KARYA MAKMUR
PT. Karya Makmur adalah sebuah perusahaan sabun yang didirikan pada tahun 1958 di kota
Surakarta oleh dua bersaudara yaitu Liem dan Han. Pada awal tahun berdirinya perusahaan ini
menghasilkan sabun cuci bening dengan harapan dapat menarik minat ibu-ibu rumah tangga
untuk mencoba menggunakan produk ini. Ternyata, harapan tidak sesuai dengan kenyataan
karena tidak banyak ibu rumah tangga yang tertarik menggunakan sabun cuci bening. Oleh
karena itu PT. Karya Makmur menghentikan produksi sabun cuci bening dan beralih ke sabun
cuci batangan.
Pada awal produksi hingga berjalan sekitar 4 tahun, permintaan produk sabun batangan PT.
Karya Makmur terus meningkat, tetapi setelah memasuki tahun kelima permintaan sabun
batangan mulai merosot dan puncaknya pada tahun ini tingkat permintaan sabun batangan
tinggal 30% sehingga manajemen mempertimbangkan untuk beralih ke jenis produk sabun lain
yang pada saat ini masih digemari oleh para ibu rumah tanggal, yaitu sabun krim dan sabun
bubuk. Namun mengingat terbatasnya sumber daya dan pangsa pasar sabun krim dan sabun
bubuk, perusahaan terpaksa harus menentukan prioritas produk yang akan diproduksi untuk
dilempar ke pasar. Untuk itu, perusahaan melakukan prosedur penyaringan ide, terutama
ditujukan untuk membuang ide produk baru yang tidak selaras dengan tujuan dan/atau sumber
dari perusahaan.
Kegiatan penyaringan ide sebagai salah satu tahapan penting dalam daur pengembangan
produk baru tersebut dilakukan dalam tahap dua. PERTAMA, membuat suatu pendapat secara
cepat untuk melihat apakah akan membuat produk baru sesuai dengan rencana perusahaan,
keahlian teknis yang dimililki dan kemampuan financial perusahaan. KEDUA, menentukan
urutan ide secara lebih terinci berdasarkan pada faktor-faktor yang berkaitan dengan
pengembangan produk dan memberikan penilaian secara kualitatif terhadap factor-faktor
tersebut. Hasil penilaian secara kualitatif dan bobot masing-masing factor untuk masing-
masing sabun krim dan sabun bubuk dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1 : Penilaian Produk Sabun Krim dengan Metode Nilai Faktor Tertimbang :
Tabel 2 : Penilaian Produk Sabun Bubuk dengan Metode Nilai Faktor Tertimbang :
Untuk menghadapi kemungkinan memproduksi sabun krim dan sabun bubuk diperkirakan
perusahaan perlu menambah karyawan. Dalam merekrut karyawan baru perusahaan biasanya
menggunakan RECRUITING YIELD PYRAMID untuk menghitung jumlah pelamar yang harus
dihasilkan perusahaan. Dari pengalaman yang lalu diperoleh data sebagai berikut :
1. Rasia antara penawaran dengan karyawan (baru) yang benar-benar diangkat adalah 3 : 1.
2. Rasio antara calon karyawan yang diwawancara dengan penawaran yang diberikan
perusahaan adalah 3 : 2
3. Rasio antara calon karyawan yang diundang untuk wawancara dengan calon yang
senyatanya diwawancara adalah 4 : 3.
4. Rasio antara calon karyawan yang pertama kali kontak dengan perusahaan dengan yang
benar-benar diundang adalah 5 : 1.
PERTANYAAN :
1. Menghitung nilai indeks produk baru (sabun krim dan sabun bubuk) melalui metode nilai
factor tertimbang serta menentukan produk mana yang menjadi prioritas perusahaan
untuk diproduksi. (Nilai 25%).
2. Menghitung tingkat PAYBACK PERIOD untuk masing-masing produk sabum krim dan
sabun bubuk jika diketahui besarnya investasi untuk memproduksi sabun krim sebesar Rp.
150.000.000,00 sedangkan untuk sabun bubuk sebesar Rp. 200.000.000,00. (Nilai 25%).
3. Menghitung besarnya produksi lima tahun mendatang untuk sabun krim dan sabun bubuk
(Perusahaan menetapkan untuk sabun krim : persediaan awal sebesar 20.000 unit dan
persediaan akhir sebesar 30.000 unit. Sabun Bubuk : persediaan awal sebesar 15.000 unit
dan persediaan akhir sebesar 25.000 unit ). (Nilai 25%).
4. Menentukan besarnya pengontak awal (dengan menggunakan recruiting yield pyramid)
yang harus dihasilkan oleh perusahaan jika perusahaan menetapkan jumlah karyawan yang
akan diangkat sebanyak 30 orang. (Nilai 25%).