INSPEKSI LAS
BAB 1 PENDAHULUAN
Inspeksi las adalah kegiatan inspeksi pada sambungan las baik
pada peralatan yang masih dalam tahap instalasi ( pemasangan ) ,
konstruksi ( pembuatan ) maupun fabrikasi ( perakitan ) , atau
peralatan yang telah purna instalasi / konstruksi / fabrikasi namun
belum pernah dioperasikan , maupun pada sambungan las dari
peralatan yang sedang atau telah pernah dioperasikan atau
peralatan lama yang diperbaiki atau dirubah , untuk menentukan
apakah suatu tingkat mutu atau kondisi suatu sambungan las
telah memenuhi persyaratan spesifikasi , desain dan standard
yang diacu .
Judul diatas terdiri dari dua suku kata Inspeksi dan las yang
masing masing artinya dapat dirinci dibawah ini .
INSPEKSI
Adalah langkah langkah untuk menentukan apakah suatu tingkat
mutu atau kondisi bahan , peralatan , instalasi , konstruksi dan
fabrikasi telah memenuhi persyaratan spesifikasi , desain , atau
standard yang diacu . Inspeksi meliputi langkah langkah : a)
pemeriksaan , yang terdiri dari : 1) survei ( observasi ,
pemantauan ) yakni penilaian ( qualitative ) secara menyeluruh
dan garis besar suatu bentuk , kondisi bahan atau peralatan serta
situasi kerja atau pengoperasian , 2) pemeriksaan secara visual.
Penyelidikan ( investigasi ) untuk mengungkap ketidak
sesuaian yang tersamar / tertutup, c) penyidikan ( deteksi )
berupa pengukuran ( cek dimensi ), yang terdiri dari : 1)
pengukuran secara presisi , 2) secara optik , dan 3) secara
electronik , untuk menentukan besaran , jumlah , bentuk dan
orientasi ketidak sesuaian , d) pengumpulan data ( data collecting
) yang terdiri dari : pencatatan , pengarsipan , pengabadian
kelainan , ketidak sesuaian , atau gejala kerusakan , kerusakan
fisik , pengumpulan sisa / limbah operasi dan serangan karat ,
dan lain lain , e) analisa ( secara kimiawi untuk menentukan
2
LAS
Adalah cara penyambungan dua benda padat melalui pencairan
dan perpaduan dengan menggunakan panas .
Berdasarkan terminologi tersebut diatas , maka berlaku dua
syarat yang menentukan dalam pengelasan , yakni : 1) bahan
yang disambung harus dapat mencair oleh panas , dan 2) bahan
yang disambung harus cocok ( compatible ) satu dengan lainnya .
3) penyambungan dua buah bahan yang tidak cocok harus
menggunakan bahan antara yang cocok bagi kedua bahan yang
akan disambung tersebut .
Dibawah ini diuraikan tentang jenis jenis cacat las , baik cata
permukaan ( visual / surface ) , cacat akar ( non visual / root ) dan
cacat internal yang memerlukan peralatan NDT guna
mengungkapnya.
KRITERIA PENOLAKAN :
JIKA TIDAK DIPERBAIKI , SAMBUNGAN LAS YANG CEKUNG DITOLAK .
KRITERIA PENOLAKAN : KEBERADAAN SURFACE COLD LAP DITOLAK DAN HARUS DIPERBAIKI
( KARENA TERMASUK CACAT YANG BERPOTENSI BAHAYA ).
9
SURFACE UNDERCUT
SURFACE UNDERFILL
10
TRANSVERSAL
EXCESSIVE REINFORCEMENT
( JALUR LAS TERLALU MENONJOL )
MELEBIHI MAKSIMUM
MENONJOL SECARA
BERULANG ULANG
WIDE BEAD
WIDE BEAD YANG BUKAN
HASIL MANIPULASI MUTU
1
3
3 BEDA TEBAL
BEDA TEBAL 1
1 1
3 3
B. NON VISUAL
ROOT CONCAVITY
KRITERIA PENOLAKAN SESUAI API 1104 : 1.) JIKA SECARA INDIVIDUAL > ¼ INCI,
2).. SEPANJANG TEBAL PIPA , 3. JUMLAH SEPANJANG LAS 12” > ½ “ .
KRITERIA PENERIMAAN SESUAI ANSI B 31.3 : KEDALAMAN ROOT CONCAVITY DAPAT
DITERIMA MANAKALA JUMLAH SAMBUNGAN DITAMBAH REINFORCEMENT LAS ≥ TEBAL NOMINAL
LAS ( T W )
16
EXCESSIVE PENETRATION
ROOT CRACKS
ROOT UNDERCUT
KRITERIA PENOLAKAN SESUAI API 1104 : JIKA JUMLAH PANJANG LEBIH DARI 2 “ DALAM 12”
PANJANG LAS ATAU JUMLAH PANJANG LEBIH DARI ¼ PANJANG LAS SECARA KESELURUHAN ,
DITOLAK .
KRITERIA PENERIMAAN SESUAI ANSI B31.3 : UNTUK KATEGORI NORMAL , SEVERE CYCLIC
DAN KATEGORI D , LONGITUDINAL GOOVE TIDAK ADA UNDERCUT , UNTUK SAMBUNGAN BRANCH
≤ 1 mm ( 1/32 “ ) DAN ≤ ¼ TEBAL NOMINAL LAS ( T W )
19
ROOT UNDERFILL
20
SEBAB AKIBAT PENANGGULANGAN
1. GAP KOTOR. 1. MENGHASILKAN 1. GOUGING SAMPAI AKAR
2. AMPER ROOT RENDAH NOTCH YANG BERPO DILOKASI CACAT , DAN
3. SUHU METAL DINGIN TENSI RETAK LAS ULANG SESUAI WPS
4. HIGH LOW. 2. MELEMAHKAN SAMBU REPAIR .
NGAN
3. MENGAWALI EROSI
ABRASI.
KRITERIA PENOLAKAN SESUAI API 1104 : JIKA JUMLAH PANJANG LEBIH DARI 2 “ DALAM
12” PANJANG LAS ATAU JUMLAH PANJANG LEBIH DARI ¼ PANJANG LAS SECARA KESELURUHAN ,
DITOLAK .
KRITERIA PENERIMAAN SESUAI ANSI B31.3 : UNTUK KATEGORI NORMAL , SEVERE CYCLIC
DAN KATEGORI D , LONGITUDINAL GOOVE TIDAK ADA UNDERCUT , UNTUK SAMBUNGAN BRANCH
≤ 1 mm ( 1/32 “ ) DAN ≤ ¼ TEBAL NOMINAL LAS ( T W )
INCOMPLETE PENETRATION
KRITERIA PENOLAKAN SESUAI API 1104 : 1. INDIVIDUAL > 1 “ , 2. JUMLAH PANJANG DIDALAM
12 “ LAS > 1 “ , JUMLAH PANJANG DALAM LAS 12 “ PANJANG LAS > 8% PANJANG LAS TSB.
JIKA IP AKIBAT HIGH LOW : 1. JIKA SISI SATU AKAR TERBUKA > 2” ( INDIVIDUAL ) , 2. DALAM 12”
PANJANG LAS , JUMLAH PANJANG > 3” .
KRITERIA PENERIMAAN SESUAI ANSI B 31.3 : 1. INDIVIDUAL ≤ 1 mm ( 1/32 “ ) DAN ≤ 0.2 X
TEBAL NOMINAL LAS . 2. JUMLAH PANJANG DIDALAM LAS SEPANJANG 6 “ ≤ 38 mm ( 1 ½ “ )
21
ROOT POROSITY
C. INTERNAL
SLAG INCLUSION
SLAG LINES
22
SEBAB AKIBAT PENANGGULANGAN
1. PEMBERSIHAN SLAG KU 1. MENGURANGI KEKUAT 1. UNTUK KONSTRUKSI
RANG MEMADAI AN SAMBUNGAN LAS STRUKTURAL , ASAL TI
2. AMPER LAJUR LAJUR CEN 2. JIKA MELEBIHI BATAS DAK BERLEBIHAN TIDAK
DERUNG RNDAH. YANG DIIJINKAN , DITO PERLU PENANGGULANG
LAK. AN.
2. UNTUK SERVICE NORMAL
ATAU SEVERE CYCLIC
JIKA MLEBIHI BATASAN
YANG DIIJINKAN , DIGOU
GING HINGGA DEFECT HI
LANG , BARU DIKAMPUH
DAN DISTEL ULANG , KE
MUDIAN DILAS SESUAI
WPS REPAIR.
KRITERIA PENOLAKAN SESUAI API 1104 : 1. SECARA INDIVIDUAL > 1/8” LEBAR , 2. JUMLAH
PANJANG MELEBIHI 3 X TEBAL PELAT . 3. SLAG LINES YANG PARALEL DIHITUNG SECARA MASING
MASING APABILA MEMPUNYAI LEBAR > 1/32 “. 4. JUMLAH PANJANG DALAM 12” LAS > ½” , 5.
DIDALAM PANJANG LAS 12” TERDAPAT LEBIH DARI 4 BUAH SLAG YANG MEMILIKI LEBAR 1/8”/ ,
UNTUK PIPA KECIL ( DIA.< 2 3/8” , SECARA INDIVIDUAL MEMILIKI LEBAR > ½ TEBAL NOMINAL PIPA
DAN JUMLAH PANJANG > 2 X TEBAL NOMINAL PIPA.
KRITERIA PENERIMAAN SESUAI ANSI B31.3 : 1. PANJANG INDIVIDUAL ≤ 1/3 TEBAL NOMINAL
LAS. 2. LEBAR INDIVIDUAL ≤ 2.5 mm ( 3/32” ) ATAU ≤ 1/3 TEBAL NOMINAL LAS. 3. JUMLAH PANJANG
DALAM 12 X TEBAL NOMINAL LAS ≤ TEBAL NOMINAL LAS .
POROSITY
KRITERIA PENOLAKAN SESUAI API 1104 : 1) SECARA INDIVIDUAL MELEBIHI 1/8 “ ATAU 25%
TEBAL NOMINAL PIPA . 2) DISTRIBUSINYA MELEBIHI KETENTUAN API 1104 GAMBAR 15 DAN 16.
3) CLUSTER POROSITY TERJADI PADA CAPPING DENGAN DIAMETER > ½ “. 2) MENGANDUNG GAS
POCKET DIDALAMNYA YANG BERUKURAN > 1/8”.
KRITERIA PENERIMAAN INDIKASI PADA RADIOGRAFI YANG DIBULATKAN SESUAI
ASME VIII. : SECARA RINCI DAPAT DILIHAT PADA APPENDIX 4 , ASME VIII .
24
KRITERIA PENOLAKAN : DIDALAM STANDARD ASME , API MAUPUN ANSI , TIDAK DISPECIFY ,
JADI DIDASARKAN ATAS GOOD ENGINEERING PRACTICE ATAU INSPECTOR ‘ S JUDGEMENT
( PENDAPAT PROFESIONAL INSPECTOR ) .
INTERNAL CRACK
GAMBAR -2
INSPECTION HAMMER
SIKAT BAJA ,
STAINLESS STEEL ,
ATAU SIKAT KUNINGAN
PAHAT ( CHISEL )
MARTIL PEMAHAT
( CHIPPING HAMMER )
BESI SENTER
( CENTER POINT )
MARTIL ( HAMMER )
200 º CELCIUS
TEMPIL STICK
27
1) PENGUKURAN PRESISI
Peralatan yang digunakan antara lain : caliper vernier ( jangka
ingsut ) untuk mengukur kedalaman undercut , ketinggian
reinforcement dan lain lain.
GAMBAR - 3
GAMBAR - 4
LEG ( KAKI )
FILLET
MENGUKUR
KEDALAMAN UNDERCUT
MENGUKUR KEDALAMAN
UNDERCUT
THROAT ( LEHER )
FILLET
2) PENGUKURAN OPTIK
Salah satu contoh pengukura optik adalah penggunaan spectro
photometer untuk mengetahui komposisi bahan pada jalur las
dan bahan dasar yang tidak diketahui jenisnya . Close up
photography juga diperlukan untuk mengabadikan retak retak
dipermukaan jalur las atau didaerah terimbas panas . Sump micro
analyzer atau replica digunakan untuk menyelidiki permukaan
bahan setelah mengalami panas las , perlakuan panas , atau
kemungkinan terjadinya creep pada sambungan las yang
mengalami pemanasan dalam waktu lama.
GAMBAR - 5 SISTIM REPLICA PLASTIK DIKUPAS DAN DIBALIK KEMUDIAN
DIPERIKSA DIBAWAH MICROSCHOPE
PERMUKAAN PLASTIK
DISIRAMSOLVENT 5
PERMUKAAN LOGAM
DIPOLES HALUS PLASTIK LARUT DAN
MEMBEKU
1 2 3
3) PENGUKURAN ELECTRONIC 4
Misalnya penggunaan x- ray machine untuk mengungkap kondisi
internal jalur las atau tangential x – ray untuk mengukur
ketebalan dan kondisi permukaan sebelah dalam pipa yang
berinsulasi dan sedang beroperasi . Ultrasonic untuk
31
TANGENTIAL RADIOGRAPHY .
Tangential radiography dipergunakan untuk mengetahui tebal
pipa dan kondisi permukaan sebelah dalam pipa yang terinsulasi
( terbalut isolasi panas atau dingin ) dan sedang dioperasikan
,hasilnya cukup akurat. Kekurangannya adalah dibawah akurasi
pengukuran tebal ultrasonic digital , namun kelebihannya
hasilnya dapat direcord .
Sumber penyinaran diposisikan sejarak 1m dari titik singgung
penyinaran dengan pipa ( lihat gambar ) . Film x-ray diposisikan
dibelakang papan penyaring sinar yang berlapis timah tipis,
tujuannya agar radiasi tidak langsung mengenai x-ray film
sehingga imajinya ( bayangan- proyeksi ) nya hangus dan sulit
diterjemahkan . Dengan menggunakan rumus pytagoras
ketebalan pipa dan kondisi permukaan internalnya dapat diukur
mendekati akurasi , yang cukup memuaskan untuk dipergunakan
dalam menentukan langkah penanggulangan selanjutnya .
TANGENTIAL RADIOGRAPHY
TIMAH TIPIS
B
A
C
D
SUMBER PENYINARAN
FILM X-RAY
RUMUS PYTAGORAS
A C
=
B D
A = TERUKUR
B = TERUKUR
C = TEBAL INSULASI + TEBAL PIPA PAPAN
D = TERUKUR
TEBAL INSULASI = 2” ( STANDARD )
PIPA
AXD
C= = µ = 2” + t INSULASI
B
t = µ-2“
GAMBAR - 6
32
GAMBAR - 7
KELEMAHAN RADIOGRAFI
SUMBER PENYINARAN
GAMBAR - 8
90 º
125 º 55 º
180 º 0 º / 360 º
FILM X- RAY
UNDERBEAD CRACK
BAB
INTERNAL COLD LAP
34
BAB 4 PENGUJIAN
Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui tingkat mutu
pengerjaan dan integritas / kekuatan konstruksi bahan atau
peralatan , dan untuk meyakinkan bahwa bahan / peralatan sesuai
dengan spesifikasi dan standard yang diacu ) . Pengujian
terdiri dari : 1) uji merusak , 2) uji tanpa merusak dan 3) uji
hydrostatis . Dibawah ini diuraikan secara singkat padat masing
masing jenis pengujian las sesuai dengan standard internasional
yang berlaku ( ASME , API 1104 , AWS , dan ANSI B 31.3 ) .
UJI MERUSAK
1) UJI TEKUK
PERSIAPAN
Keping uji tekuk muka dan akar las harus sepanjang 9” dan selebar
1” , sedangkan sisi sisi panjangnya dipingul ( dibundarkan ) .
Pelaksanaannya dapat menggunakan mesin potong atau menggunakan
oxygen cutter. Penguat ( reinforcement ) muka dan akar las harus diserut
rata dengan permukaan pipa . Permukaan harus halus dan setiap
goresan yang ada harus ringan ( dangkal ) serta melintang
sambungan las.
r =1/8”
JALUR LAS
MAKS
1”- 1 ½”
6” - 9”
TEBAL
UKURAN SETELAH DISERUT
GAMBAR - 9
35
METODA
Keping uji tekuk muka dan akar las harus ditekuk pada jig penekuk
terpandu ( guided bend test jig ) sama dengan yang terpampang pada
gambaar diatas . Setiap keping uji ditempatkan pada die( tatakan )
dengan bagian jalur las ditengah tengah rentangan ( span ) . Keping uji
tekuk muka ditempatkan pada piranti tekuk dengan muka las
menghadap kecelah , demikian juga keping uji tekuk akar ,
menghadapkan bagian akar las kecelah tatakan. Kemudian batang
plunger diletakkan tegak lurus keping uji tepat ditengah tengah , dan
selanjutnya menekan plunger tersebut dengan tenaga hidrolis sehingga
bentuk keping menjadi seperti huruf U .
PERSYARATAN
Uji tekuk dianggap berhasil manakala tidak terdapat retak atau cacat
lain yang melebihi 1/8” atau setengah tebal pipa nominal , pilih yang
terkecil kesegala arah , pada jalur las atau daerah antara logam las dan
sona fusi setelah pengujian. Retak yang terdapat diluar radius tekukan ,
sepanjang sisi keping yang kurang dari 1/4 “ kesegala arah , diabaikan ,
kecuali apabila cacat itu tampak jelas. Setiap keping uji harus memenuhi
persyaratan tersebut diatas.
PLUNGER
A= 1½“ ( 45mm )
B = 2 5/16 “ ( 60
mm ) KEPING UJI
C = TEBAL JIG TEKUK
= 2 “ ( 50 mm )
JIG / TATAKAN
A B
JALUR LAS
GAMBAR 10
36
GAMBAR - 11
22 1/2º
45º
8Oº
50º
UJI TEKUK AKAR 2GPIPA
6”
1½“
GAMBAR 12
6”
1½“
PERSIAPAN
Batang uji tekuk samping las sepanjang kira kira 9 “ panjang dan
lebar kira kira ½ “ sedangkan sisi sisi panjangnya dipingul ( rounded ) .
Pemotongan batang uji tekuk samping dapat dilaksanakan dengan mesin
potong atau oxygen cutter selebar 3 ¾” ( 19 mm ) kemudian
dirampingkan menjadi ½”. Sisi sisi las harus halus dan sejajar. Muka
dan akar las harus diserut rata dengan permukaan pipa.
GAMBAR - 13
t TEBAL PIPA
9” ( 230 mm )
t
1/2 “ ( 12 mm )
GAMBAR – 7 BATANG UJI TEKUK SAMPING LAS PIPA
METODA
Metoda penekukannya mirip dengan penekukan muka dan akar ,
bedanya hanya pada uji tekuk samping las , sumbu jalur las bertumpu
dengan sumbu bukaan jig ( penampang las menghadap kejig ).
Penekukan membentuk batang uji menjadi U.
PERSYARATAN
Persyaratannya sama dengan persyaratan uji tekuk muka dan akar las.
39
6”
2“
PIRANTI UJI
TEKUK
R = 1 1/8 ”
1/2 ”
1 1/8 “
6 ¾”
min. 2 ”
min.3 “
CATATAN :
REINFORCEMENT
BUANG BAGIAN INI
PADA KEPING UJI
HARUS DISERUT ATAU
DIGERINDA RATA
UJI TEKUK AKAR
DENGAN PERMUKAAN
UNTUK
PELAT SEBELUM
6”
PENGUJIAN.
UJI TARIK
PEMOTONGAN PELAT
UNTUK UJI TEKUK MUKA
UJI HARUS SEDIKIT
LEBIH BESAR UNTUK
MEMUDAHKAN
PENGHALUSAN SISI
BUANG BAGIAN INI SISI KEPING UJI
SESUAI UKURAN YANG
DIMINTA.
3/4 “ 3/4 ”
6” 6” 6” 6”
B U AN G
B U AN G
AKAR
MUKA
AKAR
MUKA
DIMESIN 1 ½ ”
TEKUK
TEKUK
TEKUK
DI
TEKUK
DI
24” + 2 1/2 “
UJI TARIK
PERSIAPAN
Keping uji tarik harus dipotong sepanjang lebih kurang 9 “ dan
selebar 1” . Keping dapat dipotong dengan mesin atau dengan oxygen cut
. Sebaiknya kedua sisi samping dalam kondisi halus dan sejajar.
METODA
Batang uji tarik harus putus dengan bantuan mesin tensile yang mampu
mengukur besarnya beban ketika batang tersebut putus. Kuat tarik
dihitung dengan membagi beban maksimum pada saat kegagalan
42
dengan luas penampang terkecil dari batang uji ( yang diukur sebelum
beban tarik dikenakan ) .
PERSYARATAN
Kuat tarik satu sambungan las termasuk sona fusi dari setiap las harus
kuat tarik minimum yang ditentukan dari material pipa tetapi tidak
boleh dengan kuat tarik sebenarnya dari material. Apabila batang uji
tarik las putus diluar jalur las dan sona fusi dan memenuhi syarat kuat
tarik minimum didalam spesifikasi , sambungan las dapat diterima
sebagai telah memenuhi syarat.
Apabila batang uji pas putus dibawah kuat tarik minimum yang
ditentukan dari material pipa , batang uji dibuang dan diganti dengan
batang yang baru.
GAMBAR - 15
X
1/4 “ ( 6 mm )
BAGIAN LAS YANG
TERLEBAR
PERMUKAAN
MELENGKUNG PIPA
DIGERINDA / MESIN BAGIAN INI SEBAIKNYA
AGAR DIMACHINE
MENDAPATKAN MENGGUNAKAN MILLING
DUA BIDANG DATAR ATAU COTTER
YANG PARALEL.
X = TEBAL PELAT UJI TERMASUK
REINFORCEMENT
Y = TEBAL KEPING UJI
T = TEBAL PELAT UJI TANPA
REINFORCEMENT
W = LEBAR KEPING UJI ( 3/4 “ )
43
1/4" ( 6 mm )
BUANG BAGIAN INI
3/8” ( 10 mm )
UNTUK UJI TEKUK SAMPING
3/4" ( 19 mm )
Y X
X
1/4 “ ( 6 mm )
BAGIAN LAS YANG
TERLEBAR
≤ 1/.8 ” = T1
> 1/8 “ ≤ T 1 , TETAPI T2
1 “ DIBUANG
≥ 1/8 “
1 “ DIBUANG
6 “ (152 mm )
UKURAN FILLET = T 2
TAPI ≤ 3/4 “
T1
6 “ (152 mm )
12 “ ( 305 mm MIN.)
R
U C.
4” ( 102 mm ) T
3” ( 76 mm )
t ≥T
4” ( 102 mm ) 6” (152 mm )
1”
ARAH
TEKUKAN
KUADRAN UNTUK
UJI MACRO ETCH
KUADRAN UJI
FRAKTUR
T = TEBAL PIPA ( MENGANDUNG
UKURAN MAKSIMUM FILLET = T STOP START )
TEBAL SOKET ≥ T
Catatan :
6) Waktu developing
Waktu developing tidak boleh kurang dari 10 menit . Untuk jenis
developer bubuk kering , waktu developing mulai segera setelah
developer diaplikasikan , sedang tipe wet developer ( aqueous
atau non aqueous ) , waktu developing dihitung setelah developer
mengering.
Waktu developing maksimum yang dijinkan adalah 2 jam untuk
tipe aqueous , dan 1 jam untuk tipe non aqueous.
CLEANER
59
INDIKASI NON
DEVELOP
KONFORMASI
ER
SOLVENT
( THINNER ) DEVELOPER
( KAPUR )
Batasan
Apabila menggunakan zat penetrant pada baja austenitic ,
titanium , paduan nikel , atau paduan suhu tinggi lainnya ,
kandungan kotoran didalam zat penetrant seperti sulfur , halogen
dan alkali , dapat menyebabkan penggetasan atau karat.
khususnya pada suhu tinggi.
LAPISAN DEVELOPER
( PUTIH )
INDIKASI
RETAK
RETAK “ TOE “
INDIKASI POROSITY
BAHAN COR
CORAN
61
KNIFE SEAL
RIM TRAILING EDGE
FILLET
SHROUD
C
A A B
FILLET
WEB
RIM LEADING EDGE KNIFE SEAL
KNIFE SEAL
64
C (b) -- --
TRAILING EDGE 0,020 2X SAMA DENGAN L.E. DIATAS
FILLET 0,025 2X --
A ( AIRFOIL ONLY ) 0,025 2X --
B 0,035 2X --
RIM 0,020 2X TIDAK MELAMPAUI PINGGIR
KNIFE SEAL 0,035 2X TIDAK MELAMPAUI PINGGIR
A’ 0,035 2X --
SHROUD 0,030 2X TIDAK MELAMPAUI PINGGIR
KELOMPOK INDIKASI
( a ) INDIKASI BERGANDA DALAM LINGKUP UKURAN DIBAWAH MAKSIMUM YANG DIPERSYARATKAN DIANGGAP
SEBAGAI INDIKASI INDIVIDUAL . RETAK DITOLAK.
( b ) INDIKASI LINIER YANG MEMILIKI ORIENTASI KELILING MENDEKATI 1/4 INCI SECARA RADIAL DIKEDUA SISI
PERSILANGAN ANTARA PERMUKAAN WEB DAN PERMUKAAN HUB YANG KONIS , DITOLAK.
PEMBERSIHAN
ALKALIN UAP VAPOR DEGREASE SOLVENT ETCH ASAM
AWAL
PENGERINGAN KERING
DWELL TIME WAKTU RESAP 5 MENIT KECUALI UNTUK BAHAN WROUHT , EXTRUSION ,
FORGING , PELAT, HINGGA 10 10MENIT
KERINGKAN
KERINGKAN SEMPROT
DENGAN BASUH DENGAN AIR
DEVELOPER
SEMPROT AQUEOUS
DENGAN SEMPROT DENGAN
DEVELOPING DEVELOPER DEVELOPER KERING KERINGKAN SEMPROT DENGAN
KERINGKAN DEVELOPER AQUEOUS
NON AQUEOUS ATAU NON AQUEOUS
ATAU KERING
SEMPROT DENGAN
DEVELOPER KERING
ATAU NON AQUEOUS
WAKTU
DEVELOPING WAKTU DEVELOPING 10 MENIT
PEMBERSIHAN
UAP VAPOR DEGREASE SOLVENT
AKHIR
KERINGKAN
UMUM
Inspeksi butir magnetik digunakan untuk mengungkap cacat atau
non konformasi dipermukaan dan dibawah permukaan ( sub
surface ) dengan memanfaatkan kebocoran garis garis gaya
magnetik ( flux ) pada permukaan benda uji , sehingga dengan
menyemprotkan butir ferro magnetik akan berkumpullah serbuk
magnetik tersebut pada bocoran flux tadi sehingga karenanya
terungkaplah jenis dan dimensi cacat permukaan dan bawah
permukaan .
Karena butir magnetik ini memerlukan garis garis gaya magnetik ,
maka jenis inspeksi ini hanya dapat dilaksanakan pada material
yang dapat menjadi magnetik , seperti misalnya bahan besi , baja
dan paduan nikel , paduan cobalt, juga baja precipitation
hardening seperti stainless steel 17-4 PH , 17-7PH , dan 15-4 PH ,
yang menjadi magnetik setelah berusia cukup lama (aging ) .
Material tersebut diatas akan kehilangan daya ferromagnetiknya
manakala bersuhu melampaui 760˚C(1400˚F ) yang lazim disebut
Titik Curie ( Curie point ).
KEBOCORAN FLUX
FLUX
MAGNIT
69
MAGNETISASI
KABEL LISTRIK
DEFECT TRANSVERSAL
70
DEFECT LONGITUDINAL
PROD
ARUS
MAGNETISASI
YOKE
ARUS
MAGNETISASI
DEFECT DIANTARA
KUTUP KUTUP
FLUX MAGNIT
FLUX
ARUS
MAGNETISASI
CENTRAL
CONDUCTOR
PIPA
DEFECT LONGITUDINAL
71
INSPEKSI PROD
DENGAN PROD
TUNGGAL
DEFECT
DEFECT
72
N.I = 45.000 ( L / D ).
(a) (b)
B= μH
B=H B’ = H
R R
KONDUKTOR
(c)
B=μH B 1 = μ I H ‘’
B’ = H
B’ = H
B’’ = H’’
R
SILINDER
CENTRAL
CONDUCTOR
4d
d
78
BENDA UJI
COIL MAGNETISASI
ARUS MAGNETISASI
DEFECT
LADANG MAGNIT
BENDA UJI
DEFECT
KEPALA HUBUNG ( CONTACT HEAD )
80
KEPALA HUBUNG
ARUS MAGNETISASI
POLE TUBULAR
ARUS EDDY
BENDA UJI
POLE TUBULAR
DEFECT
82
PERMEABILITAS
Permeabilitas maksimum
Didalam inspeksi butir magnetik , level magnetisasi biasanya
ditentukan sedikit dibawah kurva magnetisasi normal untuk jenis
material tertentu , permeabilitas maksimum material terjadi
didekat titik ini . Untuk baja engineering pada umumnya ,
permeabilitas maksimum berkisar antara 500 hingga lebih dari
2000 gauss per oersted . Angka 500 adalah untuk baja nir noda
seri 400 . Permeabilitas khusus untuk material engineering
belum ada . Jika ada , nilainya dapat menyesatkan . Pada
umumnya harga permeabilitas material ditentukan oleh rule of
83
Permeabilitas awal ,
Adalah angka perbandingan antara kepadatan flux dan gaya
magnetisasi , manakala keduanya mendekati 0. Dengan makin
besarnya gaya magnetisasi , medan magnit didalam
benda uji naik pula sepanjang kurva “ virgin / asli “ dari loop
hysteresis.
6 . 6 MAGNETIK HYSTERISIS
Bahan fero magnetik apabila dimagnetisasi dengan dimasukkan
kedalam pengaruh medan magnit diluar benda tersebut , tidak
akan kembali netral apabila medan magnit tersebut dicabut. Pada
kenyataannya bahan tersebut mengalami medan terbalik dengan
kekuatan tertentu untuk mendemagnetisasikannya ( diluar
langkah memanasi hingga titik Curie ). Apabila medan magnit dari
luar, yang dapat diatur , dipertemukan dengan bahan yang masih
asli ( firgin ), kurva magnetisasi bahan tersebut dapat dibuat
dengan menggunakan peralatan pengukur. Sebagai contohnya
dapat dilihat pada kurva hysterisis berikut ini , dimana specimen
yang masih firgin ( unmagnetized ) kondisinya ditempatkan pada
titik 0 . Dengan menaikkan daya magnetisasi perlahan lahan ,
kepadatan flux pada material naik secara cepat pada awalnya
kemudian melambat hingga mencapai suatu titik , dimana jika
magnetisasi diteruskan tidak akan menaikkan kepadatan flux . Hal
ini ditunjukkan oleh kurva dengan garis titik titik ( 0 – a ). Dalam
keadaan ini material disebut telah kenyang ( jenuh ) dengan
magnetisasi. Apabila magnetisasi dikurangi sedikit sedikit hingga
menjadi 0 terjadilah kurva ( a – b ) . Jumlah daya
KURVA HYSTERISIS 84
(a) (b)
B+ KEPADATAN
a
FLUX
a
TITIK MAGNETISASI b
KEJENUHAN
FLUX MAX. SISA (Br)
GAYA MAGNETIK
H- 0 H+
KEPADATAN
B- FLUX
(d)
(c)
c f
0 0
(e) a (f)
d
85
SERBUK MAGNETIK
Tipe
Serbuk magnetik adalah butir butir halus bahan feromagnetik
yang dikondisikan untuk dapat menyerap zat warna ( fluorescent
atau non fluorescent ) untuk membuatnya sangat mencolok pada
86
Karakter serbuk
Bahan untuk serbuk magnetik harus memiliki permeabilitas yang
tinggi sehingga mudah termagnetisasi dan tertarik pada
kebocoran flux akibat adanya cacat dibawah permukaan , serta
memiliki retentivitas rendah sehingga tidak terjadi saling tarik
menarik antar butir serbuk ( magnetic agglomeration ).
Untuk mendapatkan hasil yang konsisten , ukuran dan bentuk
butir serbuk harus dikontrol .
Butir serbuk magnetik harus bebas dari racun , karat , minyak /
gemuk , cat , kotoran dan bahan kontaminan lainnya. Kedua jenis
serbuk dijamin aman dari kandungan racun dan sifat mudah
terbakar , apabila digunakan sesuai dengan rekomendasi pabrik
pembuat.
Serbuk kering
Serbuk magnetik kering didesign untuk dapat disemprotkan
langsung pada daerah yang dicurigai memiliki cacat terbuka
maupun bawah permukaan. Penggunaan biasanya hanya satu kali
pakai saja dan seterusnya dibuang ( expendable ) , walaupun
sering kali dikumpulkan kembali dan digunakan untuk inspeksi
berikutnya , namun untuk menjaga mutu akurasi pengungkapan ,
disarankan pemakaian hanya satu kali saja. Kelebihan jenis ini
adalah bahwa penggunaan dapat disegala cuaca baik panas (
hingga 315˚C / 600˚F ) maupun sangat dingin dimana tehnik
penyemprotan basah tidak efektif lagi. Suatu lapisan organik
berwarna mencolok , yang diberikan pada serbuk ini untuk
menghasilkan pengungkapan yang kontras terhadap permukaan
benda uji , akan kehilangan warna pada suhu panas tersebut
diatas. Jadi sebaiknya pihak pemasok harus terlebih dahulu
diberi informasi tentang kondisi operasi suhu tinggi ini agar
mereka dapat memasok serbuk yang tepat guna.
Keuntungan.
87
Kerugian
1) tidak dapat digunakan diruangan tertutup tanpa
menggunakan alat pernafasan.
2) Kemungkinan pengungkapan ( probability of detection –
POD ) kurang dari tehnik basah.
3) Sulit menggunakannya untuk posisi diatas kepala (
overhead ).
4) Pembuktian lebih kurang dibanding teknik basah karena
serbuk segera terhapus manakala daya magnetisasinya
hilang.
5) Produktivitas pengungkapan rendah.
6) Sulit untuk proses inspeksi sistim automotive.
Jenis fluorescent
Digunakan hanya untuk obyek inspeksi khusus , karena
harganya yang sangat mahal dan penggunaan yang terbatas.
Inspeksi dengan sarana ini memerlukan ruang yang gelap dan
lampu ultraviolet atau sinar hitam yang jarang ada dilapangan.
Sistim penyemprotan basah
88
Lapis konduktif
Lapis konduktif seperti oksida tebal dan chrome plating dapat
mengalingi cacat bawah permukaan. Sebagaimana halnya lapis
non konduktif , teknik butir magnetik pada kondisi ini harus dapat
membuktikan efektivitasnya mengungkap cacat.
CELAH
MAKSIMUM 1/32 “
96
G
C
SLOT TI PE R
SLOT TI PE B D F
G
A C
E A
D
SLOT TIPE C
D B
C
A (1) + 1 mm
B 0.05 mm + 0.0001 mm
20. 4. 8
C 0.005 mm + 0.0001 mm
E (1) + 1 mm
F (1) + 1 mm
G (1) + 1 mm
97
Magnetisasi lokal
Menggunakan Prod
Prod menghasilkan magnetisasi melingkar yang kekuatan
medannya proporsional dengan kuat arus yang digunakan ,
namun bervariasi berdasarkan jarak antara dua prod dan
ketebalan benda uji.
99
AIR-CORE COIL
TAIL STOCK
HEAD STOCK
BAGIAN YANG
BENDA UJI
TERMAGNETISASI
100
BAGIAN YANG
TERMAGNETISASI SUMBER LISTRIK
NI = KI ( L/D ) ( + 10 % )
Contoh :
Benda uji panjang 15 inci , dan diameter luar 5 inci , memiliki
perbandingan L/D = 15/5 = 3. Jadi amper kumparan = 45.000 / 3 =
15.000 Amper , diperlukan untuk memagnetisasi benda uji
dengan kekuatan medan magnit yang memadai.
Apabila kumparan terdiri dari 5 putaran kabel , maka kuat arus
yang diperlukan = 15.000/5 = 3000 A + 10% , dan jika belitan
kabelnya berjumlah 500 , maka kuat arus yang diperlukan = 15000
/ 500 = 30 A + 10 %.
Contoh :
Panjang benda uji 15 “ , diameter luar 5” , apabila coil dengan 5
belitan kabel , diameter 12 “ , digunakan , maka persyaratan
amper kumparannya = 43.000 x 6 = 19.846
(6x3)–5
Kuat arus coil = 19.856/5 = 3969 + 10%.
Coil intermediate full –factor
Apabila penampang coil > 2 x diameter benda uji , dan < 10 x
diameter benda uji :
NI = ( NI) h f ( 10 – Y ) + ( NI ) i f ( Y – 2 )
8
Contoh :
Benda uji panjang 10 “ dan diameter luar 2” . L/D = 5 , amper turn
= 35.000 / ( 5 + 2 ) = 5.000 + 10% . Apabila kabel dibelitkan 5 x
sepanjang benda uji , maka kuart arus coil = 5000 / 5 = 1000
Amper + 10% .
Catatan : apabila L/D < 3 , sebuah pole feromagnetik dengan
garis tengah sama dengan bahan uji digunakan untuk menaikkan
secara efektif nilai L/D , atau menggunakan metoda alternatif
seperti misalnya menggunakan arus induksi .
Untuk harga L/D > 15 , maka hal ini dianggap harga maksimum
dan dapat diberlakukan dalam rumus rumus diatas.
Perbandingan L/D dalam benda uji tubular
Untuk benda tubular D harus diganti dengan D efektif atau
disingkat D eff.
1/2
D eff = ( A t - A h ) /
2 2 1/2
D eff = ( OD ) - ( ID ) .
INTERPRETASI INDIKASI
1. Indikasi yang valid ( berlaku )
Semua jenis indikasi yang valid adalah hasil dari
berkumpulnya butir magnetik pada bocoran flux. Indikasi dapat
relevant , tidak relevant , dan palsu.
2. Indikasi relevant ( terkait )
Indikasi relevant berasal dari bocoran flux yang diakibatkan
oleh adanya cacat dibawah permukaan atau pada permukaan .
Diperlukan evaluasi untuk menentukan bahwa indikasi dapat
diterima atau harus ditolak berdasarkan persetujuan antara
pihak pemesan dan pihak pemanufaktur benda uji.
3. Indikasi non relevant ( tidak ada kaitannya )
Indikasi ini disebabkan oleh bocoran flux yang berasal dari
perubahan dipermukaan seperti misalnya lubang kunci
,lubang baut , sisi metal lain dari suatu sambungan las dua
metal berbeda , dll. Indikasi ini tidak perlu dievaluasi.
4. Indikasi palsu
Indikasi palsu adalah indikasi yang bukan berasal dari
bocoran flux , tetapi dari sebab lain , misalnya berkumpulnya
serbuk karena terperosok didalam takik dipermukaan benda
uji , atau karena terperangkap kerak karat , atau oksida.
ARUS MAGNETISASI
CENTRAL
CONDUCTOR
CACAT / DEFECT
COIL MAGNETISASI
ARUS MAGNETISAS
CACAT / DEFECT
POSISI PROD
UNTUK
POSISI PROD UNTUK MENGKUNGKAP
MENGUNGKAP CACAT CACAT
PADA AKAR LAS LONGITUDINAL
107
1 90
(a)
4 2
PENGUNGKAPAN 3
CACAT LONGITUDINAL
(b) 1
2 2
1
109
PENGUNGKAPAN
MAX.3” 1
CACAT
(c)
CIRCUMFERENSIAL
PADA PIPA < 1”
2
2”
(d)
1
1” 2
> 3”
PROSES DEMAGNETISASI
Semua bahan feromagnetik setelah mengalami magnetisasi akan
menyimpan sisa sisa daya magnit ( residual magnetic field )
tertentu. Residual magnetic field ini mungkind dapat diabaikan
pada metal magnetik yang lunak , namun dalam metal magnetik
yang keras , sisa ini seibanding dengan intensitas medan magnit
yang berkaitan dengan paduan khusus pembuat magnit
permanen.
B+
H+ H-
KURVA
B- KEPADATAN FLUX
KURVA ARUS
MAGNETISASI
111
Sirkit oscilasi
Alat ini digunakan sebagai sarana untuk menghasilkan arus
demagnetisasi dengan sistim decaying. Dengan memasang
capacitance besar dengan nilai yang benar melalui coil
demagnetisasi , maka coil menjadi bagian dari sirkit oscilasi.
Coil dialiri dengan arus searah , dan manakala sumber arus
diputus , maka sirkit dari resonant resistance-induction
114
COIL , 60Hz , AC A A N A A N A A A
THROUGH ,-
CURRENT , AC. 30 N A A A A A A A N
POINT STEP DOWN
THROUGH
CURRENT AC ,
REACTOR DECAY N A A A A A A A N
THROUGH
CURRENT DC , 30
POINT REVERSING N A A A A A A N N
STEPDOWN
YOKE , AC A (b) N A A N A N N
YOKE , A (b) N A A A A N N
REVERSING , DC.
UJI RADIOGRAFI
UMUM
Radiografi adalah salah satu uji tanpa merusak yang
menggunakan sinar x atau sinar yang mampu menembus
hampir semua logam kecuali timbal sehingga dapat digunakan
untuk mengungkap cacat atau ketidak sesuaian dibalik dinding
metal atau didalam bahan metal itu sendiri.
Didalam pengelasan , radiografi merupakan faktor penting untuk
menentukan mutu internalnya secara cepat sebelum melangkah
kejenis uji mutu lainnya seperti uji merusak , uji etsa , uji
kekerasam dan uji tanpa merusak lainnya jika ditentukan.
Disamping kelebihan uji radiografi , terdapat pula kerugian
penggunaannya , yakni radiasi dari sinar x atau yang berbahaya
bagi kesehatan manusia , yang jika melebihi batas ambang yang
diijinkan dapat merusak kesehatan hingga mematikan.
Oleh karenanya didalam radiograhi diberikan peralatan
perlindungan radiasi dan ijin khusus baik dalam penggunaan
maupun pengangkutannya ( khususnya gammagrafi ).
Sinar x berasal dari arus listrik bertegangan sangat tinggi dari 100
hingga 500 kVolt peak . Karenanya sinar x dapat dikendalikan
dengan mengatur besar kecilnya arus , demikian juga dengan
pengarahannya sangat terfokus sehingga radiasinya tidak
menyebar kemana mana . Sebaliknya sinar gamma yang berasal
dari zat radio aktif seperti Iridium 192 yang disebut isotop , sinar
radiasinya menyebar kesegala arah sebagaimana sinar matahari ,
sehingga untuk dapat memfokuskannya harus dimasukkan
kedalam kemasan khusus yang terbuat dari timbal yang lazim
disebut kamera dengan bukaan tertentu. Dari bukaan inilan
seberkas sinar radioaktif terpancar dan dimanfaatkan . Para
pelaksana radiografi dilengkapi dengan peralatan penyelamat
seperti survey monitor yang mengukur tingkat radiasi yang
terpancar dari sumber penyinaran yang kekuatannya merupakan
fungsi jarak dan energinya. Dengan demikian dapat ditentukan
daerah yang aman bagi para pelaksana radiografi dan sekaligus
memagarinya untuk peringatan bagi orang yang berlalu lalang
disekitar kegiatan radiografi. Para pelaksana juga dilengkapi
dengan pena dosimeter yang merekam jumlah radiasi yang
116
TABEL .1
KETEBALAN ( HVL ) BIASA , DALAM INCI , UNTUK ENERGI
UMUM
ENERGI KETEBALAN , in ( mm ).
120 kV 0.10 ( 2.5 )
150 kV 0.14 ( 3.6 )
200 kV 0.20 ( 5.1 )
250 kV 0.25 ( 6.4 )
400 kV ( Ir 192 ) 0.35 ( 8.9 )
1Mv 0.57 ( 14.5 )
2 M v ( Co 60 ) 0.80 ( 20.3 )
4Mv 1.0 ( 25.4 )
6Mv 1.15 ( 29.2 )
10 M v 1.25 ( 31.8 )
16 M v 1.30 ( 33.0 )
2.5 FILM
Terdapat banyak jenis film radiografi untuk digunakan dalam
industri. Namun untuk menentukan rumus yang difinitif dalam
menseleksi jenis film tersebut sulit mengingat penggunaan suatu
jenis film radiografi tergantung pada selera pengguna . Misalnya
persyaratan penggunaan suatu film dari seseorang pengguna
mencakup : level mutu radiografi , waktu exposure , dan faktor
harga.
Besi /Baja 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Tembaga 1.5 1.6 1.4 1.4 1.4 1.1 1.1 1.2 1.1 1.1
Zirconium 2.4 2.3 2.0 1.7 1.5 1.0 1.0 1.0 1.2 1.0
FILTER ( SARINGAN )
Saringan adalah lapisan material yang diposisikan antara benda
kerja dengan sumber penyinaran dengan maksud untuk
menyaring sinar x atau sinar dengan cara mengabsorp
komponen lemah dari radiasi primer sehingga menghasilkan hal
hal dibawah ini :
1) Mengurangi penyebaran radiasi dan sekaligus meningkatkan
kontras.
2) Mengurangi undercutting dan meningkatkan kontras
3) Mengurangi kontras antara bagian bagian dengan tebal
berbeda.
Posisi saringan tersebut terletak pada salah satu dari dua lokasi
ini :
1) Sedekat mungkin pada sumber penyinaran , sehingga
meminimalkan ukuran filter dan sekaligus memberikan
kontribusi dalam menyebar radiasi kedalam film.
2) Diantara film dan spesimen ( benda kerja ) , dengan maksud
mengabsorp radiasi yang tersebar dari spesimen . Harus
diketahui bahwa lead screen / foil ( lapis tipis timbal ) atau
metal lain dapat memenuhi fungsi tersebut.
Ketebalan dan bahan filter beragam tergantung dari kondisi
dibawah ini :
a) Material yang diradiografi.
b) Ketebalan material yang diradiografi.
c) Variasi ketebalan material yang diradiografi.
d) Spektrum energi dari radiasi yang digunakan.
e) Improvisasi ( peningkatan atau pengurangan kontras ) yang
dikehendaki .
KONTRAS RADIOGRAFI.
Berbagai intensitas radiasi pada radiografi sama halnya denga
density didalam fotografi biasa , karena makin tinggi intensitas
radiasi yang diterima film makin pekat kehitaman film tersebut ,
demikian pula sebaliknya. Perubahan hitam dan terang dalam
film radiografi dibawah sinar lampu viewer disebut kontras ,
makin tajam perbedaan hitam terang suatu obyek , makin tinggi
kontrasnya .
Kontras tergantung pada subyek kontras dan gradient film.
Subyek kontras adalah perbandingan antara intensitas radiasi
yang ditransmisikan oleh dua bagian dari suatu benda kerja.
Gradient film adalah harga slope garis tangen yang diatrik dari
titik density tertentu pada kurva karakteristik abscissa. Maing
masing pabrikpembuat film mengeluarkan kurva abscissa sendiri
untuk produknya.
Mutu radiografi dipengaruhi oleh banyak variabel , pengaruh
perubahan variabel ini dapat dilihat pada Gambar.1
123
MUTU RADIASII :
LUNAK -- CENDERUNG MENUJU KONTRAS TINGGI SUBYEK
KERAS -- CENDERUNG MENUJU KONTRAS RENDAH KONTRAS
RADIADI TERSEBAR :
JUMLAH SEDIKIT – CENDERUNG MENUJU KONTRAS TINGGI
JUMLAH BANYAK – CENDERUNG MENUJU KONTRAS RENDAH
KONTRAS
RADIOGRAFI
TIPE FILM :
GRADIENT RATA RATA TINGGI –MENUJU KONTRAS TINGGI
GRADIENT RATA RATA RENDAH – MENUJU KONTRAS RENDAH
TINGKAT PENGEMBANGAN :
CUKUP – MENUJU KONTRAS TINGGI KONTRAS
DIATAS ATAU DIBAWAH – MENUJU KONTRAS RENDAH FILM
KEPEKATAN ( DENSITY ) :
RENDAH – CENDERUNG MENUJU KONTRAS RENDAH
TINGGI - CENDERUNG MENUJU KONTRAS TINGGI
2.8 GEOMETRI
Ug = Ft / do
Dimana :
U g = ketidak tajaman geometri
F = ukuran sumber penyinaran ( titik fokus )
t = tebal benda kerja , apabila bersinggungan dengan
film
do = jarak antara benda kerja dengan sumber
penyinaran.( biasanya 40 inci ).
Catatan : Ug dan F mempunyai unit satuan yang sama .
Do dan t mempunyai unit satuan yang sama.
Terlampir adalah nomogram untuk menentukan ketidak jelasan
geometri.
F SUMBER
do
do
OBYEK
t OBYEK
t OBYEK
FILM
FILM LO
Li Li
Ug Ug IMAGI
a) KETIDAK TAJAMAN b) PEMBESARAN
GEOMETRI FILM
RADIOGRAFI Ld
c) DISTORSI
RADIOGRAFI
125
Keterangan : Keterangan :
d o = jarak obyek – sumber L i = ukuran imagi tak ter -
t = jarak obyek – film distorsi
Lo = ukuran obyek L d = ukuran imagi terdis -
Li = ukuran imagi torsi.
Ug = F t / d o Ld - LI = L.
Persentase distorsi = ( L / L I ) x 100
Li–Lo = L = 2 t x tan ½ .
L / L o x 100 = persentase pembesaran.
Biasanya ukuran F = 500 mils
t = 1.5 inci
Penerimaan suatu film x-ray didasarkan atas mutu imagi
penetrameter yang menggambarkan baik lubang lubang
( ASME ) atau kawat kawat ( IIW ) dengan jelas.
Rumus ketidak tajaman geometri tidak berlaku manakala
d o / t bertambah besar.
PERHITUNGAN ATAU CHARTA EXPOSURE
Pentingnya penggunaan charta exposure atau perhitungannya
harus mengaitkan hal hal sebagai berikut :
a) Sumber penyinaran atau mesin sinar – x.
b)Tipe material
c)Ketebalan material
d)Tipe film ( kecepatan relatif )
e)Density film .
f)Jarak fokus kefilm
g)Kilo Voltase atau jenis isotop
h)Tipe screen dan ketebalannya
i)Curie atau miliamper
j)Waktu exposure
k)Filet ( pada sinar primer )
l)Waktu dan suhu pencucian film dengan secara manual ,
waktu access untuk pencucian otomatis , waktu-suhu
untuk pencucian kering ( dry processing )
m) Merk bahan kimia , jika dikehendaki.
126
TEKNIK PENYINARAN
Teknik penyinaran bervariasi tergantung dari bentuk , ukuran
benda , serta mutu imagi yang diperlukan.
Agar mendapatkan mutu imagi yang terbaik , maka penyinaran
sebaiknya tegak lurus terhadap permukaan atau sumbu benda
kerja. Jika diperkirakan terdapat cacat planar dalam suatu benda
kerja , maka sebaiknya arah penyinaran dibuat sejajar dengan
perkiraan arah cacat planar tersebut untuk mendapatkan imagi
yang terkontras.
PELAT DATAR
Cara terbaik untuk penyinaran pelat datar adalah dengan
mengarahkan penyinaran tegak lurus pada permukaan pelat.
Imaginya terjadi dengan tingkat distorsi seminimum mungkin .
Jika bentuknya agak rumit maka upayakan agar imagitidak saling
bertumpu ( superimpose ) satu dengan lainnya misalnya dengen
memilih arah penyinaran bukan 90 pada permukaan datar .
Dalam kaus kasus tertentu hindarkan arah penyinaran yang
sejajar atau mendekati sejajar dengan permukaan , karena imagi
penyinaran ini sangat tidak kontras sehingga sangat mengurangi
rincian imagi , distorsinya sangat besar serta memerlukan waktu
exposure yang cukup lama.
127
ARAH PENYINARAN
LAS
FILLET
FILM
PELAT MELENGKUNG
Jika pelat melengkungnya cembung kearah sumber penyinaran
,maka penyinaran diupayakan berganda dengan permukaan
cakupan dipersempit . Kila melengkungnya cekung kearah
sumber penyinaran , maka yang terbaik menempatkan sumber
pada titik pusat lengkungan ( jika diameter lengkungan kecil dan
sedang ).
TEKNIK PENYINARAN PANORAMIK
Teknik ini banyak dilaksanakan pada pipa dengan sekali tembak
didapatkan imagi kesehgala arah melingkar dengan kekuatan
radiasi yang sama besar . Penempatan sumber radiasi dititik
pusat lingkaran pipa dengan penempatan film sepanjang las
melingkar pipa dengan bertumpu satu dengan lainnya . Jika pipa
tersebut kecil dan film memungkinkan untuk dilengkungkan ,
maka teknik panoramik masih dapat dilaksanakan menggunakan
sebuah film yang ditekuk dengan ujung saling atau hampir
bertemu.
128
SUMBER RADIASI
SILINDER DIAMETER
KECIL FILM
SUMBER
FILM
FILM
SUMBER
T=
TEBAL
0.5”
1”
HURUF
IDENTIFIKASI 0.250”
No.GRADASI 0.438”
MATERIAL 1 B 0 3 0.750”
1.50”
atau lebih cassette film ,perlu ditambah satu lokasi lagi untuk
menempatkan penetrameter yang jaraknya telah ditentukan.
KETENTUAN STANDARD
AKUMULASI CACAT INTERNAL
Kecuali cacat penetrasi tidak sempurna ( incomplete penetration
yang disebabkan oleh penyetelan tinggi rendah ( high low ) dan
undercut , setiap akumulasi ketidak sempurnaan ( imperfection )
dianggap sebagai cacat apabila terdapat hal hal dibawah ini :
a) Jumlah panjang sejumah indikasi yang terdapat didalam 12
inci panjang las ( 300 mm ) , melebihi 2” panjang ( 50 mm ).
DISTRIBUSI GELEMBUNG GAS MAKSIMUM UNTUK PELAT TEBAL ≤ ½” ( 12.7132
mm )
CAMPURAN ( ASSORTED )
4T
2T
2T
1T
133
DISTRIBUSI GELEMBUNG GAS MAKSIMUM UNTUK PELAT TEBAL > ½” ( 12.7 mm )
4T
2T
2T
1T
CAMPURAN ( ASSORTED )
134
135
UJI ULTRASONIC ( UT )
Uji ultrasonic adalah pengujian baik pengukuran tebal maupun
pendeteksian cacat internal ( flaw detection ) dengan
menggunakan getaran ultra , yakni gelombang mekanis yang
berfrequensi diatas 20 KHz .
a) TEHNIK RESONANSI
SIGNAL
AMPLIFIER
GENERATOR
FREQUENSI
TINGGI
DENGAN
FREQUENSI
YANG
VARIABEL
GENERATOR
SWEEP - VOLTAGE
b) TEHNIK TRANSMISI
GENERATOR INTENSITAS
FREQUENSI AMPLIFIER 100%
TINGGI
GENERATOR
FREQUENSI AMPLIFIER
TINGGI
137
v sin v1 I1 r2²
= = I2 r1²
f
sin v2
=
138
m / s m/s
AIR 1 . 480 0
UDARA 330 0
Uji ultrasonik termasuk salah satu dari uji tanpa rusak yang
fungsinya saling mendukung dengan jenis uji tanpa rusak lainnya
terutama untuk mendeteksi cacat internal dan ketebalan dinding.
8. CAKUPAN
Tulisan ini mencakup ketentuan standard dan teknik penggunaan
dan interpretasi dari indikasi yang dihasilkan oleh getaran
ultrasonik dalam uji tanpa rusak sekaligus memberikan evaluasi
tentang penerimaan atau penolakan indikasi tersebut
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan..
Tulisan ini juga mencakup jenis peralatan yang digunakan , cara
kalibrasi dan cara mengarsipkan hasil uji sesuai ketentuan.
Selanjutnya berhubung pada kenyataan dilapangan terdapat
banyak sekali kesulitan akibat bentuk ,ukuran dan posisi flaw /
cacat , dimana penggunaan radiografi tidak efektif hasilnya ,
maka uji ultrasonik dengan teknik pengambilan menyudut dan
menggunakan angle probe juga akan dikemukakan , karena hal ini
merupakan jalan keluar atas kesulitan tersebut diatas.
9. KETENTUAN STANDARD
9.1 PERSYARATAN AKHLI UJI ULTRASONIK
Pelaksana inspeksi dan pengujian ultrasonik harus berkualifikasi
dan memiliki sertifikat kompetensi yang memenuhi ketentuan
standard internasional dan dikeluarkan oleh badan atau institusi
yang berwenang dan diakui baik nasional maupun internasional.
Hal ini sangat menentukan karena uji ultrasonik praktis tidak
memiliki record tertulis kecuali dengan peralatan khusus dan atas
permintaan khusus pula. Karenanya keputusan ditolak maupun
diterimanya suatu indikasi sepenuhnya merupakan tanggung
jawab inspektor yang bersangkutan yang verifikasinya sangat
mahal dan memakan waktu.
141
9.6 PERALATAN
Inspeksi ultrasonik menggunakan instrumen ultrasonik tipe
echo ( gema ) pulsa. Instrumen tersebut harus dilengkapi
dengan stepped gain control yang dikalibrasi dalam unit 2.0
dB atau kurang.
UNIT PENCARI
DELAY RANGE
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
LUBANG
SEGARIS DAN
TAKIK REFLEKTOR
DIGUNAKAN MASUK KEDALAM
UNTUK BERKAS
KALIBRASI
BERKAS
SUDUT
SWEEP RANGE ( SAPU JARAK )
10 10
8 8
6 6
4 4
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KN
KN KN
K DR K KE D DR
E E R
DELAY
RANGE
2 4 6 8
SWEEP RANGE
REFLEKTOR
MASUK KEDALAM
BERKAS
149
10 SENSITIVITAS 10
8 8
6 6
DAC
4 4
2 2
0 0
0 2 4 6 8 0 2 4 6 8
CACAT
1“
3 . INTERPRETASI INDIKASI
UNIT PENCARI
AIR
CACAT
1”
1”
RETAK
PERMUKAAN
INKLUSI SLAG
LUBANG GAS
CACAT
CACAT
HASH
STANDARD PENERIMAAN
KETIDAK SESUAIAN UNTUK PERPIPAAN
a ) UJI BUTIR MAGNETIK ( MAGNETIC PARTICLE )
PROSEDUR LAS
PENDAHULUAN
KELAS PEKERJAAN
PROSEDUR LAS
PROSES LAS
BAHAN DASAR
METODA PEMBERSIHAN
POSISI PENGELASAN
LABEL RUSAK
& TIDAK
TERBACA LABEL HILANG
SANGAT
PEYOT
DINDING BERKARAT
MERATA
BERLUBANG
KONDISI BAIK
SALUT TERKELUPAS
BACK GOUGING
163
LAS FILLET
Las sudut atau las T keliling , karena sifat penetrasinya yang tidak
penuh , maka kekuatannyapun tidak sepenuh kekuatan las
kampuh.
Untuk sambungan pelat tipis digunakan beberapa jenis desain
seperti sambungan flare tunggal dan ganda , sambungan flare
bevel tunggal dan ganda , sambungan flange tunggal dan ganda
serta sambungan bevel flange tunggal dan ganda.
Cara mengukur las fillet adalah sebagai berikut
= KAKI
t = LEHER ( THROAT )
t
Las fillet diukur dari panjang kaki kakinya. Jarak terpendek antara
permukaan diagramatik dengan akar las disebut leher atau throat.
Ukuran kaki yang tidak seimbang harus dihindarkan.
Ukuran leher merupakan indeks yang lebih baik untuk
mengetahui tingkat kekuatan fillet weld daripada ukuran kakinya.
Berdasarkan ukuran leher ini ditentukan regangan yang diijinkan.
Ukuran kaki ( ) semata mata untuk menentukan ukuran leher.
Las fillet tidak memerlukan persiapan khusus sebagaimana
halnya las kampuh. Las fillet sering digabung dengan las kampuh
untuk menambah kekuatan dan mengurangi konsentrasi
regangan. Agar tidak terjadi konsentrasi regangan pada bagian
ujung fillet ( toe ), disarankan agar kontur fillet cekung , namun
kecekungan ini juga dibatasi agar tidak berlebihan. Filet 45 yang
kakinya = 3/4 tebal pelat ,dianggap sebagai fillet dengan kekuatan
penuh untuk pembebanan transversal dan paralel.Kontur
cembung fillet menciptakan konsentrasi regangan pada ujung
ujungnya sehingga mudah terjadi retak dibagian tersebut yang
lazim disebut toe crack.Untuk jelasnya bentuk desainnya dapat
dilihat pada sketsa berikut ini :
166
P P P w
w
DESAIN KEKUATAN
TEBAL PELAT LAS KEKUATAN PENUH 50% KEKUATAN PENUH 33% KEKUATAN PENUH
( INCI ) ( w = 3/4 t ) ( w = 3/8 t ) (w=¼t)
R
U C.
LAS BUTT
PROSES LAS
PENETRASI
DISTORSI / DEFORMASI
BAIK SEKALI
TACK WELD
DIDALAM KAMPUH
DILAKSANAKAN
SETELAH
PENGUNCIAN
SELESAI
171
KUPINGAN
DILASKAN PASAK
BENGKOK
KEDASAR
PENEKAN
METAL CLIPS
PEMASANGAN PELAT
DINDING PADA
PENYAMBUNGAN DASAR
PELAT DINDING
TANGKI
DENGAN DASAR TANGKI
172
KUPINGAN / LUG
SPACER
PASAK
PENGUAT LUG
DATAR /
HORIZONTAL
STRONG BACK
LAS ARGON
( GTAW / GAS TUNGSTEN ARC WELDING )
Gas tungsten arc welding atau tungsten inert gas welding
( TIG ) adalah jenis las listrik yang menggunakan bahan tungsten
sebagai elektroda tidak terkonsumsi . Elektroda ini digunakan
hanya untuk menghasilkan busur nyala listrik.
Bahan penambah berupa batang las ( rod ) , yang dicairkan oleh
busur nyala tersebut , mengisi kampuh bahan induk . Untuk
mencegah oksidasi digunakan gas mulia ( seperti Argon ,
Hellium , Freon ) dan CO2 sebagai gas lindung .
OBOR
BATANG
KONDUKTOR
BENDA KERJA +
RECTIFIER
( PERATAARUS )
COLLET
Segala ukuran diameter elektroda dapat dipegang oleh piranti
pemegang elektroda ( electrode holder ) yang disebut coolet atau
chuck. Piranti ini terbuat dari paduan tembaga . Coolet ini akan
menggenggam erat elektroda saat penutup obor diikat erat.
Hubungan baik antara elektroda dengan bagian dalam diameter
collet penting untuk penyaluran arus las dan pendinginan
elektroda.
PEMEGANG COLLET 176
MUR COLLET
TUTUP OBOR
ELEKTRODA NOZZLE
COLLET
GAGANG
120º
OBOR KELUARAN
AIR PENDINGIN
AIR PENDINGIN
GAS LINDUNG
KABEL LISTRIK
UMUM
GAS
GAS INERT
OBOR
KABEL
SUMBER TENAGA
KONTROL
WAKTU
BUSUR MENYALA
2)
KOSLET ,
TERLALU PECAH
PANAS
ELEKTRODA
GAYA
JATUH
ELEKTRO
OLEH
MAGNIT
GRAVITASI
PULSA INI TERDIRI DARI DUA JENIS ARUS , YAKNI ARUS LATAR
BELAKANG ( BACK GROUND ) YANG MENAHAN BUSUR
TANPA MEMBERI CUKUP TENAGA UNTUK MENETESKAN
BAHAN LAS , DAN LAINNYA ADALAH ARUS YANG BERPULSA
TUMPANG TINDIH ( SUPERIMPOSED ) DENGAN AMPLITUDO
188
2
PULSA 4 TRANSFER
ARUS BENTUK
TRANSISI GLOBULAR
5
1
ARUS
1 2 3 4 5
WAKTU
SIFAT ARUS BUSUR SPRAY BERPULSA
189
CARBON STEEL A 5. 18
BAJA PADUAN RENDAH A 5. 28
PADUAN ALUMINIUM A 5. 10
PADUAN TEMBAGA A 5. 7
MAGNESIUM A 5. 19
PADUAN NIKEL A 5. 14
STAINLESS STEEL SERI 300 A 5. 9
STAINLESS STEEL SERI 400 A 5. 9
TITANIUM A 5. 16
GAS LINDUNG
UMUM
HELIUM
GAS LINDUNG HELIUM JIKA DIGUNAKAN SENDIRI TANPA
DICAMPUR DENGAN ARGON AKAN MENGHASILKAN VOLTASE
BUSUR YANG LEBIH TINGGI JIKA VARIABEL LAINNYA
DIPERTAHANKAN TETAP , HAL INI DISEBABKAN OLEH POTENSI
IONISASI YANG LEBIH TINGGI PULA .
CACAT LAS
JENIS CACAT PENYEBAB PENANGGULANGAN
HINDARI MEMBEKUNYA
REGULATOR AKIBAT PENGUAPAN
193
PENANGGULANGAN MASALAH
( TROUBLE SHOOTING )
PENANGGULANGAN MASALAH PADA PROSES LAS
MEMERLUKAN PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN TENTANG
PERALATAN LAS YANG TERKAIT DAN FUNGSI DARI MASING
MASING KOMPONEN , BAHAN YANG TERKAIT , SERTA JENIS
PROSES LAS ITU SENDIRI .
.PASOKAN KAWAT TIDAK .SIRKIT TENAGA NAIK TURUN .PERIKSA SALURAN LISTRIK
TERATUR DAN TERBAKAR .POLARITAS SALAH .PERIKSA POLARITAS , BALIK KABEL
BALIK ( BURNBACK ) GROUND JUKA PERLU
.KABEL LAS PANAS SEKALI .KABEL TERLALU KECIL .PERIKSA KAPASITAS KABEL ,GANTI ATAU
ATAU TERLALU PANJANG DIPENDEKKAN KALAU PERLU
.HUBUNGAN KABEL .TAMBAH IKAT
LONGGAR
.TIDAK ADA KENDALI .KABEL LEPAS ATAU PUTUS .PERBAIKI JIKA PERLU
KECEPATAN PASOK KAWAT DALAM SIRKIT PENGENDALI
LAS .PC BOARD DIUNIT PENGEN .GANTI PC BOARD
DALI JELEK..
.KAWAT LAS TERPASOK . KABEL WORKPIECE TIDAK . IKAT ULANG JIKA KENDOR , ATAU
TETAPI TIDAK ADA MUATAN TERHUBUNG DENGAN BAIK BERSIHKAN TERMINAL KABEL .
LISTRIK . SAMBUNGAN KENDOR . TAMBAH IKAT
. KONTAKTOR COIL UTAMA . PERBAIKI ATAU GANTI
RUSAK
. KABEL KONTAKTOR PUTUS . PERBAIKI ATAU GANTI
. PASOKAN KAWAT LAS TIDAK . TEKANAN PADA ROL . STEL TEKANAN ROL
TERATUR DAN TERBAKAR PENGGERAK KAWAT
BALIK KURANG
. CONTACT TUBE BUNTU . BERSIHKAN ATAU GANTI
ATAU AUS.
. KAWAT LAS TERTEKUK ( . POTONG KAWAT TERTEKUK ATAU GANTI
KINK ) SPOOL
. KABEL OBOR TERGULUNG . LURUSKAN ATAU GANTUNG PEMASOK
KAWAT
. KONDUIT KAWAT LAS . BERSIHKAN ATAU GANTI
KOTOR ATAU AUS
. KONDUIT TERLALU . PENDEKKAN ATAU PASANG PENGGERAK
PANJANG TIPE TARIK DORONG ( PUSH PULL DRIVE )
.DEPOSIT LAS TEROKSIDASI . UDARA / AIR BOCOR . PERIKSA , PERBAIKI ATAU GANTI JIKA
HEBAT KEDALAM OBOR DAN KABEL PERLU.
. PASOKAN KAWAT JALAN . BOTOL GAS KOSONG . GANTI BOTOL BARU DAN PURGE SALURAN
TETAPI GAS TIDAK MENGALIR . VALVE GAS TERTUTUP GAS SEBELUM LAS DIMULAI LAGO
. FLOWMETER TIDAK DISTEL . BUKA VALVE GAS
.TERDAPAT HALANGAN . STEL FLOW METER SESUAI KETENTUAN
DALAM SALURAN GAS ATAU . PERIKSA DAN BERSIHKAN.
OBOR. .
. OBOR TERLALU PANAS . ARUS TERLALU . KURANGI ARUS ATAU GANTI OBOR
TINGGI UNTUK OBOR DENGAN YANG BERKAPASITAS
LEBIH TINGGI.
UMUM
LAS LISTRIK KAWAT BERINTI FLUKS ADALAH SEJENIS LAS
LISTRIK YANG MENGGUNAKAN ELEKTRODA KAWAT
BERINTIKAN FLUKS .
ELEKTRODA KAWAT
BERINTI FLUKS
GAS LINDUNG
ARAH PENGELASAN
PENGGUNAAN FCAW
SUMBER TENAGA
ARUS SEARAH
VOLTASE TETAP
PENGENDALI VOLTASE
PENGENDALI CONTACTOR
GAS LINDUNG
PENGENDALI
SUPLAI 115 V KAWAT ( ARUS )
REEL KAWAT
GAS LINDUNG
KABEL PENGENDALI
OBOR LAS
BENDA KERJA
PENGENDALI VOLTASE
PENGENDALI CONTACTOR
GAS LINDUNG
PENGENDALI
SUPLAI 115 V KAWAT ( ARUS )
REEL KAWAT
GAS LINDUNG
KABEL
PENGENDALI
MOTOR PENGGERAK
KAWAT
GAS LINDUNG
BENDA KERJA
209
KETERBATASAN FCAW
PENANGGULANGAN MASALAH
( TROUBLE SHOOTING )
POROSITAS / ALIRAN GAS TERGANGGU / TIDAK LANCAR. NAIKKAN STELAN FLOWMETER , DAN
BERSIHKAN UJUNG NOZZLE DARI SPATTER
KEROPOS
ALIRAN GAS TERLALU TINGGI KURANGI SETELAN UNTUK MENGHILANGKAN
TURBULENSI
ALIRAN UDARA YANG TERLALU TINGGI ALINGI ARUS ANGIN DENGAN SHIELD
FUSI ATAU MANIPULASI NOZZLE KURANG BAIK ARAHKAN ELEKTRODA PADA AKAR KAMPUH.
PENETRASI PARAMETER LAS KURANG MEMADAI NAIKKAN ARUS , KURANGI KECEPATAN LAS ,
YANG TIDAK KURANGI EKSTENSI , GUNAKAN DIAMETER
KAWAT YANG LEBIH KECIL , UNTUK
SEMPURNA ELEKTRODA BERPELINDUNG MANDIRI NAIKKAN
KECEPATAN LAS
DESAIN SAMBUNGAN YANG KURANG BAIK LEBARKAN BUKAAN AKAR ( ROOT OPENING )
DAN SEMPITKAN MUKA AKAR ( TOOR FACE )
ARAH PENGELASAN
BUTIR FLUKS
KAWAT LAS
JALUR LAS
SLAG
TAB
PELAT
PENDUKUNG
214
FLUKS
WELDING SYMBOL
Welding symbol adalah sarana komunikasi yang dibakukan
secara internasional antara pihak designer dengan pelaksana las
( welder atau welding operator ) dengan maksud mepermudah
welder untuk mengerti yang dimaksud oleh pihak designer
tentang suatu design sambungan las .
Welding symbol diciptakan oleh AWS yang rinciannya adalah
sebagai berikut :
SIMBUL KAMPUH
SEBERANG INSPEKTOR
LAS KELILING PROSES LAS
SIMBUL KAMPUH
SEBELAH INSPEKTOR
ARAH
PENUNJUKAN
70 º 70 º
70 º 70 º
30 º
60 º 60 º
30 º SINGLE U GROOVE
DOUBLE J GROOVE 60 º
DOUBLE U GROOVE
217
1/16 “
70 º
IV HT ( hydro test )
III RT / UT ( radiography /
ultrasonic test )
II MT /PT ( magnetic particle test
dan penetrant test )
I VT ( visual Test )
1-3
1-3 ½ 1-3
½
1-3 ½
½
½“ 3“
½“ 3“
1“ 1“
FILLET WELD
SINGLE FILLET CORNER DOUBLE FILLET T JOINT
JOINT
t = SEMBARANG
SINGLE FLARE JOINT DOUBLE FLARE JOINT SINGLE BEVEL FLARE JOINT
Selanjutnya masih ada jenis jenis desain las lain yang memiliki
symbol khusus seperti misalnya spot welding , pluig welding ,
seam welding , slot welding .
SMAW
3
1 5
PLUG WELD
1”
3“ ERW
4”
½” 9
SPOT WELD
4”
½” EBW
4”
½” 9
4”
PLUG WELD
½”
221
FCAW
EBW
SMAW
4
1/2
9
SPOT WELD
4”
SMAW
½”
3-5
1/2 3“
7
SLOT WELD
5”
½”
222
2. APLIKASI SIMBUL
45 º
1/16”
SMAW
70 º
WELD OVERLAY
223
1. UMUM
1 2
224
2. S.M.A.W
+
POLARITAS TERBALIK
+
POLARITAS LURUS
SMAW COATING
O2
ASAP
DEPOSIT
LAS
BAHAN Fe
INDUK
KOLAM
LAS
Jika ditinjau dari kekuatan tarik bahan elektroda maka jenis jneis
stick electrode ini dapat dikelompokkan menjadi
a) kelompok E 60…….. yang berkuat tarik 60.000 psi
b) kelompok E 70…….. yang berkuat tarik 70.000 psi
c) kelompok E 80…….. yang berkuat tarik 80.000 psi
d) kelompok E 90…….. yang berkuat tarik 90.000 psi
e) kelompok E 100…… yang berkuat tarik 100.000 psi
f) kelompok E 110…… yang berkuat tarik 110.000 psi
g) kelompok E 120…… yang berkuat tarik 120.000 psi
Masing masing elektroda memiliki karakteristik khusus sesuai
dengan maksud dan tujuan dibuatnya .Selanjutnya untuk
227
POSISI HORISONTAL
POSISI DATAR / 2G
FLAT 1 G
POSISI VERTIKAL (
UP ATAU DOWN ) 3G
DATAR / FLAT 1 F
HORISONTAL 2 F
VERTIKAL 3 F
ATAS KEPALA /
OVERHEAD 4 F
229
2G
POSISI
1G HORISONTAL
POSISI DATAR / PENGELASAN
FLAT MELINGKAR
( Pipa diputar ) ( Pipa fix )
5G
POSISI DATAR
PENGELASAN
MELINGKAR 45 º
( Pipa fix )
6G
4) LAS FILLET PIPA POSISI 45 º PENGELASAN
MELINGKAR ( Pipa fix )
230
Ristriction 6 GR
plate POSISI 45º PENGELASAN
MELINGKAR
( Pipa fix dengan pelat
penghalang / restriction
plate )
1/2 “
45 º
1F
POSISI DATAR / FLAT 2F
( Pipa diputar )
POSISI HORISONTAL
PENGELASAN
MELINGKAR
( Pipa fix )
45 º
231
2 FR
5F POSISI
PENGELASAN HORISONTAL
MELINGKAR ( Pipa diputar )
( Pipa fix )
4F
POSISI ATAS
KEPALA /
OVERHEAD
PENGELASAN
MELINGKAR
( Pipa fix )
4 Fe + 3 O2 2 Fe 2 O 3 ( oksida )
suhu tinggi
4.1 UMUM
Filler metal adalah bahan penambah yang digunakan dalam
pengelasan. Metal tersebut digunakan manakala kampuh cukup
lebar dan diperlukan efisiensi sambungan yang sekuat bahan
dasar yang utuh ( = 1 ) .
Terdapat beberapa jenis pengelasan yang tidak memerlukan
bahan penambah , misalnya seperti ERW , EBW , explosion
welding dan pengelasan pada pelat tipis menggunakan GTAW
atau OFW/OAW.
Filler metal terdiri dari elektroda , batang las ( rod ) dan kawat las
( welding wire ). Penggunaannya sangat beragam sehingga
diperlukan sistim identifikasi untuk dapat mengelompokkan dan
memilah milah filler metal apa tepat untuk jenis bahan induk apa.
Bahan penambah yang tidak cocok dengan bahan induk (
incompatible ) tidak dapat dipaksakan , sebab hasilnya akan
gagal ( retak ).Kalau terpaksa harus disambungkan harus
digunakan bahan antara ( intermediate ) yang sesuai
untuk keduanya. Untuk hal tersebut diuraikan pada bab pengelas
metal berbeda ( dissimilar welding ).
X X X X X X
Sebagai contoh misalnya : E 6010 , E 7010 –X.
Untuk bahan non ferrous digit digit setelah E atau ER
menunjukkan komposisi kimiawi metal penambah tersebut
misalnya E 310 Mo-15 , ER – Ni –1 , ER. Ti 0.2 Pd . dst.
Setap pemanufaktur bahan ini dengan jelas akan mencantumkan
spesifikasi produknya pada label kemasan. Oleh karena itu
jangan sampai label tersebut terobek atau tertutupi oleh bahan
cat sehingga tidak atau sulit dibaca. Kesalahan penggunaan
spesifikasi dapat berakibat fatal. Dibawah ini adalah rincian
identifikasi tersebut :
235
X X X X X X
MENUNJUKKAN
KOMP-OSISI KIMIAWI
BAHAN LAS ,
MISALNYA :
A1 , B1 , B2L , B3L ,B4L ,
CL , C2 , C2L , D1 , D 2 ,
D3,G
1. MENUNJUKKAN
JE-
NIS ARUS DENGAN
POLARITASNYA. :
O , 1 , 2 , 3, 4 , 8.
2. JENIS BAHAN PEMB
ALUT : O, 1 , 2 , 3 , 4 ,
5 , 6 , 7 , 8.
MENUJUKKAN POSISI
PENGELASAN : 1 , 2 , 3
MENUNJUKKAN
KUAT TARIK BAHAN
LAS DALAM RIBUAN
psi : 6 0 , 70 , 80 , 90 ,
100 , 110 , 120
MENUNJUKKAN SINGK
ATAN JENIS BAHAN PE
NGISI :
E = ELECTROEA
R = ROD / BATANG
LAS
ER = ELEKTRODE /ROD
EC = ELECTORDE COM
POSIT.
B = BRAZING
RB = ROD BRAZING
RG = ROD-GAS ( OAW )
F = FLUX.
MISALNYA : E – 7 0 1 8 – A1.
236
X X X
JENIS BAHAN
PEMBALUT : 1 , 2 , 3 ,
4,5,6,7,8
JENIS LOGAM
BAHAN LAS (
BERUPA PADUAN ) :
Cr = CHROME
Ni = NIKEL
Mo = MOLYBDEN
Fe = FERUM
E = ELECTRODE
R = ROD ( BATANG
LAS ).
ER = ELECTRODE
/ ROD .
MISALNYA : E R – Cu Sn - 1 A
Sebagai contoh , dibawah ini dikemukakan beberapa jenis
elektroda yang terbuat dari metal paduan non ferrous :
• Elektroda titanium dan paduannya : ER – Ti –1 , ER – Ti – 4.
• Elektroda zirconium dan paduannya : ER – Zr – 1.
• Elektroda aluminium dan paduannya : ER – 1100 , ER – 5554.
• Elektroda tembaga dan paduannya : ER – Cu Sn – A , ER – Cu
Zn – C.
237
3 POSISI LAS : 1G
3 AC ATAU DC
4. AC ATAU D.C.S.P
5. AC ATAU D.C.R.P
238
1 E ELECTRODE
ER ELECTRODE / ROD
2 Mo MOLYBDENUM E 310 Mo – 15
Cu CUPROM ( TEMBAGA ) E Cu , ER Cu Sn
Ni NICKEL ER-Ni-1
Si SILICON E-Cu Si
Mn MANGAN E-Cu Mn Ni Al
Al ALUMINUM E-Cu Mn Ni Al
Zr ZIRCONIUM ER Zr 1
V VANADIUM ER Ti-3Al-2.5V
Cr CHROMIUM E Ni Cr-A
Co COBALT E Co Cr-C
CATATAN :
• Perlu menghubungi pihak manufaktur untuk mengetahui dengan tepat syarat syarat
pengeringan elektroda produksinya setelah kemasan dibuka.
• E6010 , kandungan air pada coating yang disarankan 3 – 5%, kelembaban 20 – 60%.
• E6011 , kandungan air pada coating yang disarankan 2-- 4% , kelembaban 20 – 60%.
• E 6012,13,20,22 -- “ -- < 1% , kelembaban maks. 60%
• E6027,E7014, E7024 -- “ -- < 0.5% , kelembaban maks. 60%
• E7015, E7016 -- “ -- < 0.4% , kelembaban maks. 50 %
• E7018, 7028 , 7048 -- “ -- < 0.4% , kelembaban maks. 50%
240
ELEKTRODA SERI E 60
ELEKTRODA SERI 70
SERI E 70 DENGAN KUAT TARIK MIN.BAHAN DILASKAN 70.000 PSI ( 480 Mpa )
SERI E 80 DENGAN KUAT TARIK MIN. BAHAN DILASKAN 80.000 psi ( 550 Mpa )
SERI E 90 DENGAN KUAT TARIK MIN. BAHAN DILASKAN 90.000 psi ( 620 Mpa )
SERI E 100 DENGAN KUAT TARIK MIN. BAHAN DILASKAN 100.000 psi ( 690 Mpa )
SERI E 110 DENGAN KUAT TARIK MIN.BAHAN DILASKAN 1100.000 PSI ( 760 Mpa )
SERI E 120 DENGAN KUAT TARIK MIN. BAHAN DILASKAN 120.000 psi ( 830 Mpa )
E12015-X LOW
F = FLAT HYDROGEN
( DATAR SODIUM TANGAN F) , H , V , OH
BAWAH DCRP
E12016-X LOW HYDROGEN POTASSIUM F , H , V , OH AC ATAU DCRP
H = HORIZONTAL
E12018-X IRON POWDER , LOW HYDRO-
V = VERTICAL
GEN F , H , V , OH AC ATAU DCRP
OH = OVERHEAD ( ATAS KEPALA )
AC = ALTERNATING CURRENT ( ARUS BOLAK BALIK )
DCRP = DIRECT CURRENT REVERSE POLARITY ( ARUS SEARAH
POLARITAS TERBALIK )
DCSP = DIRECT CURRENT STRAIGHT POLARITY ( ARUS SEARAH POLARITAS LURUS )
DCR/SP = DIRECT CURRENT REVERSE& STRAIGHT POLARITY
FL = FILLET
242
80
SQUARE GROOVE
WELD
SINGLE PASS V 60
MULTIPASS
GROOVE WELD
40
FILLET WELD
20
243
1 2 3 4 5 6 7 8 9
% ELEMEN DALAM ELEKTRODA
4.0
3.0
BERAT OXYGEN %
2.0
1.0
0
1500 2000 2500 3000
SUHU C
Reaksi kimia yang terjadi didalam bahan las , lapisan terak atau
gas disekitar las dapat menghasilkan perubahan komposisi
bahan las yang cukup mencolok , terutama reaksi antara gas
lindung dengan bahan las .
TERAK YANG
FLUX CAIR FLUX YANG MENGERAS
TIDAK CAIR
E-6012
1/8 120-140 1/8 13-15 12-14 14-18 4-5 4-5
5/32 150-170 1/8 15-16 14-16 13-17 - -
150-170 5/32 - - - 3-4 3-4
190-210 5/32 13-15 12-14 12-15 - -
190-210 3/16 - - - 3-4 3-4
200-220 3/16 10-12 9-11 11-14 - -
E-7014
5/32 180-200 5/32 10-11 10-11 12-13 - -
3/16 230-250 3/16 11-12 11-12 12-13 - -
7/32 280-310 1/4 10-11 10-11 11-12 - -
¼ 340-370 5/16 8-9 8-9 9-10 - -
E-7018
1/8 120-140 1/8 8-10 8-10 - 4-6 7-9
3/16 200-225 3/16 - - - 4-6 7-9
220-240 5/32 13-14 12-13 - - -
220-240 3/16 10-13 8-12 - - -
7/32 250-275 3/16 12-13 10-11 - - -
1/4 320-350 1/4 8-9 8-9 - - -
320-350 5/16 6-7 6-7 - - -
SEMBURAN BUSUR
KEBELAKANG
KONDISI MEDAN
MAGNIT
SEIMBANG
SEMBURAN
BUSUR KEDEPAN
250
+
SEMBURAN KESAMPING KIRI
- ARAH
PENGELASAN
MEDAN MAGNIT
SEMBURAN KESAMPING
-
KANAN
ARAH PENGELASAN
251
SPESIFIKASI AWS
SPESIFIKASI AWS KETERANGAN
A5.7 COPPER & COPPER ALLOY BARE WELDING ROD & ELECTRODE
A5.16 TITANIUM & TITANIUM ALLOY BARE WELDING ROD & ELECTORDE
A5.18 MILD STEEL ELECTRODE FOR GAS METAL ARC WELDING ( GMAW
)
A5.28 LOW ALLOY STEEL ELECTRODE FOR GAS SHIELDING ARC WELDIN
Radiasi panas.
Radiasi panas yang dihasilkan dari suhu busur nyala yang jauh
melebihi 6000F , dapat membakar kulit sehingga akan
mengganggu kesehatan berupa rasa nyeri / pedih. Untuk
mencega hal tersebut , kulit terutama kulit muka , tangan leher ,
dada serta kaki harus dilindungi dengan baju kulit yang cukup
tebal namun lemas. Juru las harus memakai baju yang terbuat
dari kapas atau wool yangberlengan panjang dan kerag leher
terkancing . Selama pelaksanaan las dilarang memakai pakaian
yang terbuat dari benang plastik seperti decron , nylon , tetoron
dll., karena benang palstik justru sangat berbahaya sebab jika
terbakar akan menjalar sangat cepat dan melekat kekulit.
Jika terjadi kecelakan sehingga kulit terbakar melepuh ( bukan
luka bakar yang hebat ) jangan sampai diguyur air , untuk
sementara dapat digunakan pasta gigi yang bermenthos ,
selanjutnya harus diolesi dengan salep bioplacenton.
Juru las harus menggunakan safety helmet dengan caping
menghadap kebelakang agar dapat memasang topeng las (
welding mask ) , welding apron ( celemek ) kulit , sarung tangan
panjang dari kulit , sepatu panjang atau pelindung tulang kering
dari kulit.
Bahaya kebakaran.
Pengelasan dilingkungan yang berkandungan gas mudah
terbakar , diperlukan persiapan dan pencegahan khusus untuk
mencegah terjadinya kebakaran.
Persiapan pengelasan mutlak memerlukan uji kandungan gas
diudara dengan menggunakan gas tester , serta surat ijin kerja
panas ( fire permit ) . Tanpa prosedur tersebut , pengelasan tidak
diijinkan. Hal ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab welding
supervisor day supervisor dari pihak operator yang
mengoperasikan unit operasi yang berkandungan gas tersebut
dan safety officer yang berwenang. Mereka harus berkordinasi
untuk mengupayakan upaya pencegahan tersebut diatas.
Selanjutnya disekitar pekerjaan las harus disediakan botol racun
api ( fire estinguisher ) , atau jika pengelasan menyangkut
pekerjaan besar dengan risiko tinggi , disediakan pula fire
truck .
Walaupun perangkat pencegah atau pemadam kebakaran
tersedia , namun jika sumber daya manusianya awam dalam
menggunakannya , upaya pemadam kebakaran tersebut akan
gagal. Oleh karenanya perlu pula pihak personil pelaksana
pengelasan dibekali dengan ketrampilan pemadaman kebakaran.
Jika didekat pengelasan tidak terdapat alat pemadam api , dapat
digunakan karung yang dibasahi atau pasir / tanah.
Jika pengelasan terpaksa harus dilaksanakan didaerah yang
mengandung gas tanpa dapat mengupayakan hilangnya gas
tersebut sama sekali , maka perlu dipasang water screen ( tabir
air ) dilokasi yang menghasilkan gas , dan pengelasan sendiri
harus dilindungi oleh terpal untuk mencegah percikan air.
Percikan atau kabut air akan merusak mutu las.
pemegang elektroda yang retak atau kabel las yang luka dan
bocor serta mengupayakan agar semua hubungan listrik
terisolasi dengan baik.
SLING BAJA
ATAU RANTAI
8 HINGGA 75
10 75 – 200
12 200 -- 400
14 DIATAS 400
Mesin las
Keselamatan mesin las juga harus menjadi perhatian juru las .
Semua mesin las sebaiknya terdaftar dikantor perusahaan pemilik
dengan identifikasi khusus yang jelas. Mesin las yang rusak
harus segera diperbaiki dengan benar dan tuntas . Semua mesin
las harus dikalibrasi untuk meyakinkan bahwa penunjukan meter
meternya tepat . Hal ini perlu untuk menjamin mutu pengelasan .
260
kemungkinan fluida yang keluar bukan gas namun cairan. Hal ini
akan merusakkan peralatan dan menghasilkan nyala yang tidak
dapat dikendalikan , apalagi jika yang keluar tersebut adalah
aceton , zat tersebut akan merusak mutu las. Serpihan serpihan
karbid ( carbide ) tidak boleh berserakan dilantai , karena jika
terkena air atau menyerap kelembaban akan menghasilkan
acetylene yang mudah terbakar.
Acetylene yang berhubungan langsung dengan tembaga , air rasa
, atau perak , dapat menghasilkan acetylides , terutama jika pada
lokasi tersebut terdapat kotoran ( impurities ). Zat ini sangat
mudah meledak dan sangat peka terhadap hentakan walaupun
kecil ( slight shock ) atau sumber panas kecil. Bahan paduan
yang mengandung tembaga lebih dari 67% , kecuali ujung obor ,
tidak boleh digunakan ubntuk peralatan yang memproses
acetylene.
Penanganan botol yang gegabah dan serampangan , dapat
menyebabkan botol tumbang atau terantuk sesuatu sehingga
katupnya patah.Jika katup pada botol silindris bocor atau pecah /
patah , maka botol dapat melesat sebagai proyektil dan sangat
berbahaya. Karenanya botol silindris gas bertekanan harus
tersimpan atau digunakan dalam keadaan tegak dan terikat pada
tiang yang kokoh.
BAUT PENGATUR
BONNET
PEGAS DIAFRAGMA
OUTLET
TANGKAI
NOZZLE
INLET
DUDUKAN KATUP
262
BAUT PENGATUR
BONNET
PEGAS DIAFRAGMA
TANGKAI
OUTLET INLET
DUDUKAN
KATUP
DIAFRAGMA
264
RETAK
TERDAPAT BANYAK SEKALI JENIS RETAK DAN PENYEBABNYA
SEHINGGA UNTUK JELASNYA PERLU DIPAPARKAN SECARA
UMUM DISINI.
TEGANGAN TINGGI
STRUKTUR MARTENSIT HIDROGEN TERPERANGKAP
YANG GETAS DALAM LATIS MARTENSIT
RETAK DINGIN
RETAK BAWAH KAMPUH, RETAK DI H.A.Z ,
RETAK HIDROGEN , RETAK LAMBAT / TERTUNDA
PENDINGINAN PERMUKAAN
PERLAHAN LAHAN KERJA BERSIH
RETAK DINGIN
FISER MIKRO , RETAK MIKRO ,
RETAK BAHAN LAS
PENDINGINAN PERMUKAAN
PERLAHAN KERJA BERSIH
LAHAN
PENGGUNAAN
MASUKAN KONTROL SUHU ELEKTRODA LOW
PANAS TINGGI ANTAR LAJUR HIDROGEN
PEMANASAN
AWAL
AMPER TINGGI
KECEPATAN RENDAH
271
RETAK PANAS
GUNAKAN
ELEKTRODA YANG NAIKKAN ARUS
LEBIH BESAR MANGAN BERSAMA SAMA DENGAN PENGELASAN
SULFUR ,OKSIGEN DAN SELENIUM
TINGKATKAN MUTU MEMBENTUK INKLUSI BUNDAR PEMANASAN
DESAIN SAMBUNGAN SEBELUM BESI MULAI BEREAKSI AWAL YANG
, PENYETELAN DAN ( REAKSI SUHU TINGGI ) CUKUP TINGGI
TEHNIK
PENGELASAN
TINGKATKAN
KEBERADAAN MANGAN
272
PENYEBAB
KEBERADAAN
SULFUR
RETAK PANAS
PENGENDALIAN
LAJU PEMANASAN PERBAIKAN MUTU
DAN DESAIN
PENDINGINAN SAMBUNGAN
PENANGGULANGAN
273