1/April 2016
ABSTRAK
Pelaku lanjut usia sering kita dengar melalui media massa. Terhadap pelaku
tindak pidana yang lanjut usia ini, Undang-undang Pidana baik KUHP maupun Undang-
undang di luar KUHP tidak mengatur tentang pembedaan perlakuan dalam sistim
peradilan pidananya maupun sistem pemidanaannya. Hal ini berbeda dengan anak
sebagai pelaku tindak pidana,yang secara legalitas formal telah diatur secara tersendiri
dalam Undang-undang Sistem Peradilan Anak. Mengingat lanjut usia memiliki
keterbatasan-keterbatasan seperti : kesehatan yang terus menurun, keuangan yang
semakin memburuk/kemiskinan, emosi yang semakin labil, dan sebagainya maka
kiranya perlu ada sistim pemindanaan yang mengatur pelaku tindak pidana lanjut usia.
Tulisan ini memberikan konsep pemikiran kepada pembuat Undang-undang mengenai
pemindanaan bagi pelaku tindak pidana lanjut usia.
ABSTRACT
We often hear about elderly perpetrators through mass media. To the elderly
criminal perpetrators, both the Criminal Code and the Laws out of the Criminal Code do
not regulate the different treatment in the criminal judicial system and the punishment
system. This is different from a child as the criminal, who has formally and legally dealt
separately in the Law of Child Judicial System. Given the elderly have limitations, such
as their health that continues to decline, deteriorating financial condition/poverty,
increasingly unstable emotion, and so forth, it is necessary to have punishment system
that regulates elderly crime. This paper provides suggestions to the law makers
regarding the punishment for the elderly criminal perpetrators.
37
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
38
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
tentang Pengadilan Anak. Mengingat semakin tua ada sebagian orang yang
lanjut usia memiliki keterbatasan- bersifat apatis.
keterbatasan seperti: kesehatan yang Perlindungan bagi pelaku tindak
terus menurun, keuangan yang semakin pidana lanjut usia akan menghadapi
memburuk/kemiskinan, emosi yang keterbatasan dalam beraktivitas, faktor
semakin labil, dan sebagainya maka lanjut uisa perlu perlindungan, faktor
kiranya perlu ada system pemidanaan lanjut usia perlu pemeliharaan
yang mengatur pelaku tindak pidana kesehatan, faktor lanjut usia perlu
lanjut usia. Contohnya: untuk pidana mempersiapkan diri pada kematian,
seumur hidup, karena lamanya pidana sehingga sistem pemidanaan yang
seumur hidup tidak dapat ditentukan berperikemanusiaan merupakan upaya
dapat saja terjadi terpidana berada di penghormatan dan penghargaan
Lembaga Pemasyarakatan sampai lanjut terhadap orang tua yang semakin tua
usia. Terpidana lanjut usia ini apabila akan mengalamai keterbatasan social,
berada di Lembaga Pemasyarakatan ekonomi dan kesehatan.
terlalu lama akan meninmbulkan Tidak adanya peraturan yang
masalah, kesehatan yang semakin mengatur tentang pembedaan perlakuan
menurun akan menyusahkan petugas terhadap pelaku tindak pidana lanjut
maupun teman sesame narapidana di usia secara formal menyebabkan tidak
dalam Lembaga Pemasyarakatan. Di adanya keharusan dari hakim untuk
sisi lain berdampak pada besarnya menjadikan usia lanjut sebagai bahan
anggaran Pemerintah yang harus di pertimbangan hal-hal yang
keluarkan untuk pembinaan dan meringankan, masih kuatnya paham
pemeliharaannya. pidana melihat kepada perbuatan yang
Pembinaan yang sifatnya dilakukan pelaku (positivism) yang
ketrampilan untuk lanjut usia juga tidak dijadikan pegangan hakim untuk
banyak bermanfaat bagi nara pidana. memutus perkara pidana menyebabkan
Pembinaan kepribadian yang sifatnya pidana tidak melihat kepada pelaku.
keagamaan yang dapat membantu nara Demi kepastian hukum
pidana lanjut usia untuk bekal menuju mengesampingkan keadilan dan
kematian, inipun juga belum tentu kemanfaatan. Kasus mbok minah
dimanfaatkan oleh mereka, mengingat merupakan salah satu contoh bagaimana
39
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
40
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
41
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
42
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
43
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
44
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
45
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
10
Barda Nawawi Arief, 2005, Pembaharuan
HukumPidana Dalam Perspektif Kajian
9
I.S Susanto, 2011, Kriminologi,Genta Perbandingan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
Publishing. Yogyakarta, hlm. 20 hlm. 3-4.
46
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
47
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
48
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
49
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
50
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
51
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
52
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
53
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 1/April 2016
54