Anda di halaman 1dari 2

Shalloom Destiyadwira

XII MIPA 3

Perjalanan Hidup yang Belum Usai


Orang tua hebat yang tidak kenal lelah dan pantang menyerah telah melahirkan seorang
anak perempuan, yaitu Aku. Aku bernama Shalloom Destiyadwira Az Zahra. Aku memiliki
beberapa nama panggilan, yaitu Dede, Destiya, dan Salum. Aku anak kedua dari tiga bersaudara.
Aku lahir di Banyumas, Jawa Tengah. Akan tetapi, ketika berusia 3 tahun, Aku dan keluargaku
pindah ke Tarakan, Kalimantan Utara.

Aku mulai bersekolah di Playgroup Yaditra pada tahun 2006. Lalu, satu tahun kemudian,
Aku masuk ke TK Yaditra. Banyak pengalaman tak terlupakan kala itu.

Setelah menempuh pendidikan selama dua tahun di TK Yaditra, Aku masuk ke salah satu
sekolah dasar swasta di Kota Tarakan, yaitu SDS Yaditra. Aku tidak pernah mendapatkan
peringkat 3 besar ketika kelas 1 hingga kelas 3. Aku sadar bahwa teman-teman di sekolah
memiliki kemampuan yang lebih dari Aku.

Pada tahun 2012, Aku naik ke kelas 4. Saat itu, keluargaku memutuskan untuk pindah
rumah. Alhasil, Aku pun harus pindah sekolah ke SDN 011 Tarakan karena letak rumahku yang
baru sangat jauh dari SDS Yaditra. Di sekolah yang baru, Aku bisa mendapatkan peringkat 1 dan
menerima uang pembinaan. Aku merasa bahwa persaingan di SDN 011 Tarakan tidak seketat di
SDS Yaditra.

Saat duduk di bangku sekolah dasar, Aku memperoleh beberapa prestasi di bidang non-
akademik. Setiap tahun, Aku selalu mengikuti kejuaraan catur di berbagai kota. Banyak kota di
Indonesia yang telah Aku datangi. Namun, Aku belum pernah mengikuti kejuaraan internasional
yang diadakan di berbagai negara. Persaingan yang begitu ketat dan latihan yang tidak maksimal
membuatku hanya bisa mengikuti pertandingan di dalam negeri.

Papa adalah orang yang pertama kali memperkenalkan catur kepadaku. Papa sering
mengajak Aku untuk melihat pertandingan catur dan mengajari cara bermain catur. Setelah
melihat ketertarikanku terhadap catur, Papa pun mendaftarkan Aku untuk mengikuti kursus
catur. Tiada hari tanpa bermain catur. Hal itu dikarenakan begitu banyaknya strategi dan taktik
yang harus dipelajari. Buku dengan ratusan halaman menjadi makanan sehari-hari. Terkadang,
Aku merasa jenuh dan lelah hingga membuatku menangis dan melampiaskannya dengan
menghamburkan buah catur yang telah tersusun rapi di atas Papan catur. Pikiran untuk berhenti
bermain catur selalu terlintas di benakku. Namun, Aku tidak pernah merealisasikannya.
Setelah lulus sekolah dasar, Aku mendaftar di SMPN 1 Tarakan. Dengan bermodalkan
nilai UN yang pas-pasan dan sertifikat prestasi, Aku akhirnya diterima di SMP tersebut.
Bertepatan dengan itu, Mama melahirkan anak perempuan yang diberi nama Keyko Akifah
Alesha. Aku merasa agak kesal dengan kehadiran anggota keluarga baru di keluarga karena
sedari dulu Aku tidak pernah menginginkan mempunyai adik. Seiring berjalannya waktu, Aku
bisa menerima kehadiran anggota keluarga baru. Dengan kehadiran adik, Aku menjadi paham
dan mempunyai pengalaman mengurus bayi. Itu merupakan pelajaran berharga bagiku yang
kelak akan menjadi seorang ibu.

Satu tahun kemudian, Aku memutuskan untuk bersekolah di Jawa dan meninggalkan
keluargaku di Kalimantan. Hal yang mendasari itu adalah Aku ingin merasakan kehidupan di
lingkungan yang baru dan menjadi pribadi yang lebih mandiri. Tidak butuh lama untuk Aku agar
dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Aku merasakan perbedaan yang signifikan
antara kehidupan di Jawa dan kehidupan di Kalimantan.

Pada tahun 2018, Aku lulus SMP dan memutuskan untuk kembali bersekolah di
Kalimantan. Sejak duduk di bangku SMA, Aku tidak lagi mengikuti pertandingan catur.
Perasaan senang bercampur sedih kerap Aku rasakan. Senang karena Aku terbebas dari latihan
yang cukup melelahkan. Di sisi lain, Aku merasa sedih karena rindu bermain catur dan ingin
bertemu lagi dengan atlet dari berbagai kota.

Tak terasa, 2 tahun sudah Aku bersekolah di SMAN 1 Tarakan. Pengalaman yang sangat
menyenangkan hingga yang sangat menyakitkan pernah kurasakan. Sekarang, Aku adalah siswa
kelas 12. Aku masih bersantai dan belum mempersiapkan bekal untuk menempuh jenjang
pendidikan yang lebih tinggi padahal ujian sudah di depan mata.

Anda mungkin juga menyukai