PUTUSAN
Nomor 87/PDT/2017/PT YYK.
M e l a w a n
1. Nama : Tn. IMAM HAMBALI ;
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : P.N.S.
Alamat : Pabuaran Asri Blok C. IV No. 3 Rt. 04 Rw. 018, Kel.
Pabuaran, Kec. Cibinong, Kab. Bogor, Jawa Barat ;
Dalam tingkat banding memberi kuasa kepada Ari Setyawan, SH.
Advokat / Pengacara - Penasehat Hukum, alamat Jl. Godean Km.4,
Sleman, berdasarkan kuasa khusus tanggal 9 Agustus 2017;
Selanjutnya disebut sebagai : TERBANDING / PENGGUGAT ;
2. Nama : Ny. SINAR TERANG HAHYARI
Umur : 53 tahun
Agama : Kristen
Menurut Maria S.W. Sumardjono (2001: 119) untuk sahnya suatu jual
beli atas sebidang tanah dan atau bangunan harus memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut :
a. Terang artinya di lakukan di hadapan Pejabat Umum yang
berwenang atau setidaknya kepala desa atau Rt/Rw setempat.
b. Tunai artinya harga tanah yang dibayar itu bisa seluruhnya dan juga
bisa sebagian tergantung kesepakatan antara kedua belah pihak.
c. Riil artinya dalam hal perbuatan jual beli maka hak atas tanah yang
menjadi objek perjanjian harus nyata-nyata sudah ada sehingga pada
saat itu juga sudah dapat diserahkan kepemilikannya kepada
pembeli. Bahwa mengenai unsur ini tidak terpenuhi. Dimana objek
sengketa sebagaimana Sertifikat Hak Milik (SHM) No. 990/Terban
atas nama Ny. Sinar Terang Hahyari (TERGUGAT) pada saat dibuat
Surat Kuasa Menjual maupun Akta Jual Beli, Sertifikat Hak Milik
(Objek Sengketa) tersebut, masih dalam jaminan di BUKP (Badan
Usaha Kredit Pedesaan).
Dengan demikian maka terlihat jelas bahwa unsur “Riil” dalam jual
beli atas sebidang tanah dan atau bangunantidak terpenuhi.Oleh
karena itu, sudah jelas terlihat bahwa PENGGUGAT tidak memiliki
itikad baik dan telah melanggar asas terang, tunai dan riil dalam
peralihan hak atas tanah tersebut.
Vide : Pasal 22 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 37
tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah menyebutkan :
“Akta PPAT harus dibacakan/dijelaskan isinya kepada para
pihak dengan di hadiri oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
saksi sebelum ditandatangani seketika itu juga oleh para pihak,
saksi-saksi, dan PPAT”.
Vide : Yurisprudensi MA. No. 216 K/Sip/1973, tertanggal 25 Juni
1973 yang menyatakan :
“Suatu pembelian yang dilakukan oleh pembeli yang tidak
beritikad baik, maka pembelinya tidak perlu dilindungi oleh
hukum sehingga uang harga pembelian yang sudah dibayar oleh
pembeli yang tidak beritikad baik itupun tidak perlu
dikembalikan”.
3. Bahwa TURUT TERGUGAT menolak secara tegas posita poin 3.
Bahwa benar TURUT TERGUGAT merupakan suami dari TERGUGAT
akan tetapi TURUT TERGUGAT tidak pernah memberi izin atau
menyutujui secara sukarela terhadap sebidang tanah pekarangan
yang di atasnya berdiri bangunan rumah batu sebagaimana dalam
SHM No. 990/ Terban atas nama Ny. Sinar Terang Hahyari
(TERGUGAT) untuk di jual kepada PENGGUGAT.
4. Bahwa terhadap dalil PENGGUGAT pada posita poin 4 dan 5, menurut
TERGUGAT adalah tidak benar dikarenakan proses jual beli terhadap
sebidang tanah pekarangan yang di atasnya berdiri bangunan rumah
batu sebagaimana dalam SHM No. 990/Terban atas nama Ny. Sinar
Terang Hahyari (TERGUGAT) dilakukan secara tidak sah dan
melawan hukum karena telah memanfaatkan keadaan TERGUGAT
yang benar-benar tidak mampu dan tidak menguntungkan (Disability
And Disadvantage) diri TERGUGAT.
Bahwa terhadap surat perjanjian pengosongan rumah No. 26 tertanggal
22 Juli 2013 pada saat itu, melalui kuasa PENGGUGAT yaitu Notaris
Ny. Sri Peni Nugrohowati, S.H yang kemudian mengajak TERGUGAT
untuk malakukan pembayaran pelunasan pinjaman kredit atas nama
TERGUGAT yang pada waktu itu, dengan jaminannya berupa Sertifikat
Hak Milik (SHM) No. 990/Terban atas nama Ny. Sinar Terang Hahyari
(TERGUGAT) di Kantor BUKP (Badan Usaha Kredit Pedesaan)
Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta sebesar
Rp. 45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah) melalui Kepala
Kantor BUKP yaitu Ibu Indarti Widiasih, S.H. dan pada saat
pengambilan Sertifikat tersebut kemudian dari Notaris Ny. Sri Peni
Nugrohowati, S.H menyodorkan 1 (satu) lembar kertas kosong
berwarna putih untuk meminta TERGUGAT menandatangani kertas
kosong tersebut. disamping itu, kebiasaan TERGUGAT, biasanya
selesai menandatangni disamping tandatangannya selalu dibubuhi
dengan mencantumkan tanggal, bulan dan tahun.
Bahwa penanda tanganan kertas kosong tersebut masih disaksikan
oleh Kepala Kantor BUKP Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta
yaitu Ibu Indarti Widiasih, S.H yang didalam Surat Keterangan Ibu
Indarti Widiasih, S.H telah menerangkan bahwa benar pada saat itu, Ibu
Indarti Widiasih, S.H melihat TERGUGAT menandatangani kerta
kosong yang di sodorkan oleh Notaris Ny. Sri Peni Nugrohowati, S.H.
Bahwa kemudian kertas kosong yang disodorkan kepada TERGUGAT
untuk ditandatangani tersebut tiba-tiba dari PENGGUGAT melalui
Notaris Ny. Sri Peni Nugrohowati, S.H dijadikan sebagai Surat
Perjanjian Pengosongan Rumah yang dikirim kepada TERGUGAT
melalui somasi PENGGUGAT.
Vide :Pasal 1335 KUHPerdata yang berbunyi :
“Bahwa suatu perjanjian yang dibuat tanpa sebab atau dibuat
karena suatu sebab palsu atau terlarang adalah tidak mempunyai
kekuatan hukum”
Sehingga dengan demikian, Surat Perjanjian Pengosongan yang
dibuat oleh PENGGUGAT melalui Notaris Ny. Sri Peni
Nugrohowati, S.H dimana ada suatu sebab palsu atau terlarang,
maka perjanjian tersebut cacat hukum dan batal demi hukum.
C. DALAM REKONVENSI
1. Bahwa dalam Rekonvensi ini mohon PENGGUGAT KONVENSI
disebut sebagai TERGUGAT REKONVENSI dan TERGUGAT
KONVENSIdisebut sebagai PENGGUGAT REKONVENSI;
2. Bahwa dalil - dalil PENGGUGAT REKONVENSI dalam Konvensi
diatas mohon tetap dijadikan bagian yang tidak terpisahkan dalam
Rekonvensiini;
3. Bahwa pada pokoknya kami menolak segala dalil - dalil yang diajukan
oleh TERGUGAT REKONVENSI dalam surat gugatannya tertanggal
28 November 2016 kecuali yang secara tegas - tegas diakui
kebenarannya oleh PENGGUGAT REKONVENSI;
4. Bahwa PENGGUGAT REKONVENSI adalah pemilik sah atas
sebidang tanah pekarangan yang diatasnya berdiri sebuah bangunan
batu dan/atau rumah tinggal sebagaimana dimaksud dalam Sertifikat
Hak Milik (SHM) No. 990/Terban atas nama Ny. Sinar Terang Hahyari
(PENGGUGAT REKONVENSI);
5. Bahwa pada saat itu PENGGUGAT REKONVENSI dan TERGUGAT
REKONVENSI memang benar adalah sama-sama korban
penipuanyang mana pada waktu itu, anak TERGUGAT REKONVENSI
ingin dimasukkan ke salah satu Universitas ternama di Yogyakarta
sehingga TERGUGAT REKONVENSI kemudian meminta bantuan
kepada PENGGUGAT REKONVENSI yang pada saat itu juga
kebetulan anak PENGGUGAT REKONVENSI juga mau dimasukan ke
Universitas tersebut, sehingga anak PENGGUGAT REKONVENSI
maupun TERGUGAT REKONVENSI kemudian dimasukanlah melalui
perantara dengan masing-masing dipatok biaya sebesar
Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). Namun tiba-
tiba pada saat hasil pengumuman,anak mereka (PENGGUGAT
REKONVENSI maupun TERGUGAT REKONVENSI) dinyatakan tidak
lulus/tidak dapat diterima di Universitas tersebut;
6. Bahwa dari ketidak lulusan anak PENGGUGAT REKONVENSI
maupun TERGUGAT REKONVENSI tersebut, maka PENGGUGAT
REKONVENSI merasa tidak enak hati dengan TERGUGAT
REKONVENSIyang notabene mereka (PENGGUGAT REKONVENSI
dan TERGUGAT REKONVENSI) dahulu adalah teman baik semasa
sekolah sehingga demikianuang yang diberikan oleh TERGUGAT
REKONVENSI kepadaPENGGUGAT REKONVENSIuntuk memasukan
anaknya ke Universitas sebesar Rp. 150.000.000,00 (seratus lima
puluh juta rupiah) tersebut, dianggap sebagai hutang yang akan
digantikan oleh PENGGUGAT REKONVENSI meskipun mereka
(TERGUGAT REKONVENSI maupun PENGGUGAT REKONVENSI)
adalah sama-sama korban;
7. Bahwa kemudian karena PENGGUGAT REKONVENSI merasa
berhutang kepada TERGUGAT REKONVENSI sebesar Rp.
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan pada saat itu,
PENGGUGAT REKONVENSI juga belum mempunyai uang untuk bisa
mengembalikannya karena keadaan ekonomi, maka dimanfaatkanlah
keadaan tersebut oleh TERGUGAT REKONVENSI dengan dibuatlah
menjadi jual beli sebidang tanah sebagaimana dalam Sertifikat Hak
Milik (SHM) No. 990/Terban atas nama Ny. Sinar Terang Hahyari
(PENGGUGAT REKONVENSI) dengan TERGUGAT REKONVENSI.
Yang mana, PENGGUGAT REKONVENSI kemudian di ajak oleh
TERGUGAT REKONVENSI untuk membuat surat kuasa menjual di
depan Notaris Ny. Sri Peni Nugrohowati, S.H. pada tanggal 20 Juli
2013. Dimana surat kuasa menjual tersebut hanya di sodorkan kepada
PENGGUGAT REKONVENSI untuk ditanda tangani
tanpa dibacakan. Karena PENGGUGAT REKONVENSI adalah orang
yang awam hokum / buta hukum, sehingga dalam keadaan terpaksa
dan tertekan PENGGUGAT REKONVENSI pun menandatanganinya.
Kemudian pada tanggal 22 November 2013 PENGUGAT
REKONVENSI lagi-lagi diajak oleh TERGUGAT REKONVENSI untuk
menghadap PPAT Muhammad Firdaus Ibnu Pamungkas, S.H. dan
dibuatlah Akta Jual Beliyang juga hanya disodorkan kepada
PENGGUGAT REKONVENSI untuk ditandatangani tanpa dibacakan;
8. Bahwa dengan demikian, terlihat jelas terjadinya kesepakatan jual beli
tersebut dimana PENGGUGAT REKONVENSI tidak dalam posisi
kehendak bebas dalam menentukan sikapnya untuk menyerahkan
Sertifikat menjadi atas nama TERGUGAT REKONVENSI. Sangatlah
tidak seimbang, karena waktu itu PENGGUGAT REKONVENSI
dalam keadaan yang benar-benar tidak mampu dan tidak
menguntungkan (Disability And Disadvantage), lemah, terdesak atas
kondisi tersebut, sehingga TERGUGAT REKONVENSI yang
mengetahui kondisi PENGGUGAT REKONVENSI seperti itu,
kemudian Menyalahgunakan Keadaan (Misbruik Van
Omstandigheden), dalam penguasaan hak kepemilikan tanah
PENGGUGAT REKONVENSI tersebut;
Merujuk pada Kamus Hukum Belanda Penyalahgunaan Keadaan yaitu
“Keadaan darurat orang lain, ketergantungannya (ketidakbebasannya),
keadaan akalnya yang tidak sehat atau ketidakadaan pengalamannya,
untuk menggerakkannya mengerjakan perbuatan hukum yang
merugikan dirinya”. (N.E. Algra et.al. 1983, Kamus Istilah Hukum
Fockema Andreae Belanda-Indonesia, Bandung: Bina Cipta, hal. 301);
Prof. Mr. J.M Van Dunne menguraikan persyaratan untuk
Penyalahgunaan Keadaan (keunggulan ekonomis) yaitu: 1) satu pihak
harus mempunyai keunggulan ekonomis terhadap pihak yang lain, 2)
pihak lain terpaksa mengadakan perjanjian. (Haendry P. Panggabean,
Penyalahgunaan Keadaan Sebagai Alasan Baru Untuk
Pembatalan Perjanjian. Halaman 44);
Dengan demikian, maka unsur “Riil” dalam jual beli atas sebidang
tanah dan atau bangunan tidak terpenuhi. Olehnya itu, suda jelas
terlihat bahwa PENGGUGAT tidak memiliki itikad baik dan telah
melanggar asas terang, tunai dan riil dalam peralihan hak atas
tanah tersebut;
Vide : Yurisprudensi MA. No. 216 K/Sip/1973, tertanggal 25 Juni
1973 yang menyatakan :
“Suatu pembelian yang dilakukan oleh pembeli yang tidak
beritikad baik, maka pembelinya tidak perlu dilindungi oleh
hukum sehingga uang harga pembelian yang sudah dibayar
oleh pembeli yang tidak beritikad baik itupun tidak perlu
dikembalikan”.
10. Bahwa terhadap Surat Perjanjian Pengosongan Rumah No. 26
tertanggal 22 Juli 2013 pada saat itu, melalui kuasa TERGUGAT
REKONVENSI yaitu Notaris Ny. Sri Peni Nugrohowati, S.H
datang kerumah PENGGUGAT REKONVENSI yang kemudian
mengajak PENGGUGAT REKONVENSI untuk malakukan
pembayaran pelunasan pinjaman kredit atas nama PENGGUGAT
REKONVENSI yang pada waktu itu, dengan jaminannya berupa
Sertifikat Hak Milik (SHM) No. 990/ Terban atas nama Ny. Sinar
Terang Hahyari (PENGGUGAT REKONVENSI) di Kantor BUKP
(Badan Usaha Kredit Pedesaan) Kecamatan Gondokusuman,
Yogyakarta yang selanjutnya Notaris Ny. Sri Peni Nugrohowati,
S.H kemudian menyerahkan uang sebesar Rp. 45.000.000,-
(empat puluh lima juta rupiah) kepada Kepala Kantor BUKP
yaitu Ibu Indarti Widiasih, S.H. maka dibuatlah kwitansi tanda trima
pelunasan atas nama PENGGUGAT REKONVENSI sebesar
Rp. 45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah) oleh Ibu Indarti
Widiasih, S.H. Kwitansi tanda trima pelunasan tersebut dan
Sertifikat Hak Milik (SHM) No. 990/ Terban atas nama Ny. Sinar
Terang Hahyari (PENGGUGAT REKONVENSI), diterima oleh
Notaris Ny. Sri Peni Nugrohowati, S.H;
Bahwa dengan disaksikan oleh Kepala Kantor BUKP (Badan
Usaha Kredit Pedesaan) Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta
yaitu Ibu Indarti Widiasih, S.H., PENGGUGAT REKONVENSI
memohon kepada Notaris Ny. Sri Peni Nugrohowati, S.H agar
dibuatkan tanda terima Sertifikat Hak Milik (SHM) No. 990/ Terban
atas nama Ny. Sinar Terang Hahyari (PENGGUGAT
REKONVENSI) tersebut yang kemudian dari Notaris Ny. Sri Peni
Nugrohowati, S.H menyodorkan kepada PENGGUGAT
REKONVENSI 1 (satu) lembar kertas kosong berwarna putih,
meminta PENGGUGAT REKONVENSI untuk menandatangani
diatas kertas kosong tersebut. disamping itu, kebiasaan
TERGUGAT, biasanya selesai menandatangni disamping
tandatangannya selalu dibubuhi dengan mencantumkan tanggal,
bulan dan tahun;
Bahwa kemudian kertas kosong yang disodorkan kepada
PENGGUGAT REKONVENSI untuk menandatangani tersebut,
tiba-tiba dari TERGUGAT REKONVENSI melalui Notaris Ny. Sri
Peni Nugrohowati, S.H dijadikan sebagai Surat Perjanjian
Pengosongan Rumah yang dikirim kepada PENGGUGAT
REKONVENSI melalui somasi TERGUGAT REKONVENSI;
Bahwa didalam Surat Perjanjian Pengosongan Rumah yang dikirim
kepada PENGGUGAT REKONVENSI melalui somasi TERGUGAT
REKONVENSI yang awalnya hanya ditandatangani oleh
PENGGUGAT REKONVENSI namun tiba - tiba diakhir isi Surat
Perjanjian Pengosongan Rumah tersebut tercantum juga
tandatangan TERGUGAT REKONVENSI yang mana terlihat jelas
antara tandatangan PENGGUGAT REKONVENSI dengan
tandatang TERGUGAT REKONVENSI tidak sejajar sehingga
terlihat seakan-akan dipalsukan atau tidak semestinya;
Vide : Pasal 1335 KUHPerdata yang berbunyi :
“Bahwa suatu perjanjian yang dibuat tanpa sebab atau dibuat
karena suatu sebab palsu atau terlarang adalah tidak
mempunyai kekuatan hukum”
Dengan demikian, bahwa Surat Perjanjian Pengosongan yang dibuat
oleh TERGUGAT REKONVENSI melalui Notaris Ny. Sri Peni
Nugrohowati, S.H dimana ada suatu sebab palsu atau terlarang,
maka perjanjian tersebut tidak sah, mengandung cacat hukum
sehingga seharusnya batal demi hukum;
11. Bahwa atas terjadinya Perbuatan Melawan Hukum dan Penyalah
gunaan Keadaan (Misbruik Van Omstandigheden), yang dilakukan
oleh TERGUGAT REKONVENSI tersebut, secara hukum
TERGUGAT REKONVENSI berkewajiban menyerahkan kembali
kepada PENGGUGAT REKONVENSI Sertifikat Hak Milik (SHM)No.
990/ Terban atas nama Ny. Sinar Terang Hahyari (PENGGUGAT
REKONVENSI);
12. Bahwa akibat dari Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh
TERGUGAT REKONVENSI menyebabkan PENGGUGAT
REKONVENSI mengalami Kerugian Materiil dan immateriil sebagai
berikut:
a. Kerugian Materiil
Kerugian yang dialami PENGGUGAT REKONVENSI akibat dari
Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT
REKONVENSI sehingga apabila diperhitungkan adalah sebesar
Rp.50.000.000,-
b. Kerugian Immateriil
Kerugian yang dialamiPENGGUGAT REKONVENSI berupa
tercemarnya nama baik, kehormatan, serta fitnah atas diri
PENGGUGAT REKONVENSI sehingga apabila diperhitungkan
adalah sebesar- Rp. 200.000.000,- +
Total Kerugian Materiil dan Immateriil sebesar Rp. 250.000.000,-
Terbilang :(Dua ratus lima puluh juta rupiah )
13. Bahwa guna memaksa TERGUGAT REKONVENSI menjalankan
putusan ini, serta agar tidak berulang – ulang maka kami memohon
agar TERGUGAT REKONVENSI dihukum membayar uang paksa
(dwangsom) sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) per hari atas
keterlambatannya dalam melaksanakan putusan perkara ini;
14. Menyatakan secara hukum putusan perkara ini dapat dilaksanakan
secara serta-merta (uitvoerbaar bij voorraad) meskipun ada upaya
hukum lain;
15. Bahwa Gugatan dalam Konvensi maupun Gugatan dalam Rekonvensi
sesungguhnya diakibatkan oleh TERGUGAT REKONVENSI, maka
cukup beralasan hukum bila Mejelis Hakim menghukum TERGUGAT
REKONVENSI untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat
perkara ini;
PRIMAIR:
DALAM EKSEPSI
1. Menerima dan mengabulkan Eksepsi TERGUGAT untuk seluruhnya;
2. Menyatakan secara hukum Gugatan PENGGUGAT ditolak atau setidak-
tidaknya tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard).
DALAM POKOK PERKARA (KONVENSI)
1. Menolak Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;
2. Menerima dan mengabulkan dalil-dalil Jawaban TERGUGAT dan
TURUT TERGUGAT untuk seluruhnya;
DALAM REKONVENSI :
1. Menerima dan mengabulkan Gugatan PENGGUGAT REKONVENSI
untuk seluruhnya;
MENGADILI:
Panitera Pengganti,
Indaryati