Kepala Badan,
Hal.
LAMPIRAN ........................................................................................... 82
ii
DAFTAR TABEL
Hal.
iii
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1. Komposisi tenaga fungsional Balitbangtan, Tahun 2016 ........ 2
Gambar 10. Keragaan VUB Krisan: Reena Agrihort, Zarina Agrihort, Safira
Agrihort, Padmini Agrihort, Yozita Agrihort (dari kiri ke
kanan) ............................................................................... 21
Gambar 12. Jet 1 Agribun (kiri) dan Jet 2 Agribun (kanan) ...................... 23
Gambar 15. Tanaman Kelapa Puan Kalianda (kiri) dan Keragaman Warna
Buah Kelapa Puan Kalianda (kanan)..................................... 24
Gambar 16. Daun, Buah, Biji dan Fuli Pala Fak-Fak (Atas), dan Daun,
Buah dan Biji Pala Banda (Bawah)....................................... 25
iv
Gambar 17. Serai Dapur Sitralina 1 Agribun ……….................................. 25
Gambar 21. Keragaan Padi Varietas Inpari 43 Agritan GSR (kiri) dan
Inpari 44 Agritan (kanan)................................................... 28
Gambar 31. Keragaan Tanaman dan Biji Kedelai Varietas Devon 2.......... . 33
Gambar 34. Keragaan Kacang Hijau Varietas Vima 4 (kiri) dan Vima 5
(kanan)…........................................................................ .. 35
v
Selatan .............................................................................. 38
Gambar 44. Ekstrak Nabati Yang Bersifat Repelen Terhadap Vektor Virus
Kuning............................................................................... 45
Gambar 45. Eksplan Tunas Salak yang telah berinisiasi pada media IP2.. . 45
Gambar 48. Proses HWT pada 52ºC Selama 30 Menit (Kiri), Pesemaian
Benih Bud Chip Pada Pengujian Daya Mengecambah............ 48
Gambar 50. Tanaman Crotalaria juncea (kiri) dan Bintil akar C. juncea dan
Koloni Rhizobia juncea (kanan)..................................... ...... 49
Gambar 51. Beberapa Telur Dasynus piperis yang terparasit oleh Anastatus
dasyni pada Pertanaman Lada di Bangka............... .............. 51
Gambar 52. Kelapa Terserang Penyakit Layu Kalimantan (ke-1 dan ke-2
dari kiri), Pembakaran Batang Kelapa Yang Baru ditebang .... 53
Gambar 53. Pertanaman Padi Gogo dengan Pupuk Organik dan Hayati.... 54
vi
Gambar 56. Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja 9 IKU Balitbangtan
selama 5 tahun terakhir (2015 – 2016) ............................... 67
Gambar 57. Grafik Persentase Capaian Tahun 2015 dan 2016 terhadap
Renstra 2015 – 2019.......................................................... 68
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
IKHTISAR EKSEKUTIF
ix
Kinerja Balitbangtan Tahun 2016, Balitbangtan mempunyai 1 (satu) sasaran
strategis dan 9 (sembilan) Indikator Kinerja yang digunakan sebagai parameter
pengukuran realisasi capaian setiap sasaran, yaitu (1) Jumlah Varietas
(Galur/Klon) Unggul Baru; (2) Jumlah teknologi dan inovasi peningkatan produksi
pertanian; (3) Jumlah model pengembangan inovasi pertanian; (4) Jumlah Taman
Sains Pertanian (TSP); (5) Jumlah Taman Teknologi Pertanian (TTP); (6) Jumlah
rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian; (7) Jumlah benih sumber
tanaman; (8) Jumlah bibit sumber ternak dan (9) Jumlah teknologi yang
didiseminasikan ke pengguna. Target untuk 9 indikator sasaran tersebut, secara
umum telah tercapai dan melebihi target yang ditetapkan dengan kisaran
prosentase capaian antara 126,59 %(sangat berhasil).
Pencapaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan per 31 Desember 2016,
anggaran Balitbangtan telah direalisasikan sebesar 91,24%. Rata-rata realisasi
anggaran per eselon-2 lingkup Balitbangtan menunjukkan hasil yang cukup baik,
yaitu di atas 91,03%. Sedangkan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
untuk periode yang berakhir pada 30 November 2016 mencapai 140,56% dari
estimasi pendapatan yang ditetapkan. Walau secara umum target yang ditetapkan
telah terpenuhi namun dalam pelaksanaan kegiatan tidaklah selalu berjalan mulus.
Masih banyak kendala teknis maupun non teknis yang dihadapi dalam pelaksanaan
kegiatan Balitbangtan. Namun, agar sasaran tetap tercapai, langkah antisipatif
telah diupayakan oleh seluruh jajaran Balitbangtan dengan mengoptimalkan
seluruh potensi dan kemampuan yang dimiliki agar seluruh kegiatan dapat berjalan
dengan optimal.
x
Laporan Kinerja Tahun 2016
BAB I. PENDAHULUAN
Di sisi lain, jumlah tenaga fungsional pendukung menurun drastis, dari 7.525 orang
pada tahun 2015 menjadi 7.037 orang pada tahun 2016 (Tabel 1). Hal ini
disebabkan oleh penerimaan SDM yang makin terbatas ( zero growth) dan
sentralistik.
Perkembangan komposisi SDM Balitbangtan menurut tingkat pendidikan dalam
lima tahun terakhir disajikan pada Gambar 2.
4500 4235
3970 3928 3910
4000 3539
3500
3000
2500 1994 1882 1907 1946 1925
2000
1500 1093 1085 1128 1150 1077
1000 501 510 496
406 467
500
0
2012 2013 2014 2015 2016
S3 S2 S1 <S1
142
150
97
88
100 74
75 58 65 56
48 37 52 49
50 47 28 36
0 0 1 5 4 7 11
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
DN LN
Renstra merupakan acuan dan arahan bagi Unit Kerja di lingkup Balitbangtan
dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian
pertanian periode 2015 – 2019 secara menyeluruh terintegrasi, dan sinergis, baik
di dalam maupun antar sub- sektor terkait. Penyusunan renstra Balitbangtan
mengacu kepada : 1) Undang-undang nasional, 2) Rencana Pembangunan
Pertanian Jangka Panjang (RPJP) 2005 – 2025, 3) Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019, dan 4) Renstra Kementerian
Pertanian Tahun 2015 – 2019.
Secara umum, Renstra Balitbangtan berisikan uraian tentang kondisi umum
(struktur organisasi, sumberdaya penelitian, dan kinerja 2010-2014), potensi,
permasalahan, dan tantangan, visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan,
strategi, program, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, target kinerja dan
kerangka pendanaan yang akan dilaksanakan oleh Balitbangtan selama lima tahun
ke depan (2015- 2019).
Rencana kerja Balitbangtan selama lima tahun dituangkan dalam Renstra
Balitbangtan dengan mengacu kepada Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Rencana Pembangunan
Pertanian Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, dan Renstra Kementerian Pertanian Tahun
2015-2019. Sebagai bentuk implementasi dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019) bidang penelitian dan pengembangan
pertanian perencanaan kinerja diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan
arahan bagi Unit kerja di lingkup Balitbangtan dalam merencanakan dan
melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian periode 2015-2019 secara
menyeluruh, terintegrasi, dan sinergis baik di dalam maupun antar sektor/sub-
sektor terkait. Pada tahap berikutnya, rencana kinerja yang memuat visi, misi,
tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan penelitian
dan pengembangan pembangunan pertanian yang akan dilaksanakan oleh
Balitbangtan ini dituangkan dalam sebuah perjanjian kinerja antara Kepala
Balitbangtan dengan Menteri Pertanian dalam bentuk dokumen Perjanjian Kinerja
(PK) sebagai acuan penilaian terhadap akuntabilitas pelaksana kegiatan lingkup
Balitbangtan.
2.1 Visi
Visi Balitbangtan adalah “Menjadi Lembaga Penelitian Terkemuka Penghasil
Teknologi dan Inovasi Pertanian Modern Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan
dan Kesejahteraan Petani”.
2.2. Misi
Misi Balitbangtan adalah : 1) menghasilkan dan mengembangkan teknologi
pertanian modern yang memiliki scientific recognition dengan produktivitas dan
efisiensi tinggi, dan 2) hilirisasi dan masalisasi teknologi pertanian modern sebagai
solusi menyeluruh permasalahan pertanian yang memiliki impact recognition.
2.3. Tujuan
Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Balitbangtan, maka tujuan yang ingin dicapai
selama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut : 1) menyediakan varietas/
galur/klon unggul yang adaptif, produktivitas tinggi, sesuai preferensi pengguna,
2) menyediakan teknologi yang lebih produktif dan efisien serta ramah lingkungan,
dan 3) mempercepat dan meningkatkan diseminasi inovasi dan teknologi di tingkat
pengguna.
pengolahan untuk peningkatan nilai tambah yang berdaya saing. Analisis kebijakan
tetap diperlukan baik dalam rangka evaluasi kebijakan maupun sebagai usulan
rekomendasi kebijakan pembangunan perkebunan yang bersifat responsif dan
antisipatif. Rekomendasi kebijakan mencakup aspek teknologi, ekonomi, sosial
(kelembagaan) dan lingkungan serta fokus pada upaya untuk mendukung
terwujudnya sistem usaha perkebunan berkelanjutan yang berbasis inovasi.
Pada Bab ini diuraikan kriteria keberhasilan (realisasi terhadap target), sasaran
kegiatan yang dilaksanakan serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan.
Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan,
yaitu (1) sangat berhasil: > 100%, (2) berhasil: 80 – 100%, (3) cukup
berhasil: 60 – 79%, dan tidak berhasil: 0 – 59%. Realisasi sampai akhir tahun
2016 menunjukkan bahwa sasaran telah dapat dicapai dengan rata-rata capaian
sebesar 126,59% (sangat berhasil).
Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan kegiatan
melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat, mulai dari
tahap awal hingga tahap akhir kegiatan. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut
juga didorong oleh dukungan manajemen penelitian, baik aspek pelayanan
keuangan, pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian.
Monitoring dan evaluasi realisasi capaian PK secara online telah difasilitasi oleh
Setjen Kementan dan mulai dilaksanakan sejak tahun 2016. Sedangkan sejak dua
tahun yang lalu, Balitbangtan juga telah melakukan monev rutin dengan nama
Rencana Aksi AKIP. Pelaksanaan monev dilakukan untuk memastikan tercapainya
target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan adalah dengan memantau capaian
kinerja setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang dihadapi. Sehingga
dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target suatu indikator dapat
diantisipasi sejak awal. Format dan monev triwulanan dapat dilihat pada lampiran
5.
IKU berdasarkan RPJMN tersusun dari indikator kinerja yang tersebar pada
kegiatan yang dilaksanakan oleh unit kerja lingkup Balitbangtan, adalah sebagai
berikut:
1. Indikator kinerja jumlah varietas memiliki target sebesar 89 VUB/Galur yang
terdiri dari atas 17 VUB tanaman pangan, 7 VUB tanaman perkebunan, 23
VUB tanaman hortikultura, 23 rumpun/galur/varietas unggul/harapan ternak
dan TPT Spesifik Agro-ekosistem Puslitbangnak dan 19 galur harapan unggul
bioteknologi pertanian.
2. Indikator kinerja jumlah teknologi dan inovasi peningkatan produksi pertanian
memiliki target sebesar 270 teknologi yang terdiri atas 5 teknologi
bioteknologi, 21 teknologi pasca panen, 11 teknologi sumberdaya lahan
pertanian, 132 teknologi spesifik lokasi, 9 teknologi mekanisasi pertanian, 21
teknologi hortikultura, 16 teknologi perkebunan, 35 teknologi peternakan dan
20 teknologi tanaman pangan.
3. Indikator kinerja jumlah model sistem kelembagaan dan inovasi spesifik lokasi
memiliki target sebesar 68 model spesifik lokasi.
4. Indikator kinerja jumlah Taman Sains Pertanian (TSP) memiliki target sebesar
4 provinsi yang terdiri atas 1 provinsi di BBP2TP, 1 provinsi di BBP Mektan, 1
provinsi di Puslitbangbun dan 1 provinsi di Puslitbangtan.
5. Indikator kinerja jumlah Taman Teknologi Pertanian (TTP) memiliki target
sebesar 10 kabupaten yang berasal dari BBP2TP, yaitu Kabupaten Musi
Banyuasin, Sumsel, Kabupaten AKU Induk, Sumsel, Kabupaten Siak, Riau,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, kabupaten Gresik, Jatim,
Kabupaten Tabanan, Bali, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim, Kabupaten
Capaian IKU pertama berupa 143 Varietas (Galur/Klon) Unggul Baru, atau sebesar
157,30% dari target yang ditetapkan. Adapun capaian IKU pertama dapat
diuraikan menjadi 5 Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai berikut:
Berdasarkan uraian IKU pertama yang telah ditargetkan pada tahun 2016, seluruh
IKK menunjukkan target tercapai 100% bahkan di atas 100% (sangat berhasil).
Pencapaian IKK pertama telah berhasil dilaksanakan melalui perakitan 58 galur
harapan unggul tanaman (305,26%, sangat berhasil) yang terdiri atas lima
komoditas, yaitu padi, kedelai, cabai, kentang dan tomat. Perakitan galur
dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu 1) pemuliaan berpandukan marka
molekuler, 2) mutasi in vitro, dan 3) rekayasa genetik. Pemuliaan berpandukan
marka molekuler dilakukan untuk merakit galur padi berbasis gen piramiding untuk
karakter provitas tinggi, toleran cekaman biotik dan abitoik, serta sifat aromatik.
Pemuliaan mutasi in vitro digunakan untuk merakit kedelai provitas tinggi dan
cabai merah besar tahan virus belang. Sedangkan perakitan galur melalui
pendekatan rekayasa genetik dilakukan merakit tanaman tomat tahan virus gemini
dan kentang tahan busuk daun Phytophthora. Secara rinci perbandingan antara
target dan realisasi galur harapan unggul tanaman di tahun 2016 seperti pada
tabel di bawah ini :
2 Jumlah galur mutan M6 cabai toleran virus ChiVMV dan virus cabai lainnya 5 galur
untuk dilepas menjadi varietas unggul cabai merah
3 Jumlah galur tomat transgenik BC2F3-IC dan F5-IC hasil persilangan ganda 2 galur
yang masing-masing berlatar genetik varietas Intan dan varietas CL6046
6 Jumlah galur padi produktivitas tinggi BC1F6, BC1F7, BC2F5 , BC2F6, BC3F4 dan 12 galur
BC3F5 turunan Code dan NIL-QTL-hasil ((IR64-NILs-qTSN4[YP9] dan IR64-
NILs-qDTH8[YP1]) yang berasal dari tanaman terbaik berdasarkan hasil
analisis molekuler dan pengamatan karakter agronomis
7 Jumlah galur padi BC3F2 yang mengandung tiga gen ketahanan (Xa5, Xa7 12 galur
dan Xa21) terhadap Hawar Daun Bakteri (HDB) berdasarkan seleksi marka
molekuler foreground dan background
8 Jumlah galur padi generasi BC3F4 yang mengandung alel gen Bph6 yang 5 galur
tahan terhadap wereng batang coklat berbasis marker assisted back crossing
(MABC)
Pencapaian IKK kedua yaitu melalui pelepasan 25 VUB tanaman hortikultura atau
sebesar 108.70% dari target 23 VUB (kategori sangat berhasil). Adapun 25
VUB yang dihasilkan tersebut terdiri dari: 1 VUB bawang merah, 1 VUB cabai
merah besar serta 23 VUB tanaman hortikultura lainnya dengan deskripsi
keunggulan sebagai berikut :
Bawang Merah
VUB Violetta Agrihorti 1, agak tahan terhadap Alternaria porri, produksi umbi
kering tinggi, warna umbi merah-ungu tua (menarik) dan adaptif di dataran tinggi.
Hasil panen umbi basah 17,32 – 24,66 ton/ha dan umbi kering 8,87 -15,2 ton/ha.
Gambar 4. VUB Bawang Merah Violetta Agrihorti 1 (kiri) VUB Cabai Merah
Besar Inata Agrihorti (kanan)
4. VUB Mangga Gadung 21, dengan keunggulan ukuran buah besar, daging
buah tebal, bentuk buah jorong, warna kulit buah pangkal hijau
kekuningan, rasa manis (TSS 15-21 ºBrix).
15. VUB Krisan Mardelia Agrihort, bunga berwarna ungu violet, tipe
standar/spray, adaptif pada ketinggian 750-1200 m dpl, bentuk bunga
dekoratif, resisten terhadap penyakit karat, bunga potongnya tahan lama
12-14 hari dalam vas.
16. VUB Krisan Alisha Agrihorti, krisan potong tipe dekoratif, warna oranye,
jumlah kuntum yang banyak 10-16 kuntum/tanaman/musim.
17. VUB Krisan Pot Armita Agrihorti, krisan pot, bentuk bunga ganda, tipe
spray, warna kuning dan toleran terhadap penyakit karat.
18. VUB Krisan Pot Khanza Agrihorti, Krisan pot, bentuk bunga ganda, tipe
spray, warna merah, dan toleran terhadap penyakit karat
19. VUB Gerbera Nalini Agrihorti, kuntum bunga lapis 1 warna oranye, lapis
2 warna kuning, warna kuntum bunga kuning yang banyak diminati
konsumen.
20. VUB Gerbera Arkadewi Agrihorti, kuntum bunga warna lapis 1 merah
ungu, lapis 2 merah ungu, piringan bunga warna merah ungu. Piringan
bunga warna merah ungu yang banyak diminati konsumen karena vase
lifenya lebih lama
21. VUB Gerbera Awandhini Agrihorti, Gerbera bunga potong, kuntum
bunga warna putih kuning kehijauan, piringan bunga abu-abu ungu.
Piringan bunga abu-abu ungu serta mempunyai vase life yang relatif lama
22. VUB Anggrek Adelina 2 Agrihort, Bunga berukuran sedang dengan
jumlah kuntum sangat banyak dan mekar serempak. Rangkaian bunga
tersusun rapih pada tandan bunga yang menjuntai. Lama kesegaran 3 – 4
bulan.
Gambar 10. Keragaan VUB Krisan: Reena Agrihort, Zarina Agrihort, Safira
Agrihort, Padmini Agrihort, Yozita Agrihort (dari kiri ke kanan)
23. Durian Sambeng, buah berbentuk oval-obovoid, warna daging buah kuning,
rasa daging buah manis-sangat manis, tekstur daging buah halus sedikit
berserat.
IKK ketiga dicapai melalui kegiatan pemuliaan dan perakitan varietas tanaman
perkebunan dengan melepas 13 VUB tanaman perkebunan yang teratau sebesar
185,71% (kategori sangat berhasil). Varietas unggul yang telah dilepas pada
TA 2016 beserta keunggulannya adalah sebagai berikut:
VUB Tebu POJ Agribun Kerinci merupakan hasil seleksi dan evaluasi tebu lokal
Kerinci berdasarkan penilaian daya kepras (jumlah anakan), produksi, rendemen,
sifat lepas pada pelepah daun (klenthek), preferensi petani dan luasan areal
penanaman. Tidak seperti di daerah lain, tebu di kabupaten Kerinci mempunyai
nilai ekonomi bagi masyarakat lokal kabupaten Kerinci untuk menghasilkan gula
merah. Potensi produksi mencapai 109 ton/ha/tahun, potensi hasil gula merah
rata-rata 12,03 ton gula merah/ha/tahun, dan rendemen 11-12%. Berbeda
dengan di Jawa, tebu dataran tinggi di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi dipanen
secara selektif. Dengan sistim panen tebang pilih petani tidak perlu melakukan
bongkar ratun. Varietas ini toleran terhadap penyakit mosaik dan cocok untuk
dataran tinggi di Propinsi Jambi, Sumatera dan Aceh.
VUB Kenaf Kenafindo 1 Agribun berasal dari galur 9011/G4-1-4-2 M Blk dan
merupakan hasil seleksi populasi dasar dari persilangan G4 dengan KK60 yang
dilanjutkan dengan silang balik dengan tetua G4. Potensi produksi serat 3,727 ton
per ha, 18,2 % lebih tinggi dibandingkan KR15; beradaptasi luas, duri pada batang
relatif sangat sedikit, moderat tahan terhadap kekeringan, moderat tahan
terhadap keracunan Aluminium, rentan terhadap hama Amrasca biguttula Ishida,
dan rentan terhadap serangan nematoda puru akar.
VUB Kenaf Kenafindo 2 Agribun berasal dari galur IDN-09-HCAN-1272-1 dan
merupakan hasil seleksi massa negatif dari aksesi IDN-09-HCAN-1272. Potensi
produksi serat 3,521 ton per hektar, 11,7 % lebih tinggi dibanding KR 15;
beradaptasi luas, moderat tahan terhadap kekeringan, tahan terhadap keracunan
Aluminium, rentan terhadap hama Amrasca biguttula Ishida, dan rentan terhadap
serangan nematoda puru akar.
VUB Jarak Pagar Jet 1 Agribun berasal dari klon IDN-09-JCUR-0184, potensi
produksi biji kering 2.331,35 kg dengan rata-rata 1.085,87 kg/ha/th (37,91% lebih
tinggi dibandingkan IP-3A), kadar minyak biji 37,44%, sesuai dikembangkan di
wilayah beriklim kering.
VUB Jarak Pagar Jet 2 Agribun berasal dari klon 200711/4, potensi produksi biji
kering 2.636,30 kg dengan rata-rata 1.078,70 kg/ha/th (37,00% lebih tinggi
dibandingkan IP-3A) berkadar minyak 35,80%, sesuai dikembangkan di wilayah
beriklim kering.
Dengan keunggulan minyak bijinya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
Biofuel dan kemampuannya untuk dikembangkan di wilayah beriklim kering, maka
kedua varietas unggul jarak pagar ini berpotensi untuk dikembangkan di wilayah
Indonesia Timur yang beriklim kering, khususnya daerah-daerah yang masih
kekurangan pasokan listrik, karena biofuelnya dapat dimanfaatkan untuk mesin
pembangkit listrik.
VUB Sisal H 11649 memiliki potensi produksi serat kering per ha per tahun 4.728
– 5.964,763 kg, peka terhadap penyakit Fusarium sp. Varietas ini dapat
dikembangkan pada berbagai jenis lahan.
VUB Kelapa Dalam Sri Gemilang berasal dari Kabupaten Indragiri Hilir, adaptif
pada lahan pasang surut. Potensi produksi kopra > 3 ton/hektar/tahun, kadar
minyak 65,19%, protein 8,96%, galaktomanan 1,7%, fosfolipid 0.04%. Kadar
minyak, protein dan galaktoman relatif lebih tinggi dari varietas yang telah dilepas
sedangkan kadar fosfolipid lebih rendah atau sama dengan varietas unggul
lainnya. Potensi benih untuk pengembangan atau peremajaan + 39.200 butir per
tahun. Varietas ini telah menyebar di daerah Parit Sialang Krubuk, Desa Hidayah,
Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.
VUB Kelapa Puan Kalianda termasuk tipe kelapa Dalam dengan karakteristik
morfologi yang lebih besar dibandingkan kelapa kopyor tipe Genjah asal Pati, Jawa
Tengah. Kadar gula total berkisar dari 1.6-2.4 %, protein 0.24-2.55 % dan lemak
total 12,12-16.46 %. Jumlah Pohon Induk Terpilih (PIT) sebanyak 123 pohon,
memiliki potensi benih sebanyak 6.657 butir. Jumlah total benih kopyor alami
(heterozigot) pertahun sebanyak 10.731 butir dapat digunakan untuk
pengembangan pada lahan seluas 53 ha. Varietas Kelapa Puan Kalianda sudah
menyebar di wilayah Provinsi Lampung dan sekitarnya. Potensi penyebaran pada
sentra produksi kelapa di wilayah Sumatera.
Gambar 15. Tanaman Kelapa Puan Kalianda (kiri) dan Keragaman Warna Buah
Kelapa Puan Kalianda (kanan)
VUB Pala Fak-fak memiliki habitus tanaman relatif lebih tinggi dan besar, daun
lebih panjang dan lebih lebar dibanding pala lainnya. Tinggi tanaman berkisar 15
– 23 meter, lingkar batang 90 – 150 cm, lebar kanopi 2.5 m – 3.9 m jumlah
lingkaran percabangan dalam batang tanaman 11 - 27 dan jumlah cabang dalam
satu lokus adalah 3 – 6 buah. Bentuk daun lonjong langsing sampai lonjong agak
lebar.
Gambar 16. Daun, Buah, Biji dan Fuli Pala Fak-Fak (Atas), dan
Daun, Buah dan Biji Pala Banda (Bawah)
VUB serai dapur Sitralina 1 Agribun berasal dari aksesi Cyci 009 hasil seleksi
serei dapur yang berasal dari DIY. Beradaptasi baik di dataran rendah sampai
tinggi.
VUB temulawak Xanthorina 1. Varietas ini memiliki tinggi tanaman antara 187-
227 cm, dengan karakter anak tulang daun tegak sempit, jumlah bunga per tandan
antara 15-20 kuntum, rimpang berbentuk kerucut, kadar kurkuminoid 1,72%,
kadar xanthorizol 4,94%, produksi 29,28-39,90 ton/ha.
VUB temulawak Xanthorina 2. Varietas ini memiliki tinggi tanaman antara 167-
260,88 cm, dengan karakter anak tulang semi tegak jarang, jumlah bunga per
tandan antara 15-24 kuntum, rimpang berbentuk kerucut bulat, kadar kurkuminoid
1,87 %, kadar xanthorizol 4,83%, produksi 27,63-40,69 ton/ha.
dari capaian tersebut meliputi meliputi 2 galur sapi potong, 2 galur kambing
potong, 2 galur kambing perah, 3 galur domba, 4 galur ayam, 3 galur itik, 4 galur
kelinci dan 3 galur tanaman pakan ternak. Untuk kambing Boer Indonesia
direncanakan akan tercapai pada tahun 2019, perakitan galurnya baru dimulai
pada tahun 2016.
Pencapaian IKK kelima yaitu telah dilepas 6 varietas unggul baru padi, 5 VUB
jagung, 4 VUB Kedelai, dan 6 VUB tanaman pangan lainnya, atau total capaian
sebesar 123,53% dari target 17 VUB.
Padi
Tahun 2016 telah dilepas sebanyak 6 VUB padi yaitu 3 VUB padi sawah dan 3
VUB padi gogo antara lain: 1) Inpari 42 Agritan GSR, 2) Inpari 43 Agritan GSR, 3)
Inpari 44 Agritan, 4) Inpago 12 Agritan, 5) Inpago IPB 9G, dan 6) Unsoed Parimas.
1. VUB Inpari 42 Agritan GSR merupakan asal persilangan
Huangxinyhan/Fenghuazhan. Potensi hasil 10,58 t/ha dengan rata-rata
hasil mencapai 7,11 t/ha. Sifat keunggulannya yaitu memiliki ketahanan
terhadap hama pada fase generatif dan agak tahan terhadap HDB patotipe
III, rentan strain IV, dan agak tahan strain VIII, tahan penyakit blas daun ras
033 dan rentan ras 133 dan 173, agak tahan WBC biotipe 1 dan agak rentan
WBC biotipe 2 dan 3, rentan virus tungro varian 033 dan 073. Anjuran tanam
di lahan sawah dengan ketinggian 600 dpl.
Jagung
VUB Jagung pada tahun 2016 dilepas 5 VUB terdiri atas : 1) Hibrida HJ 28 Agritan,
2) Hibrida HJ 29 Agritan, 3) Hibrida HBSTK08, 4) Hibrida HBSTK09, dan 5) Hibrida
HBSTK10.
1. VUB Hibrida HJ 28 Agritan berumur genjah (80 hari), potensi hasil 12,9
t/ha dengan provitas rata-rata 11,8 t/ha, tahan terhadap penyakit bulai
(Peronosclerospora philipinensis L.), hawar dan karat daun dataran rendah,
stay green, umur genjah, adaptif pada lahan ketinggian 5 – 650 m dpl.
2. VUB Hibrida JH 35 berumur sedang (99 hari) dengan potensi hasil 12,9
ton/ha, agak tahan terhadap penyakit bulai ( Peronosclerospora maydis dan
Peronosclerospora philippinensis), tahan penyakit karat daun (Puccinia
sorghi) dan hawar daun dataran rendah (Helminthosporium maydis), agak
toleran kekeringan dan nitrogen rendah serta beradaptasi luas di dataran
rendah.
3. VUB Hibrida JH 37 berumur sedang (99 hari) dengan potensi hasil 12,5
t/ha. Agak tahan terhadap penyakit bulai jenis Peronosclerospora maydis
dan sangat tahan terhadap Peronosclerospora philippinensis), serta tahan
penyakit karat daun (Puccinia sorghi) dan hawar daun dataran rendah
(Helminthosporium maydis). Potensi hasil tinggi, tahan rebah akar dan
batang, agak toleran kekeringan dan nitrogen rendah serta beradaptasi luas
di dataran rendah.
4. VUB Hibrida JH 47 berumur sedang (99 hari) dengan potensi hasil 12,5
ton/ha. Tahan terhadap penyakit bulai jenis Peronosclerospora maydis dan
Peronosclerospora philippinensis, serta tahan penyakit karat daun (Puccinia
sorghi) dan hawar daun dataran rendah (Helminthosporium maydis).
Potensi hasil tinggi, tahan rebah akar dan batang, toleran kekeringan dan
nitrogen rendah serta beradaptasi luas di dataran rendah.
Kedelai
Tahun 2016 telah dilepas 4 VUB kedelai, antara lain: 1) DEJA 1, 2) DEJA 2, 3)
DETAP 1, dan 4) DEVON 2.
1. VUB Deja 1 merupakan hasil seleksi persilangan varietas Kawi dengan
galur IAC 100. Potensi hasil 2,6 t/ha dengan rata-rata hasil mencapai 2,18
3. VUB Detap 1 berumur genjah (79 hari), potensi hasil 3,39 t/ha, dengan
rata-rata hasil 2,74 t/ha, dan berbiji besar. Keunggulan lain tahan pecah
polong, agak tahan pengisap polong, penggerek polong dan pemakan daun.
4. VUB Devon 2 berumur genjah 78 hari dan berbiji besar 17,03 g/100 butir.
Potensi hasil 2,90 t/ha, rata-rata hasil 2,67 t/ha, mengandung isoflavon
tinggi 1.097,9 μg sangat sesuai untuk bahan pembuatan tempe, agak tahan
pengisap polong dan penggerek polong, rentan terhadap penyakit pemakan
daun.
Selain 3 komoditas pangan di atas, pada tahun 2016 Balitbangtan juga telah
menghasilkan 6 VUB tanaman pangan lain, yaitu: 1) VUB Gandum GURI 6, 2) VUB
Shorgum SOPER 6 Agritan, 3) VUB Kacang Hijau VIMA 4 dan VIMA 5, dan 4) VUB
Ubi Jalar Patting 1 dan Patting 2.
1. VUB Gandum GURI 6 berumur 100 hari dengan potensi hasil 3,5 t/ha dan
produktivitas hasil rata-rata 2,3 t/ha. Gandum ini memiliki umur berbunga,
umur panen lebih genjah, tinggi tanaman lebih pendek dibanding varietas
existing, memiliki tingkat ketahanan terhadap penyakit hawar daun
(Helminthosporium sativum) yang tergolong agak resisten. Hasil yang
adaptif pada lingkungan optimal.
2. VUB Sorgum SOPER 6 Agritan berumur 110 hari dengan potensi hasil 6,19
t/ha. Tahan terhadap hama aphis, agak tahan terhadap penyakit bercak daun
dan rentan terhadap bercak daun. Beradaptasi baik pada lingkungan optimal,
berpotensi untuk pangan dan bahan baku energi.
lemak 0,72% basis kering, polong tidak mudah pecah, agak tahan embun
tepung dan hama thrips, serta potensi produksi 2,32 ton/ha. Sedangkan
varietas Vima 5 memiliki keunggulan yaitu kandungan protein 23,36% basis
kering dan lemak 0,68% basis kering, polong tidak mudah pecah, agak
tahan embun tepung dan hama thrips, serta potensi produksi 2,34 ton/ha.
Gambar 34. Keragaan Kacang Hijau Varietas Vima 4 (kiri) dan Vima 5 (kanan)
4. VUB Ubi Jalar Patting 1 dan Patting 2, memiliki rasa enak. Varietas
Patting 1 memiliki keunggulan potensi hasil 29,9 ton/ha, umur tanaman 4 –
4,5 bulan, warna daging umbi putih, agak tahan penyakit kudis dan hama
boleng, kadar pati dan bahan kering tinggi 24,83%, serta sesuai ditanam di
lahan tegalan dan lahan sawah sesudah tanam padi. Sedangkan varietas
Patting 2 memiliki keunggulan potensi hasil 31,8 ton/ha, umur tanaman 4 –
4,5 bulan, warna daging umbi kuning, agak tahan penyakit kudis dan hama
boleng, kadar pati dan bahan kering tinggi 23,33%, serta sesuai ditanam di
lahan tegalan dan lahan sawah sesudah tanam padi.
Gambar 35. Keragaan Ubijalar Varietas Patting 1 (kiri) dan Patting 2 (kanan)
Capaian IKU kedua berupa 291 teknologi, atau sebesar 107,78 % (sangat
berhasil) dari target yang ditetapkan sebesar 270. Adapun capaian IKU pertama
dapat diuraikan menjadi 9 Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai berikut:
Berdasarkan indikator kinerja utama kedua yang telah ditargetkan pada tahun
2016, dari 9 indikator kinerja, 6 indikator mencapai target 100% sedangkan 3
indikator lainnya melebihi target.
Pencapaian IKK pertama dilakukan dengan menghasilkan 5 teknologi litbang
bioteknologi dan sumberdaya (100%, berhasil), yaitu 1) peta genetik keterpautan
fenotipe-genotipe sifat toleransi keracunan pada kedelai, 2) peta genetik
keterpautan fenotipe-genotipe sifat pertumbuhan sapi Peranakan Ongole (PO), 3)
konstruk gen alanine aminotransferase dalam vektor ekspresi untuk perakitan padi
efisien nitrogen, 4) teknologi feromon untuk pengendalian serangga hama
penggerek pucuk dan batang tebu ramah lingkungan, dan 5) teknologi in vitro
untuk kultur endosperma jeruk keprok.
Pencapaian IKK kedua dilakukan dengan menghasilkan 21 teknologi litbang
pascapanen (tercapai 100%, berhasil) yang sesuai dengan amanat yang
diakomodir di dalam perjanjian kinerja (PK) Balitbangtan sehingga masuk dalam
kategori berhasil.
Secara lengkap rincian 21 teknologi yang dihasilkan pada IKK kedua terdiri atas :
1) Teknologi Pengolahan Beras Igr Dan Beras Premium Skala Komersial, 2)
Teknologi Pemanfaatan Sekam Untuk Pembuatan Matriks Pupuk Tanaman Padi
Berbahan Nano-Silika Dan Pembuatan Asap Cair, 3) Implementasi Teknologi
Perontokan Jagung Berkelobot Pada Kadar Air Tinggi, 4) Implementasi Teknologi
Pengolahan Dan Penyimpanan Berasan Jagung Di Tingkat Kelompok Tani, 5)
Teknologi Penanganan Cabai Segar Untuk Penyimpanan Pada Suhu Kamar Skala
Ritel, 6) Teknologi Minimal Proses Bawang Merah Skala Ritel, 7) Teknologi
Penanganan Bawang Merah Skala 300 Kg/Hari, 8) Teknologi Produksi Gelatin Dari
Limbah Pemotongan Ternak, 9) Agen Bioindikator Pendeteksi Kesegaran Daging,
10) Teknologi Proses Produksi Gula Kristal Tebu Dengan Aplikasi Dekstranase
Untuk Meningkatkan Rendemen, 11) Teknologi Purifikasi Untuk Meningkatkan
Kualitas Gula Cair Tebu, 12) Starter Kering Fermentasi Untuk Perbaikan Flavor Biji
Kakao Dan Aplikasinya, 13) Formula Cokelat Granul Instan Dengan Enrichment
Nanonutrien (Nano-Vitamin A, Fe, Dan Folat) Dan Probiotik, 14) Isolat Mikroba
Unggul Penghasil Enzim Lignoselulase, 15) Teknologi Pembuatan Enzim
Lignoselulase Dari Mikroba Unggul, 16) Teknologi Kemasan Aktif Untuk
Memperpanjang Umur Simpan Buah Manggis, 17) Teknologi Kemasan Aktif Untuk
Memperpanjang Umur Simpan Buah Salak, 18) Teknologi Pengendalian
Kontaminan Ochratoksin Pada Biji Kakao, 19) Teknologi Pengendalian Kontaminan
Aflatoksin Pada Biji Pala, 20) Teknologi Otomatisasi Grading Buah Manga, dan 21)
Teknologi Otomatisasi Grading Buah Manggis.
Pencapaian IKK ketiga dilakukan dengan menghasilkan 11 teknologi litbang
sumberdaya lahan pertanian (realisasi 100%, berhasil). Secara rinci ke-11
teknologi tersebut beserta manfaat/kegunaannya dapat dilihat sebagai berikut:
1. Teknologi Pemupukan N, P, K Lahan Sawah Irigasi Berstatus P Dan K Sedang.
Teknologi ini sebagai acuan dalam perhitungan kebutuhan pupuk pada tanah
berstatus P dan K dari sedang hingga tinggi pada tanaman padi berpotensi hasil
tinggi.
2. Teknologi Pemupukan N, P, K Lahan Sawah Tadah Hujan Berstatus P Dan K
Sedang. Teknologi ini sebagai acuan dalam perhitungan kebutuhan pupuk N,
P, K lahan sawah tadah hujan berstatus P dan K sedang.
3. Teknologi Perbanyakan Sianobakteri. Telah diperoleh informasi teknik
perbanyakan Sianobakteri Bakteri yang mampu menyediakan N sebesar 10-
20%.
4. Sistim Informasi Kalender Tanam (SI-KATAM) Terpadu Modern. Sistim
Informasi Katam Terpadu Moderen ini menggambarkan potensi pola dan waktu
tanam untuk tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) berdasarkan potensi
dan dinamika sumberdaya iklim dan air beserta rekomendasi varietas dan
pupuk.
Gambar 37. Bangunan Bendung Sadap untuk Menampung Mata Air di Desa
Limampoccoe, Kec. Cenrana, Kab. Maros, Sulawesi Selatan
Mesin tanam padi Jajar Legowo tipe mini untuk lahan sempit dan berbukit
memiliki spesifikasi menggunakan jarak tanam legowo 40 cm, jarak dalam
baris 15-20 cm, sistem travelling satu roda, dua baris tanam dalam setiap
operasi, berpenggerak engine 5,5 HP, dan tingkat kedalaman penanaman 2-
5 cm.
3. Teknologi Mesin Panen Padi Tipe Mini Combine Harvester untuk Lahan Rawa
Pasang Surut
Penggunaan combine harvester di lahan rawa membutuhkan pengembangan
khusus karena harus mempertimbangkan kondisi lahan. Pengoperasian
Combine Harvester ini membutuhkan daya sangga tanah yang cukup
terhadap berat alat. Tahun 2012-2014, BBP-Mektan sudah mengembangakan
Combine Harvester yang dinamakan dengan Mini Combine Harvester. Pada
tahun 2016 telah dilakukan uji kinerja multi lokasi di Kalimantan Selatan.
4. Pengembangan Basis Data dan Pemetaan Mekanisasi Produksi Padi, Jagung
dan Kedelai
Pada tahun 2012, Balitbangtan telah menghasilkan konsep pemetaan,
penentuan perkiraan kebutuhan dan optimalisasi pemanfaatan alsintan untuk
produksi padi di lahan sawah beririgasi teknis di Jatim, Jateng, DIY, Jabar dan
Banten. Tahun 2016 kegiatan dilanjutkan melalui update data 2015 serta
menambah pemetaan untuk provinsi Bengkulu, Babel, Kaltim, Kaltara, Bali,
Sulut, Sultra, Sulbar, Maluku Utara, dan Papua. Sistem informasi ini dapat
diakses melalui website http: // katam. litbang. pertanian.go.id/.
5. Teknologi Mesin Panen Jagung Tipe Kombinasi (Corn Combine Harvester)
Tahun 2015, Balitbangtan telah merekayasa bore unit yang berfungsi untuk
mengambil sejumlah sampel tebu secara konsisten dan dapat mewakili
rendemen gula. Pada tahun 2016, dilakukan pengembangan lanjutan dan
modifikasi prototipe mesin pengambil sampel (core sampler) tebu siap giling
tipe vertikal. Pada prototipe mesin ini, ditambahkan kerangka utama setinggi
5 meter pada dudukan bore core sampler dan sistem hidrolik untuk
pergerakan ke samping (swing) bore core sampler. Kerangka utama core
sampler tebu dirancang knock down sehingga mudah untuk mobilisasi.
8. Rekayasa dan Pengembangan Komponen Dasar dan Manajemen Manufacture
Teknologi Inovasi Prototipe Mini Combine Harvester dan Jarwo Transplanter
Balitbangtan telah menghasilkan komponen dasar prototipe Transplanter
Jajar Legowo dan Combine Harvester, yang terdiri dari atas : (1) hasil
pabrikasi molding dapog Tegel dan dapog Jajar Legowo, (2) hasil cetak
molding dapog Tegel dan dapog Jajar Legowo, (3) komponen Jarwo
Transplanter : desain cam untuk double screw dan cam untuk lengan tanam,
hasil pembuatan komponen Transplanter bagian tanam, dies blanking dan
bending untuk pembuatan komponen Transplanter bagian tanam dan hasil
blanking dan bending dari dies, (4) hasil cor roda Mini Combine : hasil desain
dan printer menggunakan pinter 3D dan hasil pembuatan coran logam dari
3D printer komponen Mini Combine Harvester.
9. Rekayasa dan Pengembangan Penggilingan Padi Mobile untuk Peningkatan
rendemen dari 56% menjadi 62%
Mesin penggilingan padi memiliki konfigurasi yang terdiri dari cleaner, husker,
separator, dan polisher (C-H-S-P). Konfigurasi mesin penggilingan padi
keliling yang terdiri dari C-H-S-P dapat menghasilkan rendemen beras
berkisar antara 64% - 67% untuk varietas padi Mekongga, dan sekitar 68%
untuk varietas padi Ciherang. Tingginya rendemen beras yang dihasilkan
sangat ditentukan oleh penggunaan mesin pembersih (cleaner) gabah.
Konfigurasi mesin penggiling padi yang tidak menggunakan cleaner
menghasilkan rendemen beras berkisar antara 58% - 60%.
Gambar 44. Ekstrak Nabati Yang Bersifat Repelen Terhadap Vektor Virus
Kuning
8. Teknologi Penyimpanan dan Jenis Kemasan untuk Mempertahankan
Kualitas Mentimun dan daya Simpan Wortel. Penyimpanan pada suhu dingin
(5oC dan 10oC) dengan kombinasi penggunaan jenis kemasan (plastik
polipropilen, polietilen dan wrapping) dapat mempertahankan daya simpan
mentimun dan wortel selama 4 minggu.
9. Teknologi Pengendalian Hama Kutu putih pada Mangga. Pengendalian
hama kutu putih dengan cara ini tidak meninggalkan residu pada buah atau
residu yang ditinggalkan di bawah batas maksimum yang diijinkan dan tidak
berdampak buruk terhadap serangga berguna/predator hama.
10. Teknologi Induksi Tunas Mikro Salak. Teknologi ini merupakan komponen
teknologi untuk mendapatkan komposisi media inisiasi tunas. Eksplant yang
digunakan adalah tunas anakan salak yang berasal dari kebun, setelah itu
disterilisasi dan ditanam di media MS0 plus 2 cc/l streptomicyn selama 1
minggu. Eksplan yang terseleksi kemudian di subkultur ke media IP5
diinkubasi dalam gelap tanpa cahaya selama 2-3 minggu. Selanjutnya,
disubkultur ke media IP2 dalam ruangan bercahaya 8 jam/hari, kemudian
disubkultur pada media yang sama maka akan diperoleh eksplan tunas salak
yang berinisiasi.
Gambar 45. Eksplan Tunas Salak yang telah Berinisiasi pada Media IP2
17. Teknologi Pengendalian Hama Kutu Daun Pada Gerbera Dengan Insektisida
Nabati Dan Keamanannya Terhadap Kumbang Predator M. sexmaculatus,
teknologi formulasi insektisida nabati ekstrak T. sinensis dan C.
cinerariaefolium dan campurannya yang aktif terhadap M. euphorbiae dan
aman terhadap kumbang predator M. sexmaculatus.
18. Teknologi Barcode Citrumelo dan JC, dengan keunggulan Barcode
menyediakan data Gen spesifik SDG jeruk yang memiliki peluang sebagai
Gen pengatur produksi metabolit. ini akan memudahkan identifikasi
ketersediaan metabolit target pada tanaman target. Produksi dan
pengkayaan konsentrasi metabolit sekunder melalui kultur sel/organ dapat
dikendalikan oleh Barcode ini.
19. Teknologi Expert System dan Forecasting Hama (kelompok kutu kutuan,
tungau, trip) pada tanaman jeruk, merupakan teknologi peramalan dan
monitoring hama utama tanaman jeruk pertama kali di Indonesia yang
berbasis TI (web/android) dan mempermudah stake holders mengelola
serangan hama tanaman jeruk dibawah ambang kendalinya.
20. Teknologi Nano Pertikel Pestisida Botani Untuk Hama Jeruk, dengan
Keunggulan: teknnologi sediaan nanopartikel insktisida botani yang efektif
untuk mengendalikan hama kelompok kutu-kutuan tanaman jeruk dan
mengendalikan hama tanaman jeruk yang ramah lingkungan
21. Teknologi Pemangkasan Kesehatan Yang Optimal Untuk Jeruk Keprok,
dengan keunggulan mampu meningkatkan kesehatan tanaman,
meningkatkan rasa buah, meningkatkan warna kuning pada buah.
22. Teknologi Pengendalian Penyakit Utama Tanaman Buah Naga melalui
Penggunaan Tanaman Toleran. Tanaman buah naga
Gambar 48. Proses HWT pada 52ºC Selama 30 Menit (Kiri), Pesemaian
Benih Bud Chip Pada Pengujian Daya Mengecambah
.
Gambar 49. Keragaan Tanaman Tebu Sebelum Tebang
populasi koloni≥ 107 cfu/g untuk formula powder. Secara umum aplikasi
pupuk hijau C. juncea dapat meningkatkan rendemen tebu.
Gambar 50. Tanaman Crotalaria juncea (kiri) dan Bintil akar C. juncea dan
koloni Rhizobia juncea (kanan)
Gambar 52. Kelapa terserang penyakit layu Kalimantan (ke-1 dan ke-2 dari kiri),
pembakaran batang kelapa yang baru ditebang
Padi
1. Teknologi Jajar Legowo Super
Teknologi jajar legowo super dihasilkan oleh Balitbangtan setelah melalui
penelitian dan pengkajian pada berbagai lokasi di Indonesia. Selain
menggunakan sistem tanam jajar legowo 2:1 sebagai basis penerapan di
lapangan, bagian penting dari teknologi Jajar Legowo Super yaitu: 1) Varietas
Gambar 53. Pertanaman Padi Gogo dengan Pupuk Organik dan Hayati
4. Pengendalian Hama Uret pada Padi Gogo dengan Teknik Seed Treatment
Uret atau lundi adalah fase larva dari kumbang Scarabaeidae atau
Cerambycidae dengan ciri larva berukuran besar, gemuk, putih, badan
tembus cahaya dengan kepala warna coklat dan taring yang besar. Kaki
berwarna coklat terdapat pada rongga dada. Larva membentuk huruf C
(Gambar 1). Hama ini menyerang padi gogo, jagung, ubikayu, tebu, dan
tanaman pangan lain serta rumput-rumputan. Pengendalian hama uret
dengan teknik seed treatment menghasilkan pengendalian yang efektif
menekan serangan hama uret.
5. Potensi Penggunaan Beras Merah dalam Produk Pangan Basah
Balitbangtan telah melepas berbagai jenis varietas unggul padi beberapa di
antaranya varietas unggul padi merah seperti Aek Sibundong, Inpari 24
Gabusan, Inpara 7, dan Inpago 7. Berbeda dengan beras putih seperti
Ciherang, beras merah biasanya dipasarkan dalam bentuk berupa beras
pecah kulit atau beras sosoh sebagian untuk mempertahankan pigmen
merahnya yang berada dalam lapisan kulit ari. Mutu dan sifat tepung beras
sangat bergantung padamutu bahan bakunya. Secara umum proses
penggilingan padi terutama lama penyosohan sangat mempengaruhi
komposisi proksimat. Lebih lanjut, semakin lama penyosohan suhu awal
gelatinisasi cenderung turun, sedangkan pengaruhnya terhadap viskositas
saat granula pati pecah dan viskositas balik berbeda.
6. Pengendalian Terpadu Bio-Intensif Penyakit Tungro
Pengendalian dilakukan dengan cara menanam tanaman berbunga sebagai
perangkap/penarik serangga disekitar tanaman padi serta menggunakan
andrometa (campuran cendawan entomopatogen Metharizium anisopliae dan
ekstrak sambiloto) pada petak pengendalian bio-intensif. Perlakuan
andrometa diduga berpengaruh terhadap penghambatan dalam proses
infeksi virus tungro. Kegiatan kultur teknis melalui pemangkasan gulma di
pematang pada 2 dan 4 MST diduga berperan terhadap eliminasi sumber
inokulum sekunder dan meningkatkan proses predasi terhadap wereng hijau
pada saat fase kritis infeksi tungro sehingga insiden tungro yang terjadi relatif
rendah.
7. Pengelolaan Pestisida dalam Pengendalian Tungro
Jagung
1. Rekomendasi Pemupukan P Pada Tanaman Jagung Berdasarkan Ketersediaan
Hara Tanah dan Potensi Hasil Tanaman.
Kedelai
1. Budi daya Kedelai di Lahan Pasang Surut di Bawah Kelapa Sawit
Kendala yang dihadapi tanaman kedelai agar mampu tumbuh optimal di lahan
tersebut adalah kejenuhan Al tanah tergolong tinggi (26-41%), ketersediaan
hara K, Ca, Na, dan KTK efektifnya rendah. Agar tanaman kedelai mampu
tumbuh dan memberikan hasil memadai, di lahan tersebut kejenuhan Al nya
perlu diturunkan dengan pemberian dolomit hingga mencapai 20%, dipupuk
urea 50 kg + 75 kg SP36 + 50 kg KCl + pupuk kandang 1,25 t/ha + Pupuk
hayati Rhizobium Agrisoy 0,3 kg/ha + Mikorhiza Biovam 5 kg/ha.
2. Integrasi Serbuk Biji Mimba Dan Nuclear Polyhedrosis Virus Untuk
Pengendalian Hama Pada Tanaman Kedelai Di Lahan Pasang Surut
Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) dan Serbuk biji mimba
(SBM) adalah dua insektisida nabati yang diketahui efektif untuk
mengendalikan beberapa hama penting pada tanaman kedelai. Serbuk biji
mimba (SBM) adalah ramuan alami dengan bahan dasar biji tumbuhan mimba
(Azadirachta indica). SBM dengan senyawa utama Azadiractin efektif
menekan hama lalat kacang, Thrips, kutu cabuk (Aphis) dan kutu kebul B.
tabaci, serta berbagai jenis hama polong kedelai. SBM mengandung senyawa
metabolit sekunder diantaranya azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan
nimbidin yang memiliki pengaruh menghambat proses ganti kulit serangga,
penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak
serangga sangat menurun, penghalau (repellent) yang mengakibatkan
serangga hama enggan mendekati dan berfungsi sebagi anti-virus,
bakterisida, dan fungisida sehingga selain hama juga sangat bermanfaat
untuk mengendalikan penyakit tanaman.
Budi daya sorgum manis pada lahan suboptimal, peningkatan populasi hingga
166.668 tanaman per hektar dengan jarak tanam 60 cm x 10 cm
meningkatkan bobot panen batang. Populasi tinggi juga tidak menurunkan
hasil panen biji.
3. Budi daya Kacang Hijau Di Lahan Kering
Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering iklim kering pada tanah Alfisol
KP Muneng, Probolinggo MK 2016. Tanaman kacang hijau ditumpangsarikan
dengan tanaman jagung, yang dikondisikan dengan tiga sistem tanam
berbeda. Sistem tanam terdiri dari; L1= Kacang hijau 40 x 10, 1 tnm/rumpun;
Jagung 80 x 40, 1 tnm/rumpun, L2= Kacang hijau 40 x 20, 2 tnm/rumpun;
Jagung 80 x 40, 1 tnm/rumpun, L3= Kacang hijau 30 x 20, 2 tnm/rumpun;
Jagung (50 x 50) x 120, 1 tnm/rumpun, L4= Monokultur kacang hijau 40 x
10, 1 tnm/rumpun.
4. Budi daya Kacang Tanah di Lahan Salin
Alternatif komponen teknik budi daya kacang tanah pada lahan salin dengan
tingkat salinitas 11 dS/m hingga 15 dS/m adalah sebagai berikut:
a) Komponen budi daya alternatif bila tersedia mulsa adalah Tanah diolah
dengan rotari dengan menggunakan varietas Hypoma 2. Jarak tanam 40
cm x 15 cm, 1-2 tanaman/rumpun. Pemberian pupuk dasar 75 kg Urea
+ 100 kg SP36 + 50 kg KCl per ha atau kurang lebih setara dengan 200
kg Phonska + 25 kg SP36. Pemberian mulsa 3,5 t/ha. Ameliorasi dengan
750 kg S/ha. Dengan teknologi ini Hasil kacang tanah dengan cara budi
daya tersebut 1,44-1,49 t/ha polong kering.
b) Komponen budi daya alternatif bila tidak tersedia mulsa adalah Tanah
diolah dengan rotari dengan menggunakan varietas Hypoma 2. Jarak
tanam 40 cm x 15 cm, 1-2 tanaman/rumpun. Pemberian pupuk dasar 75
kg Urea + 100 kg SP36 + 50 kg KCl per ha atau kurang lebih setara
dengan 200 kg Phonska + 25 kg SP36. Tanpa mulsa. Ameliorasi dengan
5 t/ha pupuk kandang atau 1,5 t/ha gipsum+5 t/ha pupuk kandang. Hasil
kacang tanah dengan cara budi daya tersebut 1,35 t/ha polong kering.
Gambar 55. Keragaan tanaman kacang tanah pada umur mendekati panen di
Laipori (kiri) dan umur 65 HST di Pamboto Njara, Sumba Timur NTT
6. Teknologi Pemupukan Dan Aplikasi Fitohormon Pada Ubikayu Di Lahan
Pasang Surut Kalimantan Selatan
Pupuk organic yang diperlukan antara 2,5 – 10 t/ha (pupuk kandang kotoran
ternak, kompos atau campuran di antara keduanya). Takaran pupuk yang
diperlukan untuk memperoleh hasil optimal adalah: 135 kg N + 108 kg P2O5
+ 150 kg K2O + 300 kg Dolomit. Tanah dengan kemasaman agak tinggi
perlu ditambahkan dolomit untuk meningkatkan ketersdiaan hara Ca dan Mg
dan meningkatkan pH tanah. Hormon auksin untuk merangsang
pertumbuhan akar, hormon sitokinin untuk merangsang pertumbuhan
batang dan daun, dan hormon giberelin untuk merangsang perkembangan
umbi.
Produksi yang diperoleh di kedua lokasi berbeda, hasil tertinggi dengan
pemupukan tanpa fitohormon di Desa Sidomulyo mampu mencapai 30,66 ton
setara dengan perlakuan pemupukan ditambah fitohormon auxin dan cytokinin
yaitu 30,22 ton/hektar.
Target IKU ketiga yang telah ditetapkan tahun 2016, telah tercapai sebesar
100% (kategori berhasil) yaitu sebanyak 68 model sistem kelembagaan dan
inovasi spesifik lokasi.
Adapun capaian 68 Model Sistem Kelembagaan dan Inovasi Spesifik Lokasi
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 24 Model Pengembangan Inovasi
Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman Pangan, 5 Model
Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman
Hortikultura, 14 Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri
Berbasis Tanaman Perkebunan, 16 Model Pengembangan Inovasi Teknologi
Pertanian Bioindustri Berbasis Peternakan, 7 Model Pengembangan Inovasi
Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Agroekosistem, 2 Model Pengembangan
Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi
Capaian IKU keempat yang telah ditargetkan pada tahun 2016, telah tercapai
sebesar 100 % (kategori berhasil) dari yang ditargetkan di perjanjian kinerja
(PK) sebanyak 4 TSP.
Taman Sains Pertanian (TSP) merupakan indikator kerja baru yaitu sebuah
program pemerintah yang merupakan lanjutan dari tahun 2015, dimana bertujuan
untuk mempercepat aliran teknologi di bidang pertanian sampai ke lapangan dan
diimplementasikan oleh pengguna khususnya petani. TSP sendiri merupakan
sebuah kawasan percontohan sekaligus penyedia teknologi pertanian yang ke
depan diharapkan dapat memicu dan memacu petani dalam hal peningkatan
produktivitas hasil pertanian, maupun manajemen usaha pertaniannya.
Target TSP pada tahun 2016 telah terealisasi sebesar 100% dimana TSP tersebut
terdapat di 4 propinsi yaitu : Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Banten, dan Jawa
Barat. Taman Sains Pertanian dikembangkan di lokasi UPT penelitian atau Kebun
Percobaan (KP). Untuk Sulawesi Utara berada di KP. Kima Atas, Sumatera Barat
berada di KP. Sukarami, Banten berada di KP. Serpong, dan Jawa Barat berada di
KP. Sukamandi.
Indikator 5:
Target IKU kelima yang telah ditargetkan pada tahun 2016, telah tercapai
sebesar 100 % (kategori berhasil) dari yang ditargetkan di perjanjian kinerja
(PK) sebanyak 10 TTP.
Taman Teknologi Pertanian (TTP) berada di tingkat kabupaten/kota dan
dikembangkan di lahan pemda dengan pengembangan pada lahan masyarakat.
Taman Teknologi Pertanian yang merupakan indikator kinerja pada perjanjian
kinerja Balitbangtan, yang seluruhnya merupakan indikator kinerja BBP2TP
dengan target sebanyak 10 Kabupaten yaitu : Propinsi Riau (Kab.Siak), Propinsi
Jambi (Kab. Tanjung Jabung Timur), Propinsi Sumatera Selatan (Kab. Musi
Banyuasin, Kab AKU Induk), Propinsi Jawa Timur (Kab. Gresik), Propinsi Bali
(Kab.Tabanan), Propinsi NTB (Kab. Sumbawa Barat), Propinsi Kalimantan Timur
(Kab.Kutai Kertanegara), Propinsi Sulawesi Selatan (Kab.Pangkep), dan Propinsi
Sulawesi Tenggara (Kab. Bombana).
Pencapaian IKU ketujuh adalah sebesar 99,97 % (cukup berhasil) dengan rincian
sebagai berikut :
Capaian IKK pertama berupa jumlah benih sumber padi, jagung dan kedelai
yang telah didiseminasikan dari kelas NS, BS, BD dan BP sebanyak 1455,8 ton atau
97,05 % dari target 1500 ton (berhasil). Capaian tersebut terdiri dari : 1.059 ton
benih sumber padi, 357,7 ton benih sumber kedelai serta 39,1 ton benih sumber
jagung yang telah didistribusikan ke seluruh provinsi di Indonesia melalui BPTP.
Beberapa penyebab kurangnya produksi benih ini adalah : 1) proses pendaftaran
dan seleksi benih yang tidak berjalan lancar, misalnya ada calon benih yang tidak
lulus sertifikasi, 2) kekeringan atau hujan yang terus menerus yang
mengakibatkan banjir dan 3) serangan hama, dan 4) gagal tanam seperti yang
terjadi di BPTP Sulbar. Kondisi iklim dan serangan hama ini dapat dikatakan
sebagai resiko force majure yang tidak dapat dihalangi yang berakibat fatal pada
kondisi pertanaman dan produksi GKP calon benih.
Target IKK kedua, yaitu 25 ton benih sumber hortikultura telah terealisasi
sebanyak 36,17 ton benih sumber bawang merah (144,68 %, sangat berhasil).
Untuk IKK ketiga, realisasi capaian berupa 232,47 ton benih sumber tanaman
pangan (116,24%, sangat berhasil). Capaian ini terdiri atas 143,73 ton benih
sumber padi, 53,72 ton benih sumber aneka kacang dan umbi serta 35,02 ton
benih jagung dan serealia.
Pencapaian IKU kedelapan berupa 33.340 ekor bibit sumber ternak atau sebesar
246,96% (sangat berhasil) dari target yang telah ditetapkan sebesar 13.500
ekor ternak. yang terdiri dari 30.125 ekor ayam KUB, 1.437 ekor itik Alabio, 965
ekor itik Mojosari, 243 ekor domba Compass Agrinak, 470 ekor kambing Boerka
serta 100 ekor sapi Peranakan Ongole (PO). Daya ungkit pencapaian karena
adanya permintaan yang sangat tinggi terhadap DOC Parent Stock ayam KUB dari
lesensor (PT. AKI). Selain itu adanya distribusi ke beberapa wilayah kelompok
peternak yang tersebar di seluruh Indonesia, dan permintaan BPTP sebagai
demplot. Untuk memenuhi permintaan tersebut maka diperlukan peningkatan
sumber bibit ternak. Peningkatan permintaan ternak bibit itik Alabio juga sangat
tinggi karena peternak sudah mengetahui keunggulan itik tersebut.
Tahun 2016 merupakan tahun kedua Renstra, dimana ketercapaian target selama
dua tahun ini harus diperhatikan agar target Renstra pada akhir tahun 2019
terjamin dapat dicapai. Perbandingan capaian 2016 dengan tahun 2015 maupun
dengan tahun-tahun sebelumnya secara rinci dapat dilihat pada lampiran 6.
Pada Gambar 56 di bawah, nampak bahwa persentase realisasi capaian kinerja
Balitbangtan bersifat sangat dinamis. Secara umum capaian Balitbangtan telah
melebihi target yang telah ditetapkan terkecuali capaian target pada IKU ke-7,
yaitu benih sumber tanaman tidak tercapai pada tahun 2015 dan tahun 2016. Hal
ini disebabkan karena adanya adanya curah hujan yang tinggi sehingga
mengakibatkan bencana banjir seperti yang terjadi di wilayah Aceh, Sumut Jabar,
Jateng, DIY, dan Jatim sehingga menyebabkan produksi benih tidak dapat
mencapai target yang diharapkan.
300
250
Realisasi Capaian Fisik (%)
200
150
100
50
0
2012 2013 2014 2015 2016
IKU 1 IKU 2 IKU 3 IKU 4 IKU 5
IKU 6 IKU 7 IKU 8 IKU 9
Capaian Balitbangtan selama dua tahun terakhir telah memberikan kontribusi yang
tinggi terhadap target yang ditetapkan dalam Renstra 2015 – 2019 (rata – rata
capaian sebesar 48,96%). Hal ini menunjukkan bahwa dalam dua tahun terakhir
Balitbangtan telah berhasil menunjukkan kinerja yang nyata dengan mencapai
hampir separuh dari target 5 tahunan Balitbangtan. Gambar di bawah ini
mengilustrasikan capaian dua tahun Renstra 2015-2019 terhadap target Renstra
2015-2019.
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
IKU 1 IKU 2 IKU 3 IKU 4 IKU 5 IKU 6 IKU 7 IKU 8 IKU 9
Capaian Renstra Kekurangan Capaian
Gambar 57. Grafik Persentase Capaian Tahun 2015 dan 2016 terhadap Renstra
2015 – 2019
2. Telah dilakukan launching oleh Menteri Pertanian pada tanggal 23 Juni 2016
di Kebun Percobaan BBP Mektan sebanyak 2 alat mesin pertanian yang
dihasilkan pada tahun 2016, yaitu (1) mesin pengolah tanah tipe ampibi
(Rotavator) dan (2) mesin pemanen multi komoditas (Multi Crops Combine
Harvester).
3. Untuk mesin pemanen multi komoditas (Multi Crops Combine Harvester)
sudah didaftarkan ke Dirjen HAKI untuk mendapatkan patent dengan
nomor: S 00201604769. Untuk produksi massal, mesin tersebut sudah
dikerjasamakan dan dilisensi oleh PT. RUTAN dan CV. ADI SETIA UTAMA
JAYA. PT. RUTAN akan memproduksi mesin tersebut dengan merk CROWN
model CMK 1600
4. Telah dilakukan penggandaan prototipe sebanyak 34 unit prototipe alsintan
yang tersebar di beberapa lokasi (BPTP) untuk mendukung program
strategis Kementan. Sebanyak 22 unit telah didistribusikan ke beberapa
BPTP, sedangkan yang 12 unit untuk keperluan pelatihan/display di BBP
Mektan.
5. Beberapa teknologi pascapanen yang dihasilkan tahun 2016 dan tahun
sebelumnya yang sudah dimanfaatkan tahun 2016, yaitu :
a. Kegiatan pengembangan implementasi model pengeringan–
penyimpanan (instore drying) bawang merah di sentra produksi,
kapasitas 12 ton kering telah diimplementasikan di Kelompok Tani Mekar
Jaya, Kec. Bulakamba, Kabupaten Brebes. Luas dan ukuran bangunan
instore drying bawang merah yang telah dibangun berukuran panjang
10 m, lebar 4 meter dan tinggi 3,56 m. Teknologi ini dapat
memperpanjang umur simpan bawang merah sampai dengan 6 bulan.
b. Perakitan teknologi produksi starter kering yoghurt probiotik telah
disosialisasikan dan diujicobakan di Kelompok Tani Pengolah Susu
Kabupaten Boyolali (Barokah dan Toyo Yoghurt) dan di Semarang
(MaisyaYoghurt dan Banyubiru Milk). Starter telah diproduksi
Balitbangtan dengan nama dagang starter kering probiotik dan telah
digunakan oleh UKM Liseli (Sukabumi) dan Barokah Yoghurt (Boyolali)
untuk memproduksi yoghurt.
c. Penerapan Teknologi diversifikasi pangan berbasis jagung di Kabupaten
Kupang, Nusa Tenggara Timur, telah diimplementasikan di Kelompok
Wanita Tani “Bougenvile”, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten
Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kehadiran Rumah Jagung Manusak
memiliki multi fungsi, bukan hanya menjadi wahana perbaikan cara dan
produk olahan jagung, tetapi rumah ini berfungsi juga sebagai pusat
penyebaran inovasi olahan jagung ke masyarakat sekitarnya. Saat ini,
wanita tani sudah mampu memproduksi berasan jagung grit original, grit
jagung premium dan berasan jagung pratanak, serta tepung jagung.
Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua dan Papua Barat. Diharapkan dengan
sebaran benih Indigofera dapat meningkatkan produktivitas ternak yang
ada di Indonesia.
7. Pada tahun 2016, benih sumber tanaman hortikultura yang telah diproduksi
sebagian besar didistribusikan ke daerah-daerah sentra produksi tanaman
hias, kegiatan penelitian dan diseminasi dalam mendukung agribisnis
florikultura nasional melalui kerjasama atau distribusi langsung ke Balai
Benih Hortikultura (BBH) dan Dinas Pertanian (Diperta) Sukabumi (Jawa
Barat), Balai Benih Hortikultura (Nangro Aceh Darussalam), Diperta
Kabupaten Solok (Sumatera Barat), Gapoktan binaan BBH dan Diperta
Jambi; Diperta Sumatera Selatan, BPTP Bangka Belitung, UPBS BPTP
Daerah Istimewa Yogyakarta, Diperta Jawa Timur, Gapoktan binaan BBH
dan Diperta Bali, BBH Kota Tomohon (Sulawesi Utara), Penangkar benih
binaan BBH dan Diperta Sulawesi selatan, dan BPTP Nusa Tenggara Timur.
Benih sumber sayuran generatif telah terdistribusi ke 28 BPTP dan 18 Dinas
Pertanian di seluruh Indonesia, bawang merah telah terdistribusi ke 14 BPTP
dan 7 Dinas Pertanian, sedangkan kentang telah terdistribusi ke 4 BPTP dan
7 Dinas Pertanian. Rekapitulasi penyebaran benih sayuran generatif,
kentang dan bawang merah disajikan pada Tabel 11.
2 Dinas Pertanian 18 7 7
3 Kelompok Tani 8 1 18
4 Perusahaan Swasta 6 2 11
5 Lembaga Pendidikan 24 10 6
6 Peneliti/Karyawan Balitsa 55 18 9
7 UPBS Balitsa 1 1 1
8 Lainnya 80 22 20
Keberhasilan
Capaian Balitbangtan tahun 2016 menunjukkan bahwa secara umum indikator
sasaran seluruhnya dapat tercapai dengan berhasil (lebih dari 100%).
Tercapainya kinerja sasaran Balitbangtan dipengaruhi oleh beberapa faktor
internal maupun ekternal. Faktor internal yang mempengaruhi antara lain:
a. Adanya monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang dilakukan sejak tahap
perencanaan, pelaksanaan hingga tahap akhir, termasuk diseminasi hasil
penelitian sehingga ada kontrol/pengawasan dalam setiap tahapan kegiatan
penelitian. Dengan demikian bila terjadi permasalahan-permasalahan, baik di
lapang maupun dalam proses pengolahan data, dapat segera dilakukan
antisipasi penanggulangannya.
b. Dukungan dan koordinasi manajemen penelitian, baik aspek pelayanan
keuangan, pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian.
Sarana kegiatan penelitian yang telah tersedia dengan baik dalam mendukung
kegiatan penelitian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian, seperti: fasilitas
komputer, jaringan internet, ruangan ber-AC, perpustakaan, sarana kendaraan,
dan lain-lain.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan penelitian antara
lain adalah telah terjalinnya komunikasi dan koordinasi antara Balitbangtan dengan
instansi terkait, baik di lingkup Kementerian Pertanian seperti: Sekretariat Jenderal,
Inspektorat Jenderal, maupun instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Dirjen
Anggaran Kemenkeu dan Bappenas. Hal ini memudahkan dalam pengumpulan data
dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja adalah
sebagai berikut :
1. Keterbatasan SDM terampil (profesional) dalam pengoperasian peralatan
Laboratorium.
2. Keterbatasan SDM karena SDM banyak terlibat dengan kegiatan seperti TSP,
TTP, UPSUS, dan kegiatan on-top yang bersifat insidentil.
3. Penumpukan kegiatan pengolahan data penelitian pada waktu bersamaan,
baik penelitian yang sumber dananya dari APBN/DIPA dan penelitian
kerjasama lainnya, sementara SDM entri data dan pengolahan data relatif
terbatas.
4. Adanya revisi anggaran yang berulang-ulang menyebabkan kegiatan
penelitian menjadi terhambat dan perlu penyesuaian terhadap perubahan
anggaran tersebut.
5. Pada tingkat organisasi, permasalahan yang masih ditemui dalam
pelaksanaan kegiatan perumusan rekomendasi kebijakan adalah masih
adanya kesenjangan kapasitas peneliti junior dengan senior karena jenjang
pendidikan formal maupun pengalaman dalam kegiatan penelitian.
Kesenjangan terutama mencakup kapasitas dalam membuat proposal
penelitian yang baik, penguasaan metodologi penelitian, teknik
pengumpulan dan pengolahan data, serta analisis hasil pengolahan data
terutama dalam merumuskan rekomendasi kebijakan pertanian. Pada
tingkat penelusuran data di lapang, permasalahan yang kerapkali ditemui
dalam pelaksanaan di lapang antara lain adalah sebagian responden
(misalnya produsen benih, pengusaha di bidang pertanian) tidak bersedia
untuk mengisi kuesioner yang disiapkan, data sekunder tingkat kecamatan
yang dibutuhkan sulit diperoleh, dokumen dan informasi serta data
pendukung yang dibutuhkan di lapang tidak lengkap atau bahkan tidak
tersedia di lapang. Di sisi lain, beberapa tim juga membutuhkan waktu yang
relatif lama untuk memperoleh database yang valid dan akurat. Tingkat
validasi data kuesioner yang bervariasi, baik kurang akurat dalam pengisian
kuesionernya atau kesalahan entri data (human error).
Langkah Antisipasi
Beberapa permasalahan tersebut dapat dicarikan solusinya anatra lain dengan :
1. Melaksanakan training SDM untuk peralatan CNC machining tools, penataan
ulang peralatan laboratorium perekayasaan dan pengujian,
Modal; 18,65%
Pegawai;
28,51%
Barang; 52,84%
1.200.000
1.000.000
800.000
Rp (Juta)
600.000
400.000
200.000
-
Pegawai Barang Modal
Pagu 550.172 1.016.622 357.947
Realisasi 533.264 887.858 334.980
Persentase 96,93 87,33 93,58
120,00
97,28 96,61
100,00 91,58 91,22 91,03 95,43 92,91 94,75 92,98 96,20 95,65
80,85
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
Kegiatan
Dari gambar realiasasi anggaran per kegiatan di atas, dapat dilihat bahwa
Dukungan Manajemen Fasilitas dan Instrumen Teknis dalam Pelaksanaan Kegiatan
mempunyai realisasi 80,85%.
Belanja Pegawai
Realisasi belanja pegawai 31 Desember 2016 adalah senilai Rp.533.264.314.344,-
atau sebesar 96,93% dari Pagu Anggaran setelah dikurangi pengembalian senilai
Rp.16.907.285.656,-.
Belanja Barang
Realisasi belanja barang sampai dengan 31 Desember 2016 adalah senilai
Rp.887.858.023.790,- atau sebesar 87,33% dari Pagu Anggaran setelah dikurangi
pengembalian senilai Rp.128.763.765.210,-.
Belanja Modal
Realisasi belanja modal sampai dengan 31 Desember 2016 adalah senilai
Rp.334.979.888.591,- atau sebesar 93,58% dari Pagu Anggaran setelah dikurangi
pengembalian senilai Rp.22.967.513.409,-.
Namun demikian hingga akhir TA 2016 terdapat satker yang realisasinya masih
dibawah target atau tidak mencapai 100%, sebagaimana tercantum dalam tabel
dibawah ini.
80
Laporan Kinerja Tahun 2016
81
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Balitbangtan 1
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Balitbangtan
BALITBANGTAN
SETBALIT
BANGTAN
BB BBP BB
BB PADI BB LITVET BBSDLP BB BIOGEN
PENGKAJIAN MEKTAN PASCAPANEN
BALITSA
BALITKABI BALITTRO BALITNAK BALITTRA 31 BPTP BALAI PATP
BALITBU
BALITSEREAL BALITTAS LOLITSAPI BALIT
TROPIKA
TANAH
2 LPTP
LOLIT BALITHI BALITPALMA LOLIT BPMA
BALITKLIMAT
TUNGRO KAMBING
Tahun
No. Satker Nama Laboratorium Status Akreditasi
Akreditasi
lahan penelitian/percobaan
Loka Penelitian
Penyakit Tungro
13 Lanrang 416,862 Tadah hujan dan Gedung kantor, jalan, dan
lahan kering lahan penelitian/percobaan
Balai Penelitian
Tanaman Sayuran
14 Margahayu 405,382 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan
lahan penelitian/percobaan
15 Berastagi 259,738 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan
lahan penelitian/percobaan
Balai Penelitian
Tanaman Buah
Tropika
16 Aripan 968,000 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan
lahan penelitian/percobaan
17 Sumani 250,000 Sawah irigasi dan Gedung kantor, jalan, dan
lahan kering lahan penelitian/percobaan
18 Subang 1.008.800 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan
lahan penelitian/percobaan
19 Cukur Gondang 130,290 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan
lahan penelitian/percobaan
20 Kraton 76,800 Lahan kering Gedung kantor, jalan, dan
lahan penelitian/percobaan
21 Pandean 34,170 Lahan kering Gedung kantor, gudang benih
dataran rendah dan alat, dan kebun produksi
mangga
Balai Penelitian
Tanaman Hias
22 Segunung 106,000 Lahan Kering Bangunan kantor, aula,
emplasemen, laboratorium,
musholla, guest house, mess,
rumah dinas, rumah kaca,
rumah sere rumah plastik,
lahan penelitian/percobaan,
koleksi plasma nutfah, agro
No. Satuan Kerja Luas KP Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
dan Nama KP (m²)
rawa
59 Binuang 215,781 Tadah hujan, lahan Gedung kantor, jalan, dan
kering, dan lahan lahan penelitian/ percobaan
rawa
60 Tanggul 490,000 Lahan rawa Gedung kantor, jalan, dan
lahan penelitian/ percobaan
61 Belandean 231,831 Lahan pasang surut Gedung kantor, jalan, dan
lahan penelitian/ percobaan
62 Handil Manarap 216,145 Lahan pasang surut Gedung kantor, jalan, dan
lahan penelitian/percobaan
Balai Penelitian Tanah
63 Taman Bogo 201,400 Sawah irigasi dan Gedung kantor, jalan, dan
lahan kering lahan penelitian/ percobaan
Balai Penelitian
Lingkungan Pertanian
64 Jakenan 309,050 Tadah hujan Gedung kantor, jalan, dan
lahan penelitian/ percobaan
Balai Besar Penelitian
Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik
Pertanian
65 Pacet 28,893 Sawah irigasi dan Gedung kantor, jalan, dan
lahan kering lahan penelitian/ percobaan
66 Cikeumeuh 116,600 Lahan kering Gedung kantor, jalan, lahan
penelitian/percobaan, dan
rumah kaca
67 Citayam 22,800 Sawah irigasi dan Gedung kantor, jalan, dan
lahan kering lahan penelitian/ percobaan
Balai Besar
Pengembangan
Mekanisasi Pertanian
68 Serpong 304,140 Lahan kering Bangunan kantor, lahan untuk
penelitian dan percobaan
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Aceh
No. Satuan Kerja Luas KP Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
dan Nama KP (m²)
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Sumatera Selatan
78 Kayu Agung 260,600 Dataran rendah Kantor, bengkel, rumah genset,
lantai jemur, rumah jabatan,
rumah dinas, mess.
79 Karang Agung 200,000 Pasang Surut/ Kantor, Rumah dinas, Aula,
Dataran rendah Dormitory, Lantai jemur,
gudang alat/bahan
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Lampung
80 Tegineneng 109,500 Dataran rendah Gedung Kantor, gudang,
Perumahan, embung dan lahan
pertanian
81 Natar 600,000 Dataran rendah Gedung kantor, Mess, lab.,
show room, green house,
bengkel, musholla
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Kepulauan Bangka
Belitung
82 Pangkal Pinang 283,300 Dataran rendah Visitor plot dengan jenis
tanaman kebun induk durian,
kebun kelapa, kebun karet,
koleksi lada, tanaman rempah
dan obat.
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Banten
83 Singamerta 69,882 Dataran rendah Kantor BPTP, kantor KP, Mess,
Tempat /lantai jemur, gudang
benih, rumah dinas, gudang
saprodi, pagar pengaman
beton berkawat, lab
paengolahan hasil, saung
meeting/gazebo,tower instalasi
air bersih.
84 Pulau Panjang 9,600 Pesisir pantai Kantor, lahan darat, batu
karang, tambak
No. Satuan Kerja Luas KP Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
dan Nama KP (m²)
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Jawa Barat
85 Cipaku 35,720 Lahan kering Gedung kantor, gudang,
traktor, greenhouse dan
screenhouse
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Jawa Timur
86 Karangploso 80,300 Lahan kering Kantor , rumah dinas, garasi,
green house, rumah mesin
pompa air, infrastruktur
Koleksi buah-buahan dan
tanaman semusim
87 Mojosari 299,400 Lahan sawah irigasi Gudang dan lantai jemur,
kandang, bengkel dan
peralatan
Koleksi plasma nutfah
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Bali
88 Negara 16,000 Lahan Kering Pos Jaga dan Bak
Beriklim Basah Penampungan Air
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Kalimantan Barat
89 Simpang Monterado 1.599.000 Lahan kering Gedung kantor, gudang benih,
gudang pupuk, gudang
bengkel, bangunan rumah
dinas, rumah dinas tipe 50
sebanyak 2 unit, pagar kayu
dan kawat, rumah kaca, rumah
dinas tipe 70 sebanyak 1 unit,
rumah dinas tipe 28 kopel
sebanyak 6 unit, stasiun
klimatologi
90 Selakau 493,000 Lahan pasang surut Kantor dan laboratorium,
gudang saprodi, bengkel,
rumah kaca, jembatan, jalan
kebun, bangunan clean drying
No. Satuan Kerja Luas KP Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
dan Nama KP (m²)
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Kalimantan Tengah
92 Unit Tatas 250,000 Lahan pasang surut Gedung kantor, rumah dinas
(terbakar oktober 2004),
genset, traktor mini
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Kalimantan Selatan
93 Barabai 98,866 Lahan Kering Gedung Kantor, Rumah Dinas,
Lantai Jemur (rusak), Gudang,
Hand Tracktor, Threser,
Sepeda Motor roda 2 dan roda
3 (Kaisar)
94 Pelaihari 125,600 Lahan Sawah Gedung Kantor, Rumah Dinas,
Tadah Hujan dan Lantai Jemur, Gudang
Lahan Kering Peralatan, Gudang (UPBS), ,
Hand Tracktor, Threser,
Sepeda Motor roda 2 dan roda
3 (Kaisar), Drier
95 Alabio 69,700 Lahan Lebak Gedung Kantor, Rumah Dinas,
Lantai Jemur, Kandang Itik,
Sepeda Motor roda 2
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Kalimantan Timur
No. Satuan Kerja Luas KP Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
dan Nama KP (m²)
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Sulawesi Selatan
106 Luwu 340,086 Lahan kering Tanah sawah, tanah tegalan,
kantor, rumah type 70, gudang,
lantai jemur, sepeda motor,
traktor besar, traktor mini,
traktor tangan, hand sprayer,
pemipil jagung, perontok padi
107 Jeneponto 276,031 Lahan kering Kantor, mess, rumah tipe 70,
rumah tipe 45, rumah tipe 36,
rumah kaca, bangunan peneliti,
rumah sere, garasi/bengkel,
lantai jemur, rumah genset,
mini traktor.
108 Bone – Bone 362,000 Lahan kering Tanah kebun, tanah
konservasi, mess, rumah tipe
70, gardu listrik, spd motor,
traktor besar, generator, power
sprayer, mesin potong rumput,
pompa air
109 Gowa 962,002 Lahan kering Rencana kerjasama dengan
KepMenristek untuk
membangun pusat informasi
dan transfer teknologi
pertanian (center of
excellencet)
Gudang alat, gudang hasil,
gudang sortasi, rumah tipe
No. Satuan Kerja Luas KP Agroekosistem Fasilitas Yang Tersedia
dan Nama KP (m²)