Anda di halaman 1dari 19

Akuntansi Sosial dan Lingkungan

“Kerangka Akuntansi Lingkungan”

Kelompok 7:

- Rovika Wulandari Sukmawati C 301 17 145


- Rennie Tandirau C 301 17 025

Kelas : AK 3/BTE 22

Ekonomi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Tadulako
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat

serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW,

kepada keluarganya, sahabatnya, dan tak lupa kepada kita selaku umatnya sampai

akhir zaman.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu

kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan dimasa depan.

Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pengajar,

mahasiswa, dan pembaca pada umumnya.

Palu, 8 Februari 2020

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Pengertian Green Accounting................................................................3
2.2 Fungsi dan Konsep Green Accounting..................................................4
2.3 Peraturan yang Terkait Dengan Green Accounting..............................6
2.4 Biaya Perlindungan Lingkungan...........................................................7
2.5 Perkembangan Green Accounting di Indonesia....................................9

2.6 Hubungan Corporate Social Responsibility dan Green Accounting....10

2.7 Penerapan dan Alasan Green Accounting di Indonesia........................11

BAB III...............................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................14
3.1    Kesimpulan...........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengaruh dari kerusakan alam terhadap kehidupan manusia telah


memunculkan serangkaian tindakan serius dari masyarakat dunia untuk melakukan
upaya pencegahan dampak kerusakan lingkungan alam secara lebih luas. Contoh
kecil dari tindakan manusia sebagai upaya global mengurangi dampak kerusakan
lingkungan adalah dengan mengurangi perubahan iklim. Inilah salah satu contoh
tindakan yang mempelopori mengapa para pemerhati lingkungan, pebisnis dan
pemerintah mengubah cara pikir mereka dari hanya peduli akan laba tetapi juga mulai
peduli terhadap lingkungan yang menjadi sumber daya utama bagi usaha mereka.
Dari upaya merawat lingkungan tersebut akan timbul pengaruh terhadap bidang
akuntansi di Indonesia dengan munculnya istilah Green Accounting.

Green accounting berkaitan dengan informasi lingkungan dan sistem audit


lingkungan. Peran utama green accounting adalah untuk mengatasi masalah
lingkungan sosial dan mungkin memiliki dampak pada pencapaian pembangunan
berkelanjutan dan lingkungan di negara manapun dan mempengaruhi perilaku
perusahaan dalam menghadapi isu-isu tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Demikian pula dengan praktik akuntansi lingkungan di Indonesia


sampai saat ini juga belum efektif. Ketidakkonsistenan pemerintah misalnya
mengabaikan regulasi mengenai tata ruang. Kawasan yang seharusnya menjadi
kawasan lindung dijadikan kawasan industri, pertambangan dan kawasan komersial
lain. Otonomi daerah telah mengubah kewenangan bidang lingkungan menjadi
semakin terbatas di tingkat kabupaten/kota. Tanpa kontrol yang kuat dari pemerintah
pusat atau provinsi, potensi kerusakan lingkungan akan semakin besar
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja kerangka Akuntansi Lingkungan
2. Apa pengaruh stakeholder dalam Akuntansi Lingkungan

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kerangka Akuntansi Lingkungan
2. Untuk mengetahui pengaruh Stakeholder dalam Akuntansi Lingkungan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Green Accounting  


Green accounting adalah jenis akuntansi yang mencoba untuk
menghubungkan faktor biaya lingkungan ke dalam hasil kegiatan usaha
perusahaan. Seperti diketahui bahwa produk domestik bruto mengabaikan
lingkungan dalam pembuatan keputusan. Dalam Environmental Accounting
Guidelines yang dikeluarkan oleh menteri lingkungan Jepang (2005:3)
dinyatakan bahwa akuntansi lingkungan mencakup tentang pengidentifikasian
biaya dan manfaat dari aktivitas konservasi lingkungan, penyediaan sarana
atau cara terbaik melalui pengukuran kuantitatif, serta untuk mendukung
proses komunikasi yang bertujuan untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan, memelihara hubungan yang menguntungkan dengan komunitas
dan meraih efektivitas dan efisiensi dari aktivitas konservasi lingkungan.
Ditambahkan pengertian dari US EPA (1995) akuntansi lingkungan sebagai
aspek dari sisi akuntansi manajemen, mendukung keputusan manajer bisnis
dengan mencakup penentuan biaya, keputusan desain produk atau proses,
evaluasi kinerja serta keputusan bisnis lainnya.

Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) 


Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau
konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan
tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan
sekitar dimana perusahaan itu berada. Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan
dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era dimana kesadaran
akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada
sekedar profitability.

2.2 Fungsi, Jenis dan Konsep Green Accounting


1. Fungsi Internal
Sebagai salah satu tahap dalam sistem informasi lingkungan perusahaan,
fungsi internal memungkinkan untuk mengatur biaya konservasi
lingkungan dan menganalisa biaya lingkungan dengan manfaatnya, dan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi aktivitas konservasi lingkungan
terkait dengan keputusan yang dibuat. Akuntansi lingkungan dapat
berfungsi sebagai alat manajemen yang digunakan manajer dan unit bisnis
terkait.

2. Fungsi Eksternal
Dengan mengungkapkan hasil pengukuran kuantitatif dari kegiatan
konservasi lingkungan, fungsi eksternal memungkinkan sebuah
perusahaan untuk mempengaruhi keputusan stakeholder, seperti
konsumer, mitra bisnis, investor, dan masyarakat lokal. Diharapkan bahwa
publikasi dari akuntansi lingkungan dapat memenuhi tanggung jawab
perusahaan dalam akuntabilitas stakeholderdan digunakan untuk evaluasi
dari konservasi lingkungan. Intinya adalah bahwa akuntansi lingkungan
bertujuan untuk meningkatkan jumlah informasi yang relevan yang dibuat
untuk pihak yang memerlukan dan dapat digunakan. Kesuksesan dari
akuntansi lingkungan tidak tergantung dari bagaimana perusahaan
mengklasifikasikan biaya yang terjadi di perusahaan.

Jenis Akuntansi Lingkungan


Akuntansi lingkungan dari sisi pengguna dibedakan menjadi tiga jenis (Fasua
2011)

1. Laba Akuntansi Nasional


Akuntansi lingkungan dalam konteks akuntansi pendapatan nasional
mengacu pada akuntansi sumber daya alam, menyajikan informasi statistik
suatu negara tentang kualitas dan nilai konsumsi sumber daya alam, yang
terbarukan maupun yang tidak terbarukan.

2. Akuntansi Keuangan
Akuntansi lingkungan dalam konteks akuntansi keuangan mengacu pada
penyusunan laporan akuntabilitas lingkungan untuk pengguna eksternal
disesuaikan dengan prinsip akuntansi berterima umum.

3. Akuntansi Manajemen
Akuntansi lingkungan dalam konteks akuntansi manajemen mengacu pada
proses bisnis dengan pertimbangan penentuan biaya, keputusan investasi
modal, dan evaluasi kinerja yang terkait dengan pelestarian lingkungan.

Konsep Green Accounting


Konsep sistem akuntansi lingkungan dapat diterapkan oleh perusahaan
dalam skala yang besar maupun skala kecil dalam setiap industri dalam sektor
manufaktur dan jasa. Penerapan akuntansi lingkungan harus dilakukan dengan
sistematis atau didasarkan pada kebutuhan perusahaan. Keberhasilan dalam
penerapan akuntansi lingkungan terletak pada komitmen manajemen dan
keterlibatan fungsional. Sebuah perusahaan tidaklah terlepas dari tanggung
jawab lingkungan, karena itu diperlukan suatu cara untuk mengintegralkan
biaya lingkungan misalnya konsep eksternalitas dimana konsep ini melihat
dampak langsung aktivitas suatu entitas terhadap lingkungan sosial, non-sosial
dan ekologis. Langkah awal yang dapat dilakukan terkait biaya lingkungan
adalah dengan mengategorikan jenis biaya terkait dengan memerhatikan
beberapa aspek seperti lokasi situs limbah, jenis limbah berbahaya, metode
pembuangan, dan lainnya. Biaya lingkungan mengandung biaya yang eksplisit
dan implisit. Biaya implisit seperti biaya yang timbul akibat potensi kewajiban
yang muncul.

2.3 Peraturan Yang Terkait Dengan Green Accounting

1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 entang Pengelolaan Lingkungan


Hidup. UU ini mengatur tentang kewajiban setiap orang yang berusaha
atau berkegiatan untuk menjaga, mengelola, dan memberikan informasi
yang benar dan akurat mengenai lingkungan hidup. Akibat hukum juga
telah ditentukan bagi pelanggaran yang menyebabkan pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.
2. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. UU ini
mewajibkan bagi perseroan yang terkait dengan sumber daya alam untuk
memasukkan perhitungan tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagai
biaya yang dianggarkan secara patut dan wajar. Pelanggaran terhadap hal
tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
No: KEP- 134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan
Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. UU ini mengatur mengenai
kewajiban laporan tahunan yang memuat Tata Kelola Perusahaan
(Corporate Governance) harus menguraikan aktivitas dan biaya yang
dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat dan lingkungan.
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 (Akuntansi
Kehutanan) dan No. 33 (Akuntansi Pertambangan Umum). Kedua PSAK
ini mengatur tentang kewajiban perusahaan dari sektor pertambangan dan
pemilik Hak Pengusaha Hutan (HPH) untuk melaporkan item-item
lingkungannya dalam laporan keuangan.

2.4 Biaya Perlindungan Lingkungan

Pengungkapan akuntansi lingkungan di kebanyakan negara, termasuk


Indonesia masih bersifat voluntary, artinya tidak ada aturan yang mewajibkan
seperti halnya pada penerbitan financial reporting (Utama, 2006 dalam
Suryono dan Prastiwi 2011). Bila dikaitkan dengan tanggung jawab entitas
dalam upaya pelestarian lingkungan, maka PSAK tersebut belum
mengakomodasinya secara totalitas. Ada dua hal penting yang perlu
didiskusikan, yaitu:
1. Pengungkapan masih bersifat sukarela. Perusahaan terlebih dahulu akan
mempertimbangkan manfaat dan biaya atas pengungkapan informasi
lingkungan. Jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan, maka perusahaan dengan sukarela akan mengungkapkan
informasi tersebut (Darwin, 2004). Hal ini berimplikasi pula pada luas dan
kedalaman pengungkapan informasi lingkungan. Jika informasi tersebut
bersifat „bad news‟ maka perusahaan mempertimbangkan untuk tidak
mengungkapkan hal tersebut
2. Akuntansi lingkungan belum dianggap sebagai bagian integral dalam
operasional perusahaan, sehingga beban lingkungan yang timbul tidak
diperlakukan sebagai tambahan harga pokok produksi dan atau tambahan
biaya operasional tidak langsung. Padahal, pada hakekatnya biaya
lingkungan adalah biaya yang muncul akibat kegiatan proses produksi
yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menghasilkan barang atau
jasa. Bila perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi, maka biaya
lingkungan ini tidak akan muncul.
Dalam akuntansi lingkungan, terdapat beberapa komponen
pembiayaan yang harus dihitung, misalnya (Handayani 2010)
1. Biaya operasional bisnis yang terdiri dari biaya depresiasi fasilitas
lingkungan, biaya memperbaiki fasilitas lingkungan, jasa atau fee kontrak
untuk menjalankan kegiatan pengelolaan lingkungan, biaya tenaga kerja
untuk menjalankan operasionalisasi fasilitas pengelolaan lingkungan, serta
biaya kontrak untuk pengelolaan limbah (recycling)
2. Biaya daur ulang limbah
Biaya penelitian dan pengembangan (research and development) yang
terdiri dari biaya total untuk material, tenaga ahli, dan tenaga kerja lain
untuk pengembangan material yang ramah lingkungan, produk dan
fasilitas pabrik.

Kerangka Pemikiran Teoritis

Green Accounting

(Akuntansi Lingkungan)

 Perhatian Lingkungan
 Tanggungjawab Lingkungan
 Pelaporan Akuntansi Lingkungan
 Audit Lingkungan

2.5 Perkembangan Green Accounting di Indonesia

Industri Besar Industri


Sedang
Pada tahun 1992, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan Konferensi
Lingkungan dan Pembangunan atau Earth Summit di Rio de Janeiro untuk
membahas pembangunan yang berkelanjutan. Seperti yang tercantum dalam
preamble of agenda-21, sebuah rencana telah disepakati oleh lebih dari 178
pemerintah yang hadir. Dalam konferensi tersebut membahas tentang semakin
besar kesadaran akan masalah lingkungan akan meningkatkan kesejahteraan
di masa mendatang. Agenda 21 merekomendasikan agar negara-negara
menerapkan akuntansi lingkungan (INTOSAI Working Group on
Environmental Auditing, 2010).

Ketua Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan


Manajemen (IAI-KAM) yang juga merupakan Direktur Eksekutif National
Center for Sustainability Reporting(NCSR) Ali Darwin, Ak, MSc melihat ada
empat hal mengapa penekanan terhadap isu lingkungan semakin signifikan
akhir-akhir ini.

Pertama, Ukuran perusahaan yang ukuran perusahaan yang


semakin besar. Menurut Ali, semakin besar perusahaan, diperlukan
akuntabilitas yang lebih tinggi pula dalam pembuatan keputusan berkaitan
dengan operasi, produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Kedua,
Aktivis dan LSM semakin tumbuh. LSM bidang lingkungan hidup telah
tumbuh dengan pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kegiatan yang
dilakukan oleh aktivis lingkungan hidup semakin kompleks dan berkualitas.
Mereka akan mengungkapkan sisi negatif perusahaan yang berkaitan dengan
isu lingkungan hidup dan akan berjuang menuntut tanggungjawab atas
kerusakan lingkungan atau dampak sosial yang ditimbulkan oleh operasi
perusahaan. Ketiga, Reputasi dan citra perusahan. Perusahaan-perusahaan
dewasa ini menyadari bahwa reputasi, merk, dan citra perusahaan merupakan
isu strategis yang bernilai tinggi dan harus dilindungi. Keempat, Kemajuan
teknologi komunikasi yang berkembang sangat cepat. Isu lingkungan dan
sosial yang berdampak negatif akan menyebar dan dapat diakes dengan
mudahnya melalui teknologi. Ali mengungkapkan pentingnya dilakukan
pembangunan berkelanjutan oleh setiap perusahaan karena perusahaan harus
mempunyai komitmen yang tinggi untuk menjalankan tanggung jawab sosial
dan lingkungannya.

2.6 Hubungan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Green


Accounting

Keadaan teknologi pada kehidupan manusia tentu mempengaruhi


keseimbangan lingkungan hidup yang berada disekitar manusia.
Perkembangan teknologi yang pesat membuat lingkungan disekitarnya sedikit
demi sedikit akan terancam kelestariannya. Pada saat ini, setiap negara
berupaya untuk mengatasi potensi ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan
iklim dan masalah lingkungan lainnya, dan hal ini merupakan kekuatan utama
yang melatarbelakangi munculnya akuntansi hijau.

Green accounting yang dasarnya merupakan penggabungan kebijakan


keuangan dan non-keuangan secara garis besar mengambil keputusan bisnis
berdasarkan analisis biaya dan dampak lingkungan dari kebijakan bisnis yang
diterapkan. Melalui CSR analisis terhadap dampak lingkungan serta estimasi
biaya yang dikeluarkan secara otomatis akan mempengaruhi setiap langkah
perusahaan dalam mengambil kebijakan dalam menggunakan sumber daya
alam yang ada disekitarnya.

Studi kasus akuntansi hijau diterapkan penilaian pasar terutama untuk


penipisan sumber daya alam. Dengan tidak adanya harga pasar untuk aset
alam non-produksi, sumber daya alam sewa yang diterima dengan menjual
output di pasar sumber daya digunakan untuk memperkirakan nilai sekarang
bersih dan perubahan nilai (terutama dari deplesi) dari aset. Untuk degradasi
lingkungan, biaya pemeliharaan menghindari atau mengurangi dampak
lingkungan dapat diterapkan. 
Oleh sebab itu, ruang lingkup CSR yang bergerak di lingkungan bisa
menopang fungsi dari green accounting itu sendiri. Apabila perusahaan telah
melaksanakan CSR otomatis perusahaan telah menerapkan green accounting
dalam mengambil sebuah kebijakan, apakah itu kebijakan keuangan maupun
kebijakan non keuangan.

2.7 Penerapan dan alasan Green Accounting di Indonesia

Akuntansi lingkungan mengalami kesulitan dalam pengukuran nilai


cost and benefit eksternalitas yang muncul dari proses industri. Bukan hal
yang mudah untuk mengukur kerugian yang diterima masyarakat sekitar dan
lingkungan ekologis yang ditimbulkan polusi udara, limbah cair, kebocoran
tabung amoniak, kebocoran tabung nuklir atau eksternalitas lain. Pelaporan
baik kinerja sosial maupun kinerja lingkungan ini tidak didapati dalam
laporan keuangan yang konvensional, dimana dalam laporan keuangan yang
konvensional hanya dijumpai laporan kinerja ekonomi saja (Idris, 2012).
Begitu pula yang terjadi di Indonesia masih sebatas anggapan sebagai suatu
konsep yang rumit karena kurangnya informasi yang komprehensif bagi
stakeholder dikhawatirkan akan menimbulkan efek dari implementasi dan
pengeluaran biaya tambahan yang diakui sebagai beban yang seharusnya tidak
perlu dikeluarkan dalam perspektif akuntansi konvensional
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Gray et. al (1993) dalam
Burrit dan Welch (1997) bahwa pengungkapan biaya eksternalitas akan
mempengaruhi pengambilan keputusan dan mempengaruhi pertimbangan
stakeholder karena reaksi pasar telah menunjukkan hasil yang tidak berbeda
terhadap aktivitas perusahaan yang melakukan (atau tidak) kepentingan sosial
dan lingkungan. Sehingga pelaksanaan akuntabilitas lingkungan akan berhasil
jika didukung oleh peraturan.
Dilihat dari sudut dasar hukum pelaksanaannya, CSR di Indonesia
secara konseptual masih harus dipilah antara pelaksanaan CSR yang
dilakukan oleh perusahaan besar dan CSR yang dilakukan oleh perusahaan
kecil dan menengah. Selama ini terdapat anggapan yang keliru bahwa
pelaksanaan CSR hanya diperuntukkan bagi perusahaan besar yang dapat
memberikan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan, padahal
perusahaan kecil dan menengah pun bisa memberikan dampak negatif
terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Apalagi bila perusahaan kecil
dan menengah itu banyak jumlahnya, tentu dampaknya akan terakumulasi
dalam jumlah yang besar dan untuk mengatasinya akan lebih sulit
dibandingkan dampak yang ditimbulkan oleh satu perusahaan besar.

Alasan Penerapan Green Accounting di Indonesia


Aktivitas-aktivitas dalam pelaksanaan green accounting tentunya
mengeluarkan biaya. Aktivitas tersebut merupakan biaya yang harus
dibebankan\ oleh perusahaan yang timbul bersamaan dengan penyediaan
barang dan jasa kepada konsumen. Dengan beban yang telah dialokasikan
diharapkan akan membentuk lingkungan yang sehat dan terjaga
kelestariannya Kinerja lingkungan merupakan salah satu pengukuran penting
dalam menunjang keberhasilan perusahaan. Beberapa alasan yang dapat
mendukung pelaksanaan akuntansi lingkungan antara lain (Fasua, 2011):
1. Biaya lingkungan secara signifikan dapat dikurangi atau dihilangkan sebagai
hasil dari keputusan bisnis, mulai dari perubahan dalam operasional dan
pemeliharaan untuk diinvestasikan dalam proses yang berteknologi hijau serta
untuk perancangan kembali produk yang dihasilkan.
2. Biaya lingkungan jika tidak mendapatkan perhatian khusus akan menjadi
tidak jelas dan masuk dalam akun overhead atau bahkan akan diabaikan.
3. Banyak perusahaan telah menemukan bahwa biaya lingkungan dapat
diimbangi dengan menghasilkan pendapatan melalui penjualan limbah sebagai
suatu produk.
4. Pengelolaan biaya lingkungan yang lebih baik dapat menghasilkan perbaikan
kinerja lingkungan dan memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan
manusia serta keberhasilan perusahaan.
5. Memahami biaya lingkungan dan kinerja proses dan produk dapat mendorong
penetapan biaya dan harga produk lebih akurat dan dapat membantu
perusahaan dalam mendesain proses produksi, barang dan jasa yang lebih
ramah lingkungan untuk masa depan.
6. Perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang didapat dari proses,
barang, dan jasa yang bersifat ramah lingkungan. Brand image yang positif
akan diberikan oleh masyarakat karena keberhasilan perusahaan dalam
memproduksi barang dan jasa dengan konsep ramah lingkungan (Schaltegger
dan Burritt, 2000 dalam Arisandi dan Frisko, 2011). Hal ini berdampak pada
segi pendapatan produk, yaitu memungkinkan perusahaan tersebut untuk
menikmati diferensiasi pasar, konsumen memiliki kecenderungan untuk
bersedia membayar harga yang mahal untuk produk yang berorientasi
lingkungan dengan harga premium (Aniela, 2012).
7. Akuntansi untuk biaya lingkungan dan kinerja lingkungan dapat mendukung
perkembangan perusahaan dan operasi dari sistem manajemen lingkungan
secara keseluruhan. Sistem seperti ini akan segera menjadi keharusan bagi
perusahaan yang bergerak dalam perdagangan internasional karena adanya
persetujuan berlakunya standar internasional ISO 14001.
8. Pengungkapan biaya lingkungan akan meningkatkan nilai dari pemegang
saham karena kepedulian perusahaan terhadap pelestarian lingkungan.
Pemegang saham perusahaan dapat lebih mudah dan cepat mendapatkan
informasi dari pengungkapan tersebut sehingga dapat mempermudah
pengambilan keputusan (Arisandi dan Frisko, 201

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Krisis ekologi global maupun nasional yang disebabkan oleh


kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan
secara serakah semakin parah dan mengkhawatirkan. Krisis tersebut telah
menimbulkan berbagai bencana lingkungan yang sangat merugikan dan
mengancam keberlangsungan kehidupan manusia.
Perilaku buruk tersebut menyebabkan krisis ekologi, seperti kerusakan
lingkungan, pencemaran lingkungan dan polusi yang tak terkendali,
pemanasan global, perubahan iklim,efek gas rumah kaca, degradasi
lingkungan, dan sebagainya yang semakin parah dan meluas. Dan jalan untuk
mengatasi masalah ini yaitu dengan adanya green acounting akan membawa
perubahan ke arah lebih baik dan dampak yang akan menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/28147005/Makalah_Akuntansi_Biaya_II_Green_Accounti
ng_Akuntansi_Lingkungan_

Anda mungkin juga menyukai