FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 1
INTERAKSI OBAT
Teori 5
FAKULTAS FARMASI
2020
I. Interaksi farmakokinetik
A. Interaksi dalam absorbsi GI (Gastro Intestinal)
1. Interaksi langsung
Digoksin + antibiotika
Mekanisme : Peningkatan absropsi digoksin atau penurunan absropsi estrogen
dalam kontrasepsi oral yang digunakan secara bersamaan dengan antibiotika. Ini
terjadi karena adanya interaksi fisika atau kimia antar obat dlm lumen GI sebelum
absorbsi dapat mengganggu proses penyerapan obat (Umumnya abs obat akan
menurun) namun hal Ini dpt diatasi dgn mengatur jarak pemberian ke dua obat.
2. Interaksi pH
basa-basa lemah (ketokonazol, itrakonazol), asam lemah (glibenklamid, glipizid,
tolbutamid) + antasida, penghambat-H2, penghambat pompaproton
Mekanisme : Perubahan pH cairan gastrointestinal, misalnya peningkatan pH
karena adanya antasida, penghambat-H2, ataupun penghambat pompaproton akan
menurunkan absorpsi basa-basa lemah (ex: ketokonazol, itrakonazol) dan akan
meningkatkan absorpsi obat-obat asam lemah (ex: glibenklamid, glipizid,
tolbutamid). Peningkatan pH cairan gastrointestinal akan menurunkan absorpsi
antibiotika golongan selafosporin.
3. Perubahan waktu pengosongan lambung dan transit usus
Metoklopramid + paracetamol
Mekanisme : Metoklopramid yang mempercepat absropsi paracetamol, dimana
metokloopramid meningkatkan pengosongan usus, sehingga absorbs obat lain
meningkat.
4. Efek toksik pada saluran GI
asam mefanamat, neomisin, kolkhisin
Mekanisme : Terapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin, kolkhisin
menimbulkan sindrom malabsorbsi yang menyebabkan absorbs obat lain terganggu
karena adanya interaksi secara fisika atau kimia antara obat dalam lumen saluran
cerna sebelum diabsropsi sehingga menganggu proses absropsi.
5. Mekanisme tidak diketahui
Fenobarbital + griseofulvin
Mekanisme : Ada beberapa obat mengurangi jumlah absorbs obat lain dengan
mekanisme yang tidak diketahui. Misalnya fenobarbital yang dapat menguranmgi
absorbs griseofulvin dalam saluran cerna
B. Interaksi absorpsi
penisilamin + antasida yang mengandung Al3+, Mg2+ dan preparat besi
Mekanisme : Interaksi penisilamin dan antasida yang mengandung Al3+, Mg2+ dan
preparat besi akan menyebabkan kurangnya absorbsi penisilamin karna adanya Interaksi
penisilamin dan antasida yang mengandung Al3+, Mg2+ dan preparat besi yang akan
menyebabkan pembentukan khelat peneislamin yang kurang larut yang nantinya akan
menyebabkan berkurangnya absorbsi penisilamin
C. Interaksi dalam distribusi
fenitoin + fenilbutazon
Mekanisme : Interaksi antara fenitoin dan fenilbutazon akan menyebabkan interaksi
obat berupa efek pendarahan. Ini terjadi karena adannya kompetisi obat untuk berikatan
dengan protein yang sama karena jumlah protein darah terbatas maka tergantung pada
kadar dan afinitas obat, kemudian ikatan obat fenitoin dengan protein dapat digeser oleh
obat fenilbutazon sehingga efek/toksisitas obat fenitoin naik. Jadi dapat dikatakan ikatan
obat dengan protein plasma tergantung dari sifat keasaman atau kebasaan obat tersebut.
D. Interaksi dalam metabolisme
nifedipin + jus buah anggur
Mekanisme : Interaksi nifedipin dan jus buah anggur akan menyebabkan kadar
nifedipine dalam darah tetap tinggi dan efeknya jauh lebih lama. Ini terjadi karena jus
buah anggur dapat menyebabkan terhambatnya kerja enzym sehingga kadar nifedipine
dalam darah tetap tinggi dan efeknya jauh lebih lama.
E. Interaksi dalam eksresi
fenilbutazon + indometasin
Mekanisme : fenilbutazon dan indometasin menghambat sekresi ke tubuli ginjal obat-
obat diuretik tiazid dan furosemid, sehingga efek diuretiknya menurun. Ini terjadi karena
Penghambatan sekresi ditubuli ginjal akibat kompetisi antara obat dan metabolit obat
untuk sistem transport yang sama, terutama system transport untuk obat bersifat asam
dan metabolit yang juga bersifat asam.
II. Interaksi farmakodinamik
A. Interaksi pada tingkat reseptor (antagonis pada reseptor)
β-bloker + agonis-β2
Mekanisme : interaksi antara β-bloker dengan agonis-β2 pada penderita asma, interaksi
antara penghambat reseptor dopamine (haloperidol, metoclo-pramid) dengan levodopa
pada pasien Parkinson.
B. Interaksi fisiologis (antagonis fisiologis) bekerja pada organ yang sama, reseptor
berbeda
sulfunilurea + β-bloker
Mekanisme : Interaksi antara obat anti diabetik contohnya sulfunilurea dengan β-bloker
akan menyebabkan efek kenaikan obat anti diabetik, karena Sulfunilurea merupakan
golongan obat antidiabetik oral yang dapat menurunkan kadar glukosa darah pada 85-
90% pasien diabetes melitus tipe-2, tetapi hanya efektif apabila sel-sel ß Langerhans
pankreas masih dapat memproduksi insulin.
Daftar Pustaka
https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker