
lisan terlebih dahulu.
(3) Kemudian sanksi ditetapkan secara tertulis.
(4) Bentuk sanksi berupa:
a. Surat Peringatan I
b. Surat Peringatan II
c. Surat Peringatan III atau Sidang Istimewa

Pasal 23

Bentuk-bentuk pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi antara lain:


a. Tidak menjalankan tugas sebagai BEM FT ULM.
b. Tidak melaksanakan peraturan yang telah disepakati.
c. Menyalahgunakan kewenangan keorganisasian BEM FT ULM.

BAB XII

SIDANG ISTIMEWA

Pasal 24

Sidang Istimewa diadakan karena ada keadaan terancam atau


menghadapi ihwal kegentingan yang memaksa

Pasal 25

Seluruh pengurus DPM FT ULM dan BEM FT ULM wajib menghadiri


Sidang Istimewa.

BAB XIII

ATURAN PERALIHAN

Pasal 26

Segala hal yang belum diatur dalam peraturan ini akan diatur lebih
lanjut dengan Peraturan lainnya yang bersifat kondisional dan
insidential

Anda mungkin juga menyukai