Anda di halaman 1dari 12

Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.

2 Oktober, 2011 ISSN : 1907-9931

Pengaruh Kedalaman Tanam Terhadap Pertumbuhan Eucheuma spinosum


Pada Budidaya dengan Metode Rawai

Yuniarlin Hilmi Farnani, Nunik Cokrowati, Nihla Farida

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Mataram


Jl. Pendidikan No. 37 Mataram Lombok NTB
Telp.085239808281. e-mail: n_cokrowati@yahoo.com

ABSTRAK

Eucheuma spinosum merupakan algae makro bentik yang dimanfaatkan


sebagai bahan baku pembuatan tepung agar-agar, keraginan dan alginat. Bahan baku
tersebut dimanfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik, dan makanan. Luasnya
pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri, mengakibatkan
peningkatan kebutuhan Eucheuma spinosum. Budidaya Eucheuma spinosum yang
sudah dilakukan oleh pembudidaya adalah menggunakan metode rakit apung
(floating raft method), metode lepas dasar (off bottom method) dan metode rawai
(long line method). Namun dari ketiga metode ini yang lebih memberikan keuntungan
dan lebih digemari oleh petani adalah metode rawai. Sehingga perlu dilakukan
penelitian ”Pengaruh Beberapa Kedalaman Penanaman Terhadap Pertumbuhan
Eucheuma spinosum pada Budidaya dengan Metode Rawai”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh kedalaman penanaman terhadap pertumbuhan Eucheuma
spinosum pada budidaya dengan metode rawai.
Penelitian dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok Desa
Gerupuk Lombok Tengah Agustus 2010 hingga Oktober 2010. Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 4 perlakuan
kedalaman penanaman yakni A (25 cm), B (35 cm), C (45 cm) dan D (55 cm). Setiap
perlakuan terdiri 4 ulangan dalam enam sisi karena akan dilakukan pengamatan
destruktif sebanyak enam kali, sehingga diperoleh 96 plot percobaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan kedalaman penanaman Eucheuma
spinosum berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berdasarkan berat basah, berat
komersil dan berat kering. Pada kedalaman penanaman 45 cm memberikan hasil
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kedalaman lainnya.
Kata Kunci: Budidaya, Eucheuma spinosum, kedalaman, pertumbuhan, metode rawai

176
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.2 Oktober, 2011 ISSN : 1907-9931

PENDAHULUAN ha dengan potensi produksi 59.100

Eucheuma spinosum merupakan ton/tahun. Namun baru sebagian kecil

rumput laut telah dibudidayakan di dari luas areal potensial yang diusahakan,

Indonesia. Rumput laut dimanfaatkan sehingga masih ada peluang untuk


sebagai bahan baku pembuatan tepung pengembangan budidaya dan produksi
agar-agar, keraginan dan alginat. (Aslan, rumput laut. Beberapa lokasi perairan
2005). Agar-agar, karaginan dan algin pantai yang telah cukup berkembang
(alginat) banyak dimanfaatkan dalam budidaya rumput laut di NTB adalah
industri tekstil, kosmetik, dan lain-lain. Sekotong, Gerupuk, Labuan Kuris,
Fungsi utamanya adalah sebagai bahan Labuan Mapin, Alas, Sape, Waworada
pemantap, bahan pengemulsi, bahan dan Kwangko. Sebagai gambaran
pengental, bahan pengisi dan bahan produksi rumput laut di NTB tahun 2002
pembuat gel. Dalam industri makanan, adalah sebanyak 22.793 ton dan tahun
ketiga produk tersebut (agar-agar, karaginan 2008 sebanyak 36.617 ton (Direktorat
dan algin/alginat) banyak digunakan untuk Jenderal Perikanan Budidaya, 2008).
pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly,
Budidaya Eucheuma spinosum
permen, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi
yang biasa dilakukan oleh pembudidaya
dan cokelat. Dalam industri farmasi
adalah menggunakan metode rakit apung
bermanfaat sebagai obat pencahar atau
(floating raft method), metode lepas
peluntur, bahan tambahan pada pembuatan
dasar (off bottom method) dan metode
obat-obatan dan pasta gigi serta bahan
rawai (long line method). Namun dari
campuran pencetak contoh gigi. Dalam
ketiga metode ini yang lebih memberikan
industri tekstil dapat digunakan untuk
keuntungan dan lebih digemari oleh
melindungi kemilau sutera. Dalam industri
petani adalah metode rawai. Metode
kosmetik bermanfaat dalam pembuatan
rawai pada prinsipnya hampir sama
salep, krem, lotion, lipstik, shampoo, cat
rambut dan sabun
dengan metode rakit apung, tetapi tidak

(http://id.wikipedia.org/wiki/Rumput_laut). menggunakan bambu sebagai rakit


pengapung, melainkan menggunakan
Potensi areal budidaya rumput
pelampung botol plastik. Kelebihan dari
laut di Nusa Tenggara Barat adalah 5.910

177
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.2 Oktober, 2011 ISSN : 1907-9931

metode ini adalah pertumbuhan spinosum) pada budidaya dengan metode


Eucheuma spinosum lebih cepat dan rawai.
lebih hemat material. Selain itu budidaya
Eucheuma spinosum dengan metode
METODE PENELITIAN
rawai yang tidak berbasis substrat dasar
perairan, memungkinkan Eucheuma Penelitian ini ditata menurut

spinosum ini terbebas dari hama bulu rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
babi, karena hama ini hidup pada dasar (empat) perlakuan kedalaman penanaman
perairan berlumpur berkarang. Eucheuma spinosum, sebagai berikut :A
dan
Metode rawai tepat diterapkan pada = kedalaman 25 cm; B = kedalaman 35
wilayah pantai yang ketika air surut cm; C = kedalaman 45 cm; D =
terendah, dasar perairannya masih kedalaman 55 cm. Masing-masing
terendam air. Saat ini hampir semua perlakuan dibuat dalam empat ulangan

perairan Indonesia cocok untuk budidaya dengan enam sisi, karena pengamatan
menggunakan metode rawai untuk dilakukan dengan cara destruktif
budidaya Eucheuma spinosum sebanyak enam kali pengamatan, maka
(Soegiarto, 2005). tiap ulangan dari masing-masing
perlakuan disiapkan sebanyak enam
Eucheuma spinosum biasanya
bibit. Dengan demikian total jumlah
ditemukan tumbuh pada kedalaman yang
tanaman rumput laut adalah 96 tanaman.
berkisar antara 10–50 m ( Noor, 2006).
Penelitian ini dilaksanakan di Perairan
Namun sejauh ini informasi tentang
sekitar BBL (Balai Budidaya Laut)
kedalaman yang optimal untuk
Lombok Desa Gerupuk Kecamatan Pujut
pertumbuhan Eucheuma spinosum yang
Kabupaten Lombok Tengah Provinsi
dibudidayakan menggunakan metode
Nusa Tenggara Barat dengan lama
rawai (long line method) masih terbatas.
pemeliharaan 42 hari.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh beberapa
kedalaman penanaman terhadap Berikut ini adalah desain konstruksi
pertumbuhan rumput laut (Eucheuma budidaya Eucheuma spinosum

178
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.2 Oktober, 2011 ISSN : 1907-9931

Pelampung Induk
Pelampung botol plastik Tali Induk

25 45 cm
cm 35 cm 55 cm

Tali ris
Pemberat
50 m

Dasar perairan

Gambar 1. Desain Konstruksi Budidaya Eucheuma spinosum

Parameter utama dalam penelitian Dari hasil pengamatan dianalisis


ini adalah pertumbuhan Eucheuma dengan menggunakan analisis of
spinosum, sedangkan parameter variance (anova) pada taraf nyata 5%
penunjang adalah kondisi kualitas air di dengan menggunakan program Statistica
lokasi penelitian. Pertumbuhan for Windosw/Costat. Untuk mengetahui
Eucheuma spinosum diamati dengan perlakuan yang berbeda nyata akan di uji
mengukur (menimbang) berat basah, lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ)
berat komersial dan berat kering, pada taraf nyata 5%.
dilakukan setiap interval tujuh hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Laju pertumbuhan harian spesifik
Pertumbuhan
dihitung berdasarkan rumus yang
Hasil analisis ragam semua parameter
dikembangkan oleh Effendi (2004) :
menunjukkan bahwa perlakuan
LPR = Ln(B6) – Ln(B1)
kedalaman berpengaruh nyata terhadap
t
semua parameter pengamatan. Hasil uji
Dimana:
lanjut semua parameter pertumbuhan
LPR = Laju pertumbuhan relatif
menunjukkan bahwa perlakuan C
B = Berat rumput laut
(kedalaman 25 cm) menghasilkan laju
t = Umur tanaman

179
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.2 Oktober, 2011 ISSN : 1907-9931

pertumbuhan berat basah, berat komersil dan berat kering yang nyata lebih tinggi.

Berat Basah
perlakuan A
Berat (g)

perlakuan B
perlakuan C
perlakuan D

Minggu Ke

Gambar 2. Grafik Berat Basah Eucheuma spinosum

Gambar 2 menunjukkan (kedalaman 35 cm), D (kedalaman 55


pertumbuhan dalam bentuk penambahan cm) dan A (kedalaman 25 cm). Pada
berat basah Eucheuma spinosum selama minggu kelima, perlakuan C (kedalaman
lima minggu pengamatan. Pertumbuhan 45 cm) mengalami penurunan berat
berat basah Eucheuma spinosum tertinggi basah disebabkan oleh adanya batang
adalah perlakuan C (kedalaman 45 cm), yang patah dan hanyut terbawa air.
diikuti secara berurutan oleh perlakuan B

Berat Kering Komersil

perlakuan A
Berat (g)

perlakuan B
perlakuan C
perlakuan D

Minggu Ke

Gambar 3. Grafik Berat Kering Komersil Eucheuma spinosum

180
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.2 Oktober, 2011 ISSN : 1907-9931

Pertumbuhan Eucheuma panen yang signifikan tingginya, baik


spinosum berdasarkan pengamatan berat dari pengukuran laju pertumbuhan
komersil dan berat kering menunjukkan berdasarkan peningkatan berat basah,
pola peningkatan berat yang relatif sama berat komersil maupun berat kering.
(Gambar 3). Berdasarkan hasil analisis Sebaliknya, kedalaman penanaman 25
ragam dan uji lanjut BNJ pada semua cm (A) bukanlah lokasi yang ideal untuk
parameter, perlakuan kedalaman pertumbuhannya. Faktor yang
penanamaan Eucheuma spinosum menyebabkan terjadinya perbedaan laju
berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan Eucheuma spinosum pada
pertumbuhan relatif. Laju pertumbuhan empat kedalaman yang berbeda, meliputi
relatif Eucheuma spinosum berdasarkan intersepsi cahaya, temperatur, gelombang
tiga jenis pengamatan berat tersebut laut, kecepatan arus laut dan kadar
menunjukkan pola yang hampir sama. oksigen terlarut di masing-masing
Perlakuan C (kedalaman 45 cm) nyata kedalaman penanaman.
lebih tinggi laju pertumbuhan relatifnya Intersepsi radiasi matahari serta
berdasarkan pengukuran berat basah, temperatur sampai di kedalaman 25 cm
berat komersil maupun berat keringnya (perlakuan A) lebih tinggi dibandingkan
dibandingkan perlakuan A (kedalaman kedalaman perlakuan B, C dan D. Intersepsi
25 cm) yang terendah. Perlakuan B radiasi matahari cukup untuk kebutuhan
(kedalaman 35 cm) dan D (kedalaman 55 aktivitas fotosintesis tanaman Eucheuma
cm) menunjukkan tingkat pertumbuhan spinosum pada kedalaman 25 cm bahkan
yang sedang dan tidak berbeda nyata tingkat radiasi matahari yang diterima
dengan pertumbuhan pada kedalaman A tanaman sudah melampaui kebutuhannya.
(kedalaman 25 cm) maupun B Radiasi matahari yang tidak digunakan
(kedalaman 35 cm). Hasil ini tanaman (di atas titik jenuh) umumnya akan
mengindikasikan bahwa pada budidaya berubah menjadi panas yang akan
sistem rawai, Eucheuma spinosum menambah temperatur di sekitar tanaman,
menghendaki lokasi atau daerah pada sebagaimana pernyataan Robert, Hay and
kedalaman 45 cm untuk pertumbuhan Walker (1992) bahwa hanya sekitar 50% dari
yang optimal sehingga diperoleh hasil radiasi matahari yang dimanfaatkan oleh

181
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.2 Oktober, 2011 ISSN : 1907-9931

organel fotosintesis di dalam tubuh dialami oleh Eucheuma spinosum pada


tanaman, terutama tanaman darat, yaitu kedalaman penanaman 35 cm (perlakuan B),
pada kisaran panjang gelombang 400-700 sehingga hasilnya lebih tinggi dibandingkan
nm, suatu kisaran yang dikenal dengan dengan hasil tanaman pada kedalaman
istilah photosynthetically-active radiation penanaman terendah (25 cm). Eucheuma
(PAR). Selebihnya dari energi ini tidak spinosum pada kedalaman penanaman 45
bernilai, jika diserap hanya akan cm (perlakuan C) menerima intersepsi
meningkatkan temperatur tanaman. Dalam radiasi matahari yang lebih rendah
hal ini, Eucheuma spinosum membutuhkan dibandingkan pada kedalaman A maupun B,
PAR yang lebih rendah daripada vegetasi di namun tingkat radiasi tersebut diduga
daratan. Temperatur yang diterima optimal untuk kebutuhan fotosintesisnya
Eucheuma spinosum pada kedalaman 25 cm (sesuai PAR optimum). Jika melampaui titik
di siang hari lebih tinggi, menjadi semakin jenuh cahaya, nilai energinya tidak
tinggi akibat tambahan panas dari konversi menyebabkan peningkatan temperatur yang
kelebihan energi PAR Eucheuma spinosum. berarti bagi tanaman sehingga tidak
Selain itu fluktuasi temperatur siang-malam mengganggu pertumbuhan.
pada kedalaman 25 cm lebih besar
Adanya pengaruh dorongan angin
dibandingkan di lapisan lebih dalam.
di atmosfer menyebabkan gelombang dan
Berdasarkan hal ini, faktor temperatur yang
kecepatan arus laut di dekat permukaan
tinggi berpengaruh besar dalam mereduksi
lebih besar, dan akan menurun meskipun
pertumbuhan rumput laut pada kedalaman
sangat perlahan dengan semakin
25 cm. Suhu perairan di lokasi penelitian
dalamnya laut. Hembusan angin di
berkisar antara 27-29ºC. Menurut
permukaan laut sekaligus menimbulkan
Puslitbangkan (1991), suhu perairan yang
turbulensi udara di daerah sekitar
baik untuk budidaya Eucheuma spinosum
permukaan laut, memperbesar proses
adalah 20-28ºC. Sedangkan menurut Ambas
difusi oksigen ke air laut sehingga kadar
(2006), suhu perairan penting dalam proses
oksigen terlarut lebih tinggi pada lapisan
fotosintesa rumput laut. Suhu yang optimal
atas dibandingkan lapisan lebih dalam.
untuk pertumbuhan Eucheuma spinosum
Hasil Eucheuma spinosum pada daerah
berkisar antara 25-30ºC. Pengaruh
yang lebih dekat dengan permukaan air
temperatur maupun fluktuasinya masih

182
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.2 Oktober, 2011 ISSN : 1907-9931

laut (kedalaman 25 cm) menunjukkan berkisar antara 0,2-0,4 m/dtk. Menurut


laju pertumbuhan terendah, namun hasil Ambas (2006) kecepatan arus yang ideal
tertinggi diperoleh pada kedalaman untuk budidaya Eucheuma spinosum
penanaman C (45 cm), kemudian berkisar antara 0,1-0,3 m/dtk.
pertumbuhan menurun pada kedalaman Walaupun faktor gangguan
D (55 cm). Hal ini mengindikasikan gelombang dan kekuatan arus laut yang
bahwa pada kedalaman terendah (25 cm) lebih besar relatif tidak dialami oleh
Eucheuma spinosum lebih rentan Eucheuma spinosum di kedalaman
gelombang dan arus laut yang deras. penanaman terdalam (D = 55 cm),
Pada kedalaman C (45 cm) besar sehingga tidak menjadi faktor pembatas
gelombang dan kekuatan arus laut agak bagi pertumbuhannya, namun pada
menurun, suatu keadaan yang optimal kenyataannya tanaman ini mengalami
untuk pertumbuhan Eucheuma spinosum. hambatan pertumbuhan. Diduga pada
Menurut Hidayat (1990), tingkat kedalaman ini kadar oksigen terlarut
hempasan gelombang mempengaruhi yang dibutuhkan untuk respirasi sel
pertumbuhan Eucheuma spinosum, tanaman menurun, semakin
semakin dalam perairan akan semakin memperparah kondisi tanaman yang juga
kecil hempasan gelombang. Lebih jauh, mengalami kekurangan intersepsi cahaya
Sudino (2004) menyatakan bahwa arus untuk fotosintesis. Jadi, bertambahnya
berperan penting dalam pertumbuhan kedalaman akan menurunkan tingkat
Eucheuma spinosum, karena arus laut respirasi sel sehingga energi untuk proses
membawa zat hara yang merupakan fisiologi tanaman tidak optimal, serta
bahan makanan bagi thallus. Makin menurunkan hasil fotosintesis sehingga
besar gerakan air, makin banyak difusi translokasi fotosintat untuk pertumbuhan
oksigen yang dapat dimanfaatkan untuk thallus serta untuk substrat respirasi juga
respirasi tanaman. Selain itu arus berkurang dan menyebabkan
berfungsi menghomogenkan masa air pertumbuhan Eucheuma spinosum tidak
sehingga fluktuasi salinitas, suhu, pH dan optimal.
zat-zat terlarut dapat dihindari. Berdasarkan hasil pengamatan tiap
Kecepatan arus di lokasi penelitian 7 (tujuh) hari, pertumbuhan Eucheuma

183
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.2 Oktober, 2011 ISSN : 1907-9931

spinosum di setiap kedalaman penanaman pada waktu-waktu pengamatan lainnya.


menunjukkan peningkatan pertumbuhan Kadar air Eucheuma spinosum pada
yang tidak sama. Pada umur 7 hari (satu pengamatan minggu ketiga berkisar antara
minggu), berat Eucheuma spinosum 0,95% - 0,97%, sedangkan pada minggu
perlakuan A (kedalaman 25 cm), B kedua berkisar antara 0,76% - 0,96% dan
(kedalaman 35 cm), C (kedalaman 45 cm) pada minggu keempat berkisar antara 0,90%
dan D (kedalaman 55 cm) hampir sama, - 0,97%.
hanya perlakuan B (kedalaman 35 cm) yang
Pada umur lima minggu, terjadinya
sedikit lebih tinggi dari tiga perlakuan
penurunan berat kering Eucheuma spinosum
lainnya. Ini mengindikasikan bahwa bibit
di kedalaman penanaman C (45 cm), hal ini
Eucheuma spinosum selama satu minggu
disebabkan oleh pertumbuhan thallus yang
awal masih dalam proses adaptasi dengan
pesat sehingga thallus menjadi berat dan
lingkungan baru sehingga belum
tidak mampu bertahan dari arus, akibatnya
menunjukkan perbedaan akibat variasi
ada bagian yang patah dan hanyut terbawa
kedalaman penanaman. Akan tetapi, mulai
arus. Thallus Eucheuma spinosum ini
umur 14 hari (dua minggu) perlakuan C
memiliki tekstur yang lunak dan berair
(kedalaman 45 cm) menunjukkan
(sukulen) sehingga mudah patah. Di daerah
peningkatan berat komersil dan berat kering
sekitar lokasi penelitian ini, umumnya
yang lebih pesat dibandingkan peningkatan
rumput laut jenis Eucheuma spinosum
pada tiga perlakuan kedalaman lainnya.
dipanen ± pada umur 30 hari, sedangkan
Hasil ini sejalan dengan hasil penghitungan
rumput laut jenis Eucheuma cottoni dipanen
laju pertumbuhan beratnya. Pada
umur 45 hari. Berdasarkan kenyaatan ini,
pengamatan umur tiga minggu, berat basah
umur panen Eucheuma spinosum lebih
Eucheuma spinosum mengalami
singkat (± umur 30 hari) karena yang
peningkatan pada semua perlakuan, namun
mengalami pertumbuhan bagus tidak
berat keringnya lebih rendah daripada berat
mampu mempertahankan thallus yang
kering pada umur dua minggu untuk semua
semakin berat setelah melewati umur 30
perlakuan. Fenomena ini diduga akibat
hari, sebagaimana pada penelitian ini thallus
kadar air yang dikandung oleh Eucheuma
yang subur (pada kedalaman 45 cm) patah di
spinosum pada semua perlakuan di minggu
beberapa bagian. Pemanenan lebih awal (di
ke tiga lebih tinggi dibandingkan dengan

184
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.2 Oktober, 2011 ISSN : 1907-9931

umur 30 hari) lebih menguntungkan karena Kecerahan pada lokasi penelitian


thallus Eucheuma spinosum masih utuh. berkisar antara 1-3 m dengan rata-rata 2 m,
kecerahan dengan kisaran 1-3 m dianggap
Kualitas Air
kurang ideal untuk pertumbuhan Eucheuma
Suhu pada lokasi penelitian ini
spinosum. Menurut Papalia (2005) rumput
berkisar antara 27 - 29°C dengan rata-rata
laut dapat tumbuh dengan baik pada
28,5°C. Menurut Afrianto dan Liviawati
perairan yang mempunyai tingkat kecerahan
(2001) Rumput laut Eucheuma spinosum
berkisar antara 5 – 10 m.
dapat tumbuh dengan baik di daerah yang
Kandungan nitrat pada lokasi
mempunyai suhu antara 26 - 30oC (Afrianto
penelitian 0,364 µg/l. Menurut Blink (2004)
dan Liviawaty, 2001). Pada lokasi penelitian
Kandungan nitrogen yang aman pada
kecepatan arus berkisar antara 0,2-0,4
perairan untuk pertumbuhan Eucheuma
m/dtk dengan rata-rata 0,3 m/dtk, kisaran
spinosum adalah pada kisaran antara 0,32 -
tersebut baik untuk budidaya Eucheuma
1,10 µg/l. Hal ini mengindikasikan bahwa
spinosum. Menurut Soegiarto (2005)
pada lokasi budidaya Eucheuma spinosum
pergerakan air laut yang ideal berkisar
kandungan nitratnya masih baik untuk
antara 0,2 – 0,4 m/detik. Dengan kondisi
budidaya rumput laut jenis Eucheuma
seperti ini akan mempermudah penggantian
spinosum.
dan penyerapan hara yang diperlukan oleh
tanaman, tetapi tidak sampai merusak Kandungan pospat pada lokasi
tanaman. budidaya Eucheuma spinosum 0,0302 µg/l.
Menurut Blink (2004) kandungan phosphat
Oksigen terlarut pada lokasi
di perairan yang baik untuk pertumbuhan
penelitian berkisar antara 6 – 8 ppm dengan
Eucheuma spinosum berkisar antara 0,032 -
rata-rata 6,7 ppm. Blink (2004) menyatakan
0,096 µg/l. Kandungan pospat di lokasi
bahwa kelarutan oksigen dalam air yang
penelitian masih baik untuk budidaya
ideal untuk pertumbuhan Eucheuma
rumput laut jenis Eucheuma spinosum.
spinoum berkisar antara 3 - 8 ppm. Ini
menunjukkan bahwa DO pada lokasi Dari hasil pengamatan kualitas air di
penelitian baik untuk pertumbuhan rumput lokasi penelitian, maka dapat disimpulkan
laut jenis Eucheuma spinosum. bahwa kualitas air di lokasi penelitian ini
masih baik untuk pertumbuhan rumput laut

185
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.2 Oktober, 2011 ISSN : 1907-9931

jenis Eucheuma spinosum, hanya saja Direktorat Jendral Perikanan Budidaya,


kecerahan pada lokasi penelitian masih 2008. Profil Rumput laut Indonesia.
Departemen Kelautan dan
rendah yang dikarenakan sering turunnya
Perikanan.
hujan pada saat penelitian.
Effendi, 2004. Budidaya Rumput Laut. Usaha
Nasional. Surakarta.
Noor, J.W., 2006. Biologi Laut, Suatu
Kesimpulan
Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pustaka Utama. Jakarta.

kedalaman penanaman Eucheuma spinosum Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology.

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan W.B. Saunder Com. Philadelphia 125


berdasarkan berat basah, berat komersil dan pp.
berat kering. Kedalaman penanaman 45 cm Papalia, S., 2005. Ocean Life. The Book
memberikan hasil pertumbuhan yang lebih Company. Sidney.
tinggi.
Soegiarto, F., 2005. Budidaya Rumput Laut
Euchema cottonii di Perairan Pantai.
Deputi Bidang Pengkajian Ilmu Dasar
DAFTAR PUSTAKA dan Terapan BPPT. Jakarta.
Afrianto E dan E Liviawaty., 2001. Budidaya http://id.wikipedia.org/wiki/Rumput_laut
Rumput Laut dan Cara Diakses tanggal 26 Juni 2010.
Pengolahannya. Bathara. Jakarta.
Ambas, 2006. Metode Penelitian Air. Usaha
Nasional. Surabaya.

Aslan, 2005. Budidaya Rumput Laut.


Kanisius. Yogyakarta.

Barraka, R.T., 2004. Performance of


Euchema (Seeweed) in Indonesia :
Part 1 Agronomic Characters. FMC –
Marine (Colloids Division) Philipines.
Blink, L.R., 2004. Physiology and
Biochemistry of Algae. In Manual of
Physiology. Academic Press. New
York.

186

Anda mungkin juga menyukai