PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menciptakan manusia dengan penuh kelebihanya serta merupakan
makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini, manusia memiliki berbagai
perasaan seperti senang, susah, hiba, kecewa, duka, benci, cemburu, dendam,
takut, ragu, muak, gundah, dongkol, kasih dan sayang. Manusia memiliki
kelebihan-kelebihan dan mampu berekspresi sesuai dengan keinginan sendiri-
sendiri. Manusia memiliki cipta rasa dan karsa bagaimana manusia mampu
menciptakan hal-hal baru, memiliki rasa dan karsa dalam hal ini manusia
menggunakan kelebihan yang dimiliki justru disalahgunakan seperti halnya
mempertontonkan tubuh telanjang, memperdengarkan suara cabul menarikan
gerakan erotis yang merangsang, melukiskan aurat ini merupakan salah satu wujud
penyalah gunaan dari apa yang dimiliki manusia dan sampai saat ini hal-hal tadi
selalu ada dilingkungan sekitar kita.
Lalu bagaimana cara kita menyikapi agar hal-hal tersebut tidak sampai terjadi
pada diri kita sebagai umat islam jika tidak dengan cara menggunakan cipta rasa
dan karsa kita dengan sebaik-baiknya, sehingga kita tidak tidak menyalahgunakan
kelebihan yang telah Allah berikan kepada kita sebagai umat islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Seni bisanya adalah bakat alamiah yang dibawa sejak seseorang dilahirkan,
sebagai karunia Allah. Tetapi dapat pula seni diperoleh dari lingkungan seperti;
pendidikan, agama, pergaulan, pengalaman, praktek sehari-hari suatu kelompok
etnis.
Merujuk pendapaat ini, betapa kita melihat yang maha kuasa menciptakan
indahnya tubuh seekor kuda berlari disertai debu yang mengepul dibelakangnya,
betapa indahnya burung merak yang ekornya dapat mengembang, betapa indahnya
air terjun diantara tebing-tebing. Yang kemudian para seniman lukis, seniman
film, seniman ukir dan seniman lainnya melukiskan dan mengiaskannya.
B. Keberadaan Rasa
Dengan rasa, cipta dan karsa, seseorang berusaha menemukan keindahan
sesuai selera masing-masing, hal ini akan menimbulkan sestetika yang
menjadikan seseorang tersebut menjadi seorang seniman ataupun pencipta karya
seni, dengan kemampuan membedakan antara yang indah dan yang jelek.
Estetika berasal dari bahasa yunani yaitu aisthesis yang berarti pengamatan.
Jika berbicara tentang keindahan dapat dirasakan dari pengalaman tentang dunia
disekeliling kita, sehingga ditemukan suatu batasan yang membedakan cita rasa
tentang indah, bagus, elok, cantik di satu pihak dan kejelekan sebagai lawannya.
Sejauh mana seseorang mampu menimbulkan daya pendengarannya, daya
pandangnya, daya sentuhnya terhadap sesuatu, maka sejauh itulah rasa seni, cipta,
rasa dan karsa yang dimilikinya.
Dengan demikian konsep estetika adalah abstrak karena tidak dapat
dikomunikasikan sebelum diberi bentuk. Kebanyakan estetika meniru dari alam,
mulai dari suara, bentuk sampai pada warna. Akan tetapi untuk batasannya sudah
barang tentu sulit ditentukan.
Rasa estetika itu dibangkitkan dari hasil seni ketika berusaha menimbulkan
respon (tanggapan) dari bermacam objek dan pengalaman. Seseorang dapat saja
mengatakan bahwa dia lebih senang lagu dangdut dari pada lagu pop, seriosa, dan
keroncong, kendati seseorang yang lain menganggap bahwa dangdut itu
menjengkelkan. Oleh karena setiap orang memang berbeda rasa.
Sebagai paduan, seni harus pula bermoral dan berlogika untuk menghindari seni
estetika yang tidak mempedulikan kebenaran logika dan kebaikan moral. Sebagai
contoh: mempertontonkan tubuh telanjang, menari erotis, melukiskan aurat dan
masih banyak lagi. Karena seni hanyalah rasa dan berapa banyak rasa seni itu
sendiri seperti rasa senang, susah, hiba, kecewa, duka, benci, cemburu, dendam,
takut, ragu, muak, gundah, dongkol dan cinta.
C. Filsafat Keindahan
Pada kajian estetika keindahan seni ini kita akan bergelut dengan kegiatan.
ketangkasan (aptilude) yaitu keterampilan motorik cipta rasa karsa yang
berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi
antara syaraf, panca indra dan otot.
Menurut harrow (1972) hal ini desebut juga dengan pembelajaran psikomotorik
antara lain sebgai berikut:
1. Menuruti seperti berbagai prilaku yang diperoleh dari melihat dan mendengar
serta merasa (sehingga dengan demikian kita akan mengikuti, meniru,
memegang, menggambar, melukis, mendramanisasi, mengukir, menarikan
dan mengucapkan pada tingkat yang paling rendah).
2. Manipulasi seperti melakukan suatu gerakan, bentuk (baik visual maupun
audio) sehingga dengan demikian kita tidak lagi akan melihat pada tingkat
selanjutnya.
3. Ketepatan gerakan seperti melakukan dengan lancar, tepat, seimbang dan
akurat (sehingga dengan demikian kita akan dengan indah, cantik, elok,
bagus, dan tanpa kejelekan akan mempersembahkannya pada tingkat
seterusnya).
4. Artikulasi seperti menunjukkan serangkaian gerakan yang akurat berurut,
tepat, cantik, indah, elok dan bagus (sehingga dengan demikian kita akan
sempurna menciptakan mengkarsakan suatu tingkat seni pada tingkat
terakhir).
Filasafat estetika adalah cabang ilmu dari filsafat Aksiologi, yaitu filsafat
nilai. Istilah Aksiologi digunakan untuk menberikan batasan mengenai kebaikan,
yang meliputi etika, moral, dan perilaku. Adapun Estetika yaitu memberikan
batasan mengenai hakikat keindahan atau nilai keindahan.
Dari pernyataan di atas, estetika meliputi tiga hal, yaitu, fenomena estetis,
fenomena persepsi, dan fenomena studi seni sebagai hasil pengalaman estetis.
Puncak keindahan itu sendiri tidak dapat disebut salah satu nama Allah tetapi
karena dalam seni orang berbeda rasa maka kita tidak menyebut salah satu nama
tapi keseluruhan nama-nama Allah yang indah (Al asma’ul husna).
KESIMPULAN
Filasafat estetika adalah cabang ilmu dari filsafat Aksiologi, yaitu filsafat nilai.
Istilah Aksiologi digunakan untuk menberikan batasan mengenai kebaikan, yang
meliputi etika, moral, dan perilaku. Adapun Estetika yaitu memberikan batasan
mengenai hakikat keindahan atau nilai keindahan.
Sumber : http://badry7.blogspot.com/2013/10/makalah-filsafat-
keindahan.html#ixzz671HPtv9u