Table 2. Name and indicator function of Latin name Indicator
invertebrates Common name Banded Coral Shrimp Stenopus hispidus Aquarium Trade Lobster (All species) Malacostraca Overfishing Long spine Sea Urchin Diadema spp. Overfishing Pencil Urchin Eucidaris spp. Curio Sales Sea Egg/Collector Urchin Tripneustes spp. Overfishing Triton Charonia spp. Curio sales Crown-of-thorns Starfish Acanthaster Population plancii explosion Teripang (2 spesies) > Thelenota Beche-de-mer ananas fishery > Prickly Redfish > Stichopus > Greenfish hloronotus Kima raksasa (provide size/species) Tridacna spp Over-harvesting Data invertebrata digunakan di sini untuk memberikan gambaran kondisi yang terkait dengan empat masalah: pengumpulan untuk perdagangan akuarium laut, penangkapan ikan yang berlebihan, pemanenan berlebih, dan ledakan populasi predator karang (Habibi, dkk.,2007) Invertebrata bioindikator merupakan biota yang mempunyai pengaruh langsung ke lingkungan. Invertebrata bioindikator yang termasuk pada pemantauan ini adalah Banded Coral Shrimp (Stenopus hispidus), Diadema urchin (Diadema sp), Crown of Thorns/ COTs (Acanthaster planci), Keong Triton Charonia tritonis, Kima (Tridacna sp.), dan Teripang (Thelenota ananas) (lutfi., dkk 2018). Berikut adalah penjabaran peranan ekologi masing masing organisme invertebrata: Sea urchin Deadema setosum Diadema urchin adalah jenis invertebrate pemakan alga. Hewan ini dianggap penting karena dia dapat memakan alga di terumbu yang menjadi kompetitor karang. Hewan ini menjadi kunci penting akan kelimpahan alga di lingkungan terumbu karang dimana hewan ini dapat melakukan predasi terhadap alga dan menjadikan kesehatan karang tetap terjaga. Berkurangnya jumlah Diadema urchin dapat menjadikan salah satu faktor ekosistem terumbu karang menjadi banyak ditumbuhi alga (lutfi., dkk 2018). Kehadiran bulu babi pada ekosistem terumbu karang membersihkan algae yang tumbuh pada karang mati yang telah ditumbuhi algae, sesuai dengan sifatnya dalam mencari makan sebagai algae feeder. Kehadiran bulu babi ini memiliki peran yang menguntungkan bagi ekosistem terumbu karang karena turut membersihkan algae, sehingga memungkinkan karang untuk tumbuh dengan baik setelah substrat dibersihkan oleh bulu babi dari keberadaan algae, (Abrar 2014). Crown of Thorns/ COTs Acanthaster planci Bintang laut bermahkota duri Acanthaster planci merupakan biota pemakan polip karang yang populer karena dampak kematian karang yang ditimbulkan cukup serius. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun hanya ditemukan dalam jumlah sedikit, dalam kurun waktu yang tidak begitu lama setelah itu bintang laut ini sudah memberikan ancaman serius bagi kondisi karang. Di samping itu, bintang laut bermahkota duri dapat meregenerasi diri menjadi individu baru yang utuh dari potongan tubuh karena tercabik. Spesies ini juga diketahui memiliki umur larva planktonik yang relatif lama yang memungkinkan untuk menyebar luas ke seluruh dunia mengikuti pola arus. Dengan kata lain, walaupun pada suatu lokasi tidak ditemukan bintang laut bermahkota duri ini, bukan berarti bebas dari ancaman pemangsaan. Bisa jadi, pada lain waktu arus membawa larva Acanthaster planci ke tempat tersebut karena perairan laut di seluruh dunia terkoneksi satu sama lain. Dan akhirnya pemakan polip karang ini akan tumbuh dan berkembang biak setelah menemukan habitat yang cocok (Siringoringo, dkk., 2015). Siput Triton Charonia tritonis Keberadaan Siput Charonia tritonis atau triton juga menjadi indicator terhadap kesehatan terumbu karang. Hal ini disebabkan oleh peran Siput Charonia tritonis sebagai predator alami Acanthaster planci. Disamping itu, Casis cornuta atau siput kepala kambing juga merupakan predator alami dari Acanthaster planci (Siringoringo, dkk., 2015). Keberadaan Triton selama ini dapat menjadi kontrol kelimpahan dari Acanthaster planci yang ada di ekosistem terumbu karang. Sedangkan, cangkang Triton merupakan komoditas koleksi akuaria yang dijual untuk hiasan. Perburuan atau eksploitasi berlebih terhadap Triton akan berakibat meningkatnya jumlah Acanthaster planci di ekosistem terumbu karang (lutfi., dkk 2018). Teripang (Familia Holoturidae) Teripang (holothurians) hidup pada substrat pasir, lumpur maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan (food chain) di daerah terumbu karang dengan asosiasi ekosistemnya pada berbagai tingkat trofik (trophic levels), berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Teripang mencerna sejumlah besar sedimen, terjadilah pengadukan lapisan atas sedimen di goba, terumbu maupun habitat lain yang memungkinkan terjadi oksigenisasi lapisan sedimen. Proses ini mencegah terjadinya penumpukan busukan benda organik dan sangat mungkin membantu mengontrol populasi hama dan organisma pathogen (Siringoringo, dkk., 2015). Kima Giant clam Kima adalah salah satu dari banyak invertebrata laut yang dapat bersimbiosis dengan zooxanthellae (alga simbion yang juga terdapat pada terumbu karang). Hewan ini umumnya hidup di perairan tropis Indo-Pasifik. Hewan ini unik karena ukurannya yang besar dan kebiasaan makan hewan ini yang menarik. Giant clam mendapat nutrisi dengan empat cara: (1) autotrofik memanfaatkan fotosintesis dari zooxanthellae; (2) memakan zooxanthellae yang ada di tubuhnya; (3) filter feeder; dan (4) nutrisi dari bahan organik terlarut dan molekul inorganik. Maka dari itu, keberadaan hewan ini penting bagi perairan karena dapat menjadi indikator kesehatan ekosistem terumbu karang (lutfi., dkk 2018). Banded Coral Shrimp (Stenopus hispidus) Banded Coral Shrimp (Stenopus hispidus) merupakan biota karang yang menjadi favorit kolektor akuarium air laut. Udang ini tersebar di Atlantik bagian tropis, Indopasifik dan Laut Merah. Hewan ini umumnya bersembunyi di sela-sela terumbu karang. Udang mempunyai karakteristik warna belang merah dan putih. Hewan ini dikenal sebagai udang pembersih ikan. Julukan ini didasarkan pada kemampuan Banded Coral Shrimp yang mampu menghilangkan parasit di ikan pada habitat alaminya [36]. Udang ini akan menggoyangkan antenanya sebagai tanda kepada ikan karang untuk mendekat dan dibersihkan (lutfi., dkk 2018). Daftar pustaka Abrar, M. 2014. Laporan Monitoring (Baseline) Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Lainnya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. COREMAP-CTI : 57 hlm. Luthfi, O. M., Dewi, C. S., Sasmitha, R. D., Alim, D. S., Putranto, D. B. D., & Yulianto, F. (2018). Kelimpahan Invertebrata di Pulau Sempu sebagai Indeks Bioindikator, Ekonomis Penting Konsumsi, dan Komoditas Koleksi Akuarium. JFMR-Journal of Fisheries and Marine Research, 2(3), 137-148. Siringoringo, R. M., Sari, N. W. P., Arafat, Y., Arbi, U. Y., Azkab, H., Dharmawan, I. W. E., ... & Arafat, U. Y. A. (2015). Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Kabupaten Nias Utara. Jakarta, Coremap CTI, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, 78. Habibi, A., Setiasih, N., & Sartin, J. (2007). A Decade of Reef Check Monitoring: Indonesian Coral Reefs, Condition and Trends.