Anda di halaman 1dari 9

Instruksi Kerja

Identifikasi Aspek Lingkungan


Instruksi Kerja Identifikasi Aspek Lingkungan

1. Identifikasi Aspek Lingkungan


1.1. Identifikasi aspek lingkungan dilaksanakan oleh masing-masing Section Chief/Asisten
Section Chief dengan mengidentifikasi semua kegiatan dan produk di masing-masing
bagian yang dapat berinteraksi dengan lingkungan. Hasil identifikasi kegiatan tersebut
didokumentasikan pada kolom pertama (nomor kegiatan) dan kolom kedua (nama
kegiatan) form No. SIL.FL-431.01.1.
1.2. Untuk setiap kegiatan dan produk yang telah diidentifikasi, kemudian dilakukan
identifikasi sebanyak mungkin aspek-aspek lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan
dan produk. Hasil identifikasi aspek lingkungan dipaparkan pada kolom ketiga (aspek
lingkungan) form No. SIL.FL-431.01.1.

2. Identifikasi Dampak Lingkungan


2.1. Hubungan antara aspek lingkungan dengan dampak lingkungan merupakan suatu
hubungan sebab-akibat. Setiap aspek lingkungan dapat menimbulkan lebih dari satu
dampak lingkungan. Sebagai ilustrasi: tumpahan bahan kimia dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap pencemaran badan air dan kontaminasi tanah.
2.2. Identifikasi dampak lingkungan dilaksanakan oleh masing-masing Section Chief/Asisten
Section Chief dengan mengidentifikasi sebanyak-banyaknya dampak lingkungan yang
akan timbul dari aspek lingkungan, baik yang aktual maupun potensial.
2.3. Untuk menjaga konsistensi pengisian, dampak lingkungan yang disebabkan oleh aspek
lingkungan dikategorikan ke dalam 6 (enam kategori), yaitu:
(a) Kesehatan manusia; yakni bilamana aspek lingkungan menyebabkan “gangguan
langsung” terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, baik yang bersifat “akut”
maupun “kronis” terhadap karyawan perusahaan maupun masyarakat di luar
pabrik. Sebagai contoh: cemaran debu atau bau dapat mengakibatkan gangguan
saluran pernafasan.
(b) Pencemaran air; yakni bilamana aspek lingkungan menyebabkan kualitas air
menurun, baik saluran drainase hujan maupun saluran air limbah. Sebagai contoh:
buangan limbah cairan oli, solar dan lain-lain yang dibuang ke saluran limbah
(MCK) dan saluran drainase air hujan.
(c) Pencemaran/Kontaminasi tanah, yakni bilamana aspek lingkungan menyebabkan
dampak atau pengaruh terhadap sifat fisik dan biologi tanah, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai contoh: buangan sarung tangan/masker/majun
yang telah terkontaminasi oli pelumas/cairan kimia dibuang sebagai limbah
domestik ke badan tanah.
(d) Pencemaran Udara, yakni bilamana aspek lingkungan menyebabkan dampak
negatif yang disebarkan melalui media udara, dan pengaruhnya secara langsung
maupun tidak langsung terhadap makhluk hidup (flora, fauna, manusia).
(e) Sumberdaya Energi Listrik, yakni bilamana aspek lingkungan menyebabkan
dampak pemborosan terhadap sumberdaya energi listrik, dan berpengaruh
terhadap biaya operasional perusahaan.
(f) Sumberdaya Bahan/Alam, yakni bilamana aspek lingkungan menyebabkan
dampak pemborosan terhadap sumberdaya bahan (bahan baku, bahan penolong)
dan sumberdaya alam (solar, oli, air, dll), serta berpengaruh terhadap biaya
operasional perusahaan.
2.4. Hasil identifikasi dampak lingkungan untuk masing-masing aspek lingkungan dipaparkan
pada kolom keempat (dampak lingkungan) form No. SIL.FL-431.01.1.
2.5. Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aspek lingkungan harus mencantumkan
kondisi operasional yang terjadi, yaitu kondisi normal, abnormal dan emergency. Untuk
mempermudah pengisian kondisi operasional menggunakan kode, yaitu :
Instruksi Kerja Identifikasi Aspek Lingkungan

• N untuk kondisi normal


• A untuk kondisi abnormal
• E untuk kondisi emergency atau darurat
2.6. Hasil identifikasi kondisi operasional dampak lingkungan dipaparkan pada kolom kelima
(kondisi operasional) form No. SIL.FL-431.01.1.

3. Penilaian Dampak Lingkungan


3.1. Penilaian dampak lingkungan menggunakan penilaian kuantitatif, dilakukan pada aktivitas
yang bersangkutan.
3.2. Setiap dampak lingkungan dievaluasi tingkat kepentingannya berdasarkan dua
pertimbangan:
(a) Tingkat perhatian; yaitu tingkat penting dari dampak lingkungan ditinjau dari segi
peluang terjadinya dampak (likelihood atau probability of occurrence) dan tingkat
keseriusan dampak lingkungan (consequences of impact).
(b) Tingkat ketaatan peraturan lingkungan; yaitu tingkat penting dari dampak
lingkungan, ditinjau dari sudut seberapa besar tingkat ketaatan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.3. Cara Penetapan Tingkat Perhatian


3.3.1. Cara Penetapan Peluang Terjadinya Dampak
Peluang terjadinya dampak lingkungan ditetapkan dengan melakukan penilaian
terhadap aspek lingkungan dan memberikan skor sesuai ketentuan dibawah ini:
Skor 1: Kecil
Frekuensi kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan “jarang terjadi” atau “tidak
terjadi setiap hari”.

Skor 2: Sedang
Frekuensi kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan “sering terjadi”, atau
dilakukan setiap hari namun bersifat tidak kontinyu/ intermittent

Skor 3: Besar
Frekuensi kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan “sangat sering terjadi”, atau
dilakukan rutin/terus menerus/continous setiap hari selama jam kerja sesuai dengan
aktivitas proses produksi.
Skor peluang terjadinya dampak lingkungan dicantumkan pada kolom keenam
(peluang dampak) form No. SIL.FL-431.01.1.

3.3.2. Cara Penetapan Keseriusan (Konsekuensi) Dampak


Tingkat keseriusan (konsekuensi) dampak ditetapkan dari setiap dampak lingkungan
yang telah diidentifikasi dengan pendekatan dan pemberian skor seperti berikut ini:
Instruksi Kerja Identifikasi Aspek Lingkungan

Skor 1: Rendah / Kecil


• Tidak menggunakan bahan atau menimbulkan limbah B3
• Luas Persebaran dampak terbatas pada area kerja aspek lingkungan
• Dampak tidak menganggu kehidupan flora/fauna dan manusia.
Khusus :
• Konsumsi sumberdaya bahan/alam dan sumberdaya energi listrik sudah efisien
dan tidak menimbulkan dampak beban operasional (kerugian) terhadap
perusahaan.

Skor 2: Sedang
• Menggunakan bahan atau menimbulkan limbah B3 dengan kadar/tingkatan
rendah
• Dampak menyebar keluar area kerja, namun belum keluar batas pabrik.
• Dampak menyebabkan gangguan sementara/tidak permanen terhadap
kehidupan flora/fauna dan manusia.
Khusus :
• Konsumsi sumberdaya bahan/alam dan sumberdaya energi listrik masih belum
sepenuhnya efisien, namun tidak menimbulkan dampak beban operasional
(kerugian) yang berarti atau tidak nyata terhadap perusahaan.

Skor 3: Besar / Tinggi


• Menggunakan bahan atau menimbulkan limbah B3 dengan kadar/tingkatan tinggi
• Dampak menyebar keluar area pabrik
• Dampak menyebabkan gangguan permanen dan atau kronis terhadap
kehidupan flora/fauna dan manusia.
Khusus :
• Konsumsi sumberdaya bahan/alam dan sumberdaya energi listrik tidak efisien,
dan menimbulkan dampak beban operasional (kerugian) yang sangat berarti atau
sangat nyata terhadap perusahaan.

Keterangan: penjelasan Khusus hanya untuk penilaian konsekuensi dampak dari


sumberdaya energi listrik atau sumberdaya bahan/alam.
Skor diberikan apabila “terpenuhinya satu atau lebih kriteria/parameter” di masing-
masing skor secara berjenjang/berurutan.
Tingkat keseriusan (konsekuensi) dampak yang timbul dicantumkan pada kolom
ketujuh (konsekuensi dampak) form No. SIL.FL-431.01.1.
Instruksi Kerja Identifikasi Aspek Lingkungan

3.3.3. Tingkat Perhatian Lingkungan ditetapkan dengan memasukkan skor peluang kejadian
dan tingkat keseriusan (konsekuensi) dampak pada matrik berikut ini:

3 2 3 3

2 2 3 3

Konsekuensi
1 1 2 2

1 2 3

Peluang Kejadian

Hasil penetapan Tingkat Perhatian Lingkungan dicantumkan pada kolom kedelapan


(Total) form No. SIL.FL-431.01.1.

3.4. Cara Penetapan Tingkat Ketaatan terhadap Peraturan


3.4.1. Adanya suatu peraturan perundangan yang mengatur aspek lingkungan dan status
pemenuhan dampak lingkungan yang terjadi terhadap persyaratan peraturan
menentukan semakin tingginya tingkat perhatian yang harus diberikan perusahaan
terhadap aspek lingkungan tersebut. Misalnya: limbah hidrokarbon (oli dan minyak) diatur
oleh peraturan perundangan, sedangkan limbah padat domestik tidak diatur oleh
peraturan perundangan, berarti tingkat perhatian terhadap limbah hidrokarbon lebih tinggi
dibanding limbah padat domestik.
3.4.2. Peraturan perundangan yang menjadi acuan dalam penilaian tingkat ketaatan ini adalah
peraturan perundang-undangan lingkungan yang tercantum dalam form No.SIL.FL.432-
01.1
3.4.3. Setiap dampak lingkungan yang timbul akibat aspek lingkungan ditetapkan tingkat
ketaatan terhadap peraturan perundangan, dengan menggunakan pendekatan dan
kriteria berikut ini:
(a) Skor 1
Ada peraturan perundangan yang mengatur dampak lingkungan yang terjadi
dan perusahaan sudah “sepenuhnya mentaati“.
atau
Tidak ada peraturan perundangan yang mengatur dampak lingkungan yang
terjadi.
Khusus :
Penggunaan atau konsumsi sumberdaya bahan/alam dan energi listrik telah
“sesuai/taat” terhadap peraturan yang ditetapkan perusahaan/kawasan.

(b) Skor 2
Ada peraturan perundangan yang mengatur dampak lingkungan yang terjadi
dan perusahaan baru “sebagian mentaatinya”.
Khusus :
Penggunan atau konsumsi sumberdaya bahan/alam dan energi listrik “kadang-
kadang sesuai/taat” terhadap peraturan yang ditetapkan perusahaan/kawasan.
Instruksi Kerja Identifikasi Aspek Lingkungan

(c) Skor 3
Ada peraturan perundangan yang mengatur dampak lingkungan yang terjadi
dan perusahaan “belum sama sekali mentaatinya”.
Khusus :
Penggunan atau konsumsi sumberdaya bahan/alam dan energi listrik “tidak
sesuai/taat” terhadap peraturan yang ditetapkan perusahaan/kawasan.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka dapat dibuat matriks sebagai berikut::


Tabel Evaluasi Tingkat Ketaatan terhadap Peraturan
Kuantifikasi ketaatan pada peraturan perundangan

Ada Peraturan yang Mengatur Tidak ada


Peraturan yang
Tidak taat Sebagian taat Taat sepenuhnya Mengatur
Skor 3 2 1 1

3.4.4. Besar tingkat ketaatan peraturan perundangan dari setiap dampak lingkungan yang
timbul dicantumkan pada kolom kesembilan (tingkat ketaatan peraturan) form No.
SIL.FL-431.01.1.

3.5. Cara Penetapan Tingkat Kepentingan Dampak Lingkungan


3.5.1. Tingkat Penting Dampak Lingkungan dihitung dengan cara sebagai berikut::

Tingkat Penting = Tingkat Perhatian x Tingkat Ketaatan


Dampak Peraturan

3.5.2. Hasil penetapan Tingkat Kepentingan Dampak Lingkungan dicantumkan pada kolom
kesepuluh (Tingkat Penting Dampak) form No. SIL.FL-431.01.1.
3.5.3. Keterangan di kolom sebelas pada form No.SIL.431.01.1 dituliskan sebab kejadian dari
aspek lingkungan, untuk kondisi Abnormal (A) dan kondisi Emergency (E).

3.6. Keterangan di kolom sebelas pada form No.SIL.431.01.1 dituliskan lokasi / tempat
kejadian dari aspek lingkungan.
Instruksi Kerja Identifikasi Aspek Lingkungan

4. Penetapan Aspek Lingkungan Penting


4.1. Wakil Manajemen Lingkungan menetapkan batasan skor/nilai untuk mengkategorikan
Aspek Lingkungan Penting (signifikan).
4.2. Atas dasar keputusan Wakil Manajemen Lingkungan tersebut, disusun form Daftar Aspek
Lingkungan Penting (signifikan) No.SIL.FL-431.01.2.
4.3. Daftar aspek lingkungan penting disusun dengan mengurutkan secara sistematis dan
teratur berdasarkan skor/nilai aspek lingkungan yang memenuhi kriteria skor yang telah
ditetapkan, diurutkan mulai nilai tertinggi ke nilai yang terendah.
4.4. Aspek lingkungan penting dijadikan sebagai salah satu landasan manajemen untuk
menetapkan tujuan, sasaran, dan program manajemen lingkungan.
4.5. Daftar aspek lingkungan penting disiapkan oleh Sekretariat ISO-14001, diperiksa oleh
Manager/Supervisor bagian terkait dan mendapat persetujuan Wakil Manajemen
Lingkungan.

5. Pembaharuan Daftar Aspek Lingkungan


5.1. Identifikasi dan evaluasi aspek lingkungan dapat dilakukan secara teratur setiap 1 (satu)
tahun sekali.
5.2. Untuk menjamin bahwa sistem manajemen lingkungan yang diterapkan sesuai dengan
kondisi perusahaan saat ini, maka daftar aspek lingkungan yang menjadi dasar bagi
penerapan sistem manajemen lingkungan senantiasa diperbaharui. Daftar aspek
lingkungan akan diperbaharui apabila :
(a) Terdapat perubahan Prosedur Identifikasi Aspek Lingkungan SIL.PL-431.01
(b) Terdapat perubahan pada perundang-undangan dan persyaratan yang lain yang
diacu.
(c) Evaluasi dari tujuan, sasaran dan program.
(d) Terdapat perubahan pada bahan baku yang digunakan.
(e) Terdapat perubahan pada proses produksi.
(f) Hal-hal lain yang ditentukan demikian oleh manajemen.
Instruksi Kerja Identifikasi Aspek Lingkungan

Tabel Skoring Aspek Lingkungan

SKOR
1 2 3
(KECIL) (SEDANG) (BESAR)

Peluang Terjadi
Jarang Sering Sangat Sering
Frekuensi

dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan


Kegiatan

Dampak
atau Atau atau
Tidak Dilakukan setiap Dilaksanakan
dilaksanakan hari tetapi tidak terus menerus
setiap hari terus menerus selama jam
kerja

Bahan dan TIDAK


Limbah B3 Menggunakan Menggunakan
Menggunaka
serta Bahan/ Bahan/Menimbul
Kadarnya n Bahan/ Menimbulkan kan limbah B3
Menimbulkan limbah B3 dengan dengan kadar
kadar rendah tinggi
Limbah B3

Konsekuensi Dampak
Hanya
Keluar dari area
terbatas
Persebaran kerja, namun Keluar dari
pada area
Dampak belum keluar
kerja aspek area Pabrik
batas pabrik
lingkungan
Dampak
terhadap Menyebabkan Menyebabkan
kehidupan gangguan gangguan
Tidak
Flora, sementara/tidak permanen dan
Menggangu
Fauna & permanen atau kronis
Manusia
Dampak
Operasional Tidak Ada Pengaruh Tidak Berpengaruh
Perusahaan Pengaruh Nyata Sangat Nyata
*)
Keterangan:
*) Khusus diterapkan untuk penilaian terhadap Dampak terhadap Sumberdaya Bahan/Alam dan
Sumberdaya Energi/Listrik.
Instruksi Kerja Identifikasi Aspek Lingkungan

KETERANGAN KONDISI OPERASIONAL

Kondisi Normal (N)

Kondisi operasional yang sesuai dengan harapan atau rencana atau spesifikasi/
persyaratan teknis peralatan atau prosedur. Dampak lingkungan yang terjadi
pada kondisi normal merupakan “dampak aktual” yang telah diketahui/diantisipasi
sebagai bagian dari proses kegiatan

Kondisi Abnormal (A)

Kondisi operasional yang terjadi diluar kebiasaan rutin/normal. Dampak


lingkungan yang terjadi pada kondisi abnormal telah melampaui ambang batas
yang telah ditetapkan, namun masih berada dalam kisaran dampak yang dapat
diterima (tidak mengakibatkan dampak yang besar/fatal terhadap lingkungan).
Misalnya: Alat/mesin mati mendadak, sehingga harus dilakukan pembuangan
bahan sehingga menimbulkan cemaran; atau pada kondisi start-up atau shut-
down beberapa mesin terjadi buangan/cemaran tertentu.

Kondisi Darurat/Emergency (E)

Kondisi operasional abnormal yang tidak terkendali atau kegagalan operasi dari
suatu peralatan/mesin. Dampak lingkungan yang terjadi pada kondisi emergency
jauh melampaui ambang batas ketentuan yang telah ditetapkan, serta berakibat
fatal/besar terhadap lingkungan dan perlu ditanggulangi dengan cepat. Misalnya:
meledaknya tanki penyimpanan bahan kimia, tumpahnya sejumlah besar drum-
drum bahan kimia atau oli.

Anda mungkin juga menyukai