Al-Na T Wa Al-Man Ut PDF
Al-Na T Wa Al-Man Ut PDF
AL-NA‘T WA AL-MAN‘UT
Oleh : Takdir
***
Abstrak
Bahasa Arab sebagai bahasa yang paling tua dan paling dekat dengan bahasa
Semit. Eksistensi bahasa ini tidak terlepas dari mukjizat Nabi Muhammad saw
yaitu Al-Qur’an yang terjaga keorisinilannya sepanjang masa. Salah satu
objek kajian bahasa ini adalah pada bidang Gramatika (Nahwu) sebagai salah
satu cabang kajian ilmu bahasa Arab yang membahas tentang baris akhir suatu
kata dalam kalimat bahasa Arab dan perubahan-perubahan yang terjadi karena
perubahan kedudukannya dalam kalimat, dengan menggunakan tanda-tanda
(alamat) tertentu dengan adanya perubahan-perubahan ini. Artikel ini ini
membahas tentang kaidah bahasa arab yaitu Al-Na‘t wa Al-Man‘ut atau pada
sebutan lain Al-S}ifah wa Al-Maus}u>f. Al-Na‘t wa Al-Man‘ut ini pada
dasarnya adalah tergolong pada tawabi‘.
Kata Kunci: Bahasa Arab, Nahwu, Al-Na‘t wa Al-Man‘ut
A. PENDAHULUAN
ahasa Arab sebagai bahasa yang paling tua dan paling dekat dengan bahasa
Semit. Eksistensi bahasa ini tidak terlepas dari mukjizat Nabi Muhammad
saw yaitu Al-Qur’an yang terjaga keorisinilannya sepanjang masa. Di
samping itu bahasa mempunyai peranan penting sebagai media komunikasi
dalam bidang sosial, politik, dan religiuvitas khususnya agama Islam . Bahasa Arab
dan Islam adalah dua dari asumsi ini, sisi yang mustahil terpisahkan.1 Kemukjizatan
dan keistimewaan ini berimbas kepada bahasa Arab yang menjadi mediumnya
berupa kompleksnya gramatika yang dimiliki bahasa Arab, keindahan sastra dan
bahasanya serta keistimewaan-keistimewaan lainnya.
Berkaitan dengan hal itu, salah satu objek kajian bahasa ini adalah pada
bidang Gramatika (Nahwu) sebagai salah satu cabang kajian ilmu bahasa Arab yang
membahas tentang baris akhir suatu kata dalam kalimat bahasa Arab dan
perubahan-perubahan yang terjadi karena perubahan kedudukannya dalam kalimat,
dengan menggunakan tanda-tanda (alamat) tertentu dengan adanya perubahan-
perubahan ini. Dalam Ilmu Nahwu dikenal berbagai istilah, seperti marfu>‘ (yang
dibaca dengan bacaan yang sama dengan vocal /u/), mans}u>b ( yang dibaca dengan
bacaan yang sama dengan bunyi vocal /a/), majru>r (yang dibaca dengan bacaan yang
sama dengan bunyi vocal /i/) dan majzum (yang dibaca dengan bacaan-bacaan yang
Dosen Tetap Pada Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Sinjai
1
Amrah Kasim, Bahasa Arab di Tengah-Tengah Bahasa Dunia (Cet. I; Yogyakarta: Kota
Kembang, 2009), h. 1.
sama dengan bunyi vocal /a/i/u/). Adapun tanda-tandanya antara lain d}ammah
(bunyi /u/), fath}ah} (bunyi /a/), kasrah (bunyi /i/) dan suku>n (tanda baca mati). 2
Dari beberapa istilah tersebut di atas dikenal pula dengan istilah tawa>bi‘ (yang
mengikut). Sebahagian kata di I’rab (mengalami perubahan baris akhir) karena
kedudukan asalnya dalam kalimat seperti mubtada dan fail (subjek) dalam posisi
marfu, mafaa’il (objek) dalam posisi manshub, mudhaf ilaih dalam posisi majrur dan
sebahgian kata yang lain dii’rab karena mengikut pada perubahan kata sebelumnya.
Oleh karena perubahannya bukan secara asli maka ulama nahwu menamakannya
tawabi‘ (kata-kata yang ketentuan I’rabnya tergantung I’rab kata yang diikutinya).3
Berdasarkan alasan-alasan diatas maka penulis mencoba mengurai salah satu
bentuk kalimat sederhana dalam Bahasa Arab yaitu Al-Na‘t wa Al-Man‘ut atau
pada sebutan lain Al-S}ifah wa Al-Maus}u>f. Al-Na‘t wa Al-Man‘ut ini pada dasarnya
adalah tergolong pada tawabi‘.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Al-Na‘T Wa Al-Man‘U>T
Na’at berasal dari kata َت
َ نَ َعyang berarti mensifati. Sedangkan ت
ٌَ نَ َْعadalah isim
masdar-nya yang berarti sifat4. Namun ditinjau dari pengertian Gramatika Bahasa Arab
maka terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Diantaranya sebagai
berikut:
ٍ ِ َ ََتبِعَي ُد ُّل
َُِفَإِ ْس ٍمَقَ ْب لََو
ْ ِ َعلَىَص َفة
َ َ ٌ َ َى َو
5
ُ ُ َالَّنَ ْع.1
ت
*. An-Na’at adalah isim yang mengikuti Shifat isim sebelumnya.
َ ادلؤولَبوَادلبنيَللفظَادلتبوعو
ُ ََىوَالتابعَادلشتقَأو
ُّ ُ َالَّنَ ْع.2
ت
*. An-Na’at adalah kata yang musytaq atau mu’awwal yang menjelaskan kata
yang diikutinya.6
ََ(ويسمىَالصفةَأيضا)َى َوَمايذكرَبعدَإسمَليبنيَبعضَاحوالوَأو
ُ ُ َالَّنَ ْع.3َ
ت
أحوالَماَيتعلقَبو
2
Ainur Rofiq, Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab (Cet. V; Gresik: Pustaka Al-Furqa>n,
2010), h. 1.
3
A. Zakariya, Ilmu Nahwu Praktis: Sistem Belajar 40 jam (Cet. IV; Garut: Ibnu Azka
Press), h. 173.
4
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer: Arab Indonesia (Cet. IX;
Yogyakarta: Multi Karya Grafika, tt.), h. 1926.
5
Fuad Ni’mah, Mulakkhos Qawaid al-Lughatul ‘Arabiyah (Beirut: Darul Atssiqofah Al-
Islamiyah), h. 51.
6
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, terj. H.M. Fadhil
Sa’id Al-Nadwi (Surabaya: Al-Hidayah, 2001), h. 304.
2. Pembagian Al-Na‘T
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, Al-Na’t terbagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut:
a. Al-Na‘t Al-Haqiqi>
Na’t Haqiqi> adalah na’t yang mengikuti man’u>t dalam empat bagian.
Diantaranya i’rab, makrifah dan nakirah, mudzakkar dan mua’annats serta mufrad,
tastniyah dan jamak.8
Berikut beberapa contoh:
a. Dari segi I’rab (Rafa’, Nashab dan Jama’)
- Rafa’ : َقَ َام ََزيْ ٌَدَالْ َعاقِ ُل
:َداَالْعاقِل
- Nashab
َ َ ً ْت ََزي ُ َْ َرأَي
:َدَالْعاقِ ِل ٍ
- Jar
َ ْتَبَِزي ُ َمَرْر
b. Dari segi Makrifah-Nakirah
ََّ قَرأََالطَّالِب
ََالذكِ َُّي
- Makrifah :
ُ َ
7
Syaikh Mustafa Al-Ghalayany. Jami Al-Durus (Beirut: Maktabah Al-Ashriyah), h. 221.
8
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 305.
1) Mudzakkar
ََّ ََقَرأَََاََلْ َمسلِ َم
َالذكِ َُّي
- Mufrad :
ُُْ َ
- Mutsanna َِ َّالذكِي
:َان َّ َانَِ قَ َرأََاَلْ َُم ْسلِ َم
:َاء ِ ِ
- Jama’
َُ ََقَ َرأََاَلْ ُم ْسل ُم ْو َنَاألَذْكي
2) Mu’annats
- Mufrad : َُتَاَلْ ُم ْسلِ َم َةَُال َذكَِيََّة
َْ قَ َرأ
- Mutsanna :َان ِ َانَال َذكِيََّت َِ ََتَاَلْ ُم ْسلِ ََمت
َْ قَ َرأ
- Jama’ : اتَُ َّاتَال َذكَِي َُ َتَاَلْ ُم ْسلِ َم َْ قَ َرأ
Beberapa ayat yang terdapat bentuk na’at-man’u>t dalam Al-Qur’an,
diantaranya adalah sebagai berikut:9
- QS. Al-Fathir[35]:10
Artinya : Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh
dinaikkan-Nya. dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi
mereka azab yang keras. dan rencana jahat mereka akan hancur.
9
Salman Harun, Pintar Bahasa Arab Al-Qur’an: Cara Cepat Belajar Bahasa Arab Agar
Paham Al-Qur’an (Cet. I; Tangerang: Lentera Hati, 2010), h. 267.
Artinya : Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
2. Dan jika man’u>t-nya tamyiz sesudah bilangan (11-99) dalam hal ini mufrad
manshu>b, maka na’t-nya boleh mufrad atau jama’.11
Contoh:
a. Na’t-nya berbentuk mufrad
- جنحَأربعةَعشرَطالباَجمتهدا: Telah sukses empat belas siswa yang rajin.
b. Na’t-nya berbentuk jama’
- جنحَأربعةَعشرَطالباَجمتهدين: Telah sukses empat belas siswa yang rajin.
3. Na’t juga tidak mengikuti man’ut-nya dari segi ‘adad dan mudzakkar-
mua’annats jika na’at-nya berupa mashdar. Dalam hal ini meskipun man’ut-
nya mutsanna ataupun jama’ maka na’atnya tetap mufrad. Dan meskipun
man’ut-nya mu’annats maka na’at-nya tetap mudzakkar. Tetapi pada bentuk
ini na’at yang berupa mashdar mufrad tersebut diatas masih mengikuti
man’utnya dari segi hukum i’rabnya.12
Contoh:
a. Man’utnya Mudzakkar
َعدل
ٌ َطالب
ٌَ َأنتََ
انَعدل
ٌَ أنتماَطالب
عدل
ٌَ َطالب
ٌَ َأنتم
b. Man’utnya Mu’annats
َعدل ِ
ٌ ٌَأنتَطالب َة
انَعدل
ٌَ أنتماَطالبت
10
Beberapa hari yang berbilang ialah tiga hari sesudah hari raya haji Yaitu tanggal 11, 12,
dan 13 bulan Zulhijjah. Hari-hari itu dinamakan hari-hari tasy'riq.
11
Abduh Al-Rajihi>, Tathbiqunnahwi (Beirut: Dar al-Nahd}a al-‘Arabiyah, t.th) h. 381.
12
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 306.
َعدل
ٌَ َأننتَطالبات
4. Jika man’utnya berbentuk isim jama’ sesuai dengan hukumnya bisa dihukumi jama’
bisa dihukumi mufrad. Maka na’at/sifatnya juga bisa jama’ atau mufrad. Contoh:
ٌَإنَبينَفالنَقومَصاحل
ٌ
Na’at (ٌصاحل
َ ) mengikuti man’utnya (قوم
ٌَ ) dari segi mufradnya karena َقوم
ٌ
dianggap mufrad secara lafadznya. Sedangkan
إنَبينَفالنَقومَصاحلون
ٌ
Na’t ( )صاحلونtidak lagi mengikuti man’utnya (قوم ٌَ ) dari segi mufrad
13
Syaikh Mustafa Al-Ghalayani>. Jami Al-Durus, h. 222.
Contoh:
o ٌَ ِ َطَال: Mahasiswa yang terluka
َبَ َْجم ُرْو ٌح
o ٌجمروح َة ِ
َ ْ ُ َْ ٌَ طَالبََة: Mahasiswi yang terluka, dst.
ٌَ َ ِم ْف َع:َِم ْه َذ ٌار-ال
ال ٌَ ْس ِ َ ِمبس
َ مك-ام
ٌَْ
Contoh:
o َبَ ِم ْه َذ ٌارٌَ ِ َطَال: Mahasiswa yang cerewet
o ار ٌَ طَالِبََةٌَ ِم ْه َذ: Mahasiswi yang cerewet, dst.
لٌَ َ ِم ْفعِْي:َني ٌَْ ِم ْس ِك-ِم ْع ِطْي ٌَر
Contoh:
َني ِ ِ َ ِ َطَال: Mahasiswa yang kekurangan
o ٌْ بَم ْسك ٌ
o ني ٌَْ طَالِبََةٌَ ِم ْس ِك: Mahasiswi yang kekurangan, dst.
لٌَ َ ِم ْف َع:َش ٌَم
ََ ِم ْغ-ِم ْه َذٌَر-س
ٌَ ِم ْد َع
Contoh:
o َبَ ِم ْغ َش ٌم ٌَ ِ َطَال: Mahasiswa yang pemberani
o م ٌَ طَالِبََةٌَ ِم ْغ َش: Mahasiswi yang pemberani, dst.14
b. Al-Na‘t Al-Sababi>
Na’at Sababi adalah na’at yang menjelaskan suatu sifat dari sifat-sifat yang
berhubungan dengan man’ut-nya.15 Ketentuan-ketentuan yang ada pada na’at ini
adalah sebagai berikut:
a. Na’at mengikuti man’ut dalam hal i’rab (rafa’, nashab dan jar) dan makrifat-nakirah
saja.
b. Sedangkan mudzakkar-mu’annats dan mufrad-tasniyah-jama’ tidak diikuti. Na’at
yang demikian diberi hukum seperti fi’il.
Dengan demikian, apabila fail naat itu mu’annats, maka naat harus muannats
meskipun man’ut-nya mudzakkar. Dan sebaliknya, apabila fail naat itu mudzakkar,
14
Syaikh Musthafa al-Ghulayaini, Jamiud Durusil Arabiyah, h. 225.
15
Syaikh Musthafa al-Ghulayaini, Jamiud Durusil Arabiyah, h. 319
maka naat harus mudzakkar, meskipun man’ut-nya mu’annats. Na’at ini harus tetap
mufrad, tidak boleh di-tatsniyah-kan atau di-jama’-kan.16
ُطالبَالقائمةَُوالدتَُو
َُ ذىبَال : Telah telah mahasiswa yang berdiri ibunya
Keterangan:
َطالب
ُ َ ال: Man’ut
َُ القائمَة: Na’at untuk man’ut (طالب َُ )الdan fi’il dari fail ()والدة
ََ والدة: Fa’il untuk fi’il (ُ)القائم َة
الدىا ُ القائمَو
ُ َُ جاءتَالطالب َة: Telah datang mahasiswi yang berdiri bapaknya
Keterangan:
ُطالبَقائم َةٌَوالدتَُو
ٌَ َذىب
َِ َذىب
طالبانَقائم َةٌَوالدتُ َُه َما
طالبَقائم َةٌَوالدتُ َُه َْم
ٌَ َذىب
b. Man’ut Mansub-Mudzakkar-Nakirah
ُرأيتَطالبًاَقائمَةًَوالدتَُو
َِ رأيتَطالب
نيَقائم َةًَوالدتُ َُه َما
طالبَقائمَةًَوالدتُ َُه َْم
ًَ َرأيت
c. Man’ut Majrur-Mudzakkar-Nakirah
ٍَ َبطالب
ُقائمةَوالدتَُو ٍَ َمررت
16
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 310.
نيَ ٍَ
قائمةَوالدتُ َُه َما مررتَبطالب َِ
بطالبَ ٍَ
قائمةَوالدتُ َُه َْم مررتَ ٍَ
d. Man’ut Marfu’-Mudzakkar-Makrifah
الطالبَالقائمَةَُوالدتَُوُ
َُ جاءَ
َِ
الطالبانَالقائمَةَُوالدتُ َُه َما جاءَ
الطالبَالقائمَةَُوالدتُ َُه َْم
َُ جاءَ
e. Man’ut Mansub-Mudzakkar-Makrifah
الطالبَالقائم َةَوالدتَُوُ
رأيتَ ََ
نيَالقائمةََوالدتُ َُه َما رأيتَالطالب َِ
الطالبَالقائم َةَوالدتُ َُه َْم
ََ رأيتَ
f. Man’ut Majrur-Mudzakkar-Makrifah
بطالبَ ٍَ
قائمةَوالدتَُوُ مررتَ ٍَ
قائمةَوالدتُ َُه َمانيَ ٍَ
مررتَبطالب َِ
بطالبَ ٍَ
قائمةَوالدتُ َُه َْم مررتَ ٍَ
g. Man’ut Marfu’-Mu’annats-Nakirah
الدىا قائمَو َُ
تَطالبَةٌَ ٌ
جاء َْ
الد َُهَا
قائمَو َُ َِ
طالبتانَ ٌ جاءتَ
الد َُى ََّن
قائمَو َُ
طالباتَ ٌ
ٌَ جاءتَ
h. Man’ut Mansub-Mu’annats-Nakirah
الدىا قائماَو َُ
َرأيتَطالب َةًَ ًَ
الد َُهَا
قائماَو َُ رأيتَطالبت َِ
نيَ ً
الد َُى ََّن
قائماَو َُ رأيتَ ٍَ
طالباتَ ًَ
i. Man’ut Majrur-Mu’annats-Nakirah
الدىا ٍَ
مررتَبطالبةَقائ ٍمَو َُ
مررتَبطالبت َِ
نيَقائ ٍمَو َُ
الد َُهَا
ٍ
ُ مررتَبطالبَقائ ٍَمَو
َالدوى ْم
17
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 312.
َالدوى ْم ٍ
ُ مررتَبطالبَقائمنيَو
ٍ
ُ مررتَبطالبَقائ ٍَمَو
َالدوى ْم
Pada sisi lain al-Na’at al-Sababi yang mengandung/memuat dhamir Man’u>t-
nya maka na’at itu mengikuti man’ut-nya dari segi mufrad, mutsanna, jama’,
mudzakkar-mu’annats sebagaimana na’at ini juga mengikuti dari segi i’rab dan
makrifah-nakirah.18
ِ
ِ َجاءَالرجالنَالكرمي
َاَاألب
ِ جاءتَادلر
َِ َأَتنَالكرميت
اَاألب
َِ جاءَالرجالَالكر ُام
َاألب ُ
َِ
مياتَاألبجاءتَالنساءَالكر
c. Syarat-syarat Al-Na’at wa Al-Man’u>t
1. Al-Na’at
Diantara yang bisa menjadi Al-Na’at adalah isim, jumlah dan syibhul jumlah.
a. Isim
Jika berupa isim maka terbagi menjadi dua yaitu:
1) Isim Musytaq adalah isim yang terdiri dari:
a) Isim Fail
الطالبةَالناجحة الطالبَالناجح
الطالبتانَالناجحتان الطالبانَالناجحان
الطالباتَالناجحات الطالبَالناجحون
b) Isim Maf’u>lَ
رأيتَالطالبةَاحملبوبة رأيتَالبابَادلفتوح
رأيتَالطالبتانَاحملبوبتان رأيتَالبابنيَادلفتوحني
َِ
حملبوبت َِ
الطالباتَا َرأيت ابَادلفتوحَة
ََ رأيتَاألبو
18
Al-Ghalayany, Syaikh Mustafa. Jami Al-Durus, h. 225.
َِ
صاحب الطالبَالذيَيثقَأبَمانتو ادلوثوقَأبَمانتو atau
طالبَ َ َِ
صاحب ال ََ
)3 صاحبة dan Dza>ta bermaknaصاحب Dzu yang bermakna
وىذاَرجلَذوَعلمَوتلكَفتاةَذاتَأدب
ٌ َ
)4 مررتَبرجلَمصريَIsim-isim Nisbatَ:
6) Bilangan : وعنديَكتبَثالثون
ٌ atau عنديَكتبَمعدودةٌَثالثني
ٌ َ
Menyerupakan atau tasybih : د
ٌَ ليسَفيهمَرجلَأس atau ٌَشجاع
َ رجل
7)
ٌ ٌ
8) ماyang masih memiliki makna samar: سأزوركَيوماَما
9) أيdan كلyang bermakna kesempurnaan :
َِ
َكلَالرجل أنتَرجل
ٌ ٍَ
dan أيَرجل َجائينَرجل
ٌَ
Menunjukkan kesempurnaan (kelaki-lakian) yang dimiliki oleh seorang laki-
laki.
c. Jumlah
Jumlah dengan syarat (mausuf/man’ut) kata yang diikutinya berupa isim nakirah.
Contoh:
مؤنثَلغريَالعاقل مذكرَلغريَالعاقل
ركبناَسيارةًَإشرتاىاَاألستاذ كتابَإشرتيناهَِفَالسوق
ً َأان
َ قر
مؤنثَللعاقل مذكرَللعاقل
قبلتَطالبةَجنحتَِفَاإلمتحان قابلتَطالباَجنحَِفَاإلمتحان
d. Syibhul Jumlah
Adapun untuk syibhul jumlah maka dapat berupa semua bentuk dzarf (keterangan)
dan jar-majrur yang menjadi shifat bagi mausuf yang ada sebelumnya yang berupa
isim nakirah.
Contoh:
ىذاَفارسَعلىَفرسو
ٌ
Ini adalah seorang kesatria yang berada di atas kudanya
َذلكَأستا َذٌَأمامَطالبو
Itu seorang guru yang berada di depan siswanya
2. Al-Man’u>t (Al-Mausu>f)
Diantara yang bisa menjadi Al-Man’u>t dalam beberapa contoh sebagai berikut:
a. دمحمَالناجح
b. أانَالناجح
c. سوالويسيَاجلنوبية
d. الطبيبَالنشيط
e. الضاربَالكسالن
f. الكتابَاجلديد
g. ىذاَماَأريد
h. ايَمنَسرقَقليب
i. َحيييينَوسيميتين,منَأانَمؤمنَبوَحيَالميوت
ٌ َإن
j. أانَكتابَإشرتيناهَِفَالسوق
ً قر
Perbandingan antara man’u>t yang makrifah dan man’u>t yang nakirah adalah
jika man’utnya makrifah maka menggunakan isim mausul, tapi jika isim yang
diikuti (man’u>tnya) nakirah maka na’atnya berupa jumlah tanpa ada isim mausul
yang mengantarai. Contoh:
نكرة
َ معرفة
قابلتَطالباَجنحَِفَاإلمتحان قابلتَالطالبَالذيَجنحَِفَاإلمتحان
Selain itu pada contoh dan penjelasan yang lain, jumlah juga tidak bisa menjadi
na’t jika man’utnya adalah ma’rifah, tetapi hanya berkedudukan sebagai hal
Contoh:
)نكرةَ(النعتَوادلنعوت )معرفةَ(حال
جاءَرجلَحيملَكتاب جاءَدمحمَحيملَكتاب
Seorang laki-laki telah datang yang Muhammad telah datang sambil membawa
membawa buku buku
3. Memuji
بسمميحرلا نمحرلا هللا
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
4. Mencela
أعوذَبهللَمنَالشيطانَالرجيم
Saya berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk
19
Syekh Syamsuddin Muhammad Al-Ra’ini, Mutammimah Al-Jurumiyyah, h. 315-316.
6. Mengukuhkan (taukid)
ََحضر
َ َاجلديد
ُ الطالب
ُ
Mahasiswa yang baru itu telah hadir
َىذاَطالبَجدي ٌد
ٌ
Ini seorang mahasiswa yang baru
َاجلديد
َُ َالطالب
َُ َحضر
َ
Mahasiswa yang baru itu telah hadir
َاجلديد
ََ َالطالب
ََ َبت
ُ ضر
Saya telah memukul mahasiswa yang baru itu
20
QS. Al-Baqarah [2]:203
C. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Al-Na‘t wa Al-Man‘ut atau Al-S}ifah wa Al-Maus}u>f adalah bentuk kalimat
dimana Al-Na‘t mengikuti Al-Man‘ut secara keseluruhan atau sebagian.
2. Al-Na‘t dibagi menjadi dua yaitu Al-Na‘t Al-Haqiqi> dan Al-Na‘t Al-Sababi>.
3. Al-Na‘t bisa berasal dari isim fa>>‘il, isim maf‘u>l, s}ifat musyabbah}ah, isim tafd}i>l,
isim isya>rah, isim maus}u>l, z|u> (berarti: mempunyai), isim-isim nisbat, jumlah
(kalimat), mashdar, kullu-ayyu, bilangan, tasybi>h, ma> (yang masih samar),
jumlah dan syibhul jumlah.
4. Fungsi Al-Na‘t dalam kalimat, diantaranya mentakhsis man’u>t, menjelaskan,
memuji, mencela, memohon belas kasihan dan mengukuhkan.
5. Kedudukan Al-Na‘t dalam kalimat diantaranya Na‘t bagi mubtada‘, khabar, fa>‘il,
maf‘u>l dan isim majru>r.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor,. Kamus Kontemporer: Arab Indonesia, Cet.
IX; Yogyakarta: Multi Karya Grafika, tt. 1926.
Harun, Salman,. Pintar Bahasa Arab Al-Qur’an: Cara Cepat Belajar Bahasa Arab
Agar Paham Al-Qur’an, Cet. I; Tangerang: Lentera Hati, 2010.
Raya Ahmad Thib, Pangkal Penguasaan Bahasa Arab, Jakarta: Al-Qus}wa, 1986.
Rofiq, Ainur,. Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab, Cet. V; Gresik: Pustaka Al-
Furqan, 2010.
21
Ahmad Thib Raya, Pangkal Penguasaan Bahasa Arab (Jakarta: Al-Qus}wa, 1986), h. 165-
169.
Zakariya, A., Ilmu Nahwu Praktis: Sistem Belajar 40 jam, Cet. IV; Garut: Ibnu Azka
Press.