Hernia Abdominalis
Hernia Abdominalis
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding dinding rongga bersangkutan. Titik lemah ini bisa
merupakan suatu titik lemah yang normal, contohnya tempat dimana pembuluh
darah dan saraf keluar masuk. Kali ini akan dibahas mengenai abdominal hernia.
Hernia abdominal tidak termasuk hernia sekitar oesophageal hiatus. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi
hernia. Hernia yang umum disini adalah inguinal, umbilikal, femoral, dan hernia
lainnya.
1. HERNIA INGUINALIS
Hernia inguinalis merupakan suatu penonjolan keluar dari bagian isi abdomen
melalui daerah inguinal dinding abdomen. Hernia inguinalis terjadi bila terdapat
titik lemah di inguinal triangle. Ini adalah daerah di pangkal paha dimana terdapat
celah diantara lapisan otot yang membentuk dinding abdomen. Kanalis inguinalis
dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus, yang merupakan bagian
terbuka dari fascia transversalis dan aponeuresis m.transversus abdominis. Fascia
transversus merupakan suatu jaringan yang tidak terlalu kuat, area ini dilewati
oleh arteri epigastrik inferior. Pada laki-laki, di bagian lateral dari arteri epigastrik
terdapat vas deferens dan arteri testikularis, area ini disebut cincin inguinal
interna. Ada dua tipe hernia inguinalis berdasarkan terjadinya, yakni hernia
inguinalis direk dan indirek. Hernia inguinalis indirek yang dimulai pada area
cincin inguinal interna, sedangkan hernia inguinalis direk yang terjadi pada
dinding posterior di bagian medial dari arteri epigastrik inferior. (Browse NL,
1978)
Hernia inguinalis merupakan salah satu jenis hernia yang paling sering ditemui
dan dapat ditangani melalui tindakan operasi. Hernia inguinalis dapat dijumpai
pada setiap usia. Insiden penyakit ini lebih banyak mengenai laki-laki daripada
perempuan (Syamsuhidayat R, . 2005). Pada hernia inguinalis indirek, sekitar
60% terjadi di inguinal kanan, 20% di inguinal kiri, dan 20% bilateral. Sedangkan
hernia inguinalis direk, lebih sering mengenai usia lanjut dibandingkan dengan
anak-anak, dan sebagian besar terjadinya bilateral (web GP notebokk). Pada
populasi anak-anak, insidennya berkisar antara 1% sampai 4%. Hernia inguinalis
pada anak-anak, lebih sering muncul pada masa bayi dan insidennya semakin
meningkat pada bayi yang prematur (Lourdes Maisonet, 2003).
Ada beberapa etiologi yang terkait dengan terjadinya hernia inguinalis, yaitu:
Banyak orang yang lahir dengan kelemahan pada otot di dasar paha. Pada
laki-laki hal ini disebabkan oleh jalur penurunan testis sewaktu
perkembangan dalam kandungan. Pada awal kehamilan testis terbetuk di
depan ginjal dan sesaat sebelum lahir akan mengalami penurunan ke dalam
skrotum. Sehingga hal ini membentuk suatu kanal yang tidak tertutup kuat
yang bisa menjadi celah untuk terjadinya hernia.
Seperti penyakit pada umumnya yang mempunyai faktor risiko hernia inguinalis
juga mempunyai beberapa faktor risiko diantaranya yaitu :
1. Umur
Hernia inguinalis terjadi pada semua umur. Bisa terjadi pada bayi sampai
pada orang tua. Berdasarkan data didapat jika yang terjadi pada usia 24-39
tahun persentasenya sebesar 7.3, usia 24-39 tahun persentasenya sebesar
14.8, usia 40-59 tahun persentasenya sebesar 22,8. Sehingga diketahui jika
insiden hernia inguinalis meningkat dengan bertambahnya umur (Ruhl E,
2006).
2. Jenis kelamin
Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada laki-laki yaitu 13,9 persen
dengan jumlah 500 kasus dibandingkan dengan wanita yaitu 2,1 persen
dengan jumlah 120 kasus (Ruhl E, 2006)
3. Ras
Orang kulit putih memiliki risiko lebih besar terkena hernia inguinalis
yaitu 15,1 persen, dibandingkan dengan orang berkulit hitam yaitu sebesar
8,4 persen (Ruhl E, 2006).
4. Merokok
5. Obesitas
6. Pekerjaan
Pada orang normal, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur
m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika
berkontraksi, dan adanya fascia transversa yang kuat yang menutupi trigonum
Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Ketidakseimbangan ketiga
mekanisme tersebut dapat menyebabkan terjadinya hernia (Syamsuhidayat R, .
2005).
Berdasarkan terjadinya, ada dua tipe hernia, yakni hernia inguinalis direk dan
indirek. Pada hernia direk (didapat), hernia terjadi tanpa melalui kanalis inguinalis
internus (menonjol melalui dinding dorsal kanalis inguinalis), terletak di luar
pembungkus funikulus spermatikus, dan keluar melalui atau sekitar conjoit
tendon untuk mencapai anulus inguinalis eksternus. Sedangkan pada hernia
inguinalis indirek (kongenital), organ yang terlibat akan meninggalkan kavitas
abdominis lateral terhadap pembuluh epigastrika inferior untuk melewati anulus
inguinalis internus. Setelah mencapai anulus inguinalis internus, organ tersebut
melewati kanalis inguinalis dan keluar melalui anulus inguinalis eksternus.
Kantong hernia pada hernia inguinalis indirek, dibentuk oleh processus vaginalis
yang tetap terbuka dan diliputi oleh ketiga fascia pembungkus funikulus
spermatikus (Keith L. Moore dan Anne M.R. Agur, 2002).
Manifestasi klinis yang dapat terlihat pada pasien dengan hernia inguinalis,
meliputi:
a. Riwayat penyakit:
Umur
Inguinal hernia terjadi pada semua umur.usia puncak pada 1 bulan pertama
kehidupan,20 tahun awal,antara usia 40 dan 60 tahun.
Pekerjaan
Gejala lokal
Hal yang paling umum dirasa adalah rasa tidak nyaman dan nyeri.pasien
biasanya mengeluh adanya tarikan,rasa nyeri di pangkal paha. Hernia akan
terasa sangat menyakitkan dan keras, bila terjepit. Beberapa hernia tidak
disertai rasa sakit, dan bisa mengecil bila pasien tidur terlentang atau
hilang bila di tekan.
Gejala sistemik
b. Pemeriksaan fisik:
Posisi
Semua hernia inguinalis dapat dilihat sebagai suatu tojolan, ketika melalui
cincin inguinal superficial.
Warna
Kulit yang melapisi hernia biasanya normal, tetapi bila hernia terjepit
hernia akan tampak sedikit kemerahan.
Temperatur
Konsistensi
Bentuk
Ukuran
a. Umur, bisa terjdi pada semua umur, tetapi lebih sering pada orang
tua.
Disamping itu kita juga menanyakan kepada pasien mengenai keluhan lain
yang dialami oleh pasien yaitu :
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
Dorongan batuk:
3. Pemeriksaaan penunjang
- USG
- CT Scan
Posterior repair (iliopubic tract repair dan Nyhus technique) ditunjukkan dengan
membagi lapisan dinding abdominal superior pada internal ring dan keseluruhan
ruang properitoneal. Pemotongan berlanjut sampai bagian belakang dan bagian
dalam pada seluruh daerah inguinal. Posterior repair digunakan pada
kekambuhan hernia, untuk menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya
(Bax T, 1999).
Komplikasi dari herniorrhaphy secara umum kecil dan bisa sembuh sendiri,
hematoma dan infeksi merupakan masalah umum yang bisa direspon dengan
penanganan konserfatif. Komplikasi yang lebih serius seperti perdarahan hebat,
osteitis dan testicular atrophy terjadi pada 1 persen pasien yang mengalami
herniorrhaphy (Bax T, 1999).
Hernia femoralis merupakan benjolan di lipat paha pada kanalis femoralis. Isi
hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan
vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat
paha. Keluhan biasanya pada lipatan paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan kegiatan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal
( Syamsuhidajat R dan Jong W, 2005 ).
Gambar1.
Posisi Hernia
Femoralis.
2.1. Faktor
Risiko:
1.Mayoritas
ditemukan pada wanita berumur 60 – 80 tahun.
a. Batuk
c. Kehamilan
3.Multipara
4.Obesitas
2.2. Etiologi
2.3. Epidemiologi
3. Lebih sering terjadi pada wanita hamil karena mengalami kelemahan pada
dinding abdomen (Green R, 2007).
6. Hernia Femoralis jarang pada anak-anak dan lebih jarang pada anak laki-
laki (Yadav et al., 2008).
2.4. Patogenesis
4. Lipoma dengan hernia membelok ke kranial setelah keluar dari fosa ovalis.
2.5. Patofisiologi
a. Keluhan ( Symptoms)
b. Tanda (Signs)
1. Terjadi di pangkal paha karena usus terdorong melalui cincin otot yang
lemah pada kanalis femoralis sehingga menonjol di sana (State of
Victoria,1999).
2.7. Diagnosis
b. Pemeriksaan fisik:
a. Inspeksi
b.Palpasi
c.Perkusi
c. Pemeriksaan penunjang:
b. USG
Gambar.1
Hernia Femoralis
dengan sakus yang
terlokalisasi dan
kompresi vena pada
wanita 82 th( Suzuki
S.et al, 2007).
Gambar 3.
a. Hernia inguinal
b. Limfadenitis
c. Lipoma
d. Varices tunggal (umur tua, pada vena saphena magna)
e. Abses dingin (cold abscess): abses yang terkumpul akibat abses di tempat lain
(contoh karena TBC)
f. Sapheno-varix
g. Psoas absess
h. Psoas bursa( Browse NL, 1987)
2.9. Management
Setiap hernia femoralis memerlukan tindakan operasi, kecuali kalau ada kelainan
lokal atau umum yang kontraindikasi terhadap tindakan operasi.
a. Pilihan Anastesi:
b. Bercukur
Antara lipatan paha pada sisi yang terinfeksi dan abdomen bawah
Cairan IV
Nasogastrik aspirasi
2.Operasi
Operasi yang terdiri atas herniotomi yang disusul dengan hernioplastik dengan
tujuan menjempit anulus femoralis.Hernia femoralis dapat dioperasi dari krura,
inguinal atau kombinasi keduanya. Pendekatan krura tanpa membuka kanalis
inguinalis dipilih pada perempuan. Pendekatan inguinal dengan membuka
kanalis inguinalis sambil menginspeksi dinding posteriornya biasanya dilakukan
pada lelaki karena hernia femoralis pada lelaki lebih sering diikuti hernia
inguinalis medialis. Pendekatan kombinasi dapat dipilih pada hernia femoralis
inkarserata, hernia residif, atau kombinasi dengan hernia inguinalis.Pada
pendekatan krural, hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahit ligamentum
inguinal ke ligamentum cooper (Syamsuhidajat R dan Jong W, 2005).
Operasi secara umum dilakukan dengan membuat sayatan melalui hernia atau
pada abdomen bawah. Proses meliputi: membuka kanal femoral,
mengembalikan kembali loop usus atau melakukan penambalan terhadap kanal
femoral dan menutup abdomen. Bagian atas dari kanal dikuatkan dengan
membuat lubang dari material sintetik yang tidak mengiritasi tubuh.
2.9. Prognosis
3. HERNIA LAIN-LAIN
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar yang melalui
defek di linea alba antara umbilicus dan prosesus xifoideus. Isi hernia terdiri atas
penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum.
Hernia epigastrika muncul sebagai tonjolan lunak di linea alba yang merupakan
lipoma preperitoneal. Kalau defek linea alba melebar, baru kemudian keluar
kantong peritoneum yang dapat kosong atau berisi omentum. Jarang di temukan
usus halus atau usus besar di dalam hernia epigastrika. Hernia epigastrika ini
ditutupi oleh kulit, lemak subkutis, lemak preperitoneal, dan peritoneum. Sering di
temukan hernia multipel. (Syamsuhidajat R dan Jong W, 2005).
a. Epidemiologi
Hanya 3-5% orang terkena hernia epigastrika tersebut. Mereka rata-rata berusia
antara 20 dan 50 tahun, dan laki-laki lebih sering dari pada wanita.
b. Predisposisi
Linea alba di bentuk oleh anyaman serabut aponeurosis lamina anterior dan
posterior sarung m.rektus. Anyaman ini sering hanya satu lapis. Selain itu, linea
alba di sebelah kranial umbilikus lebih lebar dibandingkan dengan yang di sebelah
kaudal sehingga merupakan predisposisi terjadinya hernia epigastrika.
(Syamsuhidajat R dan Jong W, 2005).
c. Gambaran klinis
Penderita sering mengeluh perut kurang enak, nyeri, dan mual, mirip keluhan
pada kelainan kantung empedu, tukak peptik, atau hernia hiatus esofagus. Keluhan
yang samar ini terutama terjadi bila hernia kecil dan sukar di raba. (Syamsuhidajat
R dan Jong W, 2005). Nyeri yang di rasakan pada hernia epigastrika ini biasanya
berawal dari middle epigastric dan menyebar ke belakang dan bagian bawah
abdomen. Biasanya juga terdapat massa abdominal bila di lakukan palpasi.
d. Diagnosis banding
1. peptic ulcer
2. gallblader disease
3. hiatus hernia
4. subcutaneus lipoma
5. neurofibroma
e. Investigasi
Diagnosis untuk hernia epigastrika tersebut bisa di tegakkan dengan adanya
peningkatan tekanan intra abdominal dan juga terdapat mass bulge di daerah
anterior. Mass tersebut sering susah di palpasi, sehingga menggunakan bantuan
alat USG dan CT scan untuk memastikannya. (Wechsler RJ, 1989).
Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
anterolateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan penonjolan
peritoneum melalui bekas luka yang baru maupun yang lama. (Syamsuhidajat R
dan Jong W, 2005).
Hernia ini melewati dari pelvis menyambung ke skiatik foramia dan masuk ke
anus. Hernia skiatik ini melibatkan ureter, bowel, blader. Investigasi biasanya
menggunakan CT scan dan MRI. (Wechsler RJ, 1989).
a. Predisposisi
Faktor predisposisi yang berpengaruh dalam hernia sikatriks ialah infeksi luka
operasi,dihisensi luka, teknik penutupan luka operasi yang kurang baik, jenis
insisi, obesitas, peningkatan tekanan intra abdomen seperti asites, distensi usus
pasca bedah, atau batuk karena kelainan paru. Keadaan umum pasien yang kurang
baik, seperti pada malnutrisi dan juga pemakaian obat steroid yang lama, juga
merupakan faktor predisposisi. (Syamsuhidajat R dan Jong W, 2005).
a. Gambaran klinis
Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang di tepi di bawah
tulang rusuk XII ( Grynfeltt’s) atau di tepi cranial panggul dorsal. Gejala dan
tanda yang sering terjadi pada hernia lumbalis bisa berupa discomfort, kelemahan
otot, tonjolan di pinggang. Untuk menegakkan diagnosis juga memerlukan
imaging seperti USG dan CT scan. (Wechsler RJ, 1989).
Gambar 3. CT scan hernia lumbalis. (Wechsler RJ, 1989).
Hernia yang sangat jarang di jumpai ini merupakan hernia yang mengandung
divertikulum meckel. Hernia litter dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.
(Syamsuhidajat R dan Jong W, 2005).
Hernia spieghel hernia interstisial dengan atau tanpa isinya melalui fasia Spieghel
(Syamsuhidajat R dan Jong W, 2005).
a. Epidemiologi
Hernia ini sangat jarang dijumpai. Biasanya dijumpai pada usia 40-70 tahun,
tanpa perbedaan atara lelaki dan perempuan, biasanya terjadi di kanan, dan jarang
bilateral (Syamsuhidajat R dan Jong W, 2005).
b. Patogenesis
Pengelolaan terdiri atas herniotomi dan hernioplastik dengan menutup defek pada
muskulus transversus abdominis dan muskulus internus abdominis
(Syamsuhidajat R dan Jong W, 2005).
a. Patogenesis
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk
dan parestesia di daerah panggul, lutut, dan bagian medial paha akibat penekanan
pada nervus obturatorius (tanda Howship Romberg) yang patognomonik. Pada
colok dubur atau pemeriksaan vaginal dapat ditemukan tonjolan hernia yang nyeri
yang merupakan tanda Howship Romberg (Syamsuhidajat R dan Jong W, 2005).
Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui defek dasar
panggul yang dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau
sekunder setelah operasi melalui perineum seperti prostatektomi atau reseksi
sekum secara abdominoperineal (Syamsuhidajat R dan Jong W, 2005).
a. Patogenesis
Hernia keluar melalui dasar panggul yang terdiri atas muskulus levator anus dan
muskulus sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua daerah
dasar panggul. Hernia perinealis biasanya dibagi atas hernia anterior dan hernia
posterior. Hernia labialis yang bukan merupakan yang bukan merupakan hernia
inguinalis lateralis, hernia pudenddalis, dan hernia vaginnolabialis, termasuk
hernia anterior, sedangkan hernia isiorektalis dan hernia rektorektalis termasuk
hernia perinealis posterior (Syamsuhidajat R dan Jong W, 2005).
a. Epidemiologi
Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus hernia inginalis (Syamsuhidajat
R dan Jong W, 2005).
MALROTASI INTESTINAL
Malrotasi intestinal adalah suatu abnormalitas dari rotasi midgut sepanjang arteri
mesenteric superior dan fiksasi midgut di kavum peritoneum. Banyak variasi
embrionik dari suatu anomali yang ada, dari nonrotasi hingga rotasi yang
berlawanan. Tipe yang sering terjadi pada anak-anak adalah malrotasi intestinal,
suatu proses rotasi yang tidak komplit dan pengikatan dari mesentery midgut ke
dinding abdomen posterior terlalu sempit sehingga midgut akan cendrung menjadi
volvulus (Kamal, I.M, 2000).
A. EPIDEMIOLOGI
Malrotasi usus merupakan kelainan yang jarang terjadi dan hanya sebagian dari
kasus yang menimbulkan gejala dan tanda – tandanya selama periode neonatal.
Dari tahun 1954 – 1985, 108 bayi yang masuk ke Liverpool Neonatal Surgical
Center yang menunjukan adanya gejala malrotasi dari usus, terdapat 69 bayi laki
– laki dan 39 bayi perempuan. Ini berarti bayi laki – laki 2 kali lebih besar terkena
malrotasi usus (Lister J.,1990).
Selain itu dari data yang diperoleh terdapat 60% dari kasus timbul pada bulan
pertama kelahiran, 20% kasus antara umur 1 bulan sampai umur 1 tahun, dan
sisanya setelah umur di atas 1 tahun. Kemudian kelainan yang timbul berlanjut
dan bermanifestasi selama masa kanak – kanak dengan frekuensi yang menurun
dan bisa terjadi pada orang dewasa dan usia lanjut (Kamal, I.M, 2000).
B. FAKTOR RESIKO
Tidak ada referensi mengenai riwayat kehamilan yang abnormal pada bayi yang
lahir dengan malrotasi intestinal yang ditemukan dalam literature. Namun dari
hasil temuan klinis terhadap ibu yang mempunyai riwayat kehamilan yang
abnormal yang dapat menyebabkan kelainan pada bayi yang dikandungnya.
Kelainan tersebut diantaranya hidramion,aborsi yang mengancam, selain itu
kemungkinan ibu terkena toxeamia, adanya hipertensi, hiperemesis, diabetes dan
epilepsy (Lister J.,1990).
C. ETIOLOGI
Selama kehidupan awal fetus, midgut menempel terhadap yolksac dan loops
bagian luar ke dalam umbilical cord. Dimulai saat umur kehamilan mencapai
minggu ke-10, usus masuk kembali ke abdomen dan berputar (rotasi) berlawanan
terhadap jarum jam di sekitar arteri mesenteric superior sampai cecum sampai di
kuadran kanan bawah. Duodenum akan berotasi dibelakang artery dan berakir
pada ligament of treitz pada kuadran kiri atas. Dasar (base) dari mesentry menjadi
terfiksasi di sepanjang daerah perlekatan posterior, dari cecum ke ligament of
Treitz. Ketika rotasi menjadi inkomplit atau mengalami abnormalitas maka
terjadilah malrotasi. Rotasi yang inkomplit muncul ketika cecum terhenti dekat
dengan kuadran atas kanan, dan duodenum gagal bergerak ke belakang artery
mesenteric, ini akan menghasilkan akar (root) mesenteric yang menyempit dengan
ekstrim (Brunicardi, F.C., 2000).
Pada janin berusia 5 minggu, intestine menggantung pada dinding dorsal abdomen
melalui duktus vitellinus. Seluruh intestine divaskularisasi oleh arteri mesentarika
superior (Sandler, T.W., 1997)
Perkembangan gelung usus primer ditandai oleh pertambahan panjang yang cepat
terutama di bagian kranial. Sebagai akibat pertumbuhan yang cepat ini dan
bersamaan dengan pembesaran hepar, rongga perut sementara menjadi terlampau
kecil untuk menampung semua usus, dan gelung-gelung usus ini masuk ke rongga
selom ekstraembrional di dalam tali pusat selama perkembangan minggu ke-6
(hernia umbilikalis fisiologis). Selama hernia fisiologis ini loop duodenojejunal
berputar sejauh 1800 berlawanan arah dengan jarum jam sedangkan loop cecocolic
berputar sebanyak 900 berlawanan dengan jarum jam dengan arteri mesentarika
superior sebagai porosnya. Dan selama periode ini juga pemanjangan usus terus
terjadi dan band luas terbentuk di dasar mesenterium yang berfungsi untuk
melindungi usus halus dari malrotasi (Philip Wolfson, MD, 2007).
Pada minggu ke-10, gelung usus yang mengalami herniasi mulai kembali ke
dalam rongga perut. Faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab adalah
menghilangnya mesonefros, berkurangnya pertumbuhan hati, dan bertambah
luasnya rongga perut (T.W. Sandler, 1997). Bagian proksimal jejunum merupakan
bagian pertama yang masuk kembali ke rongga perut dan mengambil tempat di
sisi kiri. Selama retraksi ini loop duodenojejunal berotasi sebanyak 90o dengan
arah berlawanan jarum jam. Jadi, loop ini telah berotasi mengelilingi arteri
mesentari superior sejauh total 2700 dengan arah berlawanan jarum jam dan
terfiksasi pada ligamen Treitz di daerah kiri atas dari arteri mesentarika superior
(Philip Wolfson, MD, 2007). Loop cecocolic selama retraksi mengalami rotasi
sebanyak 1800 dengan arah berlawanan dengan jarum. Setelah berotasi sebanyak
total 2700, akhirnya terfiksasi di anterior atas terhadap arteri mesenterik superior
(Philip Wolfson, MD, 2007).
Tunas sekum yang tampak kira-kira pada minggu ke-6 adalah bagian usus terakhir
yang masuk ke dalam rongga perut. Untuk sementara, sekum masih terletak di
kuadran kanan atas tepat di bawah lobus kanan hati. Dari sini, usus ini bergerak
meuju ke dalam fossa illiaka kanan, sehingga kolon asendens dan fleksura
hepatika menjadi terletak di sebelah kanan rongga abdomen (T.W. Sandler, 1997).
Dalam tahapan rotasi fisiologis, mesentarium usus juga turut berperan.
Mesenterium pada gelung usus primer mengalami perubahan yang banyak
bersama dengan peristiwa rotasi dan pemutaran gelung-gelung usus. Ketika
bagian kaudal usus tersebut bergerak ke sisi kanan rongga perut, mesenterium
dorsal melilit di sekitar pangkal arteri mesenterika superior. Kemudian ketika
bagian ascenden dan descenden kolon sudah mendapatkan kedudukan yang
sebenarnya, mesentarium didesak menempel ke peritoneum di dindinh abdomen
posterior, sehingga akhirnya tertambat di posisi retroperitoneal (Sandler, T.W.,
1997)
E.KLASIFIKASI
Kelainan dari rotasi dan fiksasi terjadi lebih sering pada laki-laki dibandingkan
dengan perempuan. Malrotasi dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
1. Nonrotation
2. Incomplete rotation
3. Reversed rotation
Pada reversed rotation, usus berotasi dengan derajat yang bervariasi searah
dengan jarum jam mengelilingi arteri mesentarika superior. Ini menyebabkan,
loop duodenojejunal terletak di depan arteri mesentarika superior dan loop
cecocolic berada pada posisi prearterial atau berotasi searah atau berlawanan
jarum jam pada posisi retroarterial. Yang paling sering adalah retroarterial yang
berotasi searah jarum jam yang dapat menyebabkan obstruksi dari usus kanan
(Wolson, P., 2007).
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang paling dini dari malrotasi usus adalah nyeri dan kejang pada perut
yang diakibatkan karena ketidakmampuan usus untuk melewatkan makanan pada
bagian yang mengalami obstruksi. Saat bayi mengalami kram, maka mereka akan
menekuk kakinya dan menangis, setelah kram berkurang tangisnya berhenti
secara mendadak. Setelah kram hilang mereka akan bersikap normal selama 15-30
menit namun akan kembali menangis ketika kram berikutnya terjadi dan begitu
hingga seterusnya. Terkadang bayi juga mengalami lethargy dan tidak teratur
dalam buang air besar. Muntah juga merupakan gejala lain dari malrotasi. Gejala
ini dapat membantu dokter dalam menentukan letak obstruksi dari usus. Jika
muntah terjadi segera setelah bayi menangis, obstruksi sering kali berlokasi di
usus halus. Namun, bila muntah terjadi belakangan setelah bayi menangis, maka
kemungkinan yang mengalami obstruksi adalah usus besar. Muntah mungkin
mengandung bile (cairan empedu) atau menyerupai feses (Wolson, P., 2007).
Malrotasi yang lama tidak ditangani maka dapat menyebabkan obstruksi vascular
dan iskemia berat di midgut Yang memberikan gejala berupa feses berdarah yang
dapat berakhir dengan kolaps sirkulasi serta odem dan eritema pada dinding
abdomen yang dapat berkembang menjadi shock dan berakhir pada kematian
(Aschraft, K. W., 2000).
Gejala tambahan dari malrotasi adalah asites, diare, denyut jantung dan bernafas
dengan cepat, urin yang sedikit akibat hilangnya cairan, dan demam (Wolson, P.,
2007). Terkadang malrotasi juga berhubungan dengan anomali kongenital lainnya,
khususnya kelainan pada jantung yang terjadi pada 25% pasien ini dan kelainan
spleen atau liver serta kelainan dari sistem digestive lainnya(Hay, W.W., 1998)
G. DIAGNOSIS
H. TERAPI
Operasi selalu menjadi indikasi malrotasi intestinal, tetapi pada anak-anak yang
sudah pasti terdiagnosis dengan konfirmasi barium meal / Barium swallow,
berhenti muntah tanpa ada intervensi operasi, dan menunjukkan tidak ada gejala
yg abnormal ke depannya.
a. Management Pre-Operative :
c. Management post-operasi :
I.PROGNOSIS
Malrotasi sering berhubungan dengan kondisi abnominal yang serius
seperti exomphalos, obstruksi duodenum intrinsik, hernia diapragmatic
dan lainnya. Ini akan memperburuk keadaan pasien. Namun dengan
melakukan tindakan operasi sedini mungkin maka angka kematian
malrotasi akan menurun, tapi apabila terdapat gangrene volvulus pada
malrotasi akan memperburuk prognosis pasien (Lister J.,1990).
J. KOMPLIKASI
DAFTAR PUSTAKA