Anda di halaman 1dari 60

Laporan Observasi

Pada PT. Elco Indonesia Sejahtera

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Perilaku Keorganisasian

Dosen Pembina : Hari Mulia, SE, MM

Disusun Oleh : 1. Taofik Gumilar NPM 18.110.0427


2. Denden Muhamad R NPM 18.110.0218
3. Dewi Purnama Sari NPM 18.110.0220
4. Deby Ihsan Anugrah NPM 18.110.0223
5. Intan Restu Fauzi NPM 18.110.0249
6. M Riyan Riswandi NPM 18.110.0476

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


“YASA ANGGANA”
GARUT

2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat

menyelesaikan laporan observasi ini.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan

dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak

untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam

pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari

jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,

tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang

dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan

rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna

penyempurnaan makalah ini. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat

bermanfaat bagi seluruh pembaca dan teman-teman.

Garut, 27 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1........................................................................................... Latar Belakang

.................................................................................................................1

1.2................................................................................... Identifikasi Masalah

..................................................................................................................2

1.3................................................................................... Maksud dan Tujuan

..................................................................................................................2

1.3.1. Maksud ..........................................................................................2

1.3.2. Tujuan ............................................................................................2

BAB II ISI

2.1. Kajian Pustaka ........................................................................................4

2.1.1. Stres Kerja ....................................................................................4

ii
2.1.1.1. Pengertian Stres ................................................................4

2.1.1.2. Sumber-Sumber Stres Kerja .............................................6

2.1.1.3. Indikator Stres Kerja ........................................................8

2.1.1.4. Ambang Stres Kerja .........................................................9

2.1.1.5. Upaya Untuk Menangani Stres Kerja ............................10

2.1.2. Komunikasi .................................................................................12

2.1.2.1. Pengertian Komunikasi ..................................................12

2.1.2.2. Proses Komunikasi .........................................................15

2.1.2.3. Kesalahan Dalam Komunikasi .......................................15

2.1.2.4. Fungsi Komunikasi ........................................................16

2.1.2.5. Tujuan Komunikasi ........................................................19

2.1.2.6. Pola Komunikasi ............................................................20

2.1.2.7. Metode Berkomunikasi ..................................................21

iii
2.1.2.8. Bentuk Dasar komunikasi ..............................................23

2.1.2.9. Hambatan Terhadap Komunikasi ...................................23

2.2. Objek / Tempat Observasi ....................................................................25

2.2.1. Sejarah Perusahaan .....................................................................25

2.2.2. Visi & Misi Perusahaan ..............................................................26

2.2.3. Stuktur Organisasi Perusahaan ...................................................27

2.2.4. Lokasi Persahaan ........................................................................27

2.2.5. Kawasan Industri ........................................................................28

2.2.6. Kedekatan Pasar .........................................................................29

2.2.7. Tenaga Kerja ...............................................................................29

2.2.8. Proses Produksi ...........................................................................30

2.3. Pembahasan Hasil Observasi ................................................................33

2.4. Hambatan-Hambatan ............................................................................35

iv
2.5. Upaya-Upaya Perbaikan .......................................................................36

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ...........................................................................................39

3.2. Saran .....................................................................................................40

Daftar Pustaka

Lampiran

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami

stress dan kita pun pasti mengalami hal yang sama. Stress juga tidak hanya

dirasakan di lingkungan sosial saja namun dalam lingkungan kerja pun kita akan

merasakan penat yang akan menyebabkan stress dalam bekerja. Banyak orang

yang tidak menyadari gejala timbulnya stress dalam kehidupannya, padahal

apabila kita menyadari lebih awal mengenai gejala stress tersebut kita dapat

mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya

keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami

stress melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.

Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya

dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum.

Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai yang kompleks,

dan teknologi kini telah merubah cara berkomunikasi secara drastis.

Tanpa adanya komunikasi, seseorang akan akan sulit mendapatkan sebuah

informasi. Dan juga bahkan akan mengalami stress atau kebosanan jika tanpa

adanya komunikasi dengan orang lain

1
1.2. Identifikasi Masalah

1. Apa definisi dari stress?

2. Apa saja sumber stress kerja?

3. Sebutkan indikator dari stress kerja?

4. Bagaimana ambang stress kerja?

5. Bagaimana upaya untuk menangani stress kerja?

6. Apa definisi dari komunikasi?

7. Apa saja proses komunikasi?

8. Sebutkan dan jelaskan kesalahan dalam komunikasi?

9. Apa fungsi dari komunikasi?

10. Apa tujuan dari komunikasi?

11. Bagaimana pola komunikasi?

12. Bagaimana metode berkomunikasi?

13. Apa saja bentuk dasar komunikasi?

14. Apa saja hambatan terhadap komunikasi?

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Keorganisasian.

2
1.3.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi

2. Untuk mengetahui sumber stress kerja

3. Untuk mengetahui indikator stress kerja

4. Untuk mengetahui ambang stress kerja

5. Untuk mengetahui upaya untuk menangani stress kerja

6. Untuk mengetahui pengertian komunikasi

7. Untuk mengetahui proses komunikasi

8. Untuk mengetahui kesalahan dalam komunikasi

9. Untuk mengetahui fungsi dari komunikasi

10. Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi

11. Untuk mengetahui pola komunikasi

12. Untuk mengetahui metode berkomunikasi

13. Untuk mengetahui bentuk dasar komunikasi

14. Untuk mengetahui hambatan terhadap komunikasi

3
BAB II

ISI

2.1. Kajian Pustaka

4
2.1.1. Stres Kerja

2.1.1.1. Pengertian Stress

Pengertian stress menurut para ahli :

1. Menurut Pace & Faules (1998)

Stress adalah penderitaan jasmani, mental atau emosional yang diakibatkan

interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi agenda pribadi

seorang individu. Dalam suatu perusahaan, semakin besar suatu perusahaan maka

makin banyak karyawan yang bekerja di dalamnya sehingga besar kemungkinan

timbulnya permasalahan di dalamnya, dan permasalahan manusianya.

2. Menurut Rivai (2004)

Stress sebagai suatu istilah payung yang merangkumi tekanan, beban, konflik,

keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh, kemurungan dan hilang daya.

Stress kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya

ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses pikir, dan

kondisi seorang karyawan. Stress yang terlalu besar dapat mengancam

kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya, pada diri

karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang dapat mengganggu

pelaksanaan kerja mereka.

5
3. Beehr Dan Franz dikutib Bambang Tarupolo (2002:17)

Pengertian stres kerja menurut Beehr dan Franz adalah suatu proses yang

menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan,

tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.

4. Pandji Anoraga (2001:108)

Pengertian stres kerja menurut Pandji Anoraga adalah suatu bentuk tanggapan

seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkungannya

yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.

5. Gibson Dkk (1996:339)

Pengertian stres menurut Gibson dkk adalah suatu tanggapan penyesuaian yang

diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individu dan atau proses psikologis yang

merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi,

atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan

kepada seseorang.

6. Charles D Spielberger dalam Handoyo (2001:63)

Pengertian stres menurut Charles D Spielberger adalah tuntutan-tuntutan

eksternal yang mengenai seseorang misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atua

situasi stimulus yang secara objektif adalah berbahaya.

7. Hasibuan (2012:204)

Pengertian stres menurut Hasibuan adalah orang-orang yang mengalami stres

menjadi nervous dan merasakan kekhawatiran kronis sehingga mereka sering

menjadi marah-marah, agresift, tidak dapat relaks, atau memperlihatkan sikap

yang tidak kooperatif.

6
8. Yoder dan Staudohar (1982:308)

Pengertian stres kerja menurut Yoder dan Staudohar adalah suatu tekanan

akibat bekerja yang juga akan mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi

fisik seseorang, dimana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerjaan tempat

idividu tersebut berada

9. Anwar (1993:93)

Pengertian stres kerja menurut Anwar adalah suatu perasaan yang menekan

atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya.

10. Sasono (2004:47)

Pengertian stres kerja menurut Sasono adalah keadaan dimana seseorang

menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh

kemampuannya.

2.1.1.2. Sumber-Sumber Stres Kerja

Keberadaan stres kerja yang dialami oleh perawat tentu saja tak dapat

dipisahkan dari sumber-sumber penyebab stres kerja tersebut. Robbins

menyatakan, sumber stres kerja yang dialami oleh seorang karyawan setidaknya

ada 3 (Robbins, 2007:372).

Sumber stres kerja tersebut adalah:

a. Tuntutan tugas.

7
Merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan seseorang. Faktor ini

mencakup desain pekerjaan individu itu (otonomi, keragaman tugas, tingkat

otomatisasi), kondisi kerja, dan tata letak fisik. Makin banyak kesaling-

tergantungan antara tugas seseorang dengan tugas orang lain, maka makin

potensial untuk terjadi stres. Pekerjaan dimana suhu, kebisingan, atau kondisi

kerja yang berbahaya dan sangat tidak diinginkan dapat menimbulkan kecemasan.

Demikian juga bekerja dalam suatu kamar yang berjubel atau dalam lokasi yang

dimana terjadi gangguan terus menerus. Secara lebih spesifik, tuntutan tugas

masih dipengaruhioleh beberapa variable.

Variabel-variabel tersebut meliputi:

1) Ketersediaan sistem informasi

2) Kelancaran pekerjaan

3) Wewenang untuk melaksanakan pekerjaan

4) Peralatan yang digunakan dalam menunjang pekerjaan

5) Banyaknya pekerjaan yang harus dilaksanakan

8
b. Tuntutan peran. Tuntutan peran yakni stres kerja yang berhubungan dengan

tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu

yang dimainkan dalam organisasi tertentu.

Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang hamper pasti tidak

dapat diwujudkan atau dipuaskan. Jika hal itu sampai terjadi pada karyawan maka

dapat dipastikan karyawan akan mengalami ketidakjelasan mengenai apa yang

harus dikerjakan. Pengukuran variabel tuntutan peran terdiri dari :

1) Kesiapan karyawan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan

2)Perbedaan antara atasan dengan karyawan berkaitan dengan tugas harus

dilaksanakan

3) Keterbatasan waktu dalam melaksanakan pekerjaan

4) Beban pekerjaan yang berat

c. Tuntutan pribadi. Tuntutan pribadi yaitu stres kerja yang terkait

dengan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Kurangnya dukungan sosial

dari rekan-rekan kerja dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan

stres yang cukup besar, terutama diantara karyawan dengan kebutuhan sosial yang

tinggi.

9
Pengukuran variabel tuntutan pribadi terdiri dari:

1) Hubungan dengan supervisor

2) Hubungan dengan sesama karyawan

3) Hubungan dengan keluarga

4) Pengawasan yang dilakukan supervisor (atasan)

5) Keahlian pengawas dalam mengawasi pekerjaan

2.1.1.3. Indikator dari stres kerja

Menurut Robbins (2006) indikator dari stress kerja sebagai berikut :

1. Tuntutan tugas, merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan seseorang

seperti kondisi kerja, tata kerja letak fisik.

2. Tuntutan peran, berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang

sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam suatu organisasi.

3. Tuntutan antar pribadi, merupakan tekanan yang diciptakan oleh pegawai lain.

10
4. Struktur organisasi, gambaran instansi yang diwarnai dengan struktur

organisasi yang tidak jelas, kurangnya kejelasan mengenai jabatan, peran,

wewenang, dan tanggung jawab.

5. Kepemimpinan organisasi memberikan gaya manajemen pada organisasi.

beberapa pihak didalamnya dapat membuat iklim organisasi yang melibatkan

ketegangan, ketakutan dan kecemasan.

Indikator stres kerja menurut Mulyadi (2003:90) yaitu :

a. Kondisi pekerjaan, meliputi : beban kerja berlebihan, jadwal bekerja.

b. Stres karena peran, antara lain : Ketidakjelasan peran.

c. Faktor interpersonal, meliputi : Kerjasama antar teman, hubungan dengan

pimpinan.

d. Perkembangan karier, meliputi: Promosi kejabatan yang lebih rendah dari

kemampuannya, promosi kejabatan yang lebih tinggi dari kemampuannya,

keamanan pekerjaannya.

e. Struktur organisasi, antara lain : struktur yang kaku dan tidak bershabat,

pengawasan dan pelatihan yang tidak seimbang, ketidakterlibatan dalam membuat

keputusan.

11
2.1.1.4. Ambang Stress Kerja

Setiap orang memiliki batas toleransi terhadap situasi stres. Tingkat

stress yang dapat diatasi oleh seseorang sebelum perasaan stres terjadi disebut

sebagai ambang stres. Pada orang tertentu akan mudah sekali merasa sedih atau

kecewa karena masalah yang sepele namun sebaliknya, beberapa orang justru

bersikap dingin, cuek, tenang, dan santai. Hal ini disebabkan kepercayaan diri

mereka atas

kemampuan untuk mengatasi stres. Mereka hanya merasa sedikit stres sekalipun

sumber stres mereka besar.

Seperti telah diungkapkan diatas, setiap orang memiliki reaksi terhadap

stres yang berbeda beda. Meyer Friedman dan Rosenman dalam Munandar

(2008:400) membedakan dua tipe karyawan dalam menghadapi stres kerja. Kedua

tipe tersebut adalah:

a. Tipe A

Karyawan tipe A digambarkan sebagai karyawan yang memiliki derajat dan

intensitas tinggi untuk ambisi, dorongan untuk pencapaian (achievement) dan

pengakuan (recognition), kebersaingan (competitiveness) dan keagresifan.

Karyawan tipe A memiliki paksaan untuk bekerja lebih, selalu bergelut dengan

batas waktu, dan sering menelantarkan aspek-aspek lain dari kehidupan seperti

12
keluarga, kejaran sosial (social pursuits), kegiatan-kegiatan waktu luang dan

rekreasi

b. Tipe B

Orang tipe B merupakan mereka yang lebih dapat bersikap santai dan tenang

(easygoing). Mereka menerima situasi yang ada dan bekerja dengan situasi

tersebut dan bukan berkompetisi. Orang-orang seperti ini bersikap santai

sehubungan dengan tekanan waktu, sehingga mereka cenderung kurang

mempunyai masalah yang berkaitan dengan stres.

2.1.1.5. Upaya Penanggulangan Stres Kerja

Stres kerja sampai pada titik tertentu merupakan faktor pemicu

peningkatan kinerja karyawan akan tetapi apabila sudah melewati titik tersebut,

keberadaan stres kerja justru akan memicu terjadinya permasalahan yang tentu

saja akan berpengaruh terhadap kinerja atau performance. Oleh karena itu perlu

dilakukan upaya-upaya penanggulangan terhadap stres kerja sehingga tidak

berdampak pada kinerja karyawan.

Upaya tersebut meliputi:

a. Relaksasi dan Meditasi

13
Relaksasi (relaxation) dan meditasi merupakan suatu caramenetralisir ketegangan

emosi maupun fisik. Teknik-teknik relaksasi yang dikembangkan para ahli

mempunyai tujuan mengurangi ketegangan melalui latihan-latihan mengendurkan

otot-otot dan urat saraf. Relaksasi dilakukan dengan bantuan perintah verbal yang

diberikan oleh orang yang ahli atau terapis membantu individu untuk

menegangkan dan mengendurkan kelompok-kelompok otot tertentu secara

bergantian dan bertahap.

Cara lain untuk menetralisir ketegangan adalah dengan meditasi. Meditasi

merupakan merupakan suatu cara menenangkan diri pada posisi tertentu untuk

dapat berkonsentrasi pada suatu hal tertentu.

Beberapa cara yang termasuk meditasi adalah mendengarkan musik,

bersembahyang atau menikmati alam yang indah. Selain itu cara lain yang banyak

dikenal sebagai bentuk meditasi adalah Yoga

b. Pelatihan

Program pelatihan stres diberikan pada karyawan dengan tujuan agar karyawan

memiliki daya tahan terhadap stres dan memiliki kemampuan lebih baik untuk

mengatasi stres. Dalam pelatihan

14
stres karyawan memperoleh pelatihan mempergunakan dan mengembangkan

sumber-sumber energi yang ada dalam dirinya. Agar memperoleh hasil yang

maksimal, maka pelatihan harus

ditangani orang-orang yang ahli dalam bidang pelatihan stres pada pekerjaan ini.

c. Terapi

Terapi adalah treatmen baik yang bersifat fisik maupun psikis. Terapi yang

bersifat psikis disebut psikoterapi. Terapi dapat juga berarti semua bantuan

metodis atau sistematis, yang diberikan oleh orang yang ahli kepada orang yang

membutuhkan bantuan dalam situasi yang sulit. Jadi terapi mengandung

pengertian adanya hubungan antara dua pihak, yaitu orang yang ahli dalam bidang

terapi dan orang yang membutuhkan Salah satu bentuk terapi yang sering

digunakan untuk mengatasi stress adalah terapi perilaku atau ”behavior therapy”.

Tetapi perilaku adalah terapi yang memusatkan perhatian pada pengubahan

perilaku dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar. Melalui perilaku individu

di beri treatment agar dapat mengubah perilakunya yang lama ke arah perilaku

baru yang lebih baik, terutama kemampuan dalam menghadapi kondisi yang

menyebabkan stress.

2.1.2. Komunikasi

2.1.2.1. Pengertian Komunikasi

15
Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa

kelompok organisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi

agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya komunikasi

dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

Menurut Para Ahli:

1. Colin Cherry

Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan

informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan

kaitan hubungan yang ditimbulkan olleh penerus rangsangan da pembangkit

balasannya.

2. Bernard Barelson & Garry A. Steiner

Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan

dan sebagainya denga menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis,

angka, dsb.

3. Carl I. Hovland

Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang

menyampaikan rangsangan ( biasanya dengan menggunakan lambang verbal )

untuk mengubah perilaku orang lain.

4. Gerald R. Miller

Komunikasi terjadi saat satu suber menyampaikan pean kepada penerima

dengan niat sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka.

16
5. Menurut Anwar Arifin

Komunikasi adalah sebuah konsep yang banyak arti. Arti komunikasi dapat

dibedakan komunikasi berbasis sebagai proses komunikasi sosial dalam

pengertian ini dalam konteks ilmu-ilmu sosial. Dimana para ilmuwan sosial telah

melakukan penelitian dengan cara melakuan  pendekatan komunikasi yang

umumnya berfokus pada aktivitas manusia dan hubungan dengan pesan perilaku.

6. Menurut Anderson

Komunikasi adalah proses yang dinamis dan terus berubah sesuai dengan

situasi yang berlaku. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan untuk

mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau

memperkuat ego.

7. Menurut Leksikograf

Komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kesatuan.

Jika dua orang untuk berkomunikasi pemahaman yang sama dari pesan yang

dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.

8. Menurut Barnlund

Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi

rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat

ego.

9. Menurut Lexicographer

Komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai

kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama

17
terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh

keduanya.

10. Menurut Hovland, Janis & Kelley : 1953

Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)

menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan

mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).

2.1.2.2. Proses Komunikasi

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan

seperti berikut.

1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan

orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang

disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat

simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.

2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau

saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara

langsung melalui telepon surat, e-mail, atau media lainnya.

Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke

komunikan.

18
2.1.2.3. Kesalahan Dalam Komunikasi

1. Pengucapan kurang jelas

Kesalahan ini kerap dilakukan karena danya pengucapan atau lafal dalam

komunikasi yang kurang jelas. Dimana kesalahan ini kemudia akan membuat

lawan bicara atau mereka yang diajak berkomunikasi menjadi tidak bisa

menerima semua informasi.

2. Berbicara terlalu tergesa-gesa

Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menyerap

informasi . kesalahan dalam berkomunikasi dapat terjadi

2.1.2.4. Fungsi komunikasi

a. Fungsi Sosial

Fungsi komunikasi sosial menjadi indikasi pentingnya komunikasi dalam tiap

hubungan sosial. Hal ini berhubungan dengan konsep diri sendiri serta

kelangsungan hidup dengan lingkungan sekitar.

b. Fungsi Ekspresif

19
Merupakan bentuk ekspresi di dalam tubuh terkait pendapat atau opiniyang

ingin dikemukakan. Hal ini berkaitan dengan membujuk, memaksa atau

mempengaruhi orang lain sesuai dengan perasaan dan pemikiran pengirim

pesan.

c. Fungsi Ritual

Merupakan bentuk komunikasi terkait hal-hal komitmen yang penting dan

sacral. Hal ini meliputi komitmen pengirim pesan terhadap tradisi, suku,

Negara, ideologi atau agama yang diwujudkan dalam proses komnikasi itu

sendiri.

d. Fungsi Instrumental

Merupakan bentuk komunikasi untuk mengubah sikap dan perilaku atau juga

untuk menggerakan tindakan orang lain. Selain itu fungsi ini jugaberkaitan

dengan tujuan menghibur atau mendapat hiburan.

Berikut ini adalah beberapa fungsi komunikasi, diantaranya :

1. Menyampaikan pikiran dan perasaaan

Seperti yang dikatakan Effendi dalam bukunya, bahwa salah satu fungsi

komunikasi adalah sebagai pengungkapan emosional. Dengan berkomunikasi kita

difasilitasi untuk dapat mengungkapkan apa yang kita pikirkan dan rasakan.

Mengungkapkan pikiran dan perasaan pribadi kepada orang lain penting untuk

dilakukan. Sebab dengan mengungkapkan isi pikiran dan emosi baik itu marah,

senang, kecewa, gembira, atau emosi lainnya; orang lain jadi mengerti apa yang

kita rasakan. Dilain pihak, kita akan mendapatkan keseimbangan hidup serta

kelapangan hati.

20
2. Berinteraksi dengan sesama

Setelah kita ketahui bahwa manusia adalah mahluk sosial, tidak dapat hidup

sendiri dan perlu bersosialisasi dengan orang lain. Thomas M. Scheidel

menyebutkan bahwa dengan berkomunikasi, kita dapat membangun interaksi

sosial dengan sesama dan lingkungan sekitar. Dengan begitu kita tidak terisolasi

atau terasing dari pergaulan di masyarakat, sekaligus juga menjaga kelangsungan

hidup masyarakat.

3. Memberi Informasi

Informasi merupakan hal yang cukup penting, informasi dapat mencegah kita

untuk melakukan kesalahan. Misalnya pemberian informasi mengenai arah suatu

tempat bisa mencegah tersasarnya seseorang yang akan menuju tempat tersebut.

Atau informasi mengenai cara menggunakan suatu alat, penting untuk diketahui

agar tidak kegagalan produksi yang bisa jadi berimbas pada kerusakan alat.

4. Menambah Wawasan/ Pengetahuan

Menurut Effendi salah satu fungsi komunikasi adalah ‘to educate’ atau untuk

mendidik. Dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan pengetahuan, ide,

atau gagasannya dan memungkinkan terjadinya transfer ilmu dari seseorang

kepada seseorang yang lain. Dengan begitu wawasan dan pengetahuan seseorang

mengenai suatu hal menjadi bertambah.

5. Aktualisasi Diri

Menurut Thomas M. Scheidel seseorang berkomunikasi dengan orang lain,

untuk saling menyatakan dan mendukung identitas dirinya. Akualisasi diri

merupakan sebuah kebutuhan bagi manusia, dan dapat dipenuhi dengan

21
melakukan komunikasi. Dengan berkomunikasi seseorang dapat menyatakan

keberadaan dan potensi dirinya pada orang lain. Dilain pihak, hal tersebut juga

membantu seseorang untuk dapat lebih mengenal dirinya sendiri.

6. Hiburan

Hiburan berkomunikasi seseorang dapat menghibur orang lain serta mendapat

penghiburan dari orang lain. Rudolf F. Verderber menyatakan bahwa manusia

melakukan komunikasi untuk kesenangan. Effendi juga menyatakan bahwa salah

satu fingsi komunikasi adalah ‘to entertain’, yaitu untuk menghibur orang lain dan

menyenangkan hati orang. Contohnya komunikasi yang dilakukan pelaku stand up

comedy yang saat ini sedang trend.

7. Mempengaruhi orang lain

Thomas M. Scheidel menyebutkan bahwa dengan berkomunikasi seseorang

dapat mepengaruhi orang lain agar berpikir, merasa, atau berprilaku seperti apa

yang diharapkannya. Senada dengan pernyataan Effendi bahwa salah satu fungsi

komunikasi adalah ‘to influence’ atau mempengaruhi orang lain.

8. Pengendalian

Komunikasi dapat mengarahkan seseorang untuk bertindak sesuai dengan

aturan tertentu, dan sifatnya memaksa. Misalnya peraturan untuk tidak membuat

kegaduhan ketika berada di dalam perpustakaan, atau peraturan mengenai aturan

kerja di suatu perusahaan

9. Mengambil Keputusan

22
Seperti disebutkan sebelumnya, dengan komunikasi seseorang dapat

menyampaikan informasi tertentu mengenai suatu peristiwa atau permasalahan

sehingga dapat memberikan alternative pilihan. Dan berdasarkan informasi yang

ada, seseorang akan dapat melakukan evaluasi dan analisis mengenai keputusan

terbaik yang akan diambil.

2.1.2.5. Tujuan Komunikasi

Menurut Riant Nugroho, tujuan komunikasi adalah menciptakan

pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan prilaku. Sedangkan

menurut Katz Robert Kahn, tujuan komuikasi adalah pertukaran informasi dan

penyampain makna suatu sistem sosial atau organisasi.

Beberapa poin penting tujuan-tujuan komunikasi:

1. Memberi pesan atau informasi

2. Menyampaikan pikiran atau perasaan

3. Menyelesaikan suatu permasalahan atau persoalan

4. Menambah wawasan pengetahuan

5. Memelihara hubungan sosial dengan orang lain

6. Memperoleh hiburan atau menghibur orang lain

7. Merubah sikap serta perilaku kebiasaan

8. Membujuk orang lain agar berprilaku sesuai instruksi

9. Mengubah opini msyarakat

23
10. Mengisi waktu luang

2.1.2.6. Pola Komunikasi

1. Pola Komunikasi Primer

Merupakan suatu proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada

komunikan dengan meggunakan suatu simbol sebagai media atau saluran.

Pola ini terbagi menjadi dua lambang, yaitu lambang verbal dan nonverbal.

2. Pola Komunikasi Skunder

Adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan

menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah pemakaian

lambang pada media pertama.

3. Pola Komunikasi Linear

Linear disini mengandung makna lurus berarti perjalanan dari satu titik ke

titik lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator

kepada komunikan sebagai titik terminal. Yang lebih dikenal sebagai

komunikasi satu arah, yaitu proses penyampain pesan dari komunikator

kepada komunikan, baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa ada

umpan balik dari komunikan. Dalam hal ini, komunikan bertindak sebagai

pendengar saja.

4. Pola Komunikasi Sirkular

Dalam pola ini, terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus

dari komunikan ke komunikator sebagai penentu utama keberhasilan

24
komunikasi. Dalam pola komunikasi ini proses komunikasi terus.Pola ini

dikenal dengan pola komunikasi dua arah atau timbal balik, yaitu

komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dala komunikasi.

2.1.2.7. Metode Berkomunikasi

1. Metode Redundan atau Repetisi

Dalam metode ini biasa ada pengaruh pengulangan atau repetisi sebuah

pesan terhadap efektifitas tersampaikannya pesan tersebut. Dengan mengulang

pesan akan menarik perhatian lebih, bagaimana komunikator membuat pesan

itu menjadi tertanam pada pemikiran yang sadar. Tetapi pengulangan kata

yang terlalu banyak juga akan mencapai titik limit fungsi, lalu pesan menjadi

hilang. Oleh karena itu, yang memberi pesan harus dapat menggunakn

pengulangan-pengulangan yang diberi variasi supaya menjadi menarik agar

tidak membosankan saat komunikasi yang dibicarakan. Misalnya seperti iklan

di TV.

2. Metode Kanalisasi

Seseorang yang memberi pesan harus benar-benar mengenal sasarannya

yaitu khalayak, komunikator harus mengetahui persamaan-persamaan dan

perbedaan-perbedaan kepada khalayak, sehingga bisa menyesuaikan diri

dengan khalayak.

25
Dikarenakan kanalisasi ini sesungguhnya adalah suatu metode yang

mengarahkan cara berpikir khalayak sesuai dengan apa yang kita inginkan,

ataupun bagaimana kita dapat empati untuk diterima dan itulah proses

kanalisasi dimulai.

3. Metode Informatif

Metodeini menjelaskan mempunyai suatu hal yang sederhana, yaitu cukup

dengan memberi suatu penerangan yang jelas tentang maksud pesan kepada

khalayak. Penerangan yang dimaksud adalah menyampaikan sesuatu yang apa

adanya yang sesungguhnya berdasarkan data fakta dan opini yang benar jadi

khalayak dapat dengan bebas dalam merespon pesan yang disampaikan.

4. Metode Persuasif

Metode ini berarti dapat mmpengaruhi dengan kata rayuan kepada si

penerima pesan tersebut. Sasaran utama dalam metode ini diupayakan kepada

khalayak untuk melihat suatu kondisi perasaannya dengan kadaan muah ketika

diberikan suatu sugesti pada dirinya. Contoh, spg yang menawarkan produk

yang dijualnya.

5. Metode Edukatif

26
Dalam metode ini pada dasarnya mempunyai kesamaan dengan metode

informatif. Keduanya sama-sama memberikan suatu data dan fakta

berdasarkan dari pengalaman yang benar-benar terjadi dalam hidupnya.

Namun perbedaannya dengan metode informatif, metode komunikasi ini lebih

disengaja, teratur dan trencana dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku

manusia kearah yang diinginkan.

2.1.2.8. Bentuk Dasar Komunikasi

1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang

disampaikan kepada pihak lain melalui tuliasan dan lisan. Komunikasi verbal

memiliki tipe yang dibedakan menjadi dua yaitu, berdaasarkan aktif dan pasifnya

peserta komunikasi dalam proses komunikasi. Dimana komunikasi verbal dapat

bertindak sebagai komunikator atau pengirim pesan dan dapat bertindak sebagai

audience. Contohnya adalah membaca majalah, membaca surat kabar,

mempresentasikan makalah dalam suatu seminar dan lain-lain.

2. Komunikasi Nonverbal

Kounikasi nonverbal merupakan bentuk komunikasi yang paling mendasar.

Walaupun pada umumnya kounikasi nonverbal memiliki sifat kurang terstruktur

sehingga sulit dipelajari, seperti memahami dalam penggunaan bahasa isyarat,

ekspresi wajah, gerakan tubuh, simbol-simbol, warna dan intonasi suara. Dalam

penyampaiannya, komunikasi nonverbal juga sering digunakan saat kita

27
berkomunikasi verbal, secara spontan gerakan tubuh juga seolah-olah lebih

menjelaskan apa yang disampaikan.

2.1.2.9. Hambatan Komunikasi

Hambatan adalah faktor-faktor yang dapat mengganggu penerimaan

suatu pesan. Karena terganggu maka penerima pesan juga bisa salah dalam

memaknai balik pesan yang diterima. Faktor yang dapat menjadi penghambat

dalam komunikasi:

1. Perbedaan Status sosial antara komunikan dan komunikator. misalnya saja

karyawan harus tunduk atau patuh terhadap apapun yang dikatakan atasannya,

sehingga karyawan tersebut takut menyampaikan aspirasi atau pendapatnya.

2. Problem semantik, menyangkut bahasa yang digunakan komunikator

dalam menyampaikan pesan. Kesalahan penyebutan bisa mengakibatkan

sebuah kesalah - pahaman dan beda penafsiran.

3. Distorsi persepsi, disebabkan perbedaan cara pandang yang sempit pada

diri sendiri dan perbedaan cara berpikir pada orang lain. Hal ini menimbulkan

hambatan perbedaan persepsi dan wawasan satu dengan yang lainnya.

4. Perbedaan Budaya, dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras dan

bahasa serta agama yang berbeda sehingga ada beberapa penggunaan kata

yang memiliki arti berbeda pada tiap suku.

28
5. Gangguan fisik, gangguan lingkungan fisik seperti suara riuh orang-orang,

suara petir,hujan dan cahaya yang kurang jelas.

6. Keterbatasan saluran komunikasi, gangguan yang disebabkan pada media

yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi misal sambungan

telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang tenggelam, atau

gambar yang buram.

7. Tidak ada umpan balik/tanggapan, hambatan dimana pesan yang

disampaikan sang pengirim tidak di beri tanggapan. Maka yang selanjutnya

terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia dan tidak efektif.

2.2. Objek / Tempat Observasi

2.2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Elco Indonesia Sejahtera atau ELCO (Endies Leather Company)

merupakan industri penyamakan kulit dengan produk kulit finish (kulit domba,

29
kambing, dan sapi) untuk bahan garments, gloves, dan aneka barang kerajinan

dari kulit. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1992 oleh Bapak Moch. Yusuf

Tojiri dengan nama PD. Endies. Berawal dari bisnis kecil-kecilan yang hanya

memproduksi beberapa puluh lembar kulit, sampai banyaknya pesanan dari

konsumen menjadikan perusahaan terus berkembang dan menunjukan

pertumbuhan dengan baik.

Pada awalnya PD. Endies mulai membuat kulit samak dengan cara

makloon (sewa tempat dan mesin) di beberapa industri penyamakan kulit

Sukaregang, Garut dan hasilnya dibuat kerajinan kulit yang dipasarkan di daerah

Bandung dan Garut. Pada tahun 1997 Endies mulai memperluas pasarnya ke Bali

dengan cara canvassing dari toko ke toko. Produk yang dijualnya adalah produk

kulit samak hasil makloon. Pada tahun 2000 Endies melakukan investasi yang

cukup besar untuk pembangunan pabrik. Kebijakan ini dilakukan berkaitan

dengan meningkatnya permintaan pasar di Bali serta upaya peningkatan kualitas.

Pada tahun 2007 perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan

nama PT. Elco Indonesia Sejahtera, dengan izin usaha industri No.

503/002/10/IND/IZ/2003 dan SIUP No.530/PK/IZ/VIII/2005.P. Dalam

perkembangannya PT. Elco Indonesia Sejahtera sudah memiliki 8 showroom

diberbagai kota di Indonesia, antara lain 2 showroom di Bali (ENDIES dan

AKSAL), 1 showroom di Sidoarjo (ELCO), 1 showroom di Bandung (S3YU) dan

4 showroom di Garut (ENDIES 2, ARROS, ELSITRA, dan THIAL). Keyakinan

dan kerja keras PT. Elco Indonesia Sejahtera dapat dilihat dari prestasi yang telah

diraihnya yaitu, pada tahun 2000 terpilih sebagai perusahaan Pasangan Usaha

30
Berprestasi yang diberikan oleh PT. Sarana Jabar Ventura, Bandung. Pemerintah

juga memberikan apresiasi yang baik, sehingga pada tahun 2002 PT. Elco

Indonesia sejahtera mendapat perhargaan sebagai UKM terbaik tingkat II

Kabupaten Garut, dan pada tahun 2003 dinobatkan juga sebagai UKM terbaik

tingkat I provinsi Jawa Barat (PT.Elco Indonesia Sejahtera, 2016). Berikut

merupakan logo PT.Elco Indonesia Sejahtera.

2.2.2. Visi dan Misi Perusahaan

PT. Elco Indonesia Sejahtera memiliki visi untuk menjadi perusahaan yang

“berkomitmen dalam menciptakan produk kulit yang berkualitas tinggi sehingga

konsumen puas dan perusahaan dapat memperoleh keuntungan melalui kepuasan

pelanggan”, sedangkan misi PT.

Elco Indonesia Sejahtera yaitu “melayani kebutuhan konsumen industri dan end

user garment, gloves dan aneka kerajinan kulit kecil”.


PT. ELCO INDONESIA SEJAHTERA
Sesuai dengan visi misi tersebut,
STRUKTURperusahaan
ORGANISASI terus meningkatkan mutu produk

dengan cara menerapkan pengendalian mutu. Selain itu perusahaan juga mampu
DIREKTUR KOMISARIS
mencapai misinya, terlihat dengan
DR. Moch. semakin
Yusuf berkembangnya
Tojiri, MM. usahaGumilar,
DR. Jajang kulit PT.
MM.Elco

Indonesia Sejahtera yang mampu bersaing dengan industri kulit samak lainnya.

2.2.3. Stuktur Organisasi Perusahaan


KEUANGAN/ PRODUKSI PEMASARAN
AKUNTANSI/ ADM Dede Sulaeman Ade Y. Yusef
Andi Sunendi, SE

Staf Ak untansi Staf Persediaan Staf Pengiriman


Ai Siti Nurlela Ohid Rustandi Yanti Susanti

Keuangan Staf Pembelian Staf Pemasaran


Sri Yuni Islamiaty M. Yusman Siti Noor

Staf Administrasi 31
Tutun Mulyani Staf Produk si
Daris
32
2.2.4. Lokasi Perusahaan

Penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kelangsungan hidup

perusahaan di masa yang akan datang. Pemilihan lokasi berarti menghindari

sebanyak mungkin seluruh segi-segi negatif dan mendapatkan lokasi dengan

paling banyak faktor-faktor positif. Penentuan lokasi yang tepat akan

meminimumkan beban biaya (investasi dan operasional) jangka pendek ataupun

jangka panjang dan ini akan meningkatkan daya saing. PT. Elco Indonesia

Sejahtera terletak di Jalan Gagak Lumayung No. 127 Sukaregang Garut, Jawa

Barat. Perusahaan ini dibangun diatas tanah seluas ±1,5 Ha dengan ketinggian

lahan sekitar 40-50 m diatas permukaan laut dengan jarak lokasi pabrik pada

beberapa tempat sebagai berikut:

1. ± 4,5 km dari Sentra Kulit perempatan Sukaregang

2. ± 2 km dari Jalan Jendral Sudirman

Adapun batasan geografis PT. Elco Indonesia Sejahtera sebagai berikut:

1. Utara :berbatasan dengan kelurahan KotaWetan

2. Timur :berbatasan dengan kelurahan Cimuncang

33
3. Selatan :berbatasan dengan Desa Suci

4. Barat :berbatasan dengan kelurahan Regol

Di dalam menentukan lokasi suatu pabrik, terdapat beberapa faktor yang harus

diperhatikan, yaitu: faktor lingkungan masyarakat, kedekatan dengan pasar,

tenaga kerja, dan kedekatan dengan bahan mentah dan penyuplai (Prasetya dan

Fitri, 2009). Jika ditinjau dari lokasi pabrik, PT. Elco Indonesia Sejahtera

memiliki beberapa faktor yang mendukung kelancaran proses produksinya,

diantaranya sebagai berikut:

2.2.5. Kawasan Industri

PT. Elco Indonesia Sejahtera berada di daerah sentra industri Sukaregang,

Garut. Dipilihnya Sukaregang sebagai lokasi pabrik karena daerah

Sukaregang merupakan kawasan yang telah mendapatkan ijin dari Pemerintah

setempat untuk dijadikan daerah sentra industri penyamakan kulit.

Kegiatan industri penyamakan kulit di daerah ini telah dimulai sejak tahun 1920.

Hal tersebut memudahkan perusahaan dalam mengurus surat perizinan

mendirikan usaha.

2.2.6. Kedekatan pasar

34
Selain menjadi kawasan industri penyamakan kulit, daerah Sukaregang

merupakan pusat oleh-oleh kerajinan kulit terbesar di Indonesia, maka tidak heran

jika produk kerajinan kulit Sukaregang telah dipercayai oleh konsumen karena

kualitasnya telah terjamin. Hal tersebut menjadi pertimbangan perusahaan

memilih daerah Sukaregang sebagai lokasi pabrik. Kedekatan dengan pasar akan

memberikan kemudahan bagi perusahaan dalam membidik pasar utamaya, yaitu

para pengrajin kulit dan pecinta fashion.

2.2.7. Tenaga Kerja

Sekitar 80% tenaga kerja di PT. Elco Indonesia Sejahtera atau ±76

pekerjanya berasal dari penduduk setempat. Sebagian besar tenaga kerja tersebut

berada pada bagian produksi karena penduduk setempat sudah punya keahlian

dalam proses penyamakan kulit.

Keahlian tersebut didapatkan dari pengalaman sebelum bekerja di perusahaan.

Kesalahan dalam pemilihan lokasi dapat mengakibatkan tingginya biaya

transportasi, kekurangan tenaga kerja, kehilangan kesempatan dalam bersaing,

tidak cukupnya bahan baku yang tersedia, atau hal-hal serupa yang menggangu

kelancaran operasi perusahaan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan

rendahnya pendapatan operasi.

2.2.8. Proses produksi

35
Penyamakan kulit secara garis besarnya dibagi menjadi 3 proses utama

yaitu proses pengerjaan basah (beam house), proses penyamakan, dan finishing.

Ketiga proses tersebut memiliki beberapa tahapan pengerjaan, dalam setiap

tahapan menggunakan air maupun bahan kimia. Berikut penjelasan dari

masingmasing proses:

1. Proses pengerjaan basah (beam house)

Proses beam house adalah proses awal yang dilakukan dalam industri

penyamakan kulit. Proses ini terdiri dari perendaman (soaking), pengapuran

(liming), pembuangan daging dan lemak (scading dan fleshing), penghilangan zat

kapur (deliming). Masing-masing tahapan akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Proses perendaman (soaking) Proses ini bertujuan untuk mengembalikan kadar

air yang hilang selama proses pengeringan sebelumnya, kulit basah lebih

mudah bereaksi dengan bahan kimia penyamak, membersihkan dari sisa

kotoran, darah, dan garam yang masih melekat pada kulit serta mengembalikan

sifat asli kulit mentah menjadi lemas dan lunak, proses ini dilakukan selama 2

jam. Alat yang digunakan dalam proses soaking adalah bak rendaman. Pada

proses ini tidak menggunakan bahan kimia, yang dibutuhkan hanya air untuk

merendam kulit. Proses soaking dapat dilihat pada berikut :

36
Proses perendaman (soaking)

37
b. Proses pengapuran (liming) Setelah kulit direndam, selanjutnya dilakukan

proses pengapuran. Proses ini dilakukan selama 24 jam. Tujuan proses

pengapuran adalah untuk merontokkan bulu-bulu, membengkakkan kulit agar

sisa daging yang melekat pada kulit mudah dihilangkan, dan membesihkan

lemak-lemak yang terdapat pada kulit dengan menggunakan sabun. Bahan

utama yang digunakan dalam proses pengapuran adalah kapur (Ca(OH)2) dan

Natrium Sulfida (N2S). Kapur berfungsi untuk membengkakkan kulit,

melarutkan protein, dan membersihkan lemak sedangkan Natrium Sulfida

berfungsi untuk merontokkan bulu. Proses pengapuran dapat dilihat pada

gambar berikut ini :

Proses pengapuran ( Liming )

38
c. Proses scading dan fleshing Proses ini dilakukan setelah proses pengapuran

selesai. Tujuan utama dari proses scading dan fleshing adalah menghilangkan

sisa-sisa daging yang masih melekat pada kulit dan menghilangkan lapisan

subkutis (lapisan antara daging dan kutis) agar tidak menghalangi masuknya

zat penyamak selama proses penyamakan. Proses scading dilakukan dengan

pisau sasap dan alas yang terbuat dari seng tebal untuk meletakkan kulit.

Sedangkan proses fleshing dilakukan dengan bantuan mesin.

Proses scading dan fleshing dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Proses Scading

39
Proses Fleshing

40
d. Proses pembuangan kapur (deliming) Setelah menghilangkan sisa-sisa daging

dan lemak, kulit ditimbang terlebih dahulu sebelum dilanjutkan ke proses

selanjutnya. Proses pembuangan kapur bertujuan untuk meghilangkan kapur

dan menetralkan kulit dari suasana basa akibat pengapuran (pH ±11) menjadi

atau mendekati pH netral, yakni ±8. Hal ini bertujuan untuk menghindari

pengerutan pada kulit dan menghindari timbulnya endapan kapur yang dapat

mempengarui pada proses selanjutnya. Bahan yang digunakan dalam

pembuangan kapur adalah air, asam sulfat dan ammonium sulfat. Proses

penimbangan kulit hasil fleshing dan proses deliming dapat dilihat pada

gambar berikut ini :

Proses Penimbangan

41
2.3. Pembahasan Hasil Observasi

PT Elco Indonesia Sejahtera telah didirikaan selama kurang lebih 22

tahun, dengan jumlah karyawan untuk saat ini berjumlah 55 orang. Untuk jam

kerja setiap hari senin-sabtu jika untuk jamnya masuk mulai jam 07.30 s/d 16.00

jika untuk lembur dihitung sampai jam 21.00 WIB.

a. Prestasi yang pernah dicapai oleh PT Elco cukup banyak karena sering

mengikuti pameran-pameran, terus juga masih dari binaan-binaan seperti dari

perusahaan-perusahaan yang konsen di bidang UKM, dan pernah menjadi

UKM terbaik kedua di jawa barat. Sering diikut sertakan oleh pemerintah

Garut dalam pameran, diberi fasilitas untuk mengadakan pameran serta

adapun bantuan-bantuan untuk UKM pengembangan modal.

42
b. Untuk open reqruitment nya cukup berbeda engan perusahaan-perusahaan

pada umumnya karena di PT ELco sendiri tidak terlalu mengutamakan seperti

ijazah karena memang lebih cenderung kepada pengalaman. Jadi di PT ini

kita lebih banyak transfer ilmu dari senior ke junior. Kebanyakan karyawan

disini adalah warga di daerah Sukaregang sendiri, terutama untuk bagian

produksi yang teknis seperti itu.

c. Alasan kenapa PT Elco lebih unggul dari PT lain untuk wilayah Sukaregang,

memang PT ini punya nama untuk keunggulannya dari proses produksi,

pemberian bahan kimianya di utamakan sekali namun dengan bahan kimia

yang berkelas. Hingga hal ini juga menjadi salah satu kelemahan karena

menjadikan harga dari produk sedikit mahal, tetapi tetap ada konsumen yang

lebih mementingkan kualitas.

d. Untuk PT Elco hanyan memproduksi bahan mentah untuk diolah kembali.

Disini namanya Leader Trinary, industri penyamakan kulit, mengolah bahan

mentah dari kulit berbulu atau kulit garapan menjadi kulit finish. Kulit

tersebut nantinya siap digunakan untuk produk kerjajinan, seperti jaket, tas

dan dompet. Jadi produknya hanya dari mentah ke finish.

2.4. Hambatan-Hambatan

Hambatan yang ada di PT Elco Indonesia Sejahtera karena untuk dikulit itu

berbeda dengan kain. Jadi untuk proses produksinya itu karakteristik kulit sangat

43
dibutuhkan. Contoh sperti kulit yang didatangkan dari jawa barat itu memiliki

karakter yang berbeda dngan kulit yang didatangkan dari luar jawa barat,

misalkan dari Jawa, Sumatera. Dan utuk proses produksinya akan berbeda, jika

proses produksinya sama pada kulit yang berbeda akan banyak sekali kendaladari

hasil produk tersebut.

Untuk stress kerja sendiri perusahaan memang memiliki masalah-masalah

tersendiri disetiap proses produksi terutama dikulit. Faktor-faktornya seperti :

1. Human error

2. Kualitas bahan mentah

3. Perlakuan diri sendiri

Contohnya saat listrik mati maka proses pembuatan bahan mentah akan kurang

baik serta akan menimbulkan tekanan dari atasan ke bawahan.

Pada masa terpakainya mesin, untuk kualitas mungkin bisa adaseperti rantai

putus atau apapun akan langsung di perbaiki . karena berusaha memenuhi target

100.000 per buah. Namun selama target tercapai kapasitas mesin tidak terlalu

dipermasalahkan.

Proses pembuatan bahan mentah hingga barang jadi terdiri dari

1. Perontokkan bulu

44
2. Pengasaman

3. Saving

4. Trimming

5. Finishing

Finishing sendiri adalah proses akhir produksi kulit seperti pewarnaan,

penyemprotan, ditogol ( di bentngkan atau dimaksimalkan luas permukaan

kulitnya) lalu pengukuran, dan waktu yang di butuhkan adalah 7 hari.

2.5. Upaya-Upaya Perbaikan

Pada PT Elco komunikasi yang dilakukakan perusahaan selain meeting

mungkin lebih ke teknis, yang dimana kita meeting kan dulu masalahnya apa

kemudian langsung ke teknis untuk memperbaiki semua masalahnya. Misalnya

masalah Ph, meskipun takarannya sama hasilnya sering berbeda. Maka yang

paling penting adalah alat ukur untuk kulit, jadi jika terjadi kesalahan akan

langsung memperbaiki secara teknis.

45
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

46
Stres kerja pada karyawan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah

variable dalam penelitian yaitu efektivitas komunikasi. Jika karyawan memiliki

efektivitas komunikasi yang tinggi makan akan memiliki stress kerja yang rendah,

sedangkan karyawan yang memiliki efektivitas komunikasi yang rendah akan

memiliki stress kerja yang tinggi. Hal ini berarti bila karyawan mampu

berkomunikasi secara efektif maka akan memiliki stress kerja yang rendah.

Hasil penelitian pada PT Elco Indonesia Sejahtera, penyebab stress kerja

karyawan di perusahaan tersebut disebabkan misaknya karena adanya gangguan

mesin saat produksi, adanya masalah yang dimiliki karyawan pada keluarganya

yang dapat menimbulkan stress kerja. Komunikasi yang terjalin pada PT Elco

Indonesia Sejahtera cukup baik, disini dapat dilihat saat apabila terjadi stres kerja

pada karyawan dan komunikasi yang kurang baik antar karyawan maupun

karyawan terhadap atasan, pihak perusahaan tersebut selalu langsung mengadakan

meeting untuk menemukan penyebab terjadinya hal tersebut dan mencari solusi

untuk memperbaiki masalah tersebut agar terjalin lagi komunikasi yang baik.

3.2. Saran

Komunikasi di PT Elco Indonesia Sejahtera pada dasarnya cukup, tapi akan lebih

baik lagi apabila atasan terhadap karyawannya memiliki hubungan komunikasi

yang baik pada saat kerja, dengan tidak adanya tekanan terhadap karyawannya.

Misalnya karyawan yang bekerja dengan baik tingat absensinya rendah atasan

47
dapat memberikan penghargaan-penghargaan atas hal tersebut. Hal tersebut juga

dapat meningkatkan kinerja pada karyawannya.

48
Daftar Pustaka

Robbins dan Judge, 2015. Perilaku Organisasi. Edisi ke 16. Jakarta: Salemba

Empat.

49
Mulyana Deddy, 2009. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

https://pakarkomunikasi.com/cara-berkomunikasi-dengan-baik

www.pustaka.ut.ac.id> lib > skom4SKOM4436-Metode Penelitian Komuniksi

(Edisi 3) – Perpustakaan UT

50
Lampiran

Daftar Pertanyaan:

1. Sudah berapa lama PT Elco didirikan?

2. Bisa diceritakan mengenai profil maupun sejarah dari didirikannya PT Elco?

3. Utuk jam kerja biasanya sampai jam berapa setiap harinya?

4. Apakah visi da misi PT Elco?

5. Apakah ada prestasi yang pernah dicapai PT Elco?

6. Bagaimana proses PT Elco dalam penerimaan karyawan baru? Dam kriterianya

seperti apa?

7. Apakah hambatan-hambatan dalam proses produksi?

51
8. Bagaimana cara untuk memperbaiki hambatan-hambatan tersebut?

9. Apa saja faktor penyebab stress kerja dan gejala stress kerja karyawan PT

Elco?

10.Bagaimana upaya yang dilakukan dalam menanggulangi stress kerja

karayawan?

11. Seperti apa proses komunikasi yang terjalin di lingkungan PT Elco?

12. Hal apa saja yang biasa menghambat komunikasi di lingkungan PT ELco, baik

antar karyawan ataupun karyawan dengan atasan?

13. Bagaimana PT Elco menanggulangi berbagai hambatan komunikasi didalam

perusahaan?

14. Aspek apa yang diterapkan perusahaan untuk melatih komunikasi yang baik?

52
53
54

Anda mungkin juga menyukai