1. Peristiwa Penting Lahirnya Orde Baru a. Peristiwa Tritura Pada 25 Oktober 1965 Mahasiswa Indonesia membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pamuda Pelajar Indonesia (KAPPI). Pada 12 Januari 1966 mengajukan Tiga Tuntutan pada Pemerintah, yang diberinama Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) : 1) Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya 2) Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S/PKI 3) Turunkan harga barangbatau perbaiki ekonomi b. Lahirnya Supersemar Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) mengawali tekad melaksankan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuan Hadir Di Istana Bogor menemui Presiden Soekarno, tiga perwira tinggi AD, Mayjen Basoeki Rakhmat (Menteri urusan veteran), Brigjen M. Yoesoef (Menteri Perindustrian), Brigjen Amir Machmoed (Pangdam V/Jayakarta). Untuk memberikan Surat Perintah 11 Maret 1966 kepada Letjen Soeharto (PAnglima Angkatan Darat dan Pangkokamtib). Yang berisi untuk memulihkan keamanan dan kerttiban serta wibawa pemerintah. Hal ini sebagai titik awal/tonggak sejarah lahirnya Orde Baru. c. Tindak Lanjut Supersemar Langkah yang diambil Letjen Soeharto sebagai pengemban Supersemar : 1) 12 Maret 1966 Membubarkan PKI beserta ormas-ormasnya di seluruh wi;ayah Indonesia, yang diperkua dengan Keppres/Pangti ABRI/Mandataris MPRS No. 1/3 tanggal 12 Maret 1966. 2) 18 Maret 1966 Mengamankan 15 orang menteri yang dinilai tersangkut dalam G 30 S/PKI. 3) 27 Maret 1966 Pengemban supersemar membentuk Kabinet Dwikora yang disempurnakan, membersihkan lembaga legislative dan membentuk pimpinan legislative yang tidak terpengaruh G 30 S/PKI Pelurusan Lembaga Legislatif dan Eksekutif meliputi : Pimpinan DPRGR tidak diberi kedudukan sebagai menteri, sebab Lembaga Legislatif, sedangkan menteri adalah jabatan dalam lembaga eksekutif. Kedudukan Preseiden dikembalikan sesuai dengan UUD 1945, yaitu di bawah MPR bukan sebaliknya 4) 20 Juni 1966 diadakan Sidang Umum IV MPRS, dengan keputusan sebagai berikut : TAP MPR No. IX/MPRS/1966, tentang Pengesahan dan Pengukuhan Supersemar TAP MPR No. X/MPRS/1966, tentang mengatur Kedudukan Lembaga- Lembaga Negara Tingkat Pusat dan Daerah TAP MPR No. XII/MPRS/1966, tentang Kebijakanaan Politik Luar Negeri RI Bebas Aktif TAP MPR No. XIII/MPRS/1966, tetang tentang Pembentukan KAbinet Ampera TAP MPR No. XIX/MPRS/1966, tentang Peninjauan Kembali Tap MPRS yang bertentangan dengan UUD 1945 TAP MPR No. XX/MPRS/1966, tentang Sumber atertin Hukum RI dan Tata Urutan Perundang-undangan di Indonesia TAP MPR No. XXV/MPRS/1966, tentang Pembubaran PKI dan Pernyataan PKIndan Ormas-Ormasnya sebagai organisasi terlarang di Indonesia Dengan berakhirnya SU IV MPRS, berarti dua dari tiga tuntutan rakyat (Tritura) telah dipenuhi, yaitu Pembubaran PKI dan pembersiahan cabinet dari unsur-unsur PKI. Sementara tuntutan ketiga, yaitu penurunan hara yang berate perbaikan bidang ekonomi belum diwujudkan. d. Peralihan Kekuasaan dari Presiden Soekarno Kepada LetJen Soeharto Berdasarkan TAP MPR No. IX/MPRS/1966, membentuk Kabinet Ampera, yang bertugas : 1) Menciptakan Stabilitas Politik 2) Menciptakan Stabilitas Ekonomi Pada 22 Februari 1967 dengan penuh kebijaksanaan, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaaan kepada Letjen Soeharto sebagai pengemban TAP MPRS No. IX/MPRS/1966.
B. Kebijakan Pemerintahan Orde Baru
1. Kebijakan Dalam Negeri a. Kebijakan Politik 1) Melaksanakan PEMILU, selama berkuasa sudah 6 kali pemilu : 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997 2) Melakukan penyederhanaan partai politik, Partai-partai yang ada tidak dibubarka, tapi digabung (Fusi) berdasarkan kesemaan program. Menjadi tiga kekuatan social politik, yaitu : Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Golongan Karya (Golkar). 3) Mensosialisasikan Pancasila sebagai satu-satunya azas partai dan organisasia P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Dengan Tujuan untuk mencpai kesamaan cara pandang bernegara untuk mencapai kesatuan dan persatuan bangsa. b. Kebijakan Ekonomi Untuk memberikan arah dalam usaha mewujudkan usaha nasional tersebut, maka MPR tenetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sejak tahun 1973, yang merupakan pola umum pembangunan nasional melalui Rencana Pembanguna Lima Tahun (Repelita), dimulai sejak tahun 1969 terakhir 1997. Pembangunan nasional yang dikumandangkan tidak terlepas dari trilogy Pembangunan, yaitu : 1) Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan social bagi seluruh rakyat 2) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi 3) Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis 2. Kebijakan Luar Negeri a. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB Pada 28 September 1966 tercatat sebagai anggota ke-60, Indonesia telah memperoleh manfaat dan bantuan dari organisasi internasional tersebut, antara lain : 1.) PBB turut berperan dalam mempercepat proses pengakuan De Facto ataupun De Jure kemerdekaan Indonesia oleh dunia internasional. 2.) PBB turut berperan dalam proses kembalinya Papua ke wilayah RI. 3.) PBB banyak memberikan sumbangan kepada bangsa Indonesia dalam bidang ekonomi, sosial, dan kebudiayaan. b. Penghentian Konfrontasi dengan Malaysia. Politik luar negeri Indonesia dikembalikan lagi pada politik bebas dan aktif sesuai dengan Pancasila, UUD 1945 dan TAP MPRS No. XII / MPRS 1966 Setelah di tanda tangani Jakarta Accord pada 11 Agustus 1966 dan perundingan di Bangkok 29 Mei – 1 Juni 1966 Perundingan dilakukan wakil perdana mentri / mentri luar negeri Malaysia, Tun Abdul Rozak dan menteri utama / menteri luar negeri Indonesia Adam Malik telah menghasilkan : 1) Rakyas Sabah dan Serawak akan diberikan kesempatan menegaskan lagi keputusan yang telah diambil mengenai kedudukan mereka dalam federasi Malaysia . 2) Kedua pemerintah menyetujui memulihkan hubungan diplomatic. 3) Kedua pemerintah menghentikan segala bentuk permusuhan. c. Pembentukan organisasi ASEAN Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) atau Perhimpunan Bangsa- Bangsa Asia Tenggara pada 8 Agustus 1967 di Bangkok disebut deklarasi Bangkok. Di hadiri oleh Narsisco Ramos dari Filiphina, Adam Malik dari Indonesia, Thanat Khoman dari Thailand, Tun Abdul Rozak dari Malaysia dan S. Raja Ratnam dari Singapura.
C. Revolusi Hijau dan Industrialisasi
Revolusi hijau adalah revolusi produksi biji-bijian dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari berbagai varietas gandum, padi, dan jagung yang membuat hasil panen komoditas tersebut meningkat di negara-negara berkembang. Revolusi hijau didasari adanya masalah yang di akibatkan pertambahan jumlah penduduk yang pesat. Revolusi hijau bertujuan mengubah petani-petani gaya lama menjadi petani-petani gaya baru. Revolusi hijau telah berperan memodernisasikan gaya lama untuk memenuhi industrialisasi ekonomi nasional. Perubahan ini dilakukan melalui usaha intesifikasi pertanian dengan programnya yang dikenal dengan nama Panca Usaha Tani yang meliputi unsur-unsur sebagai berikut : 1. Pemilihan bibit unggul. 2. Pengolahan tanah yang baik. 3. Pemupukan. 4. Irigasi. 5. Pemberantasan hama.