Anda di halaman 1dari 5

Soal dan jawaban Patologi Manusia

Nama : Sus Endriyati Kelompok II ( dua )


NIM : 1023181046
Program : S 1 Gizi Non Reguler

SOAL
1. Mengapa penyakit Stroke hanya menyerang satu syaraf saja ? ( pertanyaan kel 2)
2. Apakah gejala dislipidemia selalu merasa pegal di pundak / leher dan nyeri di
persendian ? ( pertanyaan kel 5 )

JAWABAN

1. a . Penyakit Stroke merupakan gangguan vaskuler (pembuluh darah) yang terjadi


di otak. Hal ini berarti gejala yang muncul akan sesuai dengan daerah otak
yang pembuluh darahnya terganggu. Semakin banyak (luas) gejala yang
muncul, semakin luas bagian otak yang terganggu, semakin mendekati
pangkal dari pembuluh darah yang terganggu.
b. Karena tergantung lokasi pembuluh darah, yang mengaliri area otak, maka stroke
bisa terkena satu sisi tubuh (kanan atau kiri), atau satu sisi wajah (kanan atau
kiri), jadi bukan satu saraf ke tangan,kaki, atau wajah , Tangan, kaki, atau wajah
tidak diurus oleh satu buah saraf saja, jadi sebaiknya dipahami bahwa pusat area
saraf di kepala (otak) berbentuk seperti area peta bumi, dan satu pembuluh darah
otak bisa mengaliri beberapa area tersebut. Untuk area peta otak kepala.
c. Penyakit stroke bukan hanya satu saraf yang kena, tetapi sel-sel otak motoris
(yang berkait dengan pergerakan) yang mati, jadi hilang fungsinya, karena tidak
mendapat oksigen karena pembuluh darah mampet = ischemic stroke, 90%, atau
karena perdarahan diotak = hemorrhagic stroke, 10%. Orang yang lumpuh
sebelah kiri belahan/parauan otak kanan yang rusak, dan sebaliknya, Dibagian
motoris otak tiap tempat berkait dengan kemampuan menggerakkan suatu
bagian badan, tergangtung bagian otak yang mana yang rusak, bagian badan
yang mana yang lumpuh
Sumber / Referensi :

1.
Jawaban no 2

2. Keluhan pegal di pundak atau leher itu hanya keluhan subjektif sehingga harus
dilakukan pemeriksaan yang sifatnya objektif melalui pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan darah profil lipid , Penegakkan diagnosis dislipidemia terutama
mengandalkan modalitas utama berupa pemeriksaan penunjang. Akan tetapi,
anamnesis dan pemeriksaan fisik juga memegang peranan penting dalam
menentukan stratifikasi risiko bagi pasien dengan dislipidemia. Selain itu, melalui
anamnesis dan pemeriksaan yang menyeluruh, dapat membedakan penyebab
dislipidemia yang terjadi pada pasien berasal dari kelompok primer atau sekunder.

a. Anamneses
Pada anamnesis, perlu dicari faktor risiko aterosklerotik, yaitu kebiasaan merokok,
riwayat hipertensi, riwayat pemeriksaan kadar lipid sebelumnya yang menunjukkan
kadar kolesterol HDL rendah, riwayat penyakit jantung dini pada keluarga (pada
wanita usia <65 tahun dan pria usia <55 tahun), serta usia pasien saat ini (laki-laki
>45 tahun, perempuan >55 tahun). Selain itu, perlu juga menggali kebiasaan dan
gaya hidup pasien seperti asupan makanan sehari-hari, kebiasaan mengkonsumsi
alkohol, serta aktivitas fisik harian.

b. Pemeriksaan Fisik
Pada kebanyakan pasien dislipidemia, pemeriksaan fisik tidak menunjukkan
kelainan. Tanda klinis dapat ditemukan pada dislipidemia genetik, misalnya
xanthelasma, xanthoma, dan arkus kornealis prematur pada usia <45 tahun.
Temuan pemeriksaan fisik pada pasien dengan aterosklerosis yang terkait
dislipidemia misalnya kenaikan tekanan darah, bruit pada arteri karotis, dan
gambaran klinis penyakit arteri perifer.
Pada dislipidemia sekunder, dapat pula ditemui tanda-tanda penyakit dasar seperti
pada kasus hipotiroidisme, sindrom nefrotik, sindrom cushing, dan hepatitis.

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan modalitas utama dalam menegakkan diagnosis
dislipidemia. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah profil lipid
lengkap meliputi kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida. Penghitungan
kadar LDL di laboratorium besar biasanya sudah dilakukan dengan cara direk.
Namun, dapat pula dilakukan penghitungan secara indirek dengan rumus
Friedewald, yaitu:
LDL= Kolesterol total - HDL – (TG/5)
*rumus hanya berlaku bila kadar trigliserida <400 mg/dL.
Tujuan dari pemeriksaan profil lipid di antaranya sebagai berikut :
 Kadar kolesterol total digunakan untuk estimasi risiko kardiovaskular
 Kadar LDL merupakan parameter lipid primer untuk analisis penapisan, diagnosis,
dan pengobatan dislipidemia.
 Kadar HDL digunakan sebagai parameter tambahan untuk estimasi risiko
kardiovaskular.
 Kolesterol non-HDL yang didapat dari pengurangan nilai HDL terhadap kolesterol
total merupakan target terapi sekunder bagi pasien dengan risiko kardiovaskular
tinggi dan sangat tinggi yang memiliki konsentrasi trigliserida tinggi dan
LDL telah mencapai target terapi.
 Trigliserida diperhitungkan karena menambah risiko kardiovaskular yang disebabkan
oleh LDL dan mempengaruhi pilihan terapi, meskipun pedoman yang ada
menyarankan pemeriksaan profil lipid harus didahului puasa. Namun, banyak penelitian
menyatakan tidak ada perbedaan bermakna dari profil lipid yang dilakukan dengan atau
tanpa didahului puasa. Pada tahun 2016, sebuah konsensus dipublikasikan terkait
protokol puasa sebelum pemeriksaan profil lipid dilakukan. Konsensus ini
merekomendasikan pengukuran profil lipid tanpa berpuasa terlebih dulu. Pengukuran
yang didahului puasa boleh dipertimbangkan jika non-fasting trigliserida > 440 mg/dL.

Tabel 1. Klasifikasi Kadar Kolesterol Serum

Kolesterol LDL (mg/dL) Klasifikasi

<100 Optimal

100-129 Diatas optimal

130-159 Borderline tinggi

160-189 Tinggi

≥190 Sangat tinggi

Total Kolesterol (mg/dL) Klasifikasi

<200 Diinginkan

200-239 Borderline tinggi

≥240 Tinggi

HDL Kolesterol (mg/dL) Klasifikasi

<40 Rendah

≥60 Tinggi

Kadar Trigliserida (mg/dL) Klasifikasi

<150 Normal
150-199 Borderline

200-499 Tinggi

500 atau lebih Sangat tinggi

Sumber / Referensi :

1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Pedoman tatalaksana


dislipidemia. Jakarta: PERKI. 2017. URL: http://www.inaheart.org/upload/file/lipid.pdf

2.

3.

Anda mungkin juga menyukai