Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. [36] Teks proklamasi ditulis di
ruang makan laksamana Tadashi Maeda Jalan Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi
itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Achmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh
Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B. M. Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. [37] Sukarni
mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta atas nama bangsa Indonesia.[38] Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi
harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara
lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10.00
dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian
bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan
oleh Soewirjo, wakil wali kota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil
keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah
Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di
tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan
dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan Mohammad Hatta terpilih atas usul dari Otto Iskandardinata dan
persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama.
Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.[40][41][42]
MENU
0:00
“
Saudara-saudara
sekalian,
Saya telah minta
saudara-saudara
hadir disini untuk
menyaksikan
satu peristiwa
mahapenting
dalam sejarah
kita.
Berpuluh-puluh
tahun kita
bangsa
Indonesia telah
berjoang, untuk
kemerdekaan
tanah air kita
bahkan telah
beratus-ratus
tahun!
Gelombang aksi
kita untuk
mencapai
kemerdekaan
kita itu ada
naiknya dan ada
turunnya, tetapi
jiwa kita tetap
menuju ke arah
cita-cita.
Juga di dalam
zaman Jepang,
usaha kita untuk
mencapai
kemerdekaan
nasional tidak
berhenti-
hentinya. Di
dalam zaman
Jepang ini,
tampaknya saja
kita
menyandarkan
diri kepada
mereka, tetapi
pada
hakekatnya,
tetap kita
menyusun
tenaga sendiri,
tetapi kita
percaya kepada
kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah
saatnya kita
benar-benar
mengambil sikap
nasib bangsa
dan nasib tanah
air kita di dalam
tangan kita
sendiri. Hanya
bangsa yang
berani
mengambil nasib
dalam tangan
sendiri akan
dapat berdiri
dengan kuatnya.
Maka kami, tadi
malam telah
mengadakan
musyawarat
dengan pemuka-
pemuka rakyat
Indonesia dari
seluruh
Indonesia.
Permusyawarata
n itu seia sekata
berpendapat
bahwa
sekaranglah
datang saatnya
untuk
menyatakan
kemerdekaan
kita.
Saudara-
saudara! Dengan
ini kami
menyatakan
kebulatan tekad
itu.
Dengarkanlah
proklamasi kami:
PROKLAMA
SI
Kami bangsa
Indonesia
dengan ini
menyatakan
kemerdekaan
Indonesia.
Hal-hal yang
mengenai
pemindahan
kekuasaan dan
lain-lain
diselenggaraka
n
dengan cara
saksama dan
dalam tempo
yang sesingkat-
singkatnya.
Djakarta, 17
Agustus 1945
Atas nama
bangsa
Indonesia.
Soekarno/Hatta.
Demikianlah
saudara-
saudara! Kita
sekarang telah
merdeka! Tidak
ada suatu ikatan
lagi yang
mengikat tanah
air kita dan
bangsa kita!
Mulai saat ini kita
menyusun
negara kita!
Negara merdeka,
negara Republik
Indonesia!
Merdeka, kekal,
abadi! Insya
Allah Tuhan
memberkati
kemerdekaan
kita ini.
[47]
Hari itu Jumad, tanggal 17 bulan agustus tahun 1945, waktu menunjukan pukul 11.30 waktu
Jepang. Hitungan zona waktu yang dipakai pada zamana penjajahan Jepang, dan bukan waktu
zona Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan RI berlangsung sederhana. Tiang merah putih tidak disiapkan dari
bahan besi, namun hanya sebatang bamboo yang dililit tali dan dijadikan tiang pengiabaran
bendera merah putih.
Teks proklamasi kemerdekaan dibacakan Sukarno di hadapan ratusan orang yang hadir, di
jalan pegangsaan Timur 56 jakarta. Para hadirin secara serentak tanpa komando
mengumandangkan Lagu kebangsaan Indonesia Raya. Tidak ada petugas penggerek yang
disiapkan khusus. Yang ada hanya satu petugas tentara Pasukan Pembela Tanah Air – PETA
bertugas sebagai penggerek bendera.
Bendera digerek secara perlahan, mengikuti irama lagu, dengan hitungan, bendera akan
sampai di ujung tiang pas lagu selesai dinyanyikan.
Suara Sukarno pada pembacaan Teks Proklamasi, sebenarnya tidak langsung direkam pada
saat 17 agustus 1945. Tidak ada dokumentasi Suara ataupun Video, yang ada hanya foto foto
dokumentasi Proklamasi 17 agustus 1945. Suara Sukarno membaca Teks Proklamasi, baru
direkam RRI atas insiatif salah seorang pendiri RRI, Yusuf Ronodipuro, yang sebelumnya
sebagai pembaca berita di radio Jepang - Radio Domei.
Yusuf Ronodipuro, menggagas merekam ulang suara Bung karno, pada pada tahun 1951, agar
dapat didokumentasikan dan bisa disiarkan ulang termasuk setiap tanggal 17 agustus
peringatan Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan. Dokumen Suara aseli Bung Karno yang
direkam RRIpada 1951 itu , kini tersimpan di monumen nasional.
Sebelum pembacaan teks Proklamasi pada 17 agustus tahun 1945, Sukarno telah terlebih
dahulu menyampaikan sebuah Pidato singkat sebagai pengantar.