Anda di halaman 1dari 57

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Undang-Undang RI No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 52

menyatakan bahwa setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan

pelaporan semua penyelenggaraan kegiatan rumah sakit dalam bentuk sistem

informasi manajemen berupa pencatatan, pelaporan dan pemusnahan dalam

waktu tertentu sesuai peraturan perundang-undangan.

Perawat dan praktik keperawatan terdaftar setiap hari bagi yang membaca

catatan pasien. Data keperawatan yang terdapat dalam catatan tersebut

merefleksikan standar asuhan keperawatan, seperti perawatan khusus yang

diberikan pada pasien tertentu. Anggota tim kesehatan lain membuat keputusan

perawatan berdasarkan catatan keperawatan. Saat ini sejumlah lembaga

membuat kebijakan yang legal dan berkualitas serta keputusan administratif

dan penggantian biaya, seperti melakukan tindakan lain termasuk perawatan

aktual pada pasien berdasarkan catatan medis.

1
Perawat mempunyai banyak tanggung jawab yang akhirnya diarahkan pada perawatan

pasien. Oleh karena itu, tugas dokumentasi yang aktual terkadang harus dipindahkan ke waktu

lain diakhir shif. Namun definisi kata dokumentasi memberi informasi tentang peran penting

dokumentasi tersebut. Webster’s New World Dictionary mendefinisikan dokumentasi sebagai

penyediaan bukti pencatatan dan pengumpulan ringkasan dan pengkodean informasi yang

tercetak atau tertulis untuk referensi dimasa mendatang.

Saat ini catatan khusus pasien dapat di tinjau oleh minimal 10 orang selama 24 jam

pertama pasien di fasilitas perawatan kesehatan. Orang-orang ini meliputi dokter jaga atau

dokter penerima, perawat pada shift yang berbeda, beberapa asisten perawat, dan ahli gizi.

Seorang ahli bedah, ahli anestesi, serta berbagai teknis dan ahli terapi, seperti petugas sosial,

dan anggota tim perawatan kesehatan lain juga mungkin terlibat. Dengan banyaknya orang

yang bergantung pada catatan pasien sebagai sumber informasi pasien yang dapat dipercaya,

maka pentingnya pendokumentasian dalam catatan menjadi jelas.

Peningkatan keahlian pemberi perawatan kesehatan dan kompleksitas masalah pasien serta

teknologi yang berhubungan telah berkontribusi terhadap berbagai pelayanan yang diberikan

pada pasien. Catatan klinis pasien merupakan sumber satu satunya komunikasi tertulis dan

terkadang hanya sebagai sumber beberapa komunikasi untuk semua anggota tim perawatan

kesehatan. Anggota tersebut tidak hanya berkontribusi terhadap pengkajian, intervensi dan

hasil perawatan individu mereka tetapi juga dasar tindakan selanjutnya pada catatan kejadian

yang di berikan oleh anggota tim lainnya. Keefektifan proses dokumentasi dapat berpengaruh

terhadap kerja sama tim, yaitu mengintegrasikan format di antara semua disiplin, dan membuat

data yang lengkap dan tersusun secara mudah. Catatan ini hanya mendokumentasikan

serangkaian perawatan pasien dari masuk sampai pemulangan. Dengan demikian, catat data

aktual sesegera mungkin yaitu setelah mencatat perubahan kondisi pasien, memberi intervensi,

atau mengobservasi respon terhadap pengobatan.

2
Dalam penelitian yang di lakukan oleh L.M Harmain Siswanto ( 2013) yang bertujuan

untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik, beban kerja perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RS. Desain

penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan retrospective yang dilakukan

pada tiga ruang rawat inap. Pengukuran kelengkapan dokumentasi menggunakan instrumen A

Depkes dengan sampel 95 dokumen. Pengukuran beban kerja menggunakan teknik continous

observation dengan sampel 46 perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pendokumentasian rerata belum lengkap ( 71,6 % ) dan beban kerja perawat sebagian besar

tinggi (52%). Faktor yang paling dominan mempengaruhi kelengkapan pendokumentasian

adalah pelatihan dan beban kerja.

Penelitian lain juga dilakukan Noorkasiani, Gustina, R. Siti Maryam (2015) yang

menggunakan desain penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel

berjumlah 173 perawat dari 14 ruang rawat dan lembar observasi kelengkapan dokumentasi

berjumlah 80 dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan dokumentasi

keperawatan dalam kriteria baik sebesar 47,4 % dan perawat yang melengkapi dokumentasi

keperawatan adalah Ruang Dinas ( p=0,0002;α=0,05) setelah di kontrol oleh umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, dan tipe kelas ruangan.

Di Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu jumlah populasi perawat di RSUD Madani Palu

sebanyak

Berdasarkan hasil pengambilan data awal diatas jumlah perawat cukup besar di Rumah

Sakit ini, dan selama saya dinas di Rumah Sakit, saya menemukan terdapat kesenjangan

terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan yang di lakukan oleh perawat tidak sesuai

dengan teori. Beberapa dokumen tidak di isi dengan lengkap terutama pada asuhan

keperawatan. Maka saya tertarik, untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang

Berhubungan Dengan Kelengkapan Asuhan Keperawatan di RSU. Anutapura Palu.”

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah pada

penelitian ini, yaitu : apakah sajakah “ Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan

Kelengkapan Asuhan Keperawatan di RSU. Anutapura Palu.”

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan di Ruang Perawatan RSUD. Madani Palu

2. Tujuan Khusus

 Mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan kelengkapan dokumentasi

asuhan keperawatan

 Mengetahui hubungan sikap perawat dengan kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan

 Mengetahui hubungan motivasi perawat dengan kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan

D.Manfaat Penelitian

 Bagi Perawat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat untuk meningkatkan

kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan

 Bagi Institusi

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan

faktor dokumentasi asuhan keperawatan.

 Bagi Peneliti

- Dapat menambah pengalaman dan wawasan penelitian

4
- Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Umum tentang Dokumentasi Keperawatan

1. Definisi Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan kebenarannya. Catatan ini juga

dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Dokumentasi itu sejatinya adalah bukti fisik

yang berupa tulisan, gambar visual baik diam atau bergerak (foto atau video) atas sesuatu

yang sudah terjadi. Bukti-bukti itu dapat dikumpulkan, dikoleksi, atau nantinya di gunakan

sebagai bukti otentik. Bukti-bukti otentik itu dapat dibuktikan secara hukum, serta dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan yang berlaku (Tri Prabowo, 2017).

Dokumentasi keperawatan adalah suatu dokumen yang berisi data lengkap, nyata, dan

tercatat. Catatan-catatan itu bukan hanya tentang tingkat kesakitan pasien, tetapi juga tentang

tipe atau jenis kualitas, serta kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan

pasien ( Fisbach 1991 ).

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang di miliki

tenaga keperaw atan. Pencatatatan dokumentasi keperawatan itu berguna untuk kepentingan

pasien, para perawat serta seluruh tim kesehatan yang bekerja memberikan pelayanan

kesehatan kepada satu orang pasien itu ( Hidayat 2002 ).

5
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan proses pencatatan dan pengumpulan

berbagai bukti dari seluruh pelaksanaan proses keperawatan. Catatan itu juga berisi berbagai

reaksi pasien terhadap penyakit yang di deritanya, serta reaksi terhadap proses keperawatan

yang di lakukan oleh tim keperawatan (Departemen Kesehatan RI 1994).

6
Dokumentasi asuhan keperawatan adalah informasi proses keperawatan yang lengkap

dan sistematis. Dokumentasi itu berisi berbagai informasi tentang kesehatan pasien yang di

rawat oleh tenaga keperawatan (Effendi 1995).

Dari berbagai definisi yang sudah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa

dokumentasi keperawatan merupakan berbagai catatan tentang proses keprawatan tersebut

tersusun secara teratur dan sistematis. Catatan itu juga dimasukkan dalam format tertentu sesuai

dengan jenis dan tipe yang sudah ditentukan. Kemudian satu hal yang cukup penting adalah

berbagai catatan itu dapat di pertanggungjawabkan secara moral dan hukum.

2. Komponen Dokumentasi Keperawatan

a) Sarana Komunikasi

Hal paling penting untuk membentuk sebuah proses dokumentasi keperawatan

yang sistematis, serta memadai adalah adanya komunikasi yang baik antara petugas

keperawatan dengan pasien, keluarga pasien, serta seluruh anggota tim yang terlibat

dalam proses keperawatan yang berlangsung. Dengan adanya proses komunikasi yang

baik, maka akan tercipta relasi yang harmonis antara semua elemen yang membentuk

sistem keperawatan itu.

Dengan adanya relasi yang harmonis, maka akan timbul rasa saling percaya

diantara berbagai pihak. Rasa percaya akan membuat pasien lebih terbuka terhadap para

petugas keperawatan, termasuk keluarga pasien yang mendampingi pasien selama

proses keperawatan. Keterbukaan itulah yang membuat para petugas keperawatan akan

mendapatkan berbagai informasi yang penting, bahkan amat rahasia tentang diri pasien

yang berhubungan dengan proses penyembuhan pasien.

b) Dokumentasi Proses Keperawatan

7
Proses keperawatan merupakan metode penyelesaian masalah kesehatan yang

dihadapi oleh pasien selama masa perawatan. Metode yang digunakan adalah hal-hal

yang terstruktur dan sistematis. Dengan metode ini, maka penyembuhan pasien akan

berlangsung dengan baik serta berkesinambungan. Oleh karena itu, bisa dikatakan

bahwa proses keperawatan adalah inti dari seluruh kegiatan dengan kaidah

keperawatan. Dalam dokumentasi ini akan dicatat serta dikoleksi berbagai hal yang

berhubungan dengan proses keperawatan secara detail dan menyeluruh. Berikut adalah

pengelompokkan dari dokumentasi keperawatan yaitu, dokumentasi pengkajian

keperawatan, dokumentasi diagnosis keperawatan, dokumentasi perencanaan

keperawatan, dokumentasi tindakan keperawatan dan dokumentasi evaluasi

keperawatan.

3. Standar Keperawatan

Standar keperawatan adalah berbagai catatan yang berhubungan dengan kualitas ,

tipe, jenis, karakteristik, sifat, dan kompetensi dalam sebuah praktik keperawatan. Standar

keperawatan ini diperlukan agar para petugas memiliki tolak ukur dalam melaksanakan

pekerjaan mereka. Dengan tolak ukur yang tepat, para petugas keperawatan ini akan

memiliki motivasi serta panduan dalam melaksanakan pekerjaan dalam asuhan keperawatan.

Berikut adalah beberapa standar keperawatan yang baik sesuai dengan sistem dan

aturan yang berlaku.

1. Memiliki batasan tentang keperawatan serta proses keperawatan. Ada definisi yang

jelas tentang konsep-konsep yng digunakan dalam sebuah proses keperawatan.

Berbagai definisi yang di jabarkan itu, bertujuan untuk memberikan gambaran, serta

pandangan yang jelas dan komprehensif terhadap berbagai hal yang akan di

terangkan pada bagian selanjutnya.

8
2. Dapat diaplikasikan pada semua praktik keperawatan. Dalam kondisi yang minim

sarana prasana dan prasarana sekalipun berbagai hal yang dicantumkan dalam

seharusnya bisa dilaksanakan. Karena sangat memungkinkan hal hal tak terduga bisa

terjad. Jika itu terjadi, maka para tenaga keperawatan seharusnya bisa mengantisipasi

hal tersebut, walaupun dalam kondisi terbatas, karena nyawa manusia yang menjadi

taruhannya.

3. Standar keperawatan yang baik seharusnya mampu memberi petunjuk pada kegiatan

keperawatan. Oleh karena itu, berbagai hal yang dicantumkan dalam standar

keperawatan ini seharusnya dinarasikan dengan bahasa yang lugas, jelas dan efektif.

4. Standar ini sebaiknya dapat dimengerti oleh perawat, secara komprehensif dan

menyeluruh.

5. Standar keperawatan ini sebaiknya dapat dikaji oleh berbagai pihak yang

membutuhkan.

6. Setelah mampu dimengerti dan dipahami, standar keperawatan ini sebaiknya dapat di

laksanakan oleh petugas keperawatan.

7. Standar keperawatan yang baik pada akhirnya diharapkan dan meningkatkan kualitas

praktik keperawatan. Hal ini menjadi tujuan akhir diciptakannya standar

keperawatan.

4.Tujuan Dokumentasi Keperawatan

1. Sebagai Sarana Komunikasi

Dokumentasi keadaan klien merupakan alat ”perekam” terhadap suatu masalah

yang berkaitan dengan klien. Perawat atau profesi kesehatan lain dapat melihat

dokumentasi yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam

memberikan asuhan keperawatan.

2. Menunjukkan Akuntabilitas ( Mekanisme Pertanggung Gugatan )

9
a. Dokumentasi dapat dijadikan sebagai Settle Concern artinya dapat digunakan

untuk menjawab ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang diterima. Tim

keperawatan memiliki dokumen tertulis yang lengkap tentang apa saja yang sudah

dilakukan masing-masing dari mereka, sehingga perawat memiliki bukti tertulis,

jika ada gugatan dari pasien.

b. Dokumentasi tertulis juga dapat menjadi alat perlindungan pasien dari tindakan

malpraktik yang mungkin dilakukan oleh tenaga keperawatan. Hal ini dapat

membuat pasien aman dan nyaman, selama dia menjalani proses keperawatan atau

proses pengobatan pada institusi kesehatan tersebut.

c. Catatan – catatan tertulis adalah dokumen yang legal, serta memiliki dasar hukum

untuk di gunakan sebagai tanda bukti yang sah.

2. Sebagai Kegiatan Penelitian

Berbagai informasi yang tertulis dalam dokumentasi keperawatan dapat digunakan

sebagai bahan, serta sumber data untuk kegiatan penelitian. Kegiatan penelitian ini dapat

dilakukan sebagai bagian penilaian asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.

Dengan adanya kegiatan penelitian, kualitas berbagai pelayanan asuhan keperawatan akan

semakin meninngkat, serta dapat semakin efektif dan etis. Kegiatan penelitian ini bukan

hanya penelitian yang dilakukan oleh petugas keperawatan atau diluar ilmu keperawatan

yang sedang melakukan riset seputar dunia kesehatan. Semakin banyak kegiatan penelitian

dilakukan, maka akan meningkatkan perkembangan ilmu keperawatan di Indonesia.

3. Sebagai Sarana Pendidikan

Berbagai dokumentasi keperawatan yang dilakukan secara sistematis, baik dan

efektif , akan bermanfaat bagi dunia keperawatan secara umum. Dokumentasi yang tercatat

dengan baik ,akan membantu para siswa atau mahasiswa keperawatan khususnya, serta

bidang ilmu lainnya untuk makin memperluas hubungan mereka. Melalui catatan tersebut,

para siswa dapat mengetahui tanda, gejala, komplikasi atau berbagai perawatan yang

diberikan kepada pasien-pasien tertentu.

10
4. Sebagai Sarana Pembayaran

Dokumentasi tertulis sangat bermanfaat sebagai bukti untuk melakukan berbagai

pembayaran. Khusus bagi pasien, bukti tertulis itu dapat digunakan sebagai bukti untuk

pihak ketiga, misalnya saja untuk pihak asuransi kesehatan. Dengan bukti pengeluaran yang

tercatat, pasien dapat mengajukan klaim kepada pihak asuransi atau perusahaan.

5. Sebagai jaminan kualitas pelayanan

Melalui dokumentasi keperawatan yang tercatat dengan baik dan efisien seluruh

tim keperawatan, serta pasien itu sendiri, dapat memantau seluruh proses keperawatan,

khususnya pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan dari institusi kesehatan, kepada

pasien yang bersangkutan. Dengan terpantaunya seluruh kegiatan keperawatan, kualitas

pelayanan pun dapat terus terjaga. Dokumen tersebut sekaligus berfungsi sebagai alat

kontrol terhadap kinerja para perawat, dan institusi kesehatan itu sendiri.

6. Sebagai bahan akreditasi institusi kesehatan

Dokumen yang tercatat sangat bermanfaat bagi proses akreditasi ataupun proses

audit institusi kesehatan itu sendiiri. Proses akreditasi merupakan salah satu cara untuk tetap

mempertahankan dari institusi kesehatan. Proses akreditasi yang baik menjadi bentuk

tanggung jawab institusi kesehatan kepada para klien mereka. Hasil akreditasi yang baik

adalah perwujudan bahwa rumah sakit selalu menjaga kualitas pelayanan mereka.

7. Mengidentifikasi status kesehatan pasien

Dokumen keperawatan yang tercatat sangat bermanfaat bagi penyembuhan pasien

yang sedang dirawat. Dengan dokumen keperawatan yang tercatat secara rapi, para petugas

keperawatan beserta tim, dapat menentukan dengan seksama berbagai kebutuhan asuhan

keperawatan pasien. Melalui dokumen itu pula, para petugas keperawatan dapat membuat

rencana keperawatan selanjutnya, serta pada akhirnya dapat melakukan berbagai evaluasi

yang di perlukan.

5. Prinsip Dokumentasi Keperawatan

11
1. Dokumen adalah bagian integral dari asuhan keperawatan

Dokumen yang merupakan bagian integral dari proses keperawatan harus berisi

sebuah gambaran yang sistematis dan terstruktur tentang seluruh proses keperawatan.

Dokumen ini juga harus menggambarkan bagaimana perkembangan status pasien dari

waktu ke waktu . Terutama pada perkembangan kesehatan si pasien itu sendiri.

2. Proses dokumentasi harus konsisten

Dokumentasi harus konsisten dan tidak berubah pada tiap-tiap prosesnya. Karena

jika tidak konsisten dalam alur proses pencatatan, bisa jadi banyak orang tidak akan

memahami catatan tersebut. Agar catatan dalam dokumentasi keperawatan menjadi

konsisten, perlu mencantumkan kode kode tertentu yang menjadi pengikat seluruh alur

catatan keperawatan tersebut. Kode-kode atau kebijakan adalah sebuah alur pencatatan

harus tercantum hal-hal berikut ini.

 Who (siapa yang mendokumentasikan)

 What (apa yang harus dicantumkan dan dihindarkan)

 When (kapan dokumentasi dilakukan )

 Where (dimana dokumentasi dibuat )

 How ( cara, bagaimana bentuk-bentuk pendokumentasian).

3. Format khusus dalam praktik dokumentasi

Dalam sebuah praktik dokumentasi keperawatan, sebaiknya ada sebuah

format khusus yang dapat memberikan kerangka kerja untuk melakukan teknik

pendokumentasian. Format khusus ini dapat memberikan semacam panduan bagi para

tenaga keperawatan, untuk melakukan kegiatan dokumentasi.

Format dalam pendokumentasian keperawatan seharusnya dibuat dengan

susunan yang mudah dipahami serta fungsional. Fungsional artinya mengikuti fungsi-

fungsi yang ada dalam proses keperawatan. Sehingga, pada akhirnya bermanfaat bagi

kesembuhan pasien.

4. Pendokumentasian keperawatan harus di catat secara kronologis

12
Pendokumentasian keperawatan harus dilakukan secara kronologis,

tersusun secara sistematis dan sesuai dengan alur waktu yang sudah di tentukan.

Kronologi waktu dan proses keperawatan yang sudah dilakukan akan membuat

dokumentasi keperawatan tersusun secara sistematis, sehingga akan memudahkan

siapapun yang membacanya. Pembuatan catatan secara kronologs dapat menunjukkan

gambaran suatu kejadian secara lengkap, jika urutan penulisan di sesuaikan dengan cara

dan tipe pendokumentasian.

5. Singkatan atau akronim harus di tulis umum dan seragam

Dalam dokumentasi keperawatan, berbagai penulisan singkatan maupun akronim

harus seragam dan sesuai dengan kesepakatan bersama. Penulisan singkatan pun harus

konsisten dan tidak berubah-ubah pada tiap alur keperawatan. Dengan menulis singkatan

secara konsisten, maka siapapun bisa mengetahui maksud dari singkatan walaupun

tulisan singkatan tersebut berada pada tiap alur yang berbeda.

6. Penulisan dokumentasi harus di buat secepat mungkin

Setiap catatan tentang asuhan keperawatan harus diselesaikan segera, setelah

proses keperawatan dilaksanakan. Pengerjaan dokumentasi keperawatan yang dilakukan

secepat mungkin, dapat menutup kemungkinan adanya kealpaan dari perawat yang

mengerjakan. Faktor kealpaan ini tentu amat mungkin terjadi, karena manusia memiliki

banyak keterbatasan yang seringkali tidak disadari. Faktor kealpaan bisa terjadi karena

petugas yang mengerjakannya lupa, atau ada sejumlah dokumen tidak lengkap, padahal

dokumen itu berperan amat penting dalam proses keperawatan yang sudah di lakukan.

7. Catatan dalam dokumentasi keperawatan harus akurat, tepat dan jelas

Tulisan yang dibuat dalam dokumentasi keperawatan harus tepat, komplit, jelas

dan ringkas dan mudah dibaca. Selain itu, tulisannya pun harus ditulis dengan

menggunakan tinta. Pemilihan tinta sebagai alat untuk menulis karena tinta bersifat

permanen, sehingga agak sulit ketika ada petugas keperawatan ataupun pihak lain yang

dengan sengaja ingin memanipulasi data. Oleh karena itu, sebisa mungkin petugas

13
keperawatan tidak melakukan kesalahan, sehingga perawat harus berpikir cermat sebelum

mencatat berbagai tindakan keperawatan yang sudah di lakukan.

8. Informasi dan data ditulis secara lengkap

Dalam dokumentasi keperawatan, seluruh data dan informasi sebaiknya ditulis

secara lengkap. Jangan lupa untuk memasukkan tanggal, jam, tanda tangan, serta insial

petugas yang melakukan pencatatan atau yang melakukan koreksi. Dengan

mencamtumkan jam dan tanda tangan, maka dokumentasi keperawatan yang dibuat akan

menjadi lebih akurat serta berkesinambungan sesuai dengan asuhan keperawatan yang

diberikan.

9. Dokumentasi bersifat rahasia serta harus terjaga keamanannya

Informasi serta data yang tertulis pada dokumen pasien merupakan sesuatu yang

bersifat sangat rahasia. Data dan informasi tidak boleh di ketahui oleh orang lain tanpa

tujuan serta dasar-dasar yang dibenarkan oleh hukum. Oleh karena itu, perawat harus

benar-benar menjaga kerahasiaan dokumen pasien.

Selain rahasia dokumentasi proses keperawatan milik pasien juga harus benar-

benar terjaga keamanannya. Jika ada sesuatu yang buruk terjadi, misal ada kesalahan

sistem penyimpanan, atau terjadi kecelakaan yang menyebabkan data pasien hilang maka

institusi rumah sakit harus memiliki rencana cadangan untuk bisa menyelamatkan

dokumen tersebut.

10. Dokumentasi hanya dibuat oleh petugas keperawatan yang bertugas saat itu.

Dokumentasi keperawatan tidak bisa dibuat oleh pihak yang lain yang tidak ada

ditempat kejadian proses keperawatan. Catatan dalam dokumentasi keperawatan harus

dibuat langsung oleh seseorang yang melakukan observasi langsung. Oleh karena itu, para

petugas keperawatan harus benar-benar di ingatkan terus menerus, bahwa proses

pencatatan adalah proses yang amat penting dan tidak dapat dianggap remeh. Tindakan

tersebut merupakan betuk pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan terhadap tindakan

asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat yang bersangkutan.

14
6. Syarat Dokumentasi Keperawatan

Dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan, ada berbagai syarat yang perlu di

penuhi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang telah disepakati. Adapun syarat yang

harus dipenuhi antara lain.

1. Mengandung nilai administrasi, menyangkut masalah kebijaksanaan, tindakan atau

tanggung jawab yang dilakukan oleh yang berwenang . Berbagai hal yang sifatnya

administratif ini sangat dibutuhkan agar seluruh dokumentasi keperawatan pada

akhirnya dapat bermanfaat dalam berbagai kepentingan, baik sebagai sistem

pengarsipan institut kesehatan yang bersangkutan, ataupun untuk keperluan proses

keperawatan yang bertujuan mencari kesembuhan pasien.

2. Mengandung nilai hukum, bila isinya menyangkut masalah jaminan adanya

kepastian hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan

bagi klien, anggota tim kesehatan, dan bagi rumah sakit.

3. Mengandung nilai keuangan, bila isinya menyangkut urutan masalah kegiatan

pelayanan kesehatan, sehingga pelayanan yang telah diberikan dapat dikalkulasi

dalam bentuk uang.

4. Disamping itu, dokumentasi tersebut juga dapat digunakan sebagai sumber

perencanaan keuangan rumah sakit pada masa yang akan datang.

5. Mengandung nilai penelitian, bila isinya mengandung data/bahan yang dapat

digunakan sebagai objek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

6. Mengandung nilai edukasi. Dokumentasi keperawatan yang berisi data/bahan

tentang perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan

pada klien atau pasien, dapat digunakan sebagai bahan pendidikan kepada khalayak.

Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan referensi pengajaran sesuai

dengan profesi dan kebutuhan dari si pemakai data dokumentasi keperawatan.

15
7. Mengandung nilai dokumentasi. Isi dari dokumentasi keperawatan ini dapat menjadi

sumber ingatan bagi para petugas praktik keperawatan. Selain itu, isi dari

dokumentasi kepeawatan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan

rumah sakit kepada pihak pihak yang berwenang, baik kepada pasien, Departemen

Kesehatan, serta pihak lainnya.

8. Dokumentasi keperawatan harus mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau.

Artinya, isi dari dokumentasi keperawatan harus jelas waktunya, serta lengkap

proses pelaksanaanya khususnya pada timeline kegiatan.

9. Mengikuti tata bahasa yang telah di tetapkan. Ada berbagai aturan kebahasan serta

kode-kode yang telah ditetapkan secara eklamasi, tentang penggunaan bahasa serta

berbagai simbol dan tanda yang mendampinginya dalam proses pencatatan. Tanpa

kode bahasa yang sama, tidak mungkin khalayak (berasal dai latar yang berbeda )

yang membaca akan memahami.

10. Komponen/susunan kalimat mengandung subjek dan pedikat. Selain itu, berbagai

catatan yang ditulis dalam dokumentasi harus sesuai dengan tata bahasa yang benar,

yang sudah ditetapkan secara nasional

11. .Pada catatan tindakan keperawatan, gunakan kalimat aktif bukan kalimat pasif,

misalnya mengganti balutan.

12. Menggunakan ejaan yang benar, sehingga perlu mempelajari kamus dan

menguraikan hasil observasi yang dicatat.

13. Catatan ringkas atau singkat sesuai dengan kondisi klien, perlu menggunakan istilah

yang bersifat umu dan dimengerti oleh tim kesehatan lain.

7. Teknik Pencatatan

Dalam dokumentasi keperawatan ada teknik yang perlu diikuti dan dijalankan agar

peendokumentasian keperawatan dapat dijalankan sesuai dengan ketentuan. Menurut

Zaidin Ali dalam buku Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan, terdapat dua jenis teknik

pencatatan yang dipakai dalam dokumentasi keperawatan.

16
1. Teknik Pencatatan Secara Naratif

Ini adalah teknik pencatatan yang ditulis dalam bentuk cerita atau narasi.

Pencatatannya terdiri dari kalimat-kalimat yang tersusun secara logis dan

kronologis. Ada alur kisah dan ditulis seperti sedang menceritakan sebuah cerita

kepada khalayak. Penulis catatan adalah masing-masing anggota tim kesehatan

yang memiliki tanggung jawab untuk mengumpulkan data atau informasi.

Petugas yang melakukan pencatatan dalam bentuk narasi harus menjelaskan

seluruh hasil observasi, berbagai aktivitas, serta hasil dari seluruh evaluasi yang

dilakukan. Laporan yang ditulis secara kronologis, berdasarkan urutan waktu

pelaksanaan, harus memerhatikan berbagai unsur mengenai siapa yang mencatat,

mengapa harus dicatat, dimana serta kapan informasi ini didokumentasikan. Unsur

5W1H harus benar-benar terpenuhi. Bentuk pencatatan naratif memiliki sifat

terbuka. Oleh karena itu, bentuk ini dapat digunakan pada beberapa kondisi, seperti

misalnya perawatan pasien atau klien dengan anestesi ataupun dengan sistem rawat

jalan.Dalam bentuk pencatatan secara naratif, ada sejumlah keuntungan yang bisa

di dapatkan.

Adapun keuntungan yang di maksud adalah sebagai berikut.

a. Karena pencatatannya dibuat secara kronologis, maka hal ini akan sangat

menguntungkan bagi perawat dan pasien itu sendiri, sehingga kedua pihak

dapat mengetahui seluruh proses keperawatan secara runut. Bentuk pencatatan

yang kronologis pun akan membantu proses interpertasi seluruh rangkaian

kejadian yang di alami oleh pasien.

b. Bentuk pencatatan yang naratif yang memberikan ruang bagi perawat untuk

memilih alur proses keperawatan yang bisa ia tangani.

c. Pencatan bentuk naratif memiliki format yang sederhana. Dalam format ini

ada catatan tentang masalah, kejadian, berbagai perubahan, berbagai intervensi,

17
serta berbagai respon dari pasien ataupun tujuan dari pasien dalam seluruh

proses keperawatan.

Sementara itu, selain keuntungan bentuk pencatan yang bersifat naratif juga

memiliki kerugian, baik bagi pasien ataupun bagi para petugas keperawatan.

Berbagai kerugian tersebut adalah.

a. Berbagai data dalam bentuk pencatatan naratif ini sangat mungkin

diduplikasi.

b. Terkadang pencatatatan dalam bentuk naratif membuat tulisan semakin

meluas. Para petugas yang menulis seringkali lupa pada porsi yang

seharusnya ia tulis. Mereka seringkali menjadi bercerita dengan panjang

lebar, sehingga melupakan inti masalah. Para petugas pencatatan terkadang

mengalami kesulitan untuk membatasi atau mempersempit ruang tulisan

tanpa harus mengulang catatan-catatan yang sudah di tulis sebelumnya.

c. Catatan yang ditulis atau dijelaskan secara kronologis, seringkali membuat

proses penginterpretasian menjadi lebih sulit.

d. Untuk melakukan pencatatan secara naratif, para petugas pencatatan yang

sedang bertugas saat itu, membutuhkan waktu lebih banyak untuk

menelusuri keadaan perkembangan pasien atau klien dalam proses

penyembuhan yang menjadi tujuan utama, dari seluruh proses keperawatan.

e. Teknik pencatatan dalam bentuk naratif memerlukan berbagai pemasukan

data dari berbagai tekniik penulisan yang sudah ada.Hal ini dilakukan untuk

menentukan kondisi terakhir kesehatan klien atau pasien secara klinis.

2. Teknik Pencatatan dengan flowsheet dan checklist

Bentuk pencatatan dengan flowsheet dan checklist adalah teknik

pendokumentasian yang memerhatikan berbagai perkembangan pasien secara aktual dan

berkelanjutan.

18
Teknik pencatatatn flowsheet sering disebut sebagai catatan perkembangan ringkas

atau singkat.

Jika petugas pencatat dokumentasi keperawatan menggunakan teknik flowshet dan

checklist, maka seluruh tim dalam proses keperawatan akan mendapatkan sejumlah

keuntungan berupa.

a. Meningkatnya kualitas observasi yang dilakukan oleh para tenaga

keperawatan dalam sebuah proses pendokumentasian keperawatan.

b. Dokumen keperawatan akan mudah dibaca dan dipahami oleh anggota tim

lainnya, serta orang lain berada di ranah keperawatan

c. Proses pendokumentasian keperawatan lebih cepat dan lebih efisien.

d. Sumber data dan informasi tentang klien atau pasien semakin kaya. Data dan

informasi klien lebih mudah di dapat dan lebih cepat untuk mendapatkannya.

e. Perbandingan data semakin dapat ditingkatkan dari periode ke periode.

Setiap periode berlalu, data semakin kaya dan semakin tepat sasaran.

f. Informasi serta data dicatat dengan tepat dan sesuai sasaran. Relavansi antara

data dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Data-data yang diperoleh

pun amat berguna, tidak ada data yang sia-sia.

Kerugian menggunakan teknik flowshet dan checklist yaitu :

a. Sangat mungkin terjadi proses duplikasi atau pengulangan dalam proses

pendokumentasian. Misalnya saja catatan tentang pemberian berbagai obat

diruang ICU ditulis dua kali, yang satu kali didalam flosheet, dan yang kedua

ditulis didalam buku catatan obat-obatan secara khusus

b. Kolom yang kosong serta sempit dalam flowsheet yang diuntukkan bagi

catatan yang komprehensif, biasanya tidak cukup untuk menulis catatan.

8. Tipe Dokumentasi Keperawatan

19
Ketika membicarakan tentang berbagai jenis ataupun tipe dokumentasi keperawatan,

maka kita harus kembali melihat berbagai tipe yang sudah dipetakan oleh para ahli bidang

keperawatan. Para ahli tersebut telah menyusun berbagai model, sistem atau metode

dokumentasi keperawatan yang hingga kini masih bermanfaat dan digunakan oleh para

praktisi keperawatan.

Secara umum ada enam tipe metode dokumentasi yang biasa digunakan ( Achir

Yani S.Hamid). Enam tipe tersebut antara lain .

1. Catatan Berorientasi Pada Sumber ( Source Oriented Record/ SOR )

Catatan berorientasi pada sumber ini mempunyai lima komponen utama, yaitu:

a. Lembar penerimaan

Lembar ini berisi nama, alamat, serta diagnosis, yang pemeriksaannya

dilakukan oleh tenaga keperawatan ketika pasien masuk rumah sakit.

b. Lembar pesanan dokter

Lembar ini mencatat berbagai instruksi atau perintah dokter, dilengkapi

dengan tanggal serta tanda tangan dokter yang memberi instruksi.

c. Catatan perawat

Catatan ini berisi tentang pengkajian, diagnosis, perencanaan , intervensi,

serta evaluasi keperawatan.

d. Catatan serta laporan khusus

Catatan ini berisi konsultasi, hasil pemeriksaan laboratorium, laporan

operasi, terapi fisik, berbagai tanda penting dalam tubuh atau tanda-tanda vital,

asupan dan haluaran ( keluaran ) serta berbagai catatan pengobatan.

Model SOR memiliki sejumlah kelebihan yang cukup bermanfaat bagi institusi

keperawatan, beserta para tenaga keperawatannya. Dengan menggunakan model SOR, dalam

pendokumentasian keperawatan, petugas keperawatan akan lebih mudah menempatkan berbagai

informasi pada bagian-bagian, yang sesuai dengan kegunaanya. Model SOR juga memiliki

kelemahan. Kelemahan yang cukup terasa adalah catatan tentang permasalahan yang dihadapi

20
oleh pasien berada bagian yang terpilah-pilah. Dengan model SOR, sedikit kesulitan untuk

menetapkan masalah yang dihadapi oleh pasien. Ini terjadi karena petugas keperawatan harus

mempelajari terlebih dahulu data yang letaknya tersebar itu. Selain itu, data dan informasi

tentang permasalahan pasien tidak terkoordinasi dalam satu bagian.

2. Catatan Berorientasi Pada Masalah (Problem Oriented Record /POR )

a. Data Dasar

Ini adalah data serta informasi yang diperoleh saat pasien pertama kali

datang ke rumah sakit. Data dasar ini dikumpulkan oleh petugas keperawatan

yang terdiri dari data-data hasil pengkajian keperawatan, riwayat

penyakit/kesehatan, pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi, hasil pemeriksaan

laboratorium, serta radiologi.

Data dasar ini dipergunakan untuk mengidentifikasi berbagai penyakit yang

dihadapi pasien, serta pada akhirnya dipergunakan untuk merencanakan

berbagai tindakan implementatif.

b. Cross-Referencing

Ini adalah cara pendokumentasian dengan mencatatkan semua

permasalahan yang dihadapi oleh pasien secara terpisah. Cara menuliskannya

adalah dengan menggunakan nomor urut, serta nomor masalah pasien pada

kolom paling kanan.

c. Daftar awal urutan atau rencana asuhan

Untuk melakukan hal ini, dilakukan perencanaan awal yang terdiri dari tiga

bagian, yaitu:

 Diagnostik

Koordinasi sangat diperlukan dalam fase ini dan yang diperlukan dalam hal

pemeriksaan agar proses diagnostik dapat ditegakkan. Sebelumnya dokter

akan melakukan kajian dan mengidentifikasi langkah apa yang perlu

dilakukan terlebih dahulu. Selanjutnya akan ditetapkan prioritas, agar

21
terjadi tindakan yang berulang, serta pemenuhan kebutuhan akan di lakukan

lebih cepat.

 Usulan Terapi

Pada fase ini, dokter akan menginstruksikan berbagai terapi yang

bermanfaat untuk menyelesaikan masalah klien. Pada tahap ini dokter juga

akan menginstruksikan pengobatan, kegiatan yang tidak boleh dilakukan,

diet, penanganan khusus, serta observasi yang harus dilakukan.

 Pendidikan Klien

Pada fase ini, tim kesehatan dan keperawatan akan mengidentifikasi jenis

informasi atau keterampilan yang di perlukan oleh pasien. Ini dilakukan

agar mereka dapat beradaptasi terhadap masalah tentang kesehatan.

d. Catatan Perkembangan ( Progress Note )

Catatan perkembangan ini disusun oleh seluruh tim keperawatan. Masing-

masing anggota menambahkan catatan perkembangan pada jenis lembaran

yang sama. Lembaran itu adalah SOAP (Subjective data-Objective data-

Assesment-Planning), serta lembar PIE (Problem-Intervention-Evaluation ).

SOAP adalah sistem yang mirip dengan proses keperawatan. Dalam sistem

SOAP ini data dikumpulkan terlebih dahulu, disimpulkan, terakhir, tim

petugas keperawatan menyusun rencana asuhan. Catatan dengan teknik ini

membantu para anggota tim mengomunikasikan rencana asuhan yang

berkesinambungan.

Sementara itu, format PIE berbeda dengan SOAP. Dalam format PIE

pengkajian tidak dimasukkan dalam pencatatan PIE. Pengkajian hanya dtulis

pada lembaran khusus (flowsheet ). Inilah yang mengakibatkan adanya

pengulangan atau duplikasi informasi dapat dicegah.

Berikut adalah perbedaan antara SOAP dan PIE

22
10/10/2016 Definisi pengetahuan yang berhubungan dengan , belum pernah

mengalami pembedahan
SOAP
S “Saya takit, gimana nanti setelah pembedahan.”
O Pasien selalu gelisah soal operasi. Ia bertanya terus. Pasien belum

pernah dioperasi. Anak-anaknya selalu hadir dan mendukung pasien


A Definisi pengetahan yang berhubungan dengan belum pernah

mengalami pembedahan. Paien atau klien mengekspresikan

perasaan cemas dan takut.


P Jelaskan secara rasional, serta cara bernapas pasca bedah. Beri

penjelasan dan lembar asuhan keperawatan sesudah bedah

berlangsung.
PIE
P Definisi (kekurangan) pengetahuan yang berhubungan dengan

belum pernah mengalami pembedahan


I Menjelaskan kepada pasien tentang persiapan operasi atau

pembedahan. Jelaskan bahwa ini adalah prosedur yang amat biasa.

Menunjukkan kepada klien tentang latihan pernapasan. Memberikan

lembar panduan mengenai asuhan keperawatan pasca operasi


E Pasien mampu mempraktekkan latihan pernapasan dengan benar.

Petugas keperawatan perlu mengulang asuhan keperawatan pasca

operasi
Tabel. 2.1

3. Catatan Berorientasi pada Perkembangan (Progress Oriented Record)

a. Catatan perawat

Ini adalah semacam buku harian bagi perawat yang ditulis selama 24 jam.

Catatan perawat ini berisi tentang.

 Pengkajian dari masing-masing tenaga perawat tentang kondisi kesehatan

riil dari pasien. Misal warna kulit pucat, feses cair, dan lain-lain.

 Tindakan keperawatan bersifat mandiri

 Tindakan keperawatan bersifat pendelegasian

23
 Evaluasi keberhasilan dari tiap tindakan keperawatan

 Tindakan oleh dokter, tetapi mempengaruhi tindakan keperawatan.

 Kunjungan ke berbagai tim kesehatan yang ada dalam proses keperawatan,

misal dokter atau pekerja sosial.

b. Flowsheet

Metode ini memungkinkan perawat untuk mencatat hasil obsevasi yang

dilakukan berulang kali. Misalnya tanda-tanda vital pasien, berat badan, jumlah

asupan atau haluaran cairan dalam 24 jam. Flowsheet merupakan metode paling

efisien untuk mencatat informasi. Perawat pun dapat dengan mudah mengetahui

keadaan pasien hanya dengan melihat grafik tanda-tanda vital pasien yang

terdapat dalam flowshet. Inilah yang menyebabkan flowsheet lebih sering

digunakan pada unit gawat darurat, terutama pada data fisiologis.

c. Catatan Pemulangan dan Ringkasan Rujukan

Catatan ini dibuat ketika pasien sudah selesai melakukan pengobatan

diinstitusi kesehatan yang bersangkutan. Selain itu, catatan ini juga dibuat

ketika pasien membutuhkan perawatan lanjutan.

4. Charting by Exception (CBE)

CBE adalah sistem pendokumentasian yang mencatat secara naratif hasil

pemeriksaan kondisi pasien yang menyimpang dari keadaan normal. Dengan

menggunakan metode CBE, tim tenaga keperawatan mendapatkan sejumlah

keuntungan yang bisa meningkatkan kualitas asuhan keperawatan kepada pasien yang

sedang dirawat. Berbagai keuntungan itu di antaranya sebagai berikut.

a. Mengurangi waktu mencatat, sehingga perawat lebih banyak meluangkan waktu

untuk melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.

b. Data yang dicatat adalah data serta informasi yang penting dan bermanfaat saja.

c. Proses pengkajian dilakukan sesuai dengan standar-standar internasional.

d. Komunikasi antar anggota tim semakin baik.

24
e. Respon klien lebih mudah dilacak.

f. Biaya untuk mecatatnya pun lebih murah.

CBE sendiri menggabungkan tiga komponen yang saling terintegrasi. Tiga

komponen tersebut antara lain.

 Flowshet yang berisi kesimpulan penemuan penting, serta menjabarkan

indikator pengkajian dan penemuan.

 Dokumentasi yang dilakukan berdasarkan Standar Praktik Keperawatan. Metode

ini akan mengurangi bentuk pencatatan tentang berbagai pekerjaan rutin yang di

lakukan secara berulang

 Formulir dokumentasi yang diletakkan ditempat tidur pasien.

5. Kardeks dan Rencana Asuhan Keperawatan

Sistem pencatan ini dicatat dalam bentuk kartu yang disimpan pada index file.

Informasi yang ada dalam kardeks yaitu demograsi dasar, diagnosis media utama,

instruksi terakhir dari dokter yang harus dilaksanakan perawat, rencana asuhan

keperawatan yang tertulis, instruksi keperawatan, jadwal pemeriksaan serta prosedur

tindakan, dan faktor yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari.

6. Komputerisasi

Pendokumentasian dengan komuter adalah sistem pencatatan yang semakin

populer digunakan dalam dunia kesehatan serta keperawatan. Sistem ini semakin banyak

digunakan dinegara-negara maju. Dengan sistem komputerisasi, petugas keperawatan dapat

menyimpan dan megolah data, serta informasi dengan lebih efektif, dengan kapasitas yang lebih

besar.

Berikut adalah sejumlah keuntungan saat menggunakan sistem pendokumentasian dengan

komputer.

a. Membuat perawat lebih mudah merencanakan berbagai asuhan keperawatan.

b. Petugas keperawatan juga lebih mudah melakukan evaluasi atas seluruh proses

keperawatan.

25
c. Seluruh anggota tim yang terlibat dalam proses keperawatan pun dapat

memperbarui informasi setiap saat.

d. Perawat yang bertugas dapat mencari data dengan cepat sesuai dengan

diagnosis keperawatan yang di butuhkan

e. Dengan sistem komputerisasi, dapat mengurangi penggunaan flowsheet.

Sementara itu, selain berbagai keuntungan yang dimiliki, sistem pendokumentasian

dengan komputer juga memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan dari sitem

komputerisasi yang paling krusial adalah lemahnya sistem keamanan.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan

1.Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “ tahu “ dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek

terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek.

a. Tingkat Pengetahuan

1. Tahu (know)

Tahu dartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima.

2. Memahami ( Comprehention )

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap suatu objek yang dipelajari.

26
3. Aplikasi ( Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis ( Analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih

ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis ( Syntesis )

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

1. Cara Kuno untuk memperoleh pengetahuan

a. Cara coba salah ( Trial and Eror )

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil coba maka

dicoba. b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan ini dapat berupa pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal

atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang

27
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau

membutikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi

penelitian.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. faktor internal

1.Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup.

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, beruang dan banyak

tantangan. 3.Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang

belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

b. Faktor eksternal

1.Faktor lingkungan

28
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap

dalam menerima informasi.

e. Kriteria tingkat pengetahuan

1. Baik : Hasil presentasi 76 % - 100 %

2.Cukup : Hasil presentase 56 % - 75 %

3. Kurang : Hasil presentase > 56 %

2. Sikap ( Attitude )

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap srimulus atau objek tertentu, yang

sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang,

setuju- tidak setuju, baik- tidak baik dan sebagainya). Newcomb salah seorang ahli

psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap

belum merupakan tindakan ( reaksi terbuka ) atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi perilaku tindakan (reaksi tertutup).

a. Komponen sikap

1. Kepercayaan atau keyakinan ide dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana

keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap

penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut

terhadap penyakit kusta.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaian orang tersebut terhadap objek.

3. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave), atinya sikap adalah komponen yang

mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

b. Tingkatan sikap

29
1. Menerima ( Receiving )

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang

di berikan (obyek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang ibu

mengajak yang lain (tetangga, saudara, dan sebagainya) untuk menimbang anaknya ke

posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah

mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor

KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

b. Sifat sikap

- sikap positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan

obyek tertentu.

- sikap negatif terhadap kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak

menyukai obyek tertentu.

c. ciri-ciri sikap

a. sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya.

b. sikap dapat berubah pada orang- orang bila terdapat keadaan dan syarat-syarat

tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

30
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap

suatu obyek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa

berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu dapat juga merupakan kumpulan dari

hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang

membedakan sikap dan kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki ruang.

- Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap

a. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

emosional.

b. Pengaruh orang lain yang di anggap penting

Pada umunya,individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah

dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecendrungan ini antara lain dimotivasi oleh

keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap

berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena

kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

d. Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,

berita yang seharusnya aktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh

sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

31
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat

agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada

gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

3. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif. Motif adalah bahasa inggris di sebut

motive, yang berasal dari kata motion artinya “ gerakan” atau sesuatu yang bergerak.

Dalam arti yang lebih luas motif berarti rangsangan, dorongan atau penggerak terjadinya

suatu tingkah laku. Motivasi adalah sesuatu yang mendorong, atau pendorong seorang

bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu. Tingkah laku termotivasi dilatarbelakangi

oleh adanya kebutuhan. Contoh : tingkah laku (misalnya mandi karena adanya kebutuhan

kebersihan diri dengan tujuan akhir badan menjadi segar dan terhindar dari penyakit).

Motivasi itu bermacam- macam. Ditinjau dari pihak yang menggerakan motivasi

digolongkan menjadi dua golongan, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi

intrinsik adalah motivasi yang telah berfungsi dengan sendirinya yang berasal dari dalam

diri orang tersebut tanpa adanya dorongan atau rangsangan dari pihak luar. Misalnya,

seorang mahasiswa belajar dengan kesadaran sendiri tanpa suruhan orang lain. Individu

yang bersangkutan memperoleh kepuasan dengan proses belajar itu sendiri. Motivasi

ekstrinsik adalah motivasi yang berfungsi karena adanya dorongan dari pihak luar atau

orang lain. Misalnya seseorang belajar karena didorong oleh orang tuanya, teman atau

kakaknya.

2. Teori motivasi

a. Hierarki Kebutuhan Maslow

32
Terpenuhinya suatu kebutuhan menimbulkan suatu kepuasan dan bila tidak

terpenuhi kebetuhan menimbulkan ketidakpuasan. Menurut Maslow kebutuhan manusia

tersusun secara hierarki atau bertingkat. Terpenuhinya kebutuhan pada jenjang tertentu

menimbulkan adanya kebutuhan pada jenjang berikutnya.

Ada lima kebutuhan manusia menurut maslow, yaitu (1) kebutuhan fisiologis, (2)

kebutuhan keselamatan, (3) kebutuhan kebutuhan aktualisasi sayang, (4) kebutuhan harga

diri dan (5) kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan 1 sampai 4 merupakan kebutuhan

pokok, hal ini terjadi karena difisiensi atau kekurangan individu. Adapun kebutuhan ke -5

yaitu aktualisasi diri untuk keperluan pengembangan diri.

Kebutuhan fisiologis seperti, kebutuhan makan, minum, seks, istirahat dan olahraga.

Kebutuhan rasa aman meliputi rasa aman dari gangguan binatang, rasa aman dari

ancaman/teror dan kebutuhan tempat berlindung serta kebutuhan keselamatan dalam

bekerja atau perjalanan. Kebutuhan yang sangat menonjol pada masa anak-anak adalah

perlindungan dan rasa aman. Kebutuhan ini diperoleh dari orang tua. Kebutuhan kasih

sayang dari keluarga, kebutuhan kasih sayang dari keluarga, kebutuhan persahabatan,

hubungan dengan orang lain dan kebutuhan kerja sama. Kebutuhan harga diri seperti

kepercayaan diri, kemandirian, prestasi, kompetensi, pengetahuan, aktualisasi diri,

penerimaan orang lain dan pengembangan diri/karir. Tidak seluruh orang dapat mencapai

aktualisasi diri, karena kebutuhan ini adalah yang paling puncak, seseorang hanya dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada jenjang sebelum aktualisasi diri.

b. Teori Kebutuhan Berprestasi

Teori kebutuhan untuk berprestasi dipelopori oleh Mc. Clelland. Kebutuhan untuk

berprestasi (need for achievment) atau disingkaat N. Ach adalah daya, mental manusia

untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik dalam mencapai hasil yang lebih baik

pula, yang disebabkan oleh virus mental. Virus mental adalah adanya suatu daya, kekuatan

(power) dalam diri orang tersebut sehingga ia mempunyai dorongan yang luar biasa untuk

melakukan suatu kegiatan dalam mencapai hasil yang lebih baik. (Saam & Wahyuni,2012).

33
c. Teori Mc.Gregor

Berdasarkan penelitiannya, Mc.Gregor menyimpulkan teori motivasi ini dalam

teori X dan Y. Teori ini didasarkan pada pandangan konvensional atau klasik (teori X) dan

pandangan baru atau modern ( teori Y). Teori yang bertolak dari pandangan klasik ini

bertolak dari anggapan bahwa :

1. Pada umumnya manusia itu tidak senang bekerja

2. Pada umumnya manusia cenderung sesedikit mungkin melakukan aktivitas atau

bekerja

3. Pada umumnya manusia kurang berambisi

4. Pada umumnya manusia kurang senang apabila diberi tanggung jawab,melainkan

suka diatur dan diarahkan.

5. Pada umunya manusia bersifat egois dan kurang acuh terhadap organisasi. Oleh

sebab itu, dalam melakukan pekerjaan harus diawasi dengan ketat dan harus dipaksa untuk

mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Sedangkan teori Y yang bertumpu pada pandangan atau pendekatan baru ini

beranggapan bahwa :

1. Pada dasarnya manusia itu tidak pasif, tetapi aktif

2. Pada dasarnya manusia itu tidak malas bekerja, tetapi suka bekerja

3. Pada umunya manusia dapat berprestasi dalam menjalankan pekerjaannya

4. Pada umunya manusia selalu berusaha mencapai sasaran atau tujuan organisasi

5. Pada umunya manusia itu selalu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan atau

sasaran.

d. Teori Herzberg

Teori ini dipelopori oleh Frederick Herzberg. Ia mengatakan bahwa ada dua

kebutuhan yang memuaskan manusia yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan

kerja dan kebutuhan yang berkaitan dengan ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja disebut motivator yang terdiri dari penghargaan, prestasi,

34
tanggung jawab, promosi, dan pengembangan diri. Jika aspek-aspek motivator tersebut

dianggap baik atau positif oleh karyawan. Faktor- faktor yang berkaitan dengan

ketidakpuasan disebut pemeliharaan (maintenance) atau kesehatan (hygien) kerja.

Pemeliharaan atau kesehatan kerja meliputi : gaji, kebijakan organisasi, keselamatan kerja,

kondisi kerja, pengawasan, administrasi serta hubungan antar pribadi dalam lingkungan

kerja (Saam & Wahyuni,2012).

C. Fase Dokumentasi Pengkajian

Pengkajian keperawatan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, memerluann

pengumpulan data yang sistematis dan pengorganisasian data yang sistematis. Tujuan dari

pengkajian adalah mengumpulkan, mendokumentasikan, dan mengorganisasi data yang

menjelaskan respon klien terhadap masalah kesehatan.

1. Tujuan Pengkajian Dokumentasi Keperawatan

 Mengumpulkan, mengorganisasi, serta mencatat berbagai data yang menjelaskan

respon tubuh akibat masalah kesehatan.

 Mengidentifikasi kebutuhan unik pasien terhadap masalah keperawatan yang akan

memengaruhi layanan keperawatan yang di berikan.

 Menjamin adanya informasi dasar yang berguna supaya dapat memberikan

referensi untuk mengukur perubahan kondisi pasien

 Mengidentifikasi karakrteristik unik dari kondisi pasien, serta respon yang

memengaruhi perencanaan keperawatan serta tindakan keperawatan.

 Menyajikan data yang cukup bagi kebutuhan pasien untuk tindakan keperawatan.

 Menjadi dasar bagi pencatatan rencana keperawatan yang efektif.

2. Tipe-tipe pengkajian

1. Pengkajian awal

Pengkajian awal dilakukan pada saat pertama kali klien masuk dalam

fasilitas pelayanan kesehatan atau mulai menggunakan jasa pelayanan. Pada fase

35
ini dilakukan pengkajian awal (initial assesment) dengan cara mengisi formulir

data dasar keperawatan.

2. Pengkajian lanjutan

Pengkajian lanjutan menguatkan dan memperluas data dasar yang diperoleh

selama pengkajian awal.Pendokumentasian yang dilakukan pada pengkajian

lanjutan membuat dokumentasi keperawatan selalu diperbaharui (up-to-date).Data

yang diperlukan untuk membuktikan atau mengidentifikasi masalah masalah klien

menjadi lebih mudah diperoleh. Ketika data subjektif/objektif terbaru telah

dikumpulkan, maka data ini kemudian dapat dianggap sebagai data penunjang.

Misalnya, ketika standar instansi memerlukan dokumentasi pengkajian lanjutan

diunit perawatan intensif (ICU) dimana para perawat diperlukan untuk

mendokumentasikan pengkajian serta sistem tubuh atau tanpa perubahab setiap

pengaturan dinas (shift). Pada pengkajian awal ini, petugas keperawatan dapat

menggunakan beberapa format antara lain.

a. Tanya jawab

Perawat mendokumentasiakn respon klien dengan menggunakan

pertanyaan yang sudah didaftar sebelumnya. Pertanyaan ini biasanya mengarah

dari hal yang paling umum sampai yang paling pribadi (misalnya informasi umum

mengenai tanggal lahir, status perkawinan dan riwayat kesehatan-kemudian ke

pertanyaan-pertanyaan yang lebih pribadi seperti status keuangan, agama, seksual

dan sebagainya. Data pemeriksaan fisik dikumpulkan dan didokumentasikan dalam

wawancara atau dilengkapi pada akhir riwayat yang diambil dan periksaan fisik.

b. Check List

Format ini umumnya bersifat terbuka (open ended comment). Dengan

menggunakan format ini, semua data yang ingin diketahui sudah tertera dalam

lembar wawancara. Perawat yang bertugas tinggal menanyakan dan pasien hanya

tinggal menjawab “ya” atau “tidak”.

36
c. Daftar pertanyaan (kuesioner)

Format ini disusun agar pasien atau keluarganya dapat mengisi sendiri

berbagai pernyataan yang ada dilembar tersebut. Berbagai pernyataan adalah

seputar hal-hal yang umum, hingga pribadi namun disusun dengan bahasa yang

sederhana dan mudah dipahami. Kemudian setelah pasien atau keluarganya

menjawab berbagai pertanyaan, perawat kemudian menvalidasi isian tersebut, lalu

melakukan pemeriksaan fisik.

3. Kegiatan Pengkajian Keperawatan

 Pengumpulan data

Tahap ini adalah tahap yang sangat penting, karena jika petugas

keperawatan yang bertugas tidak melakukan pengumpulan data dengan tepat, maka

proses keperawatan selanjutnya akan mengalami kesalahan.

 Pengkajian yang berkelanjutan (on going assesment)

Setelah fase awal dari proses keperawatan dilakukan, maka dilanjutkan

dengan fase pengkajian yang berkelanjutan. Pada fase ini akan ada proses

konfirmasi serta perluasan informasi dasar. Ada dua sifat dasar dari pengkajian

berkelanjutan yaitu :

a. Data konfirmasi

Dalam data konfirmasi kita membutuhkan sejumlah hal sebagai berikut, tempat

yang memerlukan dokumentasi, misalnya ICU. Tempat ini membutuhkan

sebuah sistem pencatatan yang mengkaji sistem tubuh dengan atau tanpa

perubahan klinis.

b. Data perluasan

Data yang diperoleh dari hasil perluasan atau penggalian kembali

merupakan data baru saja yang di dapatkan, baik dari menggali data lewat wawancara,

riset literatur atau dari hasil laboratorium.

 Pengkajian khusus

37
Pengkajian ini dilakukan ketika pasien menggunakan alat ukur khusus digunakan

dalam pembuatan berbagai keputusan klinis. Misalnya saja ketika pasien

menggunakan Glasgow Coma Scale. Alat ini adalah alat yang menggunakan

pengukuran status mental. Dalam alat tersebut ditampilkan berbagai skala untuk

menilai aspek membuka mata, respon verbal, serta respon motorik.

4..Pedoman Umum Dokumentasi Pengkajian

Sebaiknya selalu menggunakan format yang sistematis untuk memudahkan

pemahaman. Selain, sistematis, format penulisannya juga harus jelas, mudah diisi,

serta sederhana.

1. Petugas keperawatan melakukan pengkajian terhadap berbagai proses individu

yang berhubungan dengan kesehatan serta penatalaksanaan kesehatan.

2. Tanyakan dan catat riwayat pengobatan yang pernah dilakukan oleh pasien.

Misalnya saja vitamin, pengobatan yang masih digunakan dan dosisnya, kebiasaan waktu

pemberian obat, serta bagaimanakah pemahaman pasien tentang obat-obatnya.

3. Setelah berbagai hal dikumpulkan lalu diseluruh data dikumpulkan dan

dimasukkan dalam format pengakajian.

4. Selanjutnya adalah saatnya untuk mem-breakdown yang ada. Petugas keperawatan

selanjutnya, mengelompokkan berbagai data dalam kategori responpasien (misal aktivitas,

koping, nutrisi ,eliminas, komunikasi, dan lain-lain).

5. Jangan lupa untuk melakukan pencatatan atas sejumlah data subjektif atau data

objektif dalam format yang sudah ditentukan.

6. Lalu petugas keperawatan juga harus memasukkan sejumlah pernyataan

pendukung untuk sejumlah data objektif. Misal status emosi, depresi, duduk ditempat

gelap,j arang bercakap-cakap, respon monoton dari pasien dengan jawaban pendek jika

ditanya, kontak mata pasien yang terbatas atau ada tangisan dari pasien namun dengan

suara halus.

38
C .Fase Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah salah satu tahap proses keperawatan yaitu

mengidentifikasi masalah klien yang dapat diatasi melalui intervensi dan menejemen

keperawatan. Kunci perumusan yang tepat pada diagnosis keperawatan adalah memakai

proses pemecahan masalah yang meliputi tiga komponen yaitu : Problem, Etiologi, dan

Sign (PES). Komponen ini bermanfaat dalam penyusunan penulisan diagnosis

keperawatan dalam hal :

1. Mengidentifikasi masalah, gangguan kesehatan, atau kebutuhan perawatan

2. Menyelidiki dan menentukan penyebab masalah

3. Menentukan tanda dan gejala

P: Problem merupakan pernyataan singkat mengenai masalah kesehatan aktual atau

resiko yang dialami klien yang berhubungan dengan kebutuhan pelayanan perawatan.

Sebuah daftar masalah dimana perawat berwenang untuk memberikan asuhan

keperawatan dan dicamtumkan dalam Taxonomy of Nursing Diagnosis I dan di

terbitkan oleh NANDA yang telah menggolongkan dan merumuskan standar

penulisan diagnosis, definisi karakteristik, dan intervensinya.

E: Etiologi merupakan penyataan singkat yang menunjukkan kemungkinan penyebab

atau faktor resiko yang dialami oleh klien. Ini termasuk masalah bio-psiko-sosial-

spritual-kultural atau pengaruh lingkungan yang menyebabkan munculnya masalah.

S: Sign Dan Sympton (Tanda & Gejala) merupakan pernyataan khusus tentang

responn klien yang sesuai dengan status kesehatan atau masalah kesehatannya yang

dapat diatasi melalui asuhan atau manajemen keperawatan. Sign dan sympton

merupakan data subjektif dan data objektif yang dikumpulkan selama proses

pengkajian.

Tujuan Pendokumentasian Diagnosis Keperawatan

1. Menyampaikan masalah klien dalam istilah istilah yang dapat dimengerti untuk

semua perawat

39
2. Mengenali masalah masalah utama klien pada pengkajian data

3. Mengetahui perkembangan asuhan keperawatan.

Kategori Diagnosis Keperawatan

Pada prinsipnya ada tiga jenis diagnosis keperawatan yaitu aktual, risiko dan potensial.

 Diagnosis keperawatan aktual menunjukkan masalah yang sedang terjadi saat

perawat melakukan pengkajian data. Setelah itu perawat akan memeriksa data,

menentukan masalah yang ada (melalui definisi karakteristik) dan memantau

perkembangan diagnosis keperawatan kemudian intervensi keperawatan dapat

drencanakan dan diajukan.

 Diagnosis keperawatan risiko menunjukkan masalah yang ada pada saat pengkajian

mempunyai risiko untuk menjadi masalah aktual jika tidak diberikan asuhan

keperawatan yang tepat. Diagnosis keperawatan ditunjukkan pada tindakan

pencegahan atau mengidentifikasi masalah resiko yang terjadi.

 Diagnosis keperawatan potensial menunjukkan situasi potensial yang di tekankan

pada pengamatan dan pemantauan. Pada situasi klien seperti ini, perawat harus

mengetahui secara pasti faktor faktor yang dapat menyebabkan muncul atau

tidaknya suatu masalah. Selain keperluan data belum terkumpul untuk menegakkan

diagnosis keperawatan potensial tidak memerlukan asuhan keperawatan tetapi

pengumpulan data yang terus menerus.

Prioritas Diagnosis Keperawatan

1. Petugas keperawatan harus menentukan apakah sifat dari berbagai permasalahan

kesehatan yang dihadapi oleh pasien atau klien keperawatan. Berbagai sifat

permasalahan itu terdiri atas :

a. ancaman kesehatan : 2

b. tidak/kurang sehat :3

c. krisis yang dapat di ketahui :1

40
2. Petugas keperawatan juga harus mengetahui apakah mungkin permasalahan itu dapat

diubah atau tidak, dapat di tanggulangi atau tidak. Berbagai kriteria tersebut dapat

diukur dengan skala :

a. mudah di ubah : 2

b. hanya sebagian :1

c. tidak dapat :0

3. Petugas keperawatan juga harus mengetahui berbagai cara pencegahan terhadap

berbagai masalah potensial. Petugas keperawatan harus membuat kriteria dari sifatnya

masalah yang timbul, lalu mengetahui bagaimana cara mengurangi atau mencegahnya.

Kriteria dapat diukur dengan skala :

a. tinggi : 3

b. cukup : 2

c. rendah: 1

4. Berbagai permasalah yang menonjol adalah bagaimana cara keluarga melihat, serta

menilai permasalahan yang muncul. Kriteria tersebut dapat diukur dengan tiga skala :

a. masalah berat yang perlu segera ditanggulangi :2

b. permasalahan tetap yang tidak perlu segera ditanggulangi:1

c. permasalahan yang tidak dirasakan : 0

D. Fase Perencanaan

I. Definisi Perencanaan Keperawatan

Dokumentasi perencanaan keperawatan adalah kegiatan pencatatan atau

penulisan berbagai kegiatan pencatan. Sejumlah hal yang perlu dicatat dalam

dokumentasi perencanaan keperawatan adalah berbagai langkah pemecahan

sejumlah masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien, serta urutan-urutan

prioritasnya.

II. Tindakan perencanaan keperawatan

41
Adapun tindakan perencanaan keperawatan yaitu, menentukan tipe dokumentasi

perencanaan keperawatan, menentukan prioritas, elakukan validasi, merumuskan

tujuan, menyusun rencana intervensi dan menyusun rencana evaluasi.

- Jenis Dokumentasi intervensi keperawatan

1. Dokumentasi intervensi pendidikan kesehatan

Dengan melakukan intervensi dibidang kesehatan, para praktisi keperawatan

dapat membantu menyembuhkan pasien, sekaligus membantu klien untuk meningkatkan

pengetahuan, kemauan serta kemampuan klien agar mampu melaksanakan kegiatan sehari-

hari secara mandiri tanpa bantuan orang lain.

2. Dokumentasi Intervensi keperawatan

Dokumentasi jenis ini adalah jenis yang umum dilaksanakan oleh para petugas

keperawatan pada berbagai institusi kesehatan. Pada pendokumentasian jenis ini, semua

proses keperawatan perlu dan akan dimasukkan dalam lembar catatan intervensi

keperwatan. Lembar catatan itu sifatnya sangat beragam, ada yang sifatnya umum, serta

ada yang khusus. Berikut adalah jenis dari lembaran pencatatan intervensi keperawatan

yaitu, lembar observasi tanda vital, lembar observasi cairan, lembar catatan pemberian

obat, lembaran catatan intervensi keperawatan, grafik tentang tanda-tanda vital, berat

badan, asupan dan haluaran cairan, kadar glukosa darah, pendokumentasian naratif yang

berguna untuk menjamin legalitas, konsistensi, keakuratan, serta ketepatan proses

dokumentasi.

E. Fase Implementasi

Tahapan implementasi dari seluruh proses keperawatan yang telah disusun dalam sebuah

sistem asuhan keperawatan. Tahapan implementasi keperawatan merupakan tahap keempat dari

seluruh proses keperwatan. Berbagai langkah dalam tahapan ini telah direncanakan oleh perawat,

agar berbagai tindakan implementasi yang dilakukan dapat membantu pasien mencegah,

42
mengurangi serta menghilangkan dampak atau respon yang ditimbulkan oleh masalah

keperawatan serta kesehatan.

a. Langkah langkah implementasi keperawatan yaitu :

1. Mempelajari latar belakang berbagai permasalahan, utamanya masalah kesehatan yang

dihadapi oleh pasien. Berbagai latar belakang permasalahan adalah semacam diagnosis

keperawatan yang sudah disimpulkan pada tahapan sebelumnya. Saat mempelajari

berbagai data, kita juga harus mempelajari berbagai analisis data, serta masalah

kesehatan dengan berbagai diagnosis keperawatan yang sudah ada.

2. Mempelajari rencana tindakan, kolaborasi dengan sesama tenaga kesehatan serta

rujukan kepada institusi kesehatan lain yang lebih lengkap fasilitasnya.

3. Setelah mempelajari berbagai data tertulis pada tahapan sebelumnya, maka pada

tahapan ini, petugas keperawatan harus melakukan berbagai proses indentifikasi

terhadap berbagai sumber daya yang dimiliki. Sumber daya tersebut di antaranya

adalah tenaga, kerja, alat, sarana infrastrukutur, serta dana.

4. Jika proses identifikasi sudah dilakukan, maka proses selanjutnya adalah menyiapkan

berbagai sumber daya yang dibutuhkan didekat tempat tidur pasien, supaya pasien

dapat menjangkau hal-hal yang di butuhkan dengan mudah.

5. Setelah seluruh sumber daya disiapkan dan berada pada posisi yang sangat terjangkau

dari pasien, maka tahapan selanjutnya adalah menyiapkan pasien sebelum berbagai

tindakan atau intervensi keperawatan dilakukkan. Berbagai persiapan ini dilakukan

agar pasien siap secara mental dan spritual serta secara fisik.

6. Untuk melaksanakann berbagai intervensi keperawatan, seluruh tim keperawatan perlu

memperhatikan hal-hal berikut.

a. Tindakan keperawatan yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan pasien

b. Tindakan keperawatan harus realistis sesui dengan kemampuan pasien, serta

kapasitas dari petugas keperawatan

43
c. Tindakan keperawatan yang dilakukan harus sinergis dengan tindakan pengobatan

lainnya

d. Tindakan keperawatan yang dilakukan harus aman bagi pasien

e. Perawat harus bertindak profesional dalam memberikan tindakan keperawatan,

perawat harus melakukan berbagai tindakann keperawatan sesuai dengan peran

fungsi, kapasitas, serta menjunjung tinggi kode etik keperawatan yang sudah

menjadi kewajiban moral perawat.

f. Perawat harus bersikap ramah dan sopan namun adil dan tegas dalam tindakannya,

perawat juga harus tetap otonom dalam setiap pelaksanaan tugasnya.

F.. Fase Evaluasi

Dokumentasi evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari seluruh pendokumentasian

proses asuhan keperawatan.

1. Komponen evaluasi keperawatan

Menurut Marilyn e. Doengoes, ada tiga komponen penting dalam proses

evaluasi keperawatan, ketiga komponen itu adalah hal hal yang saling berkelindan,

tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Komponen-komponen tersebut

adalah pengkajian ulang, modifikasi rencana keperawatan, serta penghentian

pelayanan.

1.Pengkajian ulang

Pengkajian ulang merupakan pemantauan status pasien secara kontinu,

konsisten dan berkesinambungan. Adapun yang dipantau dan diawasi dalam

pengkajian ulang adalah respon pasien terhadap berbagai intervensi yang diberikan.

Bahkan ketika pasien sudah dirumah masing-masing proses pemantauan dan

pengkajian ulang masih terus menerus dilaksanakan. Tujuannya adalah agar pasien

dapat sembuh total, serta untuk mengkaji, sejauh mana perawatan pasien yang

konsisten dan berkesinambungan bisa efektif meningkatkan kesembuhan pasien.

2. Modifikasi rencana keperawatan

44
Modifikasi rencana keperawatan biasanya berhubungan dengan bagaimana

berbagaai kebutuhan pasien telah terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah

semacam kebutuhan fisiologi dasar, seperti diudara, air, makanan serta keamanan.

3. Penghentian pelayanan

Tahap evaluasi adalah tahap akhir dimana seluruh hasil yang diharapkan

sudah tercapai, tujuan yang lebih luas pun sudah terpenuhi. Jika itu semua sudah

tercapai maka penghentian pelayanan keperawatan dapat benar-benar direncanakan

lalu di laksanakan.

Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teoritis yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti

membuat skema yang menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan

kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di

B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahua

Dokumentasi Asuhan
Sikap Keperawatan

Motivasi

Gambar 2.1

Skema diatas menunjukkan bahwa perawat dalam mendokumentasikan asuhan

keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi faktor pengetahuan,

sikap, motivasi. Keberadaan faktor-faktor tersebut akan meningkatkan kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan. Begitupun sebaliknya, kurangnya keberadaan

faktor-faktor tersebut akan berdampak buruk bagi kelengkapan dokumentasian asuhan

45
keperawatan sehingga kelengkapan dokumentasi keperawatan akan menjadi

terhambat.

D. Hipotesis penelitian

1. Ho (Hipotesa nol)

a. Tidak ada hubungan antara faktor pengetahuan dengan kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan

b. Tidak ada hubungan faktor sikap dengan kelengkapan dokumentasi

asuhan keperawatan.

c. Tidak ada hubungan faktor motivasi dengan kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan.

2. Ha (Hipotesa alternatif)

a. Ada hubungan antara factor pengetahuan dengan kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan.

b. Ada hubungan faktor sikap dengan kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan.

c. Ada hubungan faktor motivasi dengan kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan

46
BAB III

METODE PENELITIA N

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei analitik yaitu untuk mencoba

menggali bagaimana fenomena bisa terjadi antara faktor resiko dengan faktor efek.

Rancangan penelitian yang di gunakan adalah Cross Sectional. Cross sectional adalah

suatu peneitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya

diobservasi seklai saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter variabel

subjek pada saat pemeriksaan ( Notoatmojo, 2018).

B. Waktu dan Penelitian

Tempat penelitian akan dilaksanakan disemua ruang rawat inap RSUD.

Madani Palu pada bulan maret 2019.

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang berada di ruang

rawat inap RSUD. Madani Palu yang berjumlah

b. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari jumlah perawat ruang rawat

inap RSUD. Madani Palu. Jumlah atau besar sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah berdasarkan rumus slovin sebagai berikut :

47
N
n=
1+ N ( d 2)

Keterangan

n : Besar sampel

N : Besar Populasi

d : Eror tolerance ( toleransi terjadinya galat; taraf signifikan 0,01 )

Berdasarkan Rumus di atas, maka dapat di tentukan besar sampel sebagai


berikut :n= 1+¿ ¿

n= ❑
1+()

n=¿

n=¿
n=¿

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat

(Notoatmodjo, 2018). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap,

dan motivasi perawat.

2. Variabel Terikat ( Dependen)

Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi variabel

bebas (Notoatmodjo, 2018). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah dokumentasi

asuhan keperawatan.

a. Definisi Operasional

a. Pengetahuan
1). Definisi Operasional : pengetahuan adalah pemahaman serta kemampuan

perawat yang ditujukkan dalam melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

2). Alat ukur : Kuesioner

3). Cara ukur : Pengisian kuesioner

4). Skala ukur : Ordinal

5). Hasil ukur :

Baik : Bila skor jawaban yang benar ≥ median

Kurang baik : Bila skor jawaban yang benar ≤ median

b. Sikap

1). Definisi Operasional : Sikap adalah tindakan atau perilaku yang ditampilkan

oleh perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan

2). Alat ukur : Kuesioner

3). Cara ukur : Pengisian kuesioner

4). Skala ukur : Ordinal

5). Hasil ukur :

Baik : Bila skor jawaban yang benar ≥ median

Kurang baik : Bila skor jawaban yang benar ≤ median

c. Motivasi

1). Definisi Operasional : Motivasi adalah dorongan dalam diri perawat yang

membuat seorang perawat melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan

2). Alat ukur : Kuesioner

3). Cara ukur : Pengisian kuesioner

4). Skala ukur : Ordinal

5).Hasil ukur :

Baik : Bila skor jawaban yang benar ≥ median

Kurang baik : Bila skor jawaban yang benar ≤ median


d. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

1). Definisi Operasional : Dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu bukti

berupa catatan atau laporan mengenai status kesehatan klien serta semua kegiatan

asuhan keperawatan yang dilakukan seorang perawat.

2). Alat Ukur : Kuesioner

3). Cara ukur : Pengisian kuesioner

4). Skala Ukur : Ordinal

5). Hasil Ukur :

Baik : Bila skor jawaban yang benar ≥ median

Kurang baik : Bila skor jawaban yang benar ≤ median

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data terdiri dari :

a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini di peroleh langsung dari responden

dengan menggunakan kuosioner yang telah di sediakan terlebih dahulu untuk

memperoleh data yang akurat. Kuosioner untuk pengetahuan perawat tentang sistem

dokumentasi asuhan keperawatan menggunakan skala Gutman dengan bentuk pernyataan

15 nomor untuk pernyataan positif terdapat pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 dan

untuk pernyataan negatif terdapat pada nomor 10, 11, 12, 13, 14, dan 15. Dengan

alternatif 2 jawaban, jawaban yang pernyataan positif, jika responden menjawab benar

akan di beri nilai 1 dan jawaban pernyataan yang salah akan di beri nilai 0. Untuk

pernyataan negatif jika respnden menjawab benar akan di beri nilai 0 dan respnden yang

menjawab salah akan di beri nilai 1.

Kuosioner untuk sikap, motivasi, dan kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan menggunakan skala likert dengan bentuk pernyataan 15 item untuk

pernyataan positif terdapat pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 sedangkan untuk


pernyataan negatif terdapat pada nomor 11, 12, 13, 14, dan 15, Dengan alternatif 4

jawaban, jawaban pernyataan positif sangat sering (SS) akan di beri nilai 3, sering (S)

akan di beri nilai 2, kadang-kadang (KK) akan di beri nilai 1, dan tidak pernah (TP) akan

diberi nilai 0, Sedangkan untuk jawaban pernyataan negatif sangat sering (SR) akan di

beri nilai 0, sering (S) akan diberi nilai 1, kadang-kadang (KK) akan di beri nilai 2, dan

Tidak Pernah (TP) akan di beri nilai 3.

b. Data Sekunder

Data Sekunder di peroleh peneliti dari catatan/arsip kepegawaian,uraian tugas

perawat,struktur organisasi, data sejarah, dan profil tentang RSUD. Madani Palu.

c. Tehnik pengumpulan data

Tehnik ini dilakukan dengan menggunakan kuosioner, yaitu pengumpulan data

yang di lakukan dengan memberikan kuosioner berisi pernyataan kepada responden

untuk dijawab sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah di siapkan. Kuosioner di isi

oleh responden dalam waktu 20 menit, kemudian peneliti mengumpulkan kuosiner

yang telah di berisi jawaban responden, selanjutnya data yang terkumpul di lakukan

pengolahan data sehingga di hasilkan informasi yang akhirnya dapat di gunakan untuk

menjawab tujuan peneliti.

F. Pengolahan Data

Data yang telah di kumpulkan dan diolah dengan menggunakan sistem

komputerisasi (Notoatmodjo, 2018). Tahapan yang akan di lakukan dalam pengolahan

data adalah :

1. Penyuntingan Data (Editing)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner

perlu disunting (editing) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau

informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka

kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).


2. Membuat lembaran Kode (Coding Sheet)

Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk

merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor

responden, dan nomor-nomor pertanyaan.

3. Memasukkan Data ( Data Entry)

Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai

dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

4. Tabulasi

Yakni mengisi tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

diinginkan oleh peneliti.

5. Pembersihan Data ( Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan,

perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya. Kemudian dilakukan pembetulan

atau koreksi.

G. Analisa Data

Adapun jenis analisa data yang digunakan :

1. Analisa Univariate

Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteriktik

setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya.

f
(Notoatmodjo 2018). Analisis ini menggunakan rumus: p= x 100 %
n

Keterangan :

p = presentasi
f = jumlah jawaban yang benar

n= jumlah total pertanyaan

2. Analisa Bivariate

Analisa Bivariate untuk tabulasi silang antara 2 variabel yaitu variabel

independen dan variabel dependen. Analisa bivariate yaitu hipotesis yang di uji

dengan kelompok yang berbeda dalam ciri khas tertentu dengan koefisien kontingensi

yang di beri simbol. Analisa bivariat menggunakan tabel silang untuk menyoroti dan

menganalisis perbedaan atau hubungan antar dua variabel dengan tingkat kemaknaan

a = 0,05. Hasil yang di peroleh pada analasis chi square dengan manggunakan

program SPSS yaitu nilai p, kemudian dibandingkan dengan a = 0,05.

Kriteria penerimaan hipotesis

1. Ada hubungan yang bermakna, jika nilai p > 0,05 maka dengan demikian Ha di

terima.

2. Tidak ada hubungan yang bermakna, jika nilai p < 0,05 maka dengan demikian

Ho ditolak.

Koefisien kontingensi

Apabila ada hubungan antara variabel independen dan dependen maka di

anjurkan dengan uji koefisien kontingensi untuk kuat atau lemah

nya suatu hubungan antara variabel independen dan dependen.

X

C
N +N 2

Keterangan :

C = koefisien kontingensi

X = Nilai Chi-square

Dengan syarat :

r = 0,00 – 2,5 Hubungan lemah

r = 0,26 – 0,50 Hubungan sedang


r = 0,51 – 0,75 Hubungan kuat

r = 0,76 – 1,00 Hubungan sangat kuat

H. Penyajian Data

Untuk penyajian data dari hasil penelitian di sajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

I. Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat

dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, menghargaihak-hak subjek,

dan keadilan.

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepala

subjek khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari ekspolitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan

yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya

dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan

dipergunakkan dalam hal –hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk

apapun.

c. Resiko (benefits ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan

berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination). Subjek

harus diperlukan secara manusiawi.


Subjek mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi

subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun atau akan berakibat

teradap kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full

disclosure).

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara terperinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatuyang terjadi kepada subjek.

c. Informed Consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan di laksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga

perlu dicantumkan bahwa data yang diperoeh hanya akan dipergunakan untuk

pengembangan ilmu.

3. Prinsip Keadilan

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek harus di perlukan secara adil baik sebelum,selama dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata

mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan

rahasia

(confidentiality).
DAFTAR PUSTAKA

Tri Prabowo, 2017. Dokumentasi Keperawatan.Pustaka Baru Press.Yogyakarta.

Nursalam,2011. Proses & Dokumentasi Keperawatan Edisi 2. Salemba

Medika.Jakarta.

Endra Amalia,Lili Herawati & Nofriadi. 2018. Faktor-Faktor Kelengkapan

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap RSUD Lubuk

Sikaping. Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256 Vol.1 No. 1.

Nita, Ariani. 2018. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Mutu

Pendokumentasian Keperawatan Di Rsud Dr Rasidin Padang.Vol. Xii Jilid 1 No.80.

Notoadmojo, Soekidjo, 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta :

Jakarta.

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi

4.Salemba Medika Jakarta.

Marelli, T.M.2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Edisi 3. Buku Kedokteran

EGC. Jakarta.

Notoadmojo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasinya. PT. Rineka

Cipta : Jakarta.
57

Anda mungkin juga menyukai