Pemeriksaan
untuk
mengetahui
kadar gula
pasien
terkontrol
atau tidak
(Gambar 1)
Selain itu, keluhan pasien juga sesuai degan diagnosis khas diabetes mellitus antara
lain:
- Xerostomia (Mulut Kering) yang disebabkan penurunan aliran saliva (air liur),
- dental karies.1
Jika ditinjau pada kasus di atas, hasil pemeriksaan intraoral, gigi 32-31-41-42
mobility grade 2, mulut kering dan kebersihannya buruk. Terlihat adanya plak supra
dan subgingiva, gingiva berwarna merah, mudah berdarah dan sakit. Hasil
pemeriksaan radiografi tampak adanya resesi tulang alveolar pada regio rahang bawah
anterior. Hasil pemeriksaan-pemeriksaan pasien sangat relevan dengan manifestasi
diabetes rongga mulut. Maka dari itu, pasien tersebut mengalami penyakit sistemik
berupa diabetes mellitus.
Banyak resep dan obat yang menyebabkan mulut kering, apalagi pada penderita
penyakit sistemik yang sering disertai oleh penyakit lainnya.
5) Usia
Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus sering terjadi pada usia lanjut. adanya
atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan usia yang akan menurunkan
produksi saliva dan mengubah komposisinya sedikit. Biosintesis protein menurun
karena sel-sel asinus mengalami atropi sehingga jumlah protein saliva menurun.
Disamping itu, terjadi degenerasi kelenjar saliva yang mengakibatkan sekresi dan
viskositas saliva menurun.7
Maka dari itu, penyakit diabetes mellitus akan memengaruhi saliva apabila kadar
gula pasien tidak terkontrol. Jika terkontrol pasien tidak mengalami xerostomia,namun
apabila tidak terkontrol maka menyebabkan polyuria (banyak buang air), yang
menyebabkan pasien kehilangan cairan tubuh cukup banyak (dehidrasi), sehingga
produksi saliva berkurang, serta menyebabkan xerostomia. Mulut kering (xerostomia)
akan berakibat kepada gangguan sel saraf yang mengatur kelenjar saliva.
3. Apakah ada hubungan antara penyakit sistemik tersebut dengan gigi ? Jelaskan.
a. Peningkatan Karies Gigi
Diabetes melitus juga merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya karies.
Pada pasien DM lama yang tidak terkontrol berpengaruh pada karies gigi karena
bertambahnya karbohidrat yang dapat difermentasikan di dalam saliva yang merupakan
medium yang sesuai untuk pembentukan asam sehingga memudahkan terjadinya karies.
Karies gigi terjadi oleh karena bakteri-bakteri tertentu yang mempunyai sifat
membentuk asam. Keadaan pH rendah bisa menyebabkan pelarutan progresif mineral
enamel secara perlahan dan membentuk fokus perlubangan.
Selain itu, penderita diabetes melitus telah diketahui bahwa jumlah air liur
(saliva) berkurang sehingga makanan melekat pada permukaan gigi, dan bila yang
melekat adalah makanan dari golongan karbohidrat bercampur dengan bakteri yang ada
pada permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan (oral hygiene buruk), dapat
mengakibatkan keasaman di dalam mulut menurun, sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya karies gigi.9 Saliva memiliki fungsi terhadap antibacterial di rongga mulut
(Gambar 2) sehingga apabila saliva berkurang kemudian terjadi xerostomia maka
komposisi saliva yang mengandung antibacterial seperti lysozyme, lactoferin,
calprotectin akan berkurang. Ditambahlagi fungsi saliva sebagai self-cleansing juga
menurun maka akan mendukung terbentuknya karies gigi.
(Gambar 2)
- Pengobatan: Banyak resep dan obat OTC menyebabkan mulut kering, termasuk
antihistamin, dekongestan, obat hipertensi (untuk tekanan darah tinggi), antidiare,
pelemas otot, obat kontinensia kencing, beberapa obat penyakit Parkinson, serta
sejumlah antidepresan.
- Umur: Meskipun mulut kering bukan bagian alami dari penuaan, orang dewasa yang
lebih tua cenderung mengonsumsi lebih banyak obat daripada populasi lainnya.
Banyak obat yang diminum lansia menyebabkan mulut kering.
- Pengobatan kanker: Radioterapi (terapi radiasi) ke kepala dan leher dapat merusak
kelenjar ludah, sehingga produksi air liur berkurang. Kemoterapi dapat mengubah
sifat air liur, serta seberapa banyak yang diproduksi tubuh.
- Cedera atau pembedahan: Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan saraf pada area
kepala dan leher yang dapat mengakibatkan mulut kering.
- Tembakau: Mengunyah atau merokok tembakau meningkatkan risiko gejala mulut
kering. Dehidrasi: Ini disebabkan oleh kekurangan cairan.16,17
Selain itu, xerostomia dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes
mellitus (DM). Xerostomia terjadi sekitar 40-80% pada pasien diabetes melitus yang
dikaitkan dengan penurunan laju aliran saliva, DM dapat mengakibatkan perubahan
hormonal, mikrovaskular dan neuronal yang dapat mempengaruhi fungsi dari berbagai
organ.
Xerostomia disebabkan karena terjadinya atropi pada kelenjar saliva yang akan
menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya. Seiring dengan
meningkatnya usia, terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana
parenkim kelenjar akan hilang dan digantikan oleh jaringan ikat dan jaringan lemak.
Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva. Secara umum, saliva
berperan dalam proses perlindungan pada permukaan mulut, pengaturan kandungan air,
pengeluaran virusvirus dan produk metabolisme organisme dan mikroorganisme,
pencernaan makanan dan pengecapan, serta diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel kulit,
epitel dan saraf. Selain itu, penyakit sistemik yang diderita pada usia lanjut dan obat-
obatan yang digunakan untuk perawatan dapat memberikan pengaruh mulut kering
pada usia lanjut.Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga
mulut karena mempunyai hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam rongga
mulut.18
Berdasarkan literature lain, penyebab terjadinya xerostomia pada DM adalah
karena gangguan kongenital neuropati atau karena adanya kerusakan pada nervus
kranial VII (nevus fasialis) dan nervus kranialis IX (nervus glosofaringeal) yaitu nervus
yang menginervasi kelenjar parotis (69%) sumber penghasil saliva. Hal ini dikarenakan
Infiltrat limfositik yang terlihat pada jaringan kelenjar saliva labial mengindikasikan
bahwa jaringan kelenjar saliva merupakan target suatu proses autoimun yang sama
dengan selpancreas. Degenerasi yang terus menerus pada jaringan kelenjar saliva akan
menyebabkan 10-25% terjadinya hipofungsi dan gangguan komposisi saliva.Terdapat 2
hal yang sering merupakan komplikasi degeneratif DM yaitu otonomik neuropati dan
mikroangiopati yang menyebabkan terjadinya gangguan struktural pada jaringan
kelenjar saliva dan kemudian terjadi hipofungsi pada kelenjar ini serta dipengaruhi
inervasi otonomik dan mikrosirkulasi pada jaringan kelenjar.19 Oleh karena itu, pasien
diabetes mellitus yang tidak terkontrol kadar gula darahnya dapat menyebabkan
kekurangan saliva (hiposalivasi) yang menyebabkan terjadinya mulut kering
(xerostomia).
DAFTAR PUSTAKA
1. Fatimah, R.N. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta: J MAJORITY. Vol. 4, No.
5:93-99
2. Common Medical Condition; A Guide for Dental Team oleh Stephen C. Bain, dkk.
(2010)
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sel. 6th ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2012: 784.
4. Hapsari AP, Riyanto R, Kadarullah O, Susiyadi S. Hubungan Kadar Gula Darah
Puasa Terhadap Kadar Ph Dan Laju Aliran Saliva Pada Penderita Diabetes Mellitus
Tipe 2 Di Puskesmas 1 Kembaran. Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan
Kedokteran Keluarga. 2018 Dec 27;14(2):104-8.
5. Humairo, I., & Apriasari, M. L. (2014). Studi deskripsi laju aliran saliva pada pasien
diabetes melitus di RSUD Ulin Banjarmasin. J. PDGI, 63(1), 8-13.
6. Fione, V. R., Ratuela, J. E., & Bidjuni, M. (2015). Pengaruh Kecepatan Laju Sekresi
Saliva Dan Ph Plak Terhadap Tingkat Keparahan Karies Gigi Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe Ii. Infokes-Jurnal Ilmu Kesehatan; 9(2): 126-133.
7. Tarigan A. Proses Penuan dari Aspek Kedokteran Gigi . Medan: Oriza Press, 2017.
Hal. 83.
8. Ampow F.V. Pangemanan DHC, Aninditha P.S.. Gambaran Karies Gigi pada
Penyandang Diabetes Melitus di Rumah Sakit Kalooran Amurang. Jurnal e-GiGi
(eG). Juli-Desember 2018;6(2).
9. Lubis I. Manifestasi Diabetes Melitus dalam Rongga Mulut [Internet]. Jurnal
Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Jakarta. 2013 [cited 2020 Oct 22].
Available from: http://poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/74artikel_bu_irwati.pdf
10. Setyawati T. Pengelolaan Kelainan Gigi dan Mulut pada Penderita Kompromis
Medik: Diabetes Melitus. J Kedokt Gigi Univ Indones. 2000;279–84
11. Ermawati T. Periodontitis dan Diabetes Melitus. Stomatognatic (J. K. G Unej).
2012;9(3):152-154.
12. Sari R. Herawati D. Nurcahyanti R, dkk. Prevalensi periodontitis pada pasien diabetes
mellitus (Studi observasional di poliklinik penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito).
(Maj.KGInd.)Agustus2017;3(2):98-99.
13. DharmawatiIGAA. RaiyantiIGA. Hubungan antarafaktorresiko (umurdan jenis
kelamin) dengan kelainan jaringan periodontal pada penderita DM yang berkunjung
ke poliklinik penyakit dalam RSUD Sanjiwani Gianyar tahun 2014. JKG. Agustus
2015;3(2):61-65.
14. Hidayati, Lia Fetti. HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN DERAJAT
KEGOYAHAN GIGI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS. Diss. Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta, 2019.
15. Yulia N, Andayani R, Nasution A. Perubahan Laju Aliran Saliva Sebelum dan
Sesudah Berkumur Rebusan Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) Pada
Mahasiswa FKG Unsyiah Angkatan 2016. Journal Caninus Denstistry. 2017; 2(2):
104 - 110
16. Humphrey SP dan Williamson RT: Tinjauan saliva: komposisi normal, aliran, dan
fungsi. The Journal of prosthetic dentistry 85, 162-169 (2001)
17. Messana I, Inzitari R, Fanali C, Cabras T dan Castagnola M: Fakta dan artefak dalam
proteomik cairan tubuh. Apa proteomik air liur yang memberitahu kita? J Sep Sci 31,
1948-1963 (2008)
18. D Stevany, N Tawas, Pangemanan M. Xerostomia pada Usia Lanjut di Kelurahan
Malalayang Satu Timur. Jurnal e-GiGi (eG). 2018; 6(1).
19. Walukow W. Gambaran Xerostomia pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di
Poliklinik Endokrin RSUP. Prof dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-GiGi (eG). 2013;
1(2).