Catatan Kuliah Sistem Geometri
Catatan Kuliah Sistem Geometri
Sistem Geometri
Dosen : Dr. Endang Mulyana, M.Pd.
Matematika C – 2011
1106608
Pendahuluan
Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 1
Catatan Kuliah Sistem Geometri dibuat berdasarkan mata kuliah Sistem Geometri
yang diampu oleh Dosen saya yaitu Dr. Endang Mulyana, M.Pd di Jurusan Pendidikan
Matematika Prodi Matematika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Pendidikan Indonesia. Pembuatan catatan kuliah ini dimaksud untuk selain
dapat digunakan sebagai suplemen/pelengkap dalam mata kuliah ini, ataupun referensi kecil
juga dimaksudkan sebagai Management Knowledge yang berguna sehingga dapat
dimanfaatkan tidak hanya untuk diri pribadi juga untuk mereka yang ingin mempelajari dan
mengetahui mengenai sistem geometri. Dalam catatan kuliah terdapat beberapa ilustrasi dan
teorema yang pembuktiannya diperoleh baik dari dosen, saya sendiri maupun dari buku
referensi wajib pada mata kuliah ini, yaitu buku Elementary Geometry from an Advanced
Standpoints karya Edwin E. Moise.
Kritik, koreksi maupun pendapat mengenai catatan kuliah ini sangat diharapkan oleh
penulis dan dapat dikirim melalui email maupun komentar di blog penulis yang dapat dilihat
di akhir catatan ini. Penulis berharap catatan kuliah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.
Penulis
Raden Muhammad
Hadi
Sistem Geometri
Objek Langsung
Geometri
Istilah
Model/Ilustrasi
Notasi/Simbol
Istilah
Terdefisini/Tida
k terdefinisi
Struktur Geometri
Struktur
Aksioma 1
Jika sesuatu itu garis, maka sesuatu itu himpunan titik.
Jika sesuatu itu bidang, maka sesuatu itu himpunan titik.
Aksioma 2
Jika A dan B dua titik sebarang, maka terdapat tepat 1 garis yang melalui kedua titik
tersebut.
Aksioma 3
Jika sesuatu itu bidang, maka dibutuhkan minimal 3 titik yang tidak kolinear yang
masing-masing terhubung oleh sebuah garis.
Aksioma 4
Jika dua bidang (yang berbeda) saling berpotongan, maka perpotongannya adalah
sebuah garis.
Aksioma 5
Jika A, B terdapat pada L dan L himpunan bagian dari P, maka garis L terletak pada
bidang P.
Teorema 1
Bentuk eksplisit : Jika terdapat dua garis yang saling berpotongan, maka
perpotongannya tepat di satu titik.
Bukti :
1) Jika sebuah garis memotong sebuah bidang yang tidak memuat garis itu, maka
perpotongannya sebuah titik.
2) Jika sebuah titik terletak diluar sebuah garis, maka terdapat tepat sebuah bidang yang
memuat titik dan garis itu.
3) Jika dua garis berpotongan, maka gabungannya terletak pada satu bidang.
Jawab :
L adalah garis yang memotong bidang E, tapi L bukan bagian dari E, sehingga L ∩ E
merupakan sebuah titik yaitu P, dan akan dibuktikan bahwa L ∩ E tidak mengandung
titik lain, misalnya Q.
Misalkan Q terdapat pada L ∩ E, sehingga L ∩ E={ P ,Q }. Berdasarkan aksioma
insidensi 1 maka dari titik P dan Q dapat ditarik sebuah garis L= PQ
´ . Berdasarkan
aksioma insidensi 5, maka garis PQ´ ∈ E yangmana merupakan kontradiksi karena L
dari awal bukan bagian dari E. Q.E.D
2) Perhatikan ilustrasi berikut
Misalkan A , B ∈ l dan C ∉ l, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga titik tersebut tidak
ko-linear (tidak terletak dalam satu garis). Maka dengan menggunakan aksioma
insidensi 3, dapat ditarik garis g= AC´ dan t= BC ´ sedemikian sehingga terbentuk
bidang E seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut
Misalkan terdapat garis l dan g yang saling berpotongan di satu titik sehingga l ∩g=B
. Ambil sebarang titik A ∈ g dan C ∈ l sedemikian sehingga g= { A , B } dan l={C , B }.
Karena A , B , C adalah titik-titik yang tidak ko-linear maka berdasarkan aksioma 3
dapat dibentuk sebuah bidang E sebagaimana pada ilustrasi berikut
Diskusi:
1) Diketahui 5 titik yang berbeda dengan tidak ada 3 titik yang segaris dan tidak ada 4
titik yang sebidang.
a. Berapa banyak garis yang memuat dua dari kelima titik itu?
b. Berapa banyak bidang yang memuat tiga dari kelima titik itu?
2) Diketahui ntitik yang berbeda dengan tidak ada tiga titik yang segaris dan tidak ada 4
titik yang sebidang
a. Berapa banyak garis yang memuat dua dari n titik itu?
b. Berapa banyak bidang yang memuat 3 dari n titik itu?
3) Tunjukkan bahwa S tidak dapat merupakan sebuah garis!
4) Tunjukkan paling sedikit terdapat dua bidang!
Jarak Ukuran ruas garis A ≠ B , ada jarak A−B dalam bilangan real.
A=B , jarak A−B=0 ∈ R
Lintasan terpendek
Jika d ( P ,Q ) =0 ⟹ P=Q
Postulat Jarak
Postulat 0
Jika S himpunan titik dan R himpunan bilangan real, maka jarak adalah pemetaan oleh himpunan terurut S
ke R atau S X S --> R.
Postulat 1
Jika A, B anggota himpunan titik S, maka d(A, B)=0.
Postulat 2
A=B jika dan hanya jika d(A, B)=0.
Postulat 4
Jika A, B sebarang maka d(A, B) = d(B, A).
Jika f adalah sistem koordinat untuk garis L dan g ( A )=−f ( A)maka gadalah
sistem koordinat untuk L.
Bukti:
F sistem koordinat untuk L jika dan hanya jika d ( A , B)=|f ( A )−f ( B)|. Akan dibuktikan
d ( A , B)=¿ g( A)−g(B)∨¿. Karena g( A)=−f ( A) dan g( B)=−f ( B) maka
Soal:
Keantaraan
A , B , C ko-linear d ( A , B ) + d ( B ,C )=d( A , B)
Bentuk Pernyataan II
Sifat Syarat
Misalkan pada suatu garis lterdapat titik A dan B. Perhatikan ilustrasi berikut:
Dari ilustrasi diatas dapat diambil beberapa jenis himpunan garis, diantaranya ruas garis dan
sinar :
1) Ruas garis
´ { A , B } ∪{P∨ A−P−B}
Ruas garis AB=
2) Sinar
´ ∪{Q∨ A−B−Q }
AB={ A , B } ∪ { P| A−P−B−⋯−n } atau AB
Sinar ⃗
Sudut
Sudut adalah gabungan 2 sinar yang titik pangkalnya berimpit. Dalam himpunan dinotasikan
sebagai ∠ ABC=⃗ BA ∪ ⃗
BC
Ukuran sudut
QR ∪ ⃗
Misal terdapat sinar ⃗ QP sedemikian sehingga membentuk sudut ∠ PQR. Ukuran sudut
didefenisikan sebagai jarak ter-minimal titik P menuju R. Ukuran sudut dinotasikan sebagai
m∠ PQR. Terdapat 2 kriteria ukuran sudut:
Postulat
Bukti:
1) Misalkan L adalah garis yang memuat AB ´ , maka terdapat sistem koordinat f pada
garis L sehingga f (A )=0 dan f (B)=x> 0
x −1 x
2) ∀ x ∈ R +¿⟹ y= 2 ¿, misal f ( y ) =c , f ( c )= = y
2
3) Selanjutnya akan ditunjukkan titik c adalah titik tengah AB ´ .
x x x
f ( AC ) =f ( C )−f ( A ) = −0= =x− =f ( B )−f (C )=CB
2 2 2
Artinya C titik tengah AB ´ . Q.E.D
Soal:
Jika terdapat 2 garis yang berpotongan, maka gabungannya terletak pada satu bidang,
buktikan!
Bukti:
Konveksitas
´
Jika untuk setiap titik AB ´
Jika ada titik pada AB∉ E
anggota E , maka AB∈´ E
Konveks
Konveks (thin)
´ ∩ L=∅ }
H 1={Q∨ PQ
´ ∩ L≠∅,Q ∉L}
H 2={Q∨ PQ
Diberikan ∆ ABC, dan sebuah garis L di bidang yang sama. Jika L mengandung sebuah titik
E diantara A dan C, maka L memotong di salah satu sisi yaitu sisi AB
´ atau BC
´ .
Bukti: Gunakan kontradiksi, andaikan L tidak memotong di salah satu sisi. Maka A dan B
berada di sisi yang sama dari L dan B dan C juga berada di sisi yang sama dari L sehingga A
Bukti: Gunakan kontradiksi, misalkan salah satu dari half-plane kosong yaitu H 1, maka
H 1 ∪ L ∪ H 2=H 2. Hak ini kontradiksi karena seharusnya gabungan dari ketiganya
merupakan bidang yang tidak berbatas E, sedangkan H 2 memiliki batas di L. Maka haruslah
H 1 ∪ L ∪ H 2=E . Q.E.D
Bukti: Dengan menggunakan definisi bahwa L membagi bidang E menjadi half-plane yang
saling disjoint dan konveks di masing-masing daerahnya, maka cukup dengan mengambil
´
sebarang titik A dan B sehingga AB∈ H 1. Q.E.D
Kongruensi ∆
´ ≅ CD
AB ´ ⟺ AB=
´ CD
´
∆ ABC ≅ ∆ PQR ⟺ …
∆ ABC ⟺ ∆ PQR
Korespondensi 1-1
∠ A ≅ ∠ P,∠ B ≅ ∠ Q ,∠C ≅ ∠R
´ ≅ PQ
AB ´ , BC
´ ≅ QR
´ , AC
´ ≅ PR
´
Soal:
Bukti:
Perhatikan bahwa
∆ ABC ≅ ∆ ACB
´ ≅ AC
AB ´
´ ≅ CB
BC ´ (sifat refleksif )
Soal:
Bukti:
∆ ABC ≅ ∆ PQ R 1
∠ A≅∠ P
∠ B ≅ ∠Q
∠ C ≅∠ R 1
Perhatikan ∠ QPR dan ∠ BAC. Karena ∠ A ≅ ∠ P, maka dengan definisi kekongruenan sisi-
´ ≅ PQ
sudut-sisi diperoleh bahwa AB ´ , dan AC ´ sedemikian sehingga ∆ ABC ≅ ∆ PQR .
´ ≅ PR
Tapi berdasarkan hipotesis bahwa ∆ ABC ≅ ∆ PQ R 1 sehingga haruslah R1=R . Q.E.D
Soal:
1) Sebarang sudut luar dari suatu segitiga lebih besar daripada setiap sudut yang berjauhan
dari sudut luar itu.
Bukti:
Perhatikan ilustrasi berikut!
Diketahui ∆ ABC dengan ∠ ACD merupakan sudut luar, akan dibuktikan (1)
∠ ACD>∠ ABC dan (2)∠ ACD>∠ BAC. Dengan menggunakan menggunakan
pemahaman mengenai sudut bersuplemen, kita akan membuktikan kedua pernyataan
tersebut. Perhatikan ilustrasi berikut!
Dari ilustrasi dapat diketahui bahwa m∠ ACD+ m∠ ACB+m ∠ ACA '=180° sehingga
m∠ ACD=180 °−m∠ ACB−m ∠ ACA ' mengakibatkan bahwa ∠ ACD>∠ ACB.
Dengan cara yang analog dengan cara memperoleh ∠ ACD>∠ ACB, maka terbukti
bahwa ∠ ACD>∠ ABC dan ∠ ACD>∠ BAC. Q.E.D
2) Teorema akibat : Melalui suatu titik diluar suatu garis yang diketahui dibuat hanya satu
garis yang tegak lurus terhadap garis yang diketahui.
Andaikan ada 2 garis yang melalui P tegak lurus garis L, yaitu pada PA dan PC.
Perhatikan ∆ PAC, ∠ PCD adalah sudut luar ∆ PAC. Menurut teorema sebelumnya,
∠ PCD>∠ PAC, bertentangan dengan m∠ PAC =m∠ PCD=90 °, akibatnya pengandaian
salah, seharusnya ∠ PCD ≅ ∠ PAC sehingga satu-satunya garis yang tegak lurus terhadap
garis L hanyalah PA atau PC. Q.E.D
3) Jika dari sebuah segitiga diketahui dua sisinya tidak kongruen, maka sudut-sudut
dihadapan sisi itu tidak kongruen. Sudut yang lebih besar terletak dihadapan sisi yang
lebih panjang.
Bukti:
Perhatikan ilustrasi berikut!
Diketahui AB≠ AC, AB< AC. Akan dibuktikan bahwa m∠ ABC ≠ m∠ ACB sehingga
m∠ ABC >m ∠ ACB. Konstruksi D pada BC sehingga AD= AB. ∆ ABD sama kaki
sehingga m∠ ABC =m∠ ADB. Pada ∆ ABD, ∠ ADB sudut luar. Menurut teorema 1
diperoleh
m∠ ADC >m∠ ACD
m∠ ADC=m∠ ABC
Sehingga m∠ ABC >m ∠ ACB menyebabkan m∠ ABC ≠ m∠ ACB. Q.E.D
4) Jika dari sebuah segitiga diketahui dua sudutnya tidak kongruen, maka sisi-sisi dihadapan
sudut itu tidak kongruen sehingga sisi yang lebih panjang terletak dihadapan sudut yang
lebih besar.
Bukti:
Perhatikan ilustrasi berikut!
5) Segmen terpendek yang menghubungkan sebuah titik ke sebuah garis adalah segmen
yang tegak lurus dengan garis itu.
Bukti:
Perhatikan ilustrasi berikut!
Diketahui A , B , C tidak kolinear. Akan dibuktikan AB+ BC > AC. Misalkan D titik pada
CB sedemikian sehingga C−B−D dan BD= ´ BA ´ , maka CD= AB +BC …(1)
Sekarang B merupakan interior ∠ DAC. Dengan teorema sudut diperoleh
∠ DAB<∠ DAC …(2)
Semenjak ∆ BAD sama kaki, dengan BD= ´ BA ´ , maka ∠ D ≅ ∠ DAC …(3)
Dengan mengaplikasikan teorema 5 pada ∆ ADC diperoleh
´ > AC
CD ´ …(4 )
Dari (1) dan (4) diperoleh
AB+ BC > AC
Q.E.D
Diketahui ∆ ABC dan ∆≝¿ dimana ∆ ABC ⟷ ∆≝¿, Jika AB ´ ≅ DE´ dan
∠ A ≅ ∠ D dan ∠ C ≅∠ F. Akan dibuktikan ∆ ABC ≅ ∆≝¿.
Misal F ’ titik pada DF ´ ' ≅ AC
´ sedemikian sehingga DF ´ . Dengan definisi Sisi-Sudut-Sisi
diperoleh ∆ ABC ≅ ∆≝' sehingga ∠ F ' ≅∠ C ≅ ∠ F. Tapi kita harus memiliki D−F−F ’,
D−F ’−F atau F=F ’.
Jika D−F−F ’, maka ∠ F sudut luar ∆ EFF ' sedemikian sehingga ∠ F>∠ F ' , ini
salah secara hipotesis,
Jika D−F ’−F , maka ∠ F ' sudut luar ∆ EFF ' sedemikian sehingga ∠ F' >∠ F , ini
juga salah secara hipotesis,
Maka kemungkinan besar F ’=F sedemikian sehingga ∆ ABC ≅ ∆≝¿. Q.E.D
9) Teorema Hipotenusa-sisi siku-siku. Diketahui korespondensi diantar dua segitiga siku-
siku. Jika hipotenusa dan sebuah sisi siku-siku yang pertama berkorespondensi dari
segitiga pertama kongruen dengan bagian-bagian yang berkorespondensi pada segitiga
yang kedua, maka korespondensi itu merupakan sebuah korespondensi.
Bukti:
Perhatikan ilustrasi berikut!
Diketahui ∆ ABC dan ∆≝¿ sedemikian sehingga m∠ A=m ∠ D=90 °, AB ´ ≅ DE´ dan
´ . Akan dibuktikan ∆ ABC ≅ ∆≝¿.
´ ≅ EF
BC
´ ≅ AC
Misal G titik pada F-D-G dan DG ´ . Dengan menggunakan postulat sudut yang saling
bersuplemen diperoleh ∠ EDG adalah sudut siku-siku dan ∠ EDG ≅ ∠ BAC. Dengan
teorema Sisi-Sudut-Sisi diperoleh ∆ ABC ≅ ∆ DEG. Hal ini menyebabkan EG ´ ≅ BC´
Biodata Penulis
Nama : Raden Muhammad Hadi
Nickname : hadimaster, master, Hadi