Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kerja Praktik I

PT Areabangun Putra Sejati

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pondasi
3.1.1 Pengertian Pondasi
Pondasi adalah bagian paling bawah dari bangunan yang meneruskan beban
bangunan ke tanah atau batuan yang berada dibawahnya. Terdapat dua klasifikasi
pondasi yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal didefinisikan
sebagai pondasi yang mendukung bebannya secara langsung, seperti pondasi
memanjang, pondasi telapak, dan pondasi rakit. Pondasi dalam didefinisikan sebagai
pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras yang terletak relatif jauh dari
permukaan tanah, contohnya pondasi sumuran dan pondasi tiang (Hardiyatmo, 2002).

Pondasi sebagai suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi meletakan
bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (upper structure) ke dasar tanah yang
cukup kuat mendukungnya. Untuk tujuan itu pondasi bangunan harus diperhitungkan
dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban bangunan
dan gaya-gaya luar, seperti tekanan angin, gempa bumi, dan lain-lain. Dan tidak boleh
terjadi penurunan pondasi setempat atau merata lebih dari batas tertentu (Gunawan,
1993).

Pondasi didefinisikan menjadi 2 bagian (Das, 1998) yaitu:


1. Apabila kedalaman pondasi lebih kecil atau sama dengan lebar pondasi, maka
pondasi tersebut bisa dikatakan sebagai pondasi dangkal.
2. Anggapan bahwa penyebaran tegangan pada struktur pondasi ke lapisan tanah
dibawahnya yang berupa lapisan penyangga lebih kecil atau sama dengan lebar
pondasi.

Alma Maulana 17
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

3.1.2 Macam-Macam Tipe Pondasi


Pondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu konstruksi bangunan. Fungsi
pondasi adalah meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah yang berada di bawah
pondasi dan tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan
tanah dilampaui, maka penurunan yang berlebihan atau keruntuhan dari tanah akan
terjadi, kedua hal tersebut akan menyebabkan kerusakkan konstruksi yang berada di atas
pondasi.

Persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh pondasi antara lain:


1. Terhadap tanah dasar
a. Pondasi harus mempunyai bentuk, ukuran dan struktur sedemikian rupa sehingga
tanah dasar mampu memikul gaya-gaya yang bekerja.
b. Penurunan yang terjadi tidak boleh terlalu besar/tidak merata.
c. Bangunan tidak boleh bergeser atau mengguling.
2. Terhadap struktur pondasi sendiri
Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah akibat gaya yang bekerja.

Pemilihan jenis pondasi yang akan digunakan sebagai struktur bawah dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain kondisi tanah dasar, beban yang diterima pondasi,
peraturan yang berlaku, biaya, kemudahan pelaksanaannya dan sebagainya.
Berdasarkan elevasi kedalamannya, maka pondasi dibedakan menjadi pondasi dangkal
(shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation) (Das, 1998).
1. Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)
Pondasi dangkal adalah struktur konstruksi paling bawah yang berfungsi
meneruskan (mendistribusikan) beban bangunan ke lapisan tanah keras yang berada
relatif dekat dengan permukaan tanah.

Pada awalnya, yang dikategorikan pondasi dangkal adalah pondasi yang


memiliki kedalaman (Df) lebih kecil atau sama dengan dimensi lebar pondasi (B).

Alma Maulana 18
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

Namun dalam perkembangannya, pondasi masih dianggap dangkal meskipun


kedalaman pondasi mencapai tiga (3) sampai empat (4) kali lebar pondasi (4B) (Budi,
2011).

2. Pondasi Dalam (Deep Foundation)


Pondasi dalam merupakan struktur bawah suatu konstruksi yang berfungsi
untuk meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah keras yang berada jauh dari
permukaan tanah. Suatu pondasi dapat dikategorikan sebagai pondasi dalam apabila
perbandingan antara kedalaman dengan lebar pondasi lebih dari sepuluh (Df/B ≥ 10)
(Budi, 2011).

Pondasi dalam dapat dibedakan menjadi:


a. Pondasi dalam dengan pile didesakkan ke dalam tanah.
Pondasi tipe ini memakai pile berupa tiang pancang, sheet pile, dll. Pekerjaan
pondasi tipe ini membutuhkan bantuan crane dan hammer pile untuk
mendesakkan pile ke dalam tanah.
b. Pondasi dalam dengan pile ditempatkan pada ruang yang telah disediakan dengan
cara dibor (bored pile). Pondasi tipe ini membutuhkan mesin bor untuk membuat
lubang dengan kedalaman rencana kemudian pile dirangkai.
c. Pondasi caisson
Pondasi caisson merupakan bentuk dari pondasi sumuran dengan diameter yang
relatif lebih besar.

3.1.2.1 Jenis Pondasi Dangkal

Adapun beberapa jenis pondasi dangkal yang dikenal diantaranya pondasi


telapak, pondasi cakar ayam, dan pondasi sarang laba-laba.
1. Pondasi Batu Kali

Pondasi batu kali adalah bagian struktur bangunan terbuat dari


sekumpulan batu alam yang dibuat dengan bentuk dan ukuran tertentu

Alma Maulana 19
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

menggunakan bahan pengikat berupa campuran adukan beton, jenis pondasi


ini merupakan pondasi dangkal yang digunakan pada bangunan dengan beban
tidak terlalu besar seperti rumah tinggal.

Untuk membuat pondasi batu kali, ukuran batu yang digunakan


biasanya sekitar 25 cm. dengan demikian batu kali harus dipecah terlebih
dahulu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pemasangannya sehingga
hasilnya lebih rapi sekaligus kokoh.

Pada bagian dasar dari konstruksi pondasi batu kali merupakan


lapisan pasir setebal 5-10 cm yang berfungsi untuk meratakan tanah dasar.
Setelah itu baru batu kali dipasang dengan posisi berdiri. Di antara celah batu
tersebut diisi pasir sampai padat sehingga mampu mendukung beban yang
berada di atasnya. Susunan model seperti ini sekaligus berfungsi sebagai
drainase sehingga bisa mengeringkan air tanah yang berada di sekitarnya.
Untuk menjaga agar pondasi batu kali tidak cepat rusak ataupun basah
terkena air tanah maka badan pondasi diplester kasar yang tebalnya sekitar
1,5 cm.

Gambar 3.1 Pondasi Batu Kali


(Sumber : Karnadi E, 2013)

2. Pondasi Cakar Ayam


Pondasi sistem cakar ayam terdiri dari pelat tipis yang didukung oleh
pipa-pipa (cakar) yang tertanam di dalam tanah. Posisi pipa-pipa ini
menggantung pada bagian bawah pelat. Hubungan antara pipa-pipa dengan

Alma Maulana 20
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

pelat beton dibuat monolit. Kerjasama sistem yang terdiri dari pelat-cakar
tanah ini, menciptakan pelat yang lebih kaku dan lebih tahan terhadap beban
dan pengaruh penurunan tidak seragam. Pondasi system cakar ayam
ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Sedijatmo pada tahun 1961.

Secara umum perkerasan cakar ayam terdiri dari pelat tipis beton
bertulang tebal 10-17 cm yang diperkaku dengan pipa-pipa beton (cakar)
berdiameter 120 cm, tebal 8 cm, dan panjang pipa 150-200 cm, yang tertanam
pada lapisan subgrade, dengan jarak pipa-pipa berkisar 2,0- 2,5m. Di bawah
pelat beton, terdapat lapisan lean concrete setebal ± 10 cm (terbuat dari beton
mutu rendah) dan lapisan sirtu setebal ± 30 cm yang berfungsi, terutama
sebagai perkerasan sementara selama masa pelaksanaan dan agar permukaan
subgrade dapat rata sehingga pelat beton cakar ayam dapat dibuat di atasnya.
Pipa-pipa beton tersebut disebut cakar.

Sistem cakar ayam telah banyak diaplikasikan pada berbagai macam


bangunan, seperti pondasi menara transmisi tegangan tinggi, bangunan
gedung bertingkat, power stasion, kolam renang, Gudang dan hanggar,
jembatan, menara bandara (runway, taxi way, dan apron), perkerasan jalan
tol, dan lain-lain (Hardiyatmo, 2010).

Gambar 3.2 Pondasi Cakar Ayam


(Sumber : Karnadi E, 2013)

Alma Maulana 21
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

3. Pondasi Sarang Laba-laba


Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) ialah kombinasi konstruksi
bangunan bawah konvensional yang merupakan perpaduan pondasi pelat
beton pipih menerus yang diisi dengan perbaikan tanah sehingga menjadi satu
kesatuan komposit konstruksi beton bertulang. Kombinasi ini menghasilkan
kerja sama timbal balik yang saling menguntungkan sehingga membentuk
sebuah pondasi yang memiliki kekakuan jauh lebih tinggi dibandingkan
pondasi dangkal lainnya. Konstruksi Sarang Laba- Laba ditemukan oleh Ir.
Ryantori dan Ir. Soetjipto, pada tahun 1975.

Konstruksinya terdiri dari pelat beton tipis bermutu K-225 berukuran 10-
15 cm yang dibawahnya dikakukan oleh rib–rib tegak yang tipis dan relatif
tinggi, biasanya, 50-150 cm. Penempatan rib–rib diatur sedemikian rupa
sehingga dari atas kelihatan membentuk petak–petak segitiga, sedangkan
rongga–rongga di bawah pelat dan diantara rib–rib diisi dengan tanah/pasir
yang dipadatkan lapis demi lapis (Hastomo, 2014).

Gambar 3.3 Pondasi Sarang Laba-Laba


(Sumber : Karnadi E, 2013)

3.1.2.2 Jenis Pondasi Dalam

Adapun beberapa jenis pondasi dangkal yang dikenal diantaranya pondasi


telapak, pondasi cakar ayam, dan pondasi rakit.
1. Pondasi Sumuran

Alma Maulana 22
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi


dangkal dan pondasi tiang. Pondasi ini digunakan apabila tanah dasar terletak
pada kedalaman yang relatif dalam. Jenis pondasi dalam yang dicor ditempat
dengan menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya.
Pada umumnya pondasi sumuran ini terbuat dari beton bertulang atau beton
pracetak, yang umum digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah
dari silinder beton bertulang dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan
400 cm.

Persyaratan pondasi sumuran :


• Daya dukung pondasi harus lebih besar daripada beban yang dipikul
oleh pondasi tersebut.
• Penurunan yang terjadi harus sesuai dengan batas yang diijinkan
(toleransi) yaitu 1″ (2,54cm).

Pondasi sumuran adalah pondasi yang khusus, dalam


perakteknya terdapat beberapa kondisi yang dapat dijadikan alasan
untuk penggunaannya, diantaranya adalah sebagai berikut :
• Bila tanah keras terletak lebih dari 3 m, pondasi plat kaki atau jenis
pondasi langsung lainnya akan menjadi tidak hemat (galian tanahnya
terlalu dalam & lebar).
• Bila air permukaan tanah terletak agak tinggi, konstruksi plat beton akan
sulit dilaksanakan karena air harus dipompa dan dibuang ke luar lubang
galian.
• Dalam kondisi ini, pondasi sumuran menjadi pilihan tepat untuk
konstruksi yang tanah kerasnya terletak 3-5 m.

Alma Maulana 23
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

Gambar 3.4 Pondasi Sumuran


(Sumber : Karnadi E, 2013)

2. Pondasi Bored Pile


Pondasi Bored Pile adalah bentuk Pondasi Dalam yang dibangun di
dalam permukaan tanah dengan kedalaman tertentu. Pondasi di tempatkan
sampai ke dalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat lubang yang dibor
dengan alat khusus. Setelah mencapai kedalaman yang disyaratkan, kemudian
dilakukan pemasangan kesing/begisting yang terbuat dari plat besi, kemudian
dimasukkan rangka besi pondasi yang telah dirakit sebelumnya, lalu
dilakukan pengecoran terhadap lobang yang sudah di bor tersebut. Pekerjaan
pondasi ini tentunya dibantu dengan alat khusus, untuk mengangkat kesing
dan rangka besi. Setelah dilakukan pengecoran kesing tersebut dikeluarkan
kembali.

Persyaratan Pondasi Bored Pile


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengerjaan pondasi
bored pile, yaitu:

Alma Maulana 24
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

• Jenis Tanah. Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kecepatan dalam


pengeboran. Jika tipe tanah pada lokasi yang berpasir atau tanah basah
maka akan sangat mudah longsor sehingga sangat sulit dalam proses
pengangkatan mata bor setelah pengeboran. Salah sedikit bisa
mengakibatkan kelongsoran pada lubang yang telah dibuat.
• Level Muka Air Tanah. Level muka air tanah sangat menentukan tekanan
terhadap mata bor dan dinding sumuran. Jika level air tanah sangat
dangkal maka sumuran yang dibuat akan sering mengalami kebanjiran
yang akan berakibat sumuran akan mudah longsor dan mata bor sulit
menekan akibat tekanan air menuju arah keatas.
• Area Pengeboran/Lahan Pekerjaan. Untuk area yang tergenang air, sangat
tidak disarankan untuk menggunakan pondasi sistem bore pile. Hal
tersebut diakibatkan karena berpengaruh terhadap faktor air semen
pondasi bore pile. Penempatan mesin bor juga sangat sulit pada posisi
genangan.

Gambar 3.5 Pondasi Bored Pile


(Sumber : Karnadi E, 2013)

Alma Maulana 25
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

3. Pondasi tiang pancang


Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila
tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung
(bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban
yang bekerja padanya Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang
cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada
pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman lebih dari 8
meter.

Persyaratan Pondasi Tiang Pancang :


Dalam merencanakan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan
beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas :
• Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi
tersebut.
• Besarnya beban dan berat dari bangunan atas.
• Kondisi tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.
• Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.

Gambar 3.6 Pondasi Tiang Pancang


(Sumber : Karnadi E, 2013)

Alma Maulana 26
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

3.2 Kolom
3.2.1 Pengertian Kolom
Kolom adalah batang vertikal dari rangka (frame) struktural yang memikul beban
dari balok. Kolom meneruskan beban – beban dari elevasi atas ke elevasi yang paling
bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi. Karena kolom merupakan
komponen tekan, maka keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokal kritis yang
dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan, dan juga runtuhnya
batas lokal (ultimate total collapse) seluruh struktur. Oleh karena itu, dalam
merencanakan kolom perlu waspada, yaitu dengan memberikan kekuatan cadangan
yang lebih tinggi dari yang dilakukan pada balok dan elemen struktur horizontal
lainnya, terlebih lagi karena keruntuhan tekan tidak memberikan peringatan awal yang
cukup jelas. (Nawy, 1990)

Eksentrisitas beban dapat terjadi akibat timbulnya momen yang antara lain
disebabkan oleh kekangan pada ujung-ujung kolom yang dicetak secara monolit
dengan komponen lain, pemasangan yang kurang sempurna, ataupun penggunaan mutu
bahan yang tidak merata. Bahkan sering dijumpai kolom dalam bangunan gedung yang
menopang balok sama besar sebelah-menyebelah dengan bentang sama, tetapi kolom
menerima beban tidak sama berat dari kedua balok karena pola beban hidup yang
berbeda. Dipohusodo, (1994)

Seperti halnya balok, kekuatan kolom juga dievaluasi berdasarkan prinsip - prinsip
sebagai berikut (Nawy, 1990):
1. Distribusi regangan pada tebal kolom bersifat linier.
2. Tidak ada slip antara beton dengan tulangan baja (berarti regangan pada baja sama
dengan regangan pada beton yang membungkus tulangan baja).
3. Regangan beton maksimum diijinkan pada keadaan gagal adalah 0,003.
4. Kekuatan tarik beton tidak digunakan dalam perhitungan.

Alma Maulana 27
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

Menurut Dipohusodo, (1994) peraturan tidak memberikan definisi batas Panjang


maksimum kolom pendek, tetapi menetapkan digunakannya suatu proses evaluasi
kelangsingan pada batas nilai rasio kelangsingan tertentu. Dengan demikian,
komponen struktur tekan digolongkan menjadi dua, yaitu komponen struktur kolom
pendek dan langsing. Kolom pendek yaitu struktur kolom karena Panjang atau
tingginya sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan peninjauan terhadap efek tekuk
lateral.

Keruntuhan kolom yang demikian ditandai dengan kegagalan unsur bahannya,


yaitu hancurnya beton pada peristiwa runtuh tekan atau luluhnya baja tulangan pada
runtuh tarik. Kolom langsing yaitu kolom yang dimensi atau ukuran penampang
lintangnya kecil dibandingkan dengan tinggi bebasnya (tinggi yang tidak ditopang).
Semakin langsing atau semakin panjang suatu kolom, kekuatanya penampangnya akan
berkurang, bersamaan dengan timbulnya masalah tekuk yang dihadapi. Keruntuhan
kolom langsing lebih ditentukan oleh kegagalan tekuk (Buckling) lateral daripada kuat
lentur penampangnya.

3.2.2 Jenis-Jenis Kolom

Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:
1. Kolom ikat (Tie column)
2. Kolom spiral (Spiral column)
3. Kolom komposit (Composite column)

Gambar 3.7 Jenis Kolom


(Sumber : Dipohusodo, 1994)

Alma Maulana 28
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

Menurut Dipohusodo, (1994) ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom brton
yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi
tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi
untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya
saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang
dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari
tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi
cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran
seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada
arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi
batang tulangan pokok memanjang.

Untuk kolom pada bangunan sederhan bentuk kolom ada dua jenis yaitu :
• Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan
jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak
tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka
struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan
rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok
8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm
8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).

• Kolom Praktis
Kolom praktis yaitu kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga
sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau
pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan

Alma Maulana 29
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20. Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal
harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-
kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan
sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom
portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh
makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga
makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada
suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama.

Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai kolom-
kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat lantai dan
meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-
jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan
gaya horizontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada
pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

3.2.3 Dasar Perhitungan Kolom


Menurut SNI-03-2847-2002 ada empat ketentuen terkait perhitungan kolom:
1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada
semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada
satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan
yang menghasilkan rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus
diperhitungkan.
2. Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari adanya beban tak
seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar atau dalam harus
diperhitungkan. Demikian pula pengaruh dari beban eksentris karena sebab lainnya
juga harus diperhitungkan.
3. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada kolom, ujung-
ujung terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-ujung tersebut menyatu
(monolit) dengan komponen struktur lainnya.

Alma Maulana 30
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

4. Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus didistribusikan
pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasarkan kekakuan relative
kolom dengan juga memperhatikan kondisi kekekangan pada ujung kolom.

3.2.4 Pekerjaan Kolom


Prosesnya adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan lantai kerja dan beton decking.
Lantai kerja dibuat setelah dihamparkan pasir dengan ketebalan yang cukup sesuai
gambar dan spesifikasi. Digunakan beton decking untuk menjaga posisi tulangan dan
memberikan selimut beton yang cukup.
2. Pekerjaan pembesian.
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah lantai kerja siap maka besi
tulangan yang telah terfabrikasi siap dipasang dan dirangkai di lokasi. Pembesian pile
cap dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan pembesian sloof. Panjang
penjangkaran dipasang 30 x diameter tulangan utama.
3. Pekerjaan bekisting.
Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat dengan kayu usuk 4/6 dan diberi
skur-skur penahan agar tidak mudah roboh. Jika perlu maka dipasang tie rod untuk
menjaga kestabilan posisi bekisting saat pengecoran.
4. Pekerjaan kontrol kualitas.
Sebelum dilakukan pengecoran, perlu dilakukan kontrol kualitas yang terdiri atas
dua tahap yaitu :
a. Sebelum pengecoran.
Sebelum pengecoran dilakukan kontrol kualitas terhadap :
• Posisi dan kondisi bekisting.
• Posisi dan penempatan pembesian.
• Jarak antar tulangan.
• Panjang penjangkaran.
• Ketebalan beton decking.
• Ukuran baja tulangan yang digunakan.

Alma Maulana 31
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

• Posisi penempatan water stop.


b. Pada saat pengecoran.
Pada saat berlangsungnya pengecoran, campuran dari concrete mixer truck
diambil sampelnya. Sampel diambil menurut ketentuan yang tercantum dalam
spesifikasi. Pekerjaan kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan
konsultan pengawas untuk selanjutnya dibuat berita acara pengesahan kontrol
kualitas.
5. Pekerjaan pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh yaitu dengan menggunakan
Concrete Pump Truck. Pengecoran yang berhubungan dengan sambungan selalu
didahului dengan penggunaan bahan Bonding Agent.
6. Pekerjaan curing
Curing dilakukan sehari ( 24 jam ) setelah pengecoran selesai dilakukan dengan
dibasahi air dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam keadaan basah. Jadi, untuk kolom
pada bangunan berlantai 2 atau lebih, di butuhkan kolom yang kuat dan kokoh sebagai
dasar penopang beban yang besar dari atas, kolom yang baik untuk bangunan ini adalah
dengan ukuran 30/40 atau 40/40 ke atas. Ukuran kolom ini disesuaikan dengan
kebutuhan pada beban bangunan.

3.3 Safe Deposit Box

3.3.1 Pengertian Safe Deposit Box

Safe Deposit Box atau pelayanan aman dalam bukunya dasar-dasar perbankan
adalah sarana penyimpanan barangbarang berharga berupa box atau kotak- kotak, kecil
yang didesain sedemikian rupa dan setiap boxnya memiliki kunci istimewa tahan api,
serta disimpan dalam ruangan yang kuat sehingga sulit dicuri orang.(S. P. Hasibuan,
2002)

Hal ini sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Thomas Suyatno dalam
bukunya kelembagaan perbankan Safe Deposit Box merupakan salah satu sistem

Alma Maulana 32
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

pelayanan Bank kepada masyarakat dalam bentuk bank menyewakan kotak (box)
dengan ukuran tertentu untuk menyimpan barang-barang berharga dengan jangka
waktu tertentu dan nasabah menyimpan sendiri kunci kotak pengaman
tersebut.(Thomas Suyatno, 2007)

Pelayanan Safe Deposit Box ini sangat membantu masyarakat dalam mengamankan
harta benda yang berharga seperti perhiasan dan surat-surat berharga diantaranya
sertifikat tanah, surat-surat perjanjian, Ijazah, tanda penghargaan dengan dokumen-
dokumen lain yang memerlukan penyimpanan khusus, pada awalnya Safe Deposit Box
dimasukan dalam sebuah ruang khasanah yang berpengaman dengan dikelilingi besi
logam yang kuat dan tahan api, tempat Safe Deposit Box diletakan.(Kashmir, 2014)

3.3.2 Keuntungan Safe Deposit Box


Mengamankan barang berharga atau surat-surat berharga di SDB memberikan
beberapa keuntungan baik bagi nasabah dan juga lembaga. Keuntungan bagi lembaga
dengan mengadakan layanan jasa SDB kepada nasabah adalah
1. Memperoleh jasa biaya sewa yang telah disetorkan oleh masyarakat atau nasabah ke
lembaga.
2. Mendapatkan biaya yang mengendap dari nasabah melalui biaya setoran jaminan
dalam jangka waktu tertentu.
3. Dengan adanya SDB masyarakat atau nasabah akan sering mengunjungi lembaga
terkait, dan cara tidak langsung nasabah akan membeli salah satu produk dari
lembaga, itu semua merupakan jenis pelayanan dari lembaga ke nasabah atau
masyarakat. (Kashmir, 2014)

Sedangkan nasabah mendapatkan beberapa keuntungan antara lain :


1. Terjaminnya kerahasiaa isi dari SDB yang nasabah simpan karena lembaga tidak
perlu tahu isi SDB selama tidak melanggar aturan yang telah ditentukan sebelumnya.

Alma Maulana 33
10416028
Laporan Kerja Praktik I
PT Areabangun Putra Sejati

2. Terjaminnya benda berharga atau dokumen dari beberapa ancaman seperti halnya
kebakaran dan pencurian.
3. Dokumen-Dokumen Yang Bisa Disimpan Dalam Safe Deposit Box

Nasabah yang memilii beberapa macam dokumen penting, dapat memanfaat salah
satu jasa perbakan yaitu Safe Deposit Box, besar kecilnya ukuran pada suatu dokumen,
jangka waktu dan biaya merupakan salah satu pertimbangan bagi nasabah untuk
memilih seberapa luas ukuran atau tipe yang dibutuhkan dalam jasa Safe Deposit Box.
Beberapa jenis atau surat berharga yang bisa disimpan di Safe Deposit Box:
1. Sertifikat tanah
2. Saham
3. Sertifakt deposito
4. Surat perjanjian
5. Obligasi
6. Surat nikah
7. Akta kelahiran
8. Paspor
9. Surat atau dokumen lainnya.

Disisi lain Safe Deposit Box juga bisa digunakan untuk menyimpan harta atau
benda berharga seperti halnya:
1. Mutiara
2. Berlian
3. Intan
4. Permata
5. Emas
6. Dan benda lainnya yang dianggap berharga.

Alma Maulana 34
10416028

Anda mungkin juga menyukai