Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

“TIMBANG TERIMA”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Departemen Manajemen Keperawatan
Program Profesi Ners A.XV

Disusun Oleh :

Risnawati, S.Kep

NIM : 401220021

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERABANJAR


PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-15
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

Jl. MayjenLiliKusumah-Sumanding Wetan No. 33 Kota Banjar


Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043
web: www.stikesbp.ac.id
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu cara

dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan

dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus

dilakukan sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat

disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang

telah atau belum dilaksanakan.

B. Tujuan

Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA

(2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi,

mengembangkan dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai

pengaturan kesehatan.

Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah:

 Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus)

 Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan kepada klien

 Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh

dinas berikutnya

 Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.


C. Manfaat

Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:

1. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan.

Misalnya, penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya

kesalahan yang dapat membahayakan kondisi pasien

2. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan

sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat.

Timbang terima mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan

kebiasaan. Selain itu, timbang terima juga sebagai dukungan terhadap

teman sejawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan

selanjutnya

3. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk

melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat yang

mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan yang

dilakukan bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian

dinas dan tidak dibawa pulang. Dengan kata lain, proses timbang

terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada perawat

4. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu

memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk

membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya

(pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar

perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab


antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan pasien

secara komprehensif

5. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya,

pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat

menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum

terungkap. Bagi rumah sakit, timbang terima dapat meningkatkan

pelayanan keperawatan kepada pasien secara komprehensif.

Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi

perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah

meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan

kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan

keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat dapat

mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien,

saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung

bila ada yang belum terungkap.

D. Prinsip

Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar

prinsip timbang terima pasien, yaitu :

1. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien Semakin luas proses

timbang terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan timbang terima),

peran pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola timbang

terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang


komprehensif dari proses timbang terima pasien dan perannya sebagai

pemimpin. Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada

eskalasi pasien yang memburuk

2. Pemahaman tentang timbang terima pasien Mengatur sedemikian rupa

agar timbul suatu pemahaman bahwa timbang terima pasien harus

dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan sehari-hari

dari perawat dalam merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia

untuk menghadiri timbang terima pasien yang relevan untuk mereka.

Meninjau jadwal dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan

mendukung kegiatan timbang terima pasien. Membuat solusi-solusi

inovatif yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf

pada saat timbang terima pasien

3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien Mengidentifikasi dan

mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala

tentang proses timbang terima pasien. Mengidentifikasi staf yang harus

hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan

dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan timbang terima pasien.

Dalam tim multidisiplin, timbang terima pasien harus terstruktur dan

memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk pasiennya yang

relevan

4. Waktu timbang terima pasien Mengatur waktu yang disepakati, durasi

dan frekuensi untuk timbang terima pasien. Hal ini sangat

direkomendasikan, dimana strategi ini memungkinkan untuk dapat


memperkuat ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada

pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung

jawab misalnya ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk

suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang terima sangat penting

untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan, aman dan

efektif

5. Tempat timbang terima pasien Sebaiknya, timbang terima pasien

terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat tidur pasien. Jika tidak

dapat dilakukan, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk

memastikan timbang terima pasien berlangsung efektif dan aman.

Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima

pasien bebas dari gangguan misalnya kebisingan di bangsal secara

umum atau bunyi alat telekomunikasi.

6. Proses timbang terima pasien

a. Standar protocol Standar protokol harus jelas mengidentifikasi

pasien dan peran peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar

pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting, latar belakang

yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan

yang perlu dilakukan

b. Kondisi pasien memburuk Pada kondisi pasien memburuk,

meningkatkan pengelolaan pasien secara cepat dan tepat pada

penurunan kondisi yang terdeteksi


c. Informasi kritis lainnya Prioritaskan informasi penting lainnya,

misalnya: tindakan yang luar biasa, rencana pemindahan pasien,

kesehatan kerja dan risiko keselamatan kerja atau tekanan yang

dialami oleh staf.

E. Jenis-jenis

Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang

berhubungan dengan perawat, antara lain:

1. Timbang terima pasien antar dinas Metode timbang terima pasien antar

dinas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, antara

lain secara lisan, catatan tulisan tangan, dilakukan di samping tempat

tidur pasien, melalui telepon atau rekaman, nonverbal, dapat

menggunakan laporan elektronik, cetakan computer atau memori

2. Timbang terima pasien antar unit keperawatan Pasien mungkin akan

sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka tinggal di

rumah sakit

3. Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan

diagnostik. Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk

pemeriksaan diagnostik selama rawat inap. Pengiriman unit

keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik telah dianggap sebagai

kontributor untuk terjadinya kesalahan

4. Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan Pengiriman pasien dari

satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering terjadi antara


pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung antar

rumah sakit ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang berbeda

5. Timbang terima pasien dan obat-obatan Kesalahan pengobatan

dianggap peristiwa yang dapat dicegah, masalah tentang obat-obatan

sering terjadi, misalnya saat mentransfer pasien, pergantian dinas, dan

cara pemberitahuan minum obat sebagai faktor yang berkontribusi

terhadap kesalahan pengobatan dalam organisasi perawatan kesehatan

Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya:

1. Timbang terima secara verbal Scovell (2010) mencatat bahwa perawat

lebih cenderung untuk membahas aspek psikososial keperawatan

selama laporan lisan.

2. Rekaman timbang terima Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa

rekaman timbang terima dapat merusak pentingnya dukungan

emosional. Hal ini diungkapkan pula oleh Kerr (2002) bahwa rekaman

timbang terima membuat rendahnya tingkat fungsi pendukung.

3. Bedside timbang terima Menurut Rush (2012) tahapan bedside

timbang terima diantaranya adalah:

a. Persiapan (pasien dan informasi)

b. Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk,

pengamatan, dan penjelasan kepada pasien

c. Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien

Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan bedside timbang terima adalah:


a. Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf yang

tidak hadir pada timbang terima untuk mengakses informasi.

b. Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang perlu

disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga dan

anggota keluarga, bagaimana untuk berbagi informasi sensitif, apa

yang tidak dibahas di depan pasien, dan bagaimana melindungi

privasi pasien.

4. Timbang terima secara tertulis Scovell (2010) timbang terima tertulis

diperkirakan dapat mendorong pendekatan yang lebih formal. Namun,

seperti rekaman timbang terima, ada potensi akan kurangnya

kesempatan untuk mengklarifikasi pertanyaan tertentu.

F. Metode

1. Timbang terima dengan metode tradisional

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005)

di sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:

a. Dilakukan hanya di meja perawat

b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan

munculnya pertanyaan atau diskusi

c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi

secara umum
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,

sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status

kesehatannya tidak up to date

2. Timbang terima dengan metode bedside handover

Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan

sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover

yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien

atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.

Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik

secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya

pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:

a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan

terkait kondisi penyakitnya secara up to date

b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan

perawat.

c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi

pasien secara khusus. Bedside handover juga tetap memperhatikan

aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus

ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis yang

lain
G. Langkah-langkah dan prosedur pelaksanaan

1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap

2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan

disampaikan

3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab

shift selanjutnya meliputi:

a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum

b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan

c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan

4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan

tidak terburu-buri

5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara

langsung melihat keadaan pasien

H. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga

Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat

mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien.

Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut:

1. Efek Fisiologi

Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak

gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus

kurang tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja

akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu

makan dan gangguan pencernaan.


2. Efek Psikososial

Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek

fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi

dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam

masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan malam

berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan

pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam

dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat

berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari

lingkungan masyarakat.

3. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek

fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat

mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh

terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan

pemantauan.

4. Efek Terhadap Kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini

cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat

menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi

penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja

Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja

yang dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan

bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi

shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per

tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa

kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam.

Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi

selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.

I. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Persiapan

a. Kedua kelompok dalam keadaan siap

b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

2. Pelaksanaan

a. Semua perawat jaga shift 1 dan 2 kumpul bersama

b. Didahului dengan do’a bersama

c. Komunikasi antar pemberi dan penerima tanggung jawab dilakukan

dictation dengan suara perlahan

d. Menyebutkan identitas pasien, Dx medis, Dx keperawatan,

tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu

pelaksanaanya
e. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan

yang belum dilakukan

f. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift

g. Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila

ada)

h. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan

i. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang

dilakukan selama shift

j. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift

k. Memeberikan salam kepada pasien,keluarga, sereta mengobservasi

dan menginsfeksi keadaan pasien ,menanyakan keluhan-keluhan

pasien (dalam rangka klarifikasi)

l. Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama perawat shift

berikutnya pada akhir tugas

m. Memberikesempatan pada shift jaga berikutya mengklarifikasi

semua masalah yang ada termasuk daftar alat-alat dan obat

n. Menutup operan jaga

Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam

komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan

keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan

dokumen pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan

dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan


kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang,

dan akan dikerjakan oleh perawat.

Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:

a. Identitas pasien

b. Diagnosa medis pesien

c. Dokter yang menangani

d. Kondisi umum pasien saat ini

e. Masalah keperawatan

f. Intervensi yang sudah dilakukan

g. Intervensi yang belum dilakukan

h. Tindakan kolaborasi

i. Rencana umum dan persiapan lain

j. Tanda tangan dan nama terang.

Manfaat pendokumentasian adalah: (a) Dapat digunakan lagi untuk

keperluan yang bermanfaat. (b) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat

dan tenaga kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan

kepada pasien. (c) Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena

berbagai informasi mengenai pasien telah dicatat. (Suarli & Yayan B, 2009)

J. Faktor-faktor

1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.

2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.

3. Kemampuan menginterpretasi medical record.


4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.

5. Pemahaman tentang prosedur klinik

Engesmo dan Tjora (2006); Scovell (2010) dan Sexton, et al., (2004)

menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat dalam

pelaksanaan timbang terima, diantaranya adalah:

1. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima

2. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat yang

keluar masuk pada saat pelaksanaan timbang terima

3. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak dapat

memenuhi kebutuhan pasien mereka saat ini.


K. Mekanisme kegiatan

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA


Pra  Kedua kelompok dinas sudah siap 10 menit Nurse station Kari

Timbang dan berkumpul di Nurse Station PP

Terima  Karu mengecek kesiapan timbang PA

terima tiap PP

 Kelompok yang akan bertugas

menyiapkan catatan (Work Sheet), PP

yang akan mengoperkan, menyiapkan

buku timbang terima & nursing kit

 Kepala ruangan membuka acara

timbang terima dilanjutkan dengan

doa.
Pelaksanaa PP dinas pagi melakukan timbang 20 menit Nurse station Karu

n Timbang terima kepada PP dinas sore. Hal-hal PP


Terima yang perlu disampaikan PP pada saat Disamping tempat PA

timbang terima : tidur klien

1. Identitas klien dan diagnosa medis

termasuk hari rawat keberapa atau

post op hari keberapa.

2. Masalah keperawatan.

3. Data yang mendukung.

4. Tindakan keperawatan yang

sudah/belum dilaksanakan.

5. Rencana umum yang perlu

dilakukan: Pemeriksaan penunjang,

konsul, prosedur tindakan tertentu.

6. Karu membuka dan memberi

salam kepada klien, PP pagi


menjelaskan tentang klien, PP sore

mengenalkan anggota timnya dan

melakukan validasi data

7. Lama timbang terima setiap klien

kurang lebih 5 menit, kecuali

kondisi khusus yang memerlukan

keterangan lebih rinci.


Post Klarifikasi hasil validasi data oleh PP 5 menit Nurse station Karu

Timbang sore. PP

Terima 1. Penyampaian alat- alat PA

kesehatan

2. Laporan timbang terima

ditandatangani oleh kedua PP

dan mengetahui Karu (kalau

pagi saja).
3. Reward Karu terhadap perawat

yang akan dan selesai bertugas.

4. Penutup oleh karu.


Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift

2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau penanggung

3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas

4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan

pasien.

5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.

6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang

cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang

rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak

dibicarakan secara langsung di dekat klien

7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya

dibicarakan di nurse station

L. Evaluasi dalam Timbang Terima

a. Evaluasi Struktur

Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah

tersedia antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok

shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang

terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore.

Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin

oleh perawat primer.


b. Evaluasi Proses

Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan

oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift.

Perawat primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya

yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse

station kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi

timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan,

intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan

khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari

5 menit saat klarifikasi ke klien.

c. Evaluasi Hasil

Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap

perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar

perawat berjalan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Azrul Azwar. 1997. Peran Perawat Profesional dalam Sistem Kesehatan
di Indonesia. Jakar: Makalah Seminar. UI.
2.      Nursalam. 2008. Mnajaemen Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
3.      Nursalam. 2011. Mnajaemen Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika
4.      Seto Sagung. 2008. Manajemen Kinerja Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta:
Sabarguna

Anda mungkin juga menyukai