Anda di halaman 1dari 62

USULAN BANTUAN PENELITIAN

TAHUN ANGGARAN 2020

JUDUL PENELITIAN

HUBUNGAN REGULASI EMOSI DENGAN ASERTIVITAS PADA


PERAWAT DI INSTALASI KESEHATAN ANAK RSUP DR SARDJITO

Kategori Topik

Korelasi

Peneliti:

Nopitasari

190101193

INSTALASI KESEHATAN ANAK

RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA


TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL BANTUAN DANA PENELITIAN
RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
TAHUN ANGGARAN 2020

1. Judul Penelitian : Hubungan Regulasi Emosi


dengan Asertivitas Pada Perawat di Instalasi Kesehatan Anak RSUP Dr
Sardjito
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap : Nopitasari
b. NIP : 198311292006042001
c. Satuan Kerja/Instansi : MELATI 4 / INSKA
d. Alamat Rumah : Baturan Rt 06 / Rw 20,
Trihanggo Gamping Sleman DIY
e. Alamat E-mail : nopitajogja2015@gmail.com
f. No HP : 081328646808
3. Biaya Kegiatan yang Diusulkan : Rp
4. Jangka Waktu Pelaksanaan Penelitian : 2 bulan

Yogyakarta, 20 September 2020

Mengetahui,
Kepala Satuan Kerja/Instansi Pengusul,

(dr. Amalia Setyati, Sp.A( K) ) ( Nopitasari )


NIP.19640310 198903 2 003 NIP.19831129 200604 2 001

Menyetujui,
Direktur Utama,

(dr. Rukmono Siswishanto, M.Kes, Sp.OG(K))


NIP. 19640411 199010 1 001 )
PERNYATAAN KESEDIAAN
MENYELESAIKAN PENELITIAN DENGAN BANTUAN DANA
TAHUN ANGGARAN 2020

Yang bertanda tangan di bawah ini,

1. Nama Lengkap : Nopitasari


2. Tempat/Tanggal Lahir : Bantul, 29 November 1983
3. NIP : 198311292006042001
4. Pangkat/Golongan : Penata Tingkat I/ Gol IIID
5. Satuan Kerja : Melati 4 IRNA II
6. Tugas dalam Penelitian : Peneliti Tunggal

Menyatakan:
1. Bersedia melaksanakan dan menyelesaikan laporan penelitian sesuai jadwal
& ketentuan yang ditetapkan yang berjudul: Hubungan Regulasi Emosi
dengan Asertivitas Pada Perawat di Instalasi Kesehatan Anak RSUP Dr
Sardjito

2. Memberikan luaran penelitian berupa makalah dipublikasi dengan


mencantumkan Institusi RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta, 20 September 2020


Yang Membuat Pernyataan,

Nopitasari
NIP: 198311292006042001
DAFTAR ISI
Penulis Nopitasari
Instalasi Kesehatan Anak
Nopitajogja2015@gmail.com
Abstrak
Latar belakang : Perawat anak dalam menjalin hubungan dengan anak dan keluarga
harus dapat membedakan antara perasaan dan kebutuhan mereka. Perawat harus
mampu menjalin hubungan dengan orangtua, karena mereka merupakan bagian
integral dalam membangun hubungan yang positif sehingga pelayanan keperawatan
dapat berjalan dengan baik. Perawat tidak hanya berhubungan dengan pasien dan
keluarga pasien, tetapi juga tenaga kesehatan lain sehingga perawat selalu dituntut
untuk bersikap baik dan memiliki kestabilan emosi agar terhindar dari tekanan
pekerjaan, stres, dan perilaku yang tidak seharusnya dimiliki perawat seperti perilaku
emosional, tidak sabar, tidak tanggap dengan pasien, kesal, dan perilaku lainnya yang
tidak professional. Regulasi emosi dibutuhkan untuk menjaga kestabilan emosi
sehingga perawat dapat berperilaku asertif. Perilaku asertif ini akan membantu
perawat dalam berhubungan dengan orang lain.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara Regulasi Emosi Dengan
Asertivitas Pada Perawat di Instalasi Kesehatan Anak RSUP Dr Sardjito.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimen dengan jenis
analitik korelatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Desember 2020 pada perawat di Instalasi kesehatan Anak RSUP Dr Sardjito.
Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner regulasi emosi
menurut Gratz & Roemer yang dimodifikasi oleh Tarigan dan kuesioner Rathus
Assertiveness Schedule (RAS) untuk mengukur asertivitas. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson.
Kata kunci: asertivitas, perawat, regulasi emosi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman menuntut pelayanan keperawatan selalu mengikuti

perubahan dan perkembangan dalam meningkatkan pelayanan professional. Sehingga

diharapkan ilmu keperawatan mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat

secara profesional sesuai dengan tuntutan zaman dan kompetensinya. Pelayanan

keperawatan yang kurang baik dapat menimbulkan cedera, kerugian, bahkan

komplain dari pasien dan masyarakat. Jika hal tersebut terjadi pada sebuah institusi

pelayanan kesehatan dapat menimbulkan penurunan kualitas pelayanan kesehatan dan

menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap profesi perawat (Yanti and

Warsito 2013).

Peningkatan pelayanan sebuah rumah sakit menuntut perawat dalam memberikan

pelayanan yang lebih tinggi dan optimal sehingga akan semakin menambah beban

kerja perawat. Perawat sebagai tenaga keperawatan harus mempunyai kompetensi

dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.(Prastika 2016) Kompetensi

tersebut mencakup praktik profesional, etis, legal, peka budaya, pemberian asuhan,

manajemen asuhan keperawatan, pengembangan kualitas personal dan profesional.

Praktek keperawatan professional dimana perawat harus memperhatikan setiap detail


tindakan keperawatan dapat dilakukan dengan baik dan benar, penuh tanggung jawab

sesuai dengan kompetensi masing – masing perawat (Sri Hananto Ponco 2016).

Perawat bekerja dalam lingkungan yang bermuatan emosional, hubungan

profesional mereka dipengaruhi oleh emosi dan mereka dituntut untuk peduli, empati

dan penyayang, memperhatikan dan memahami perasaan pasien, memperhatikan

kebutuhan afektifnya, mengambil peran orang lain, menangani situasi emosional,

seperti pasien yang gelisah, kerabat yang agresif.(Gonnelli, Raffagnino, and Puddu

2016)

Perawat juga menjalankan berbagai peranan di instalasi yang berbeda.

Perawatan di ruang rawat inap membutuhkan perawat yang mempunyai

pengetahuan dan keterampilan khusus dalam menjalankan proses merawat

pasien, perawat dituntut untuk selalu menggunakan cara berpikir kirtis, melakukan

koordinasi pelayanan kesehatan, melaksanakan berbagai terapi terkait dengan

kondisi pasien dan harus selalu siap untuk memberi pengetahuan kesehatan

kepada pasien. Perawat menjadi salah satu profesi pelayanan kesehatan yang

harus tersedia dalam 24 jam penuh, pasien membutuhkan pemantauan dan

pengawasan berkala, sehingga perawat lebih sering bertemu pasien.(Potter 2010)

Perawat mengalami berbagai emosi ketika menghadapi pasien saat bertugas

terutama di ruang rawat inap. Perawat dalam menjalankan perannya dituntut untuk

selalu bersikap hangat, ramah, sopan, rasa peduli, empati, penuh belas kasih,
bertanggung jawab dan memiliki kestabilan emosional (Prastika 2016). Perawat juga

diharapkan memiliki kepekaan budaya, etika dan juga mampu bekerja dengan sumber

daya yang terbatas sekalipun (Seifi, Ebrahimzadeh, and Ebrahimzadeh 2016).

Perawat dianggap sebagai pekerjaan yang menuntut emosi, perawat dituntut

banyak perilaku emosional dan afektif dalam hubungan kerja dengan pasien, kerabat

dan juga dengan kolega (Diefendorff et al. 2011). Begitu juga dengan perawat yang

bekerja dibangsal anak selain menghadapi anak sebagai paisen, perawat juga akan

menghadapi keluarga atau orangtua dimana keluarga juga mengalami stress ketika

anak mengalami sakit. (Wong 2009) Perawat anak dalam menjalin hubungan dengan

anak dan keluarga harus dapat membedakan antara perasaan dan kebutuhan mereka.

Perawat harus mampu menjalin hubungan dengan orangtua, karena mereka

merupakan bagian integral dalam membangun hubungan yang positif sehingga

pelayanan keperawatan dapat berjalan dengan baik. Perawat anak harus dapat

memastikan kebutuhan pokok anak dapat dipenuhi(Wong 2009). Perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada anak juga berbeda dengan asuhan

keperawatan pada orang dewasa. Perbedaan tersebut harus disesuaikan dengan

pertumbuhan, perkembangan dan usia pada anak. Perawatan yang tidak sesuai akan

berdampak tidak baik secara fisiologis maupun psikologis anak. Perawat harus

memperhatikan prinsip tersebut dan memahami bahwa anak bukan miniature orang

dewasa, anak adalah individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai tahap
pertumbuhan dan perkembangannya(Ns. Yuliastati, S.Kep, M.Kep, Amelia Arnis

2016).

Menghadapi hal tersebut di atas perawat akan mengalami kesulitan untuk

menghindari dan mengatur emosi yang muncul, sehingga perawat dapat bersikap

tidak semestinya seperti mudah emosional kepada pasien, kurang tanggap,

menggurutu, dan sikap lainnya yang dapat menyebabkan ketidakprofesionalan.

Menghadapi pasien yang sangat peka terhadap perilaku dan komunikasi interpersonal

yang diterima maka perawat harus mengevaluasi emosinya(Potter 2010). Untuk

menghadirkan pelayanan yang optimal maka dibutuhkan perawat yang mempunyai

emosi positif. (Prastika 2016) Oleh sebab itu seorang perawat diharapkan mampu

melakukan, mengendalikan dan mengatur emosi tersebut agar tetap seimbang dengan

regulasi emosi(Gonnelli, Raffagnino, and Puddu 2016)

Regulasi emosi merupakan rangkaian proses dimana seseorang berusaha untuk

mengatur aliran emosi mereka secara spontan (koole, Dillen and Sheppes 2010),

pengaturan emosi baik secara otomatis maupun dikontrol, disadari maupun tidak

disadari yang melibatkan banyak komponen yang bekerja secara terus menerus dan

berjalan sepanjang waktu (Seifi, Ebrahimzadeh, and Ebrahimzadeh 2016). Regulasi

emosi menjadi faktor penting yang mendasari kepemimpinan yang efektif mengingat

tuntutan tugas dan tekanan interpersonal yang dihadapi perawat.(Torrence and

Connelly 2019) Regulasi emosi penting untuk membantu perawat untuk mengatasi

tuntutan emosional, yang seringkali membuat stres, dari lingkungan perawatan


kesehatan, dan untuk mengekspresikan sikap dan perilaku yang seimbang. (Gonnelli,

Raffagnino, and Puddu 2016)

Regulasi emosi yang tinggi pada seseorang akan membuat mereka berbuat dan

berperilaku baik, benar serta mampu menguntungkan dirinya dan oang. Seseorang

akan mampu melakukan kerjasama, tolong-menolong, bersahabat, berbagi dan lain-

lain. Sedangkan seseorang yang memiliki regulasi emosi rendah akan menghadirkan

dampak negatif ketika mereka tidak mampu mengendalikan emosi yang dirasakan

dan memahami kejadian yang ia alami, sehingga dapat menyebabkan kesulitan

melakukan modifikasi emosi dalam melakukan penyelesaian masalah yang dihadapi.

Selain itu regulasi emosi juga digunakan untuk memodulasi pengalaman emosi positif

maupun negatif (Roberton, Daffern, and Bucks 2012).

Regulasi emosi dapat mempengaruhi hasil kinerja dan keberhasilan dalam bidang

pelayanan(Ariani and Kristiana 2017). Regulasi emosi memungkinkannya individu

mengevaluasi dan memodifikasi emosi yang terjadi. Semua aktivitas individu yang

dilakukan dapat memicu emosi tertentu yang membutuhkan strategi berbeda untuk

mengontrol kehidupan emosionalnya (koole, Dillen and Sheppes 2010). Seseorang

yang mempunyai regulasi emosi tinggi akan mampu memberikan pelayanan secara

optimal, khususnya perawat akan memberikan pelayanan terbaik dan professional

untuk kesembuhan pasien (Yusuf and Kristiana 2017). Kemampuan regulasi emosi

yang tinggi membuat sesorang mempunyai keyakinan dan kemampuan diri dan

mampu bersikap asertif(Putri and Kristiana 2018). Perawat dapat memberikan


perawatan pasien secara terapeutik, tindakan profesional selama menjalankan

tindakan keperawatan ketika perawat mempunyai perilaku asertif (Yektiningsih

2020).

Perilaku asertif atau asertivitas merupakan kemampuan sesorang didalam

mengekspresikan perasaan, integritas, langsung, dan jujur sesuai apa yang dilihat dan

apa yang diinginkan dengan tetap menjaga privasi dan menghormati orang lain.

Seseorang dengan perilaku asertif mampu mengungkapkan secara tegas dan apa

adanya dengan tetap menghargai kepentingan orang lain (Pfafman 2017)

(Cahyani, S. D. 2017).

Asertivitas dapat menjadi sarana untuk membangun hubungan dengan orang lain

dengan cara menekankan nilai komunikasi yang jujur, jelas dan disampaikan dengan

tenang (Garner 2012).

Melihat paparan diatas perawat diharapkan mempunyai kemampuan regulasi

emosi yang tinggi dan kemampuan asertif baik sehingga akan mengurangi konflik

yang timbul dan dapat meningkatkan produktifitas perawat dalam lingkungan kerja,

dimana perawat akan menghadapi pasien, keluarga dan juga rekan kerja, harapannya

adalah pengelolaan konflik yang diterapkan juga akan semakin baik (Roberton,

Daffern, and Bucks 2012)(Widyastuti 2017).

Berdasarkan latar belakang diatas penelitian belum ada yang dilakukan pada

perawat di bangsal anak, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji
tentang keeratan hubungan regulasi emosi dengan asertivitas perawat di Instalasi

Kesehatan Anak di RSUP DR Sardjito.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan antara

regulasi emosi dengan asertivitas perawat di instalasi kesehatan anak RSUP DR

Sardjito “ ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

regulasi emosi dengan asertivitas perawat di instalasi kesehatan anak RSUP

DR Sardjito.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khususnya yaitu :

a. Mengidentifikasi karakteristik responden penelitian yaitu perawat di

Instalasi kesehatan anak RSUP DR Sardjito

b. Mengidentifikasi regulasi emosi perawat di instalasi kesehatan anak RSUP

DR Sardjito

c. Mengidentifikasi asertivitas perawat di instalasi kesehatan anak RSUP DR

Sardjito
d. Mengidentifikasi keeratan hubungan antara regulasi emosi dengan

asertivitas perawat di instalasi kesehatan anak RSUP DR Sardjito

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat penetian ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang keperawatan yang diharapkan penelitian ini

bisa sebagai masukan untuk perawat dalam rangka meningkatkan kualitas

pelayanan keperawatan dan hubungan perawat dengan teman sejawat, tenaga

kesehatan lain, pasien maupun keluarga pasien.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi profesi keperawatan

Diharapkan bermanfaat sebagai referensi dan pedoman dalam

mengembangkan dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

khususnya bagi perawat anak.

b. Bagi RSUP DR Sardjito

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi rumah sakit untuk

mengetahui kemampuan regulasi emosi dan asertivitas perawat sehingga

dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.

c. Bagi Universitas Alma Ata

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi pengetahuan dan

kepustakaan untuk pengembangan ilmu keperawatan di Progam Studi


Keperawatan Alma Ata berkaitan dengan regulasi emosi dengan

aserttivitas perawat.

d. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

evaluasi bagi perawat dalam meningkatkan kualitas pelayanan

keperawatan serta hubungan perawat dengan teman sejawat, tenaga

kesehatan lain, pasien dan keluarga pasien.

e. Bagi Peneliti

Sebagai proses pembelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan

penulisan skripsi yang menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan

program studi Sarjana Keperawatan di Universitas Alma Ata Yogyakarta.

Peneliti dapat menmbah ilmu dan mengaplikasikan ilmu yang didapat

serta mendapatkan pengalaman bagi peneliti.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan gambaran dan acuan untuk penelitian

berikutnya.
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan


.
1. Widayati Hubungan Ada hubungan 1. Variabel 1. Populasi penelitian
(2019) antara regulasi regulasi emosi independen sebelumnya adalah
emosi dengan dengan asertivitas penelitian sama perawat di rumah sakit
asertivitas pada pada perawat di yaitu regulasi jiwa sedangkan
perawat di rumah sakit jiwa emosi penelitian ini
rumah sakit jiwa Grhasia DIY 2. Variabel dependen populasinya adalah
Grhasia DIY penelitian ini sama perawat di instalasi
yaitu asertivitas kesehatan anak
3. Jenis penelitian 2. Sampel penelitian
menggunakan sebelumnya sejumlah 52
metode korelasi perawat, sedangkan pada
kuantitatif dengan penelitian ini adalaH 88
pendekatan cross perawat.
sectional 3. Pada penelitian
sebeumnya dilakukan di
RS Grhasia sedangkan
pada penelitian ini di
RSUP DR Sardjito
4. Pengambilan sampel
pada penelitian
sebelumnya
menggunakan teknik
consecutive sampling
sedangkan pada
penelitian ini teknik
purposive sampling.
2. Silaen & Hubungan Terdapat 1. Variabel 1. Populasi sebelumnya
Dewi (2015) antara regulasi hubungan antara independen adalah siswa SMA
emosi dengan regulasi emosi penelitian sama sedangkan penelitian ini
asertivitas pada dengan asertivitas yaitu regulasi adalah perawat.
Siswa di SMA pada Siswa di emosi 2. Sampel penelitian
Negeri 9 SMA Negeri 9 2. Variabel dependen sebelumnya 187,
Semarang Semarang penelitian ini sama sedangkan penelitian ini
yaitu asertivitas sebanyak 88 perawat.
3. Jenis penelitian 3. Pengambilan sampel
menggunakan pada penelitian
metode korelasi sebelumnya di SMA
kuantitatif dengan negeri 9 Semarang,
pendekatan cross penelitian ini di Instalasi
sectional Kesehatan Anak RSUP
DR Sardjito.
4. Teknik pengambilan
sampel penelitian
sebelumnya
menggunakan cluster
random sampling,
sedangkan pada
penelitian ini adalah
purposive sampling
3. Ariani & Hubungan Terdapat 1. Variabel 1. Populasi dalam
Kristiana Antara Regulasi hubungan yang independen sama penelitian ini adalah
(2017) Emosi Dengan signifikan positif yaitu regulasi perawat Rsud Hj. Anna
Organizational antara kedua emosi Lasmanah Banjarnegara
Citizenship variabel 2. Jenis penelitian 2. Sampel penelitian 90
Behavior Pada menggunakan perawat, sedangkan
Perawat Rsud metode korelasi penelitian ini sebanyak
Hj. Anna kuantitatif dengan 88 perawat.
Lasmanah pendekatan cross 3. Tempat penelitian
Banjarnegara sectional sebelumnya di Rsud Hj.
Anna Lasmanah
Banjarnegara, sedangkan
peneltian ini di Instalasi
Kesehatan Anak RSUP
DR Sardjito.
4. Teknik pengambilan
sampel penelitiannya
sebelummnya cluster
random sampling,
sedangkan penelitian ini
adalah purposive
sampling.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Perawat

Tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun

2014 tentang Keperawatan yang menyebutkan bahwa perawat merupakan

seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam

maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Organisasi peminatan anak yang disebut Ikatan Perawat Anak Indonesia

(IPANI) menyebutkan bahwa perawat anak adalah bagian integral profesi

kesehatan yang sadar hak dan kewajiban serta peran dan tanggung

jawabnya kepada anak baiksehat maupun sakit dengan pendekatan bio-

psiko-sosio-spiritual secar professional. Perawat anak dituntut untuk aktif

mendorong tercipnya cita-cita bangsa dengan perngembangan upaya

diberbagai kegiatan yang berkiatan dengan keperawatan anak dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai akademik, budaya, moral, spiritual serta

ikhlas memenuhi kewajiban dan tanggung jawab kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

2. Peran Perawat Anak


Menurut Wong 2009 menyebutkan bahwa peran perawat anak (Wong

2009)

meliputi :

a. Hubungan terapeutik

Asuhan keperawatan yang berkualitas dibutuhkan suatu hubungan

terapeutik sebagai pondasi yang penting. Perawat anak harus mampu

memisahkan antara perasaan dan kebutuhan anak dan juga

keluarganya. Hubungan terapeutik dengana nak dan keluarga dapat

membantu perawat dalam mengidentifikasi masalah lebih awal.

b. Advokasi

Perawat sebagai advokat yaitu membantu anak-anak dan keluarganya

dalam menentukan berbagai pilihan tindakan yang disampaikan dan

memberikan yanga terbaik bagi anak. Advokasi memberiakan jaminan

kepada keluarga bahwa merekan akan mengetahui semua pelayanan

kesehatan yang tersedia, disampaikan informasi tentang pengobatan

dan prosedurnya, melibatkan mereka dalam perawatan anak untuk

mendukung pelayanan yang ada. Perawat anak harus memastikan

kebutuhan anak-anak, yang mengharuskan perawat memperluas ruang

lingkup praktek tatanan yang tidak tradisional.

c. Pencegahan Penyakit / Promosi Kesehatan


Pelayan kesehatan yang menjadi tren masa depan adalah ke arah

pencegahan penyakit bukan perawatan penyakit. Asuhan keperawatan

telah banyak melakukan perubahan dan penyesuaian terutama dlam

lingkungan kesehatan anak. Perawat yang terlibat dalam perawatan

anak harus mampu mempraktikkan kesehatan preventif. Peran perawat

anak yaitu merencanakan asuhan keperawatan dalam setiap aspek

pertumbuhan dan perkembangan anak. Perawat harus mampu

mengidentifikasi masalah yang berhubungan nutrisi, imunisasi,

keamanan, perawatan gigi, sosialisasi disiplin. Selain pencegahan

penyakit fisik atau cedera perawat harus mampu mempromosikan

kesehatan mental.

d. Penyuluhan Kesehatan

Perawat anak dalam memberikan penyuluhan kesehatan harus

menyiapkan dan dipraktekkan perawat dengan model peran kompeten

karena melibatkan transmisi informasi pada tingkat pemahaman anak

dan keluarga sesuai kebutuhan mereka terhadap informasi.

e. Dukungan/ Konseling

Peran advokat anak bersifat mendukung melalui pendekatan individual

yang alamiah. Perawat dapat memberikan dukungan dengan cara

mendengar, menyentuh dan kehadiran fisik. Komunikasi non verbal

seperti sentuhan dan kehadiran fisik dapat menolong anak-anak dalam

melakukan komunikasi. Konseling melibatkan pertukaran pendapat,


memberikan dukungan, penyuluhan, mendorong ekspresi perasaan dan

pikiran, dan melakukan pendekatan untuk membantu keluarga yang

mengalami stress.

f. Peran Restoratif

Peran restoratif merupakan peran yang paling endasar dimana perawat

secara langsung terlibat dalam pemenuhan kebutuhan fisik, emosi

anak, makan, mandi, berpakaian, bermain dan bersosialisasi. Perawat

anak harus mampu memenuhi kebutuhan emosi dan perkembangan

anak yang bias mempengaruhi perjalan penyakit anak.

g. Kooordinasi/ Kolaborasi

Pelayan kesehatan berkualitas dapat dicapai dengan melakukan

kolaborasi dengan spesialis lain. Perawat sebagai anggota tim

kesehatan berkolaborasi dan mengkoordinasikan kebutuhan dan

intervensi sehingga asuhan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan

sesuai kondisi anak.

h. Pengambilan Keputusan Etik

Pertentangan dan pertimbangan moral dapat menjadi dilema etik yang

mendasari pengambilan keputusan. Perawat menentukan tindakan

yang paling menguntungkan atau yang paling sedikit resikonya.

Perawat meluangkan sebagian besar waktu untuk merawat anak ,

memberikan waawasn tentang kondisi pasien dan dan responnya

terhadap tindakan dan terapi yang diberikan. Perawat juga membantu


keluarga menghadapi berduka dan stress ketika mereka menghadapi

konsisi anak, prognosis, dan pilihan pengobatan untuk mengambil

keputusan berdasarkan informasi yang sudah diberian.

3. Regulasi Emosi

a. Emosi

Secara umum emosi didefinisikan sebagai kumpulan keadaan

psikologis yang mencakup pengalaman subjektif, perilaku ekspresif

(misal: wajah, tubuh, verbal), dan respon fisiologis perifer (detak

jantung, pernapasan) yang unik dan relatif konsisten (Gross & Barrett,

2011). Emosi bersifat multifaset/ beraneka ragam serta bersifat

subjektif pada setiap orang karena setiap orang akan memberikan

respon yang berbeda-beda terhadap emosi yang dirasakannya (Gross,

2014). Emosi dan pola respon emosi dapat dimanipulasi untuk

mengubah jenis, intensitas, durasi dan jalannya emosi yang mungkin

atau sedang dialami seseorang (Hayward & Tuckey, 2011). Emosi

berkontribusi pada proses kognitif, pengambilan keputusan, dan

pembentukan memori serta munculnya hubungan dan ikatan sosial,

koordinasi tindakan sosial, dan pemeliharaan tatanan sosial, namun hal

ini tidak selalu terjadi (Scheve, 2012). Dalam emosi terdapat model

modal emosi (gambar 1) yang terdiri dari situasi (situation), perhatian

(attention), penilaian (appraisal), dan respon (response) (Gross &

Thompson, 2007). Urutan dari model modal emosi yaitu dimulai dari
suatu situasi (situation) yang relevan secara psikologis, situasi yang

relevan ini dapat bersifat eksternal maupun internal dan berdasarkan

pada representasi mental. Situasi ini akan menimbulkan perhatian

(attention) individu, sehingga akan menimbulkan penilaian (appraisal)

individu. Penilaian ini akan menimbulkan respon (response) emosional

(Gross & Thompson, 2007; Gross, 2014).

b. Pengertian Regulasi Emosi

Regulasi emosi adalah serangkaian proses dimana seseorang berusaha

untuk mengatur aliran emosi termasuk suasana hati, stres, dan

pengaruh positif atau negatif secara aktif dan spontan (Koole, 2009).

Regulasi emosi mengacu pada pembentukan emosi yang dimiliki

seseorang, ketika seseorang memiliki emosi dan bagaimana seseorang

mengalami dan mengekspresikan emosinya. Regulasi emosi berkaitan

dengan bagaimana emosi sendiri diatur (pengaturan emosi), bukan

bagaimana emosi mengatur sesuatu yang lain (pengaturan oleh emosi)

(Gross, 2014). Regulasi emosi dapat diperkuat dengan stimulus atau

aktivitas yang dapat menyebabkan perubahan dalam keadaan emosi

seseorang (Koole et al., 2011). Regulasi emosi diarahkan untuk

memanipulasi beberapa respon emosional yang efeknya dapat diamati

dari perilaku atau fisik, pikiran, dan perasaan (Koole, 2009). Orang

dapat meregulasi emosi mereka dengan memilih atau mengubah

situasi emosi, penempatan perhatian, perubahan kognitif, atau


modulasi respon (Koole et al., 2011). Regulasi emosi memiliki tiga

fitur inti yaitu pertama tujuan regulasi emosi yang berkaitan dengan

apa yang ingin dicapai. Kedua yaitu strategi regulasi emosi yang

digunakan untuk mencapai tujuan. Ketiga yaitu hasil (outcomes)

merupakan konsekuensi yang didapat dari tujuan regulasi emosi

tertentu dengan menggunakan strategi tertentu (Gross, 2014).

c. Strategi Regulasi Emosi

Strategi regulasi emosi menentukan bagaimana orang akan mengelola

emosi yang tidak diinginkan (Koole, 2009). Strategi regulasi emosi

menurut Gross (2002) cit Hidayat (2016) terdiri atas dua, yaitu

cognitive reappraisal dan suppression.

1) Cognitive reappraisal Cognitive reappraisal yaitu cara merubah

pikiran tentang situasi emosi yang tepat. Strategi ini secara rinci

berfokus pada tujuan untuk meningkatkan atau mengurangi respon

emosi (Keenan, 2013).

2) Suppression Suppression yaitu strategi dengan menekan ekspresi

untuk menghambat respon emosi yang sedang berlangsung (Gross,

2014). Supression terlibat secara aktif dalam menghambat

pengalaman emosi secara internal dan eksternal, baik secara verbal

atau mengontrol ekspresi wajah sehingga emosi tidak tersampaikan

(Keenan, 2013).
Menurut Koole (2009) strategi regulasi emosi berdasarkan fungsinya

terdiri dari:

1) Need-oriented Merupakan strategi yang mengatur respon

emosional untuk meningkatkan kepuasan kebutuhan hedonis

(Koole et al., 2011; Koole, 2009). Strategi yang dapat dilakukan

dapat berupa pengalihan perhatian dari informasi negatif atau

menuju informasi positif, melakukan aktivitas tubuh seperti makan

atau latihan fisik (Koole, 2009).

2) Goal-oriented Strategi dari regulasi emosi yang didorong oleh satu

tujuan eksplisit, tugas, atau norma. Strategi yang dapat dilakukan

yaitu dengan mengalihkan perhatian dari rangsangan yang dapat

memicu emosi yang tidak diinginkan (Koole, 2009). Strategi lain

yaitu dengan cognitive reappraisal, dengan mengubah penilaian

terhadap peristiwa tersebut. Selain itu bisa juga dengan

mengekspresikan emosi melalui tubuh, misal expressive

suppression (Gross, 2014; Koole, 2009).

3) Person-oriented Strategi yang bertujuan untuk meningkatkan

fungsi keseluruhan sistem kepribadian. Strategi yang dapat

dilakukan antara lain dengan kontraregulasi perhatian, yaitu

sebuah proses yang mengarahkan perhatian pada informasi yang

berlawanan dengan keadaan emosi saat ini (Koole et al., 2011;


Koole, 2009). Melakukan aktivitas kognitif seperti menulis

ekspresif atau dengan mengingat kembali kenangan otobiografi

(Koole, 2009).

d. Fungsi dan Tujuan Regulasi Emosi

Regulasi emosi dapat digunakan dalam berbagai fungsi, seperti

kepuasan kebutuhan hedonis, memfasilitasi tujuan dan tugas tertentu,

dan optimalisasi fungsi kepribadian (Koole, 2009). Regulasi emosi

dengan tujuan yang berkaitan dengan kebutuhan hedonis berfungsi

untuk mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit (Koole et al.,

2011). Tujuan regulasi emosi dapat termasuk upaya untuk mengurangi

atau meningkatkan besarnya atau durasi dari emosi negatif atau positif.

Umumnya dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan regulasi

emosi untuk menurunkan emosi negatif, diikuti dengan meningkatnya

emosi positif (Gross, 2014). Regulasi emosi positif (meningkatkan

intensitas atau durasi) yang sering dilakukan orang-orang yaitu

perasaan cinta, minat, dan kegembiraan dan keinginan untuk berbagi

pengalaman positif dengan orang lain (Quoidbach et al., 2010). Orang-

orang sering menggunakan regulasi emosi untuk meredam emosi

negatif yaitu dengan mengurangi intensitas atau durasi dari

kemarahan, kesedihan, dan kecemasan dengan cara berfokus pada

penurunan aspek pengalaman dan perilaku dari emosi negatif (Gross et

al., 2006). Regulasi emosi juga memiliki pengaruh terhadap


peningkatan maupun penurunan self-esteem tergantung dari strategi

regulasi yang digunakan (Cifuentes-Férez & Fenollar-Cortés, 2017).

Orang yang biasa menggunakan strategi reappraisal akan memiliki

self-esteem yang lebih tinggi, sedangkan orang yang menggunakan

strategi suppression akan cenderung memilik selfesteem yang lebih

rendah (Cutuli, 2014). e. Proses Regulasi Emosi Proses regulasi emosi

secara luas adalah proses dimana orang mengatur jenis respon afektif

atau emosional, termasuk perhatian, representasi kognitif, dan respon

fisik atau perilaku (Koole et al., 2011).

Terdapat lima poin dalam proses regulasi emosi, yaitu seleksi situasi,

modifikasi situasi, penyebaran perhatian, perubahan kognitif, modulasi

respon (Gross, 1998b).

1) Seleksi situasi

Seleksi situasi mengacu pada tindakan yang dilakukan seseorang

untuk membuatnya berada pada situasi yang diharapkan sehingga

menimbulkan emosi yang diinginkan (Gross & Barret, 2011). Hal

ini biasa dilakukan dengan menghindari sesuatu objek yang

membuatnya tidak nyaman, mengatur suatu kegiatan, atau mencari

sesuatu hal yang membuat nyaman sehingga dapat mengatur emosi

(Gross, 2014).

2) Modifikasi situasi Modifikasi situasi mengacu pada upaya untuk

secara langsung mengubah situasi atau memodifikasi situasi


sehingga dapat mengubah dampak emosionalnya (Gross & Barret,

2011). Situasi yang dapat dimodifikasi bisa berupa lingkungan

fisik eksternal atau internal. Namun pada proses modifikasi situasi

ini ditekankan untuk dilakukan dengan memodifikasi lingkungan

eksternal karena modifikasi lingkungan internal (pikiran) dapat

dilakukan pada saat proses perubahan kognitif (Gross, 2014).

3) Penyebaran perhatian Penyebaran perhatian mengacu pada

mengerahkan perhatian dalam situasi tertentu untuk memengaruhi

emosi seseorang. Salah satu bentuk yang paling umum dari

penyebaran perhatian adalah distraksi, yaitu dengan memfokuskan

perhatian pada aspek- aspek lain dari situasi atau mengalihkan

semua perhatian dari situasi tersebut (Gross, 2014).

4) Perubahan kognitif

Perubahan kognitif mengacu pada bagaimana seseorang mengubah

cara menilai suatu situasi sehingga dapat mengubah kondisi

emosionalnya secara signifikan, baik dengan mengubah cara

berpikir tentang situasi atau tentang kemampuan seseorang untuk

mengelola tuntutan yang ditimbulkannya (Gross, 2014). Perubahan

kognitif yang sering digunakan salah satunya adalah reappraisal

yang digunakan untuk mengurangi emosi negatif atau menambah

emosi positif (Samson & Gross, 2012). 5) Modulasi respon

Modulasi respon mengacu pada mempengaruhi respon


pengalaman, perilaku, atau fisiologis dari respon emosional. Salah

satu bentuk modulasi respon adalah expressive suppresion, yang

mengacu pada upaya seseorang untuk menghambat emosi negatif

atau positif yang sedang berlangsung (Gross, 2014). Misalnya

seseorang menyembunyikan emosi yang dirasakannya dari orang

lain dengan cara menghambat perilaku emosional (verbal dan

wajah) yang biasanya menyertai emosi tersebut (Gross & Barrett,

2011).

4. Asertivitas

a) Pengertian Asertivitas Asertivitas merupakan kesediaan individu untuk

berdiri dan berbicara untuk kepentingan dan ide mereka sendiri,

mengejar tujuan yang diinginkan dan menolak sesuatu yang

dipaksakan orang lain terhadap dirinya dalam kehidupan sehari-hari

(Ames, 2010).

Asertivitas adalah kemampuan individu unorang lain. Artinya, bahwa

seorang individu harus menghormati dirinya sendiri dan juga orang

lain (Pramila, 2013). Karena dasar dari asertivitas adalah saling

menghormati maka asertivitas adalah gaya komunikasi yang baik dan

efektif (Mayo Clinic, 2017).

Menurut Pfafman (2017) asertivitas merupakan cara mengekspresikan

atau mengungkapkan ide atau pikiran, perasaan, dan batasan dengan

tetap menghargai hak orang lain, mempertahankan perasaan positif


dalam menerima, dan mempertimbangkan konsekuensi dari ungkapan

tersebut. Ungkapan tersebut dapat berupa ungkapan positif dan negatif

dan untuk mencapai tujuan personal dan/ atau instrumental. Asertivitas

bukan tentang mendominasi, menolak atau merasa terpaksa menyerah

kepada orang lain, tidak pernah menjadi emosional dan marah, juga

bukan tentang memaksakan kehendak kita pada orang lain. Asertivitas

lebih menekankan nilai komunikasi yang jelas, tenang, jujur dan

sebagai sarana membangun hubungan dengan orang lain (Garner,

2012). Disamping menekankan pada nilai komunikasi, asertivitas juga

melibatkan kognisi, afek, dan tingkah laku (Hayes, 2015). Asertivitas

sangat berbeda dengan agresivitas dan perilaku tidak asertif. Lange

dan Jakubowski (1976) membedakan antara perilaku asertif dengan

perilaku tidak asertif dan agresif (Hayes, 2015). Agresivitas yaitu cara

mengekspresikan pikiran, perasaan dan kepercayaan dengan cara yang

tidak pantas dan melukai hak orang lain. Perilaku tidak asertif

merupakan perilaku yang pasif dan indirect. Perilaku tidak asertif

menyebabkan orang lain untuk tuk mengekspresikan diri sendiri dan

haknya sendiri tanpa melukai hak melukai hak kita dan menunjukkan

kurangnya hormat pada apa yang kita butuhkan. Karena orang yang

tidak asertif menganggap bahwa apa yang dia butuhkan atau pikirkan

merupakan pilihan kedua dibandingkan pilihan orang lain (Pramila,

2013). Ames (2010) menggambarkan rentang respon asertivitas


sebagai suatu garis continuum seperti gambar 2 di bawah ini. Ujung

garis kiri menunjukkan kepasifan sedangkan ujung garis kanan

menunjukkan agresi dan permusuhan.

b) Unsur dan Faktor yang Mempengaruhi Asertivitas Unsur-unsur atau

elemen dari perilaku asertif menurut Williams (2000) terdiri dari

empat unsur, yaitu

1) Perasaan: dalam berperilaku asertif, seesorang dapat

mengekspresikan perasaannya secara langsung, jujur dan sesuai

dengan caranya sendiri.

2) Kebutuhan: seseorang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi,

jika tidak maka seseorang akan merasa tidak berharga, ditolak,

marah atau sedih.

3) Hak: seseorang memiliki hak asasi manusia dan dimungkinkan

untuk membela serta mempertahankan haknya sendiri dengan

berbagai cara dengan tidak melanggar hak orang lain.

4) Pendapat: seseorang dapat beropini untuk berkontribusi terlepas

dari pandangan orang lain.

Hak-hak dasar manusia dalam berperilaku asertif (Hunter et al.,

2009), antara lain memiliki martabat dan harga diri, memiliki hak

untuk berkata “tidak” pada apa yang tidak disukainya, bebas

mengekspresikan perasaan, dan meminta apa yang diinginkan

secara langsung. Seseorang juga berhak untuk mengubah


pikirannya, merasa respect pada dirinya sendiri, bernegosiasi

ketika terjadi konflik serta berhak untuk melakukan kesalahan.

Faktor yang mempengaruhi asertivitas terdiri dari beberapa faktor.

Menurut Rathus & Nevid (1983) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi asertivitas, yaitu jenis kelamin, harga diri (self-

esteem), kebudayaan, tingkat pendidikan, situasi tertentu

lingkungan, dan tipe kepribadian.

c) Fungsi Asertivitas Berperilaku asertif dapat membantu seseorang

dalam mendapatkan kepercayaan diri dan harga diri, memahami dan

mengenali perasaan sendiri, mendapatkan respect dari orang lain.

dalam hal komunikasi, berperilaku asertif juga dapat memperbaiki

komunikasi, menciptakan win-win solution, memperbaiki

keterampilan dalam membuat keputusan dan menciptakan hubungan

yang saling terbuka sehingga individu bisa mendapatkan kepuasaan

kerja lebih (Mayo Clinic, 2017). Menurut Garner (2012) asertivitas

dapat membantu seseorang dalam menghilangkan kecemasan dan

stress yang sering terjadi dalam kehidupan dan hubungan kerja.

Asertivitas juga merupakan cara terbaik dalam menyelesaikan masalah

dan merupakan salah satu cara dalam penyelesaian konflik (Garner,

2012). Orang yang asertif akan efektif dalam mempengaruhi,

mendengarkan, bernegosiasi dengan orang lain untuk bekerjasama

secara sukarela (Pramila, 2013).


d) Strategi meningkatkan Asertivitas Menurut Taylor et al. (2005)

terdapat beberapa strategi untuk meningkatkan perilaku asertif pada

perawat, diantaranya yaitu bekerja saat dalam keadaan prima, emosi

diri terkontrol, berbicara di tempat dan waktu yang tepat dengan

perkataan yang sopan serta attitude yang baik. Perawat juga harus

dapat memahami gaya komunikasi orang lain sehingga tidak

menimbulkan kesalahpahaman. Perawat juga harus selalu

mempertahankan harga dirinya sebagai perawat dan sebagai seorang

individu.

B. Kerangka Teori

Peran perawat anak : Perawat Anak Beban kerja


perawat
Hubungan terapeutik

Advokasi
Emosi
Promosi kesehatan

Penyuluhan kesehatan

Dukungan/ konseling Regulasi Emosi


Peran restoratif

Koordinasi/ kolaborasi
Asertivitas
Pengambilan keputusan
etik
Kerangka Teori (Sumber: Gonelli, 2016; Rathus & Nevid, 1983; Cutuli, 2014)

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Regulasi Emosi Asertivitas

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Menunjukkan hubungan

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara suatu penelitian yang berisi pernyataan

asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan

dapat mejawab pertanyaan dalam penelitian tersebut.ircham

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

Ada hubungan antara regulasi emosi dengan asertivitas perawat di Instalasi

kesehatan anak RSUP DR Sardjito.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimen dengan jenis

analitik korelatif. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah rancangan penelitian cross sectional, dimana data diambil dalam waktu

yang bersamaan (Machfoedz Ircham 2019b).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Bangsal Melati4 RSUP DR Sardjito

Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai penyusunan proposal pada

bulan September 2020 sampai Desember 2020.


C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian berupa benda yang

memiliki sifat atau ciri dari subjek yang akan diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah perawat di Instalasi Kesehatan Anak RSUP DR Sardjito

Yogyakarta pada bulan November 2020. Jumlah populasi dalam penelitian ini

berjumlah (Machfoedz Ircham 2019b) .

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari wakil populasi yang akan diteliti (Suyanto

2011). Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diambil menggunakan

teknik sampling dimana jumlahnya ditentukan dengan rumus dan formula

dengan tujuan agar mewakili suatu populasi yang akan diteliti (Machfoedz

Ircham 2019b). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling, yaitu suatu metode pangambilan sampling dengan pertimbangan

tertentu (Machfoedz Ircham 2019b)

Kriteria inklusi :

a. Perawat anak masa kerja lebih dari 1 tahun

b. Perawat anak yang bersedia jadi responden

c. Perawat tidak dalam masa cuti

Kriteria eksklusi :

a. Kepala ruang / PJ
b. Perawat bersedia menjadi responden

c. Perawat sedang menjalani cuti

Cara menentukan jumlah sampel dari suatu populasi sebagai berikut


(Juliansyah 2012):

N 113 113 113


n= 2 = 2 = = = 88,28 = 88
1+( Nx e ) 1+(113 x 0,05 ) 1+ 0,28 1,28

Jadi jumlah sampel 88 responden

keterangan :

n = Jumlah sampel Ariani, Meiliana, and Ika Kristiana. 2017. “Hubungan Antara
Regulasi Emosi Dengan Organizational Citizenship Behavior Pada Perawat
Rsud Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.” Empati 6(1): 270–75.
Cahyani, S. D., & Mudaim. 2017. “Hubungan Harga Diri (Self-Esteem) Dengan
Perilaku Asertif Peserta Didik SMK Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran
2016/2017.” Hubungan harga diri (self-esteem) dengan perilaku asertif peserta
didik SMK Negeri 3 Metro tahun pelajaran 2016/2017.
Diefendorff, James M., Rebecca J. Erickson, Alicia A. Grandey, and Jason J.
Dahling. 2011. “Emotional Display Rules as Work Unit Norms: A Multilevel
Analysis of Emotional Labor Among Nurses.” Journal of Occupational Health
Psychology 16(2): 170–86.
Garner, Eric. 2012. Assertiveness.
Gonnelli, C, R Raffagnino, and L Puddu. 2016. “The Emotional Regulation in
Nursing Work : An Integrative Literature Review and Some Proposals for Its
Implementation in Educational Programs.” IOSR Journal of Business and
Management 5(6): 43–49.
Juliansyah, Noor. 2012. Metodologi Penelitian. pertama. Jakarta: KENCANA
PRANADA MEDIA GROUP.
koole, Dillen, Lotte F V A N, and G A L Sheppes. 2010. “The Self- Regulation of
Emotion.” : 22–40.
Machfoedz Ircham. 2019a. Bio Statistik. Revisi. Yogyakarta: Fitramaya.
———. 2019b. Metodologi Penelitian. Revisi. Yogyakarta: Fitramaya.
Ns. Yuliastati, S.Kep, M.Kep, Amelia Arnis, M.Nurs. 2016. Keperawatan Anak.
Pfafman, Tessa. 2017. “Assertiveness.” (January).
Potter, Perry. 2010. Fundamental of Nursing. 7th ed. Salemba Medika.
Prastika, Netty. 2016. “Emosi Positif Pada Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah
Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda.” S E M I N A R A S E A N 2nd
PSYCHOLOGY & HUMANITY: 616–23.
Putri, Ganita Ginanti, and Ika Febrian Kristiana. 2018. “Hubungan Antara Hardiness
Dan Regulasi Emosi Pada Perawat Rumah Sakit Usada Insani Kota Tangerang.”
Empati 6(4): 87–90.
Roberton, Terri, Michael Daffern, and Romola S. Bucks. 2012. “Emotion Regulation
and Aggression.” Aggression and Violent Behavior 17(1): 72–82.
http://dx.doi.org/10.1016/j.avb.2011.09.006.
Seifi, Fereshteh, Sedigheh Ebrahimzadeh, and Sedigheh Ebrahimzadeh. 2016.
“Predicting Job Performance of Nurses Based on Emotional Regulation and
Mental Health Practices.” International Journal of Humanities and Cultural
Studies (IJHCS) ISSN 2356-5926 0(0): 1620–29.
Sri Hananto Ponco, Virgianti Nur Faridah. 2016. “PENERAPAN SUPERVISI
KLINIS KEPALA RUANG UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN
CUCI TANGAN LIMA MOMEN PERAWAT PELAKSANA Sri Hananto
Ponco*, Virgianti Nur Faridah **.” Surya 08(03).
Torrence, Brett S., and Shane Connelly. 2019. “Emotion Regulation Tendencies and
Leadership Performance: An Examination of Cognitive and Behavioral
Regulation Strategies.” Frontiers in Psychology 10(JULY): 1–11.
Widayati, Nur. 2019. “HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN
ASERTIVITAS CORRELATION BETWEEN EMOTION REGULATION
AND ASERTIVENESS IN NURSES AT GRHASIA PSYCHIATRIC
HOSPITAL.” : 2–3.
Widyastuti, Tri. 2017. “Pengaruh Komunikasi Asertif Terhadap Pengelolaan
Konflik.” IX(1): 1–104.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Anak. 6th ed. Jakarta: EGC.
Yanti, R., and B. Warsito. 2013. “Hubungan Karakteristik Perawat, Motivasi, Dan
Supervisi Dengan Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan Keperawatan.” Jurnal
Manajemen Keperawatan 1(2): 111695.
Yektiningsih, Erwin. 2020. “HUBUNGAN ASSERTIVENESS TERHADAP SELF
ESTEEM PADA THE CORRELATION ASSERTIVENESS TO SELF
ESTEEM NURSING STUDENTS.” : 57–62.
Yusuf, Putri, and Ika Kristiana. 2017. “Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan
Perilaku Prososial Pada Siswa Sekolah Menengah Atas.” Empati: Jurnal Karya
Ilmiah S1 Undip 6(3): 98–104.

N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel bebas yang akan mempengaruhi

variable dependen(Machfoedz Ircham 2019b). Variabel independen penelitian

ini adalah regulasi emosi

2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi variabel

independen(Machfoedz Ircham 2019b). Variabel depenpen penelitian ini

adalah asertivitas.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

karakteristik yang akan diamati oleh peneliti, sehingga peneliti dapat


melakukan observasi dan pengukuran secara cermat terhadap objek

penelitiannya (Machfoedz Ircham 2019b).


Tabel 2.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Data


Variabel Regulasi emosi merupakan Kuesioner regulasi 1. Regulasi Rendah = Interval
Independen: kemampuan perawat di emosi jumlah item X < 95
Regulasi Emosi Instalasi Kesehatan anak pernyataan adalah 22 2. Regulasi Tinggi =
RSUP DR Sardjito untuk item, diukur dengan X ≥ 95
mengatur aliran emosi dan skala likert. Dengan
mengontrol emosi agar tetap indikator :
berada pada respon emosi 1 : Tidak pernah
yang positif pada saat 2 : Hampir tidak
marah, kesal atau jengkel, pernah
kecewa kepada pasien, 3 : Kadang-kadang
keluarga pasien, serta rekan 4 : Agak sering
kerja. 5 : Sering
6 : Selalu
Variabel Dependen Asertivitas atau perilaku Kuesioner Rathus 1. Tidak Asertif = Interval
: Asertivitas asertif merupakan Assertiveness Schedule <10
kemampuan perawat di (RAS) dengan 30 item 2. Asertif = ≥ 10
Instalasi Kesehatan anak pernyataan, skala likert.
RSUP DR Sardjito dalam Dengan indikator :
mengekspresikan diri dan -3 : Sangat tidak
haknya sendiri dengan tetap seperti saya/ sangat
menghargai hak orang lain tidak
serta dapat mengungkapkan menggambarkan
ide dan perasaannya dan saya
berbicara tentang apa yang -2 : Agak tidak seperti
diinginkannya atau menolak saya/ agak tidak
apa yang tidak disukainya menggambarkan
kepada orang lain. saya
-1 : Sedikit tidak seperti
saya/ sedikit tidak
menggambarkan
saya
+1 : Sedikit seperti
saya/ sedikit
menggambarkan
saya
+2 : Agak seperti saya/
agak
menggambarkan
saya
+3 : Sangat seperti
saya/ sangat
menggambarkan
saya.
F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis instrumen

penelitian, yaitu:

1. Kuesioner Karakteristik Responden

Kuesioner yang menggambarkan karakteristik responden yaitu umur,

pendidikan, masa kerja.

2. Kuesioner Regulasi Emosi

Kuesioner untuk mengukur tingkat regulasi emosi yang digunakan adalah

kuesioner regulasi emosi yang dimodifikasi oleh Tarigan (2014)

berdasarkan aspek regulasi emosi Kim L. Gratz dan Lizabeth Roemer

pada tahun 2004 (Instrumen terlampir). Jumlah item pernyataan dari skala

regulasi emosi adalah 22 item. Tabel 2 di bawah ini merupakan distribusi

item skala regulasi emosi.

Tabel 2.2 Distribusi Item Skala Regulasi Emosi yang disusun oleh

Tarigan (2014) hasil modifikasi dari Gratz & Roemer (2004)

Aspek Regulasi Indikator Item


Emosi Pertanyaan
strategy Memiliki keyakinan dapat 1, 15, 20
menyelesaikan masalah
Mampu menemukan cara untuk 2, 6, 11
mengurangi emosi negative
Cepat menenangkan diri 3, 22
kembali
Goals Tidak terpengaruh pada emosi 5, 21
negative
Melakukan sesuatu dengan baik 12, 16, 19
dalam keadaan emosi negative
Impulse Mengontrol emosi 9, 18
Menampilkan emosi 13
Acceptance Menerima penyebab 4, 10, 14, 17
Malu meraskan emosi negatif 7, 8

Instrumen regulasi emosi menggunakan skala likert, yaitu 1 (tidak

pernah), 2 (hampir tidak pernah), 3 (kadang-kadang), 4 (agak sering), 5

(sering), 6 (selalu). Rentang skor antara 22 - 132, dimana skor 22 – 58 =

rendah, 59 – 94 = sedang, 95 – 132 = tinggi.

3. Kuesioner Asertivitas

Kuesioner untuk mengukur tingkat asertivitas yang digunakan adalah

kuesioner Rathus Assertiveness Schedule (RAS) (Instrumen terlampir).

Kuesioner ini dikembangkan oleh Rathus pada tahun 1973. Kuesioner

RAS terdiri dari 30 item pernyataan. Instrumen ini juga menggunakan

skala likert, dengan pilihan jawaban yaitu -3= sangat tidak seperti saya/

sangat tidak menggambarkan saya, -2= agak tidak seperti saya/ agak tidak

menggambarkan saya, -1= sedikit tidak seperti saya/ sedikit tidak

menggambarkan saya, +1= sedikit seperti saya/ sedikit menggambarkan

saya, +2= agak seperti saya/ agak menggambarkan saya, +3= sangat

seperti saya/ sangat menggambarkan saya. Kuesioner RAS memiliki

rentang skor -90 sampai +90, dimana skor kurang dari +10 berarti tidak
asertif dan skor lebih dari sama dengan +10 berarti asertif. Kisi-kisi

instrumen RAS ditampilkan pada tabel 3.

Tabel 2.3 Kisi-kisi instrumen Rathus Assertiveness Schedule (1973)

Indikator Item Jumlah


Favourable Unfavourable
Meminta pertolongan dari 6 5, 6, 23 4
orang lain dan menolak
permintaan orang lain.
Menyatakan ketidaksetujuan 18 19 2
terhadap pendapat orang lain
dengan cara yang efektif.
Menjalin interaksi sosial. 10 2, 11,12,13 5
Mengungkapkan perasaan 21, 29 1, 15, 17, 24, 30 7
dan pikiran kepada orang
lain secara spontan dan tidak
berlebihan.
Mengungkapkan pujian dan 7,8,20 26 4
menerima pujian.
Memberikan keluhan 3, 22, 25, 27, 4, 9, 14 8
kepada orang lain dan 28
menerima keluhan dari
orang lain.
Total 13 17 30

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas pada penelitian ini menggunakan uji validitas konstruk

(construct validity). Pengujian validatas konstruk bertujuan untuk mengetahui

apakah kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah

mencerminkan apa yang diukur (Machfoedz Ircham 2019a)(Sugiyono 2011).

Dua instrumen yang peneliti gunakan sudah dilakukan uji validitas pada
penelitian sebelumnya. Teknik korelasi Pearson Product Moment pada uji

validitas instrumen regulasi emosi dan instrumen asertivitas dengan level of

confidence interval 95% atau dengan tingkat kesalahan 5% (α = 0,05).

Instrumen regulasi emosi dan asertivitas dikatakan valid apabila nilai korelasi

pearson (r) suatu item yaitu > r tabel. Nilai r tabel pada instrumen dapat

diketahui dengan cara jumlah total responden (90) dikurangi jumlah item

pertanyaan pada instrumen, kemudian hasilnya dilihat pada r tabel product

moment. Nilai r tabel untuk instrumen regulasi emosi yaitu 90 dikurangi

jumlah item (22) didapatkan hasil 68, kemudian dilihat pada r tabel product

moment dengan degree of freedom/df (68) sehingga diperoleh r tabel 0,235.

Nilai r tabel untuk instrumen asertivitas yaitu 90 dikurangi jumlah item (30)

diperoleh hasil 60, maka diperoleh r tabel 0,250 (Widayati 2019).

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Uji

reliabilitas ini dilakukan setelah melakukan uji validitas. Analisis data dalam

pengujian reliabilitas instrumen regulasi emosi dan asertivitas menggunakan

rumus koefisien reliabilitas Cronbach Alpha. Instrumen dikatakan reliabel

apabila nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Sugiyono, 2011). 1. Instrumen Regulasi

Emosi Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen regulasi emosi yang

dilakukan oleh penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa semua item valid

dengan rentang nilai 0,266 – 0,706 dan nilai Cronbach Alpha adalah 0,896.
Berdasarkan hasil tersebut, maka instrumen regulasi emosi dapat dikatakan

valid dan reliabel. 2. Instrumen Rathus Assertiveness Schedule (RAS) Hasil

uji validitas dan reliabilitas instrumen asertivitas yang telah dilakukan peneliti

menunjukkan bahwa ada 7 item yang tidak valid dari 30 item. Item yang tidak

valid kemudian dimodifikasi oleh peneliti dan digunakan untuk pengambilan

data. Item yang tidak valid kemudian diuji lagi menggunakan jumlah sampel

dan hasilnya terdapat satu item yang menjadi valid. Instrumen RAS

merupakan alat ukur yang sudah baku. Maka, item yang tidak valid tetap

digunakan oleh peneliti untuk pengambilan data. Nilai Cronbach Alpha

kuesioner adalah 0,833, sehingga kuesioner disimpulkan reliable (Widayati

2019).

Tabel 2.4 Hasil Uji Validitas

Indicator Item Jumlah


Valid Tidak Valid
Meminta pertolongan dari 5,16,23 6 4
orang lain dan menolak
permintaan orang lain.
Menyatakan ketidaksetujuan 18,19 - 2
terhadap pendapat orang lain
dengan cara yang efektif.
Menjalin interaksi sosial. 2, 11, 12, 13 10 5
Mengungkapkan perasaan 1, 15, 17, 24, 21 7
dan pikiran kepada orang lain 29, 30
secara spontan dan tidak
berlebihan.
Mengungkapkan pujian dan 7, 20, 26 8 4
menerima pujian.
Memberikan keluhan kepada 3, 9, 14, 25, 4,22 8
orang lain dan menerima 27*, 28
keluhan dari orang lain
Total 24 6 30
Keterengan: * = item yang menjadi valid

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan

angket. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, yang

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Machfoedz

Ircham 2019b)(Sugiyono, 2011). Penelitian menggunakan data primer yang

didapat dari responden penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi melalui

pengisian kuesioner.

F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data meliputi beberapa langkah

a. Editing

Editing merupakan suatu proses untuk memeriksa kelengkapan data,

kesinambungan, dan keseragaman data yang dilakukan dengan cara

mengoreksi data. Peneliti kembali memeriksa lembar observasi yang telah


selesai diisi oleh penelitiyang meliputi kelengkapan data dan data – data yang

kurang jelas, sehingga data yang diperoleh dapat diolah secara benar didalam

pengolahan data. (Ircham metodologi )nursalam

b. Coding

Coding merupakan pemberian kode atau symbol untuk setiap jawaban

dalam lembar observasi untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa

data.

c. Processing atau Entry Data

Processing merupakan prosesproses memasukkkan data kedalam

program computer yang kemudian dilakukan analisa menggunakan program

yang sesuai. Data tersebut merupakan data yang sudah benar baik dalam

pengkodean maupun kelengkapannya, selanjutnya dimasukkan ke dalam

microssoft excel untuk dilakukan pengolahan dta menggunakan program

computer.

d. Pembersihan Data ( Cleaning )

Cleaning merupakan proses pembersihan data agar data yang sudah di

entry terbebas dari kesalahan.dalam hal ini peneliti melakukan koreksi ada

tidaknya kesalahan kode, kelengkapan data, dan lain sebagainya


e. Tabulating

Tabulating merupakan proses memasukkan data kedalam komputer

dari data yang sudah diberi kode sesuai kebutuhan anlisis. Setelah

pengolahan tersebut kemudian output data tersebut disusun kedalam bentuk

tabel sehingga analisa yang dilakukan lebih mudah dimengerti, dipahami,

dibaca dan diinterpretasikan.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menjelaskan setiap variabel yang

ada dalam penelitian. Analisa univariat dapat memberikan gambaran tentang

karakteristik responden, menggunakan tabel distribusi frekuensi relative

yang dinyatakan kedalam bentuk prosentase.

F X 100 %
P=
N

Keterangan :

P : Persentase

F : Frekuensi Jumlah Jawaban Benar


N : Jumlah Pertanyaan

b. Analisa Bivariat

Data terdistribusi normal apabila nilai p > 0,05. Hasil uji normalitas

didapatkan bahwa data regulasi emosi (p=0,176) dan asertivitas (0,200)

terdistribusi normal sehingga uji korelasi yang digunakan peneliti adalah uji

korelasi Pearson.

G. Etika Penelitian

Etika penelitian yaitu memperhatikan dan mengutamakan hal-hal sebagai

berikut:

1. Informed Concent ( lembar persetujuan menjadi responden )

Sebelum meminta persetujuan responden, peneliti menjelaskan terlebih

dahulu tujuan penelitian kepada responden. Peneliti memberikan hak kepada

responden untuk ikut serta berpartisipasi atau menolak mengikuti penelitian.

Jika responden menyetujui maka responden harus menandatangani informed

concent, akan tetapi jika menolak peneliti tetap menghormati keputusan

responden.

2. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Peneliti memberikan jaminan kepada responden akan kerahasiaan informasi

yang telah dikumpulkan, hanya beberapa kelompok data yang akan

dilaporkan dalam hasil riset.

3. Anonymity ( Tanpa nama )

Memberikan jaminan kerahasiaan pada responden dalam lembar hasil

penelitian, sehingga hanya ditulis inisial atau kode.

4. Beneficence ( Manfaat )

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat dalam bidang perawatan .

5. Penelitian yang akan dilakukan dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat

untuk responden, masyarakat Justice ( Keadilan )

Menjaga prinsip keadilan serta keterbukaan dengan kejujuran dan kehati-

hatian. Prinsip keterbukaan dalam penelitian dengan cara menjelasan prosedur

dalam penelitian.

6. Ethical Clearence
Ethichal clearance adalah bukti keterangan tulis dari komisi etik penelitian.

Dalam melakukan penelitian yang melibatkan makhluk hidup menyatakan

proposal penelitian layak untuk dilaksanakan setelah syarat dari komisi etik

penelitian Universitas Alma Ata terpenuhi.

H. Rencana Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Sebelum mengajukan proposal penelitian peneliti melakukan pengamatan

dan dan menentukan tema terlebih dahulu.

b. Melakukan konsultasi judul dengan pembimbing akademik,

mengumpulkan literature.

c. Membuat dan meminta surat izin studi pendahuluan dari Universitas Alma

Ata.

d. Melakukan studi pendahuluan di Instalasi Kesehatan Anak RSUP DR

Sardjito.

e. Melakukan penyusunan penelitian BAB I, BAB II, BAB III.

f. Melakukan proposal penelitian dihadapan dosen pembimbing dan dosen

penguji.

g. Melakukan revisi proposal, persejuan, pengesahan, dari dosen penguji dan

dosen pembimbing.
h. Mengurus ethical clearance dan mencari surat izin dari Universitas Alma

Ata dan RSUP DR Sardjito.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan pengajuan proposal dan surat izin ke tempat penelitian

yaitu RSUP DR Sardjito.

b. Proses pelaksanaan pengambilan data di RSUP DR Sardjito.

c. Memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian

dan prosedurnya sebelum pengambilan data dan tindakan.

d. Stelah dipahami tentang prosedur dan tujuan penelitiannya, responden

diminta untuk mengisi formulir persetujuan ( informed concent ).

3. Tahap Penyelesaian

a. Setelah dilakukan tindakan dan pengumpulandata penelitian kemudian

dilakukan pengolahan data dan analisis data.

b. Melaukan penyusunan penelitian kedalam bentuk laporan.

c. Peneliti membuat naskah publikasi sebagai tahap akhir dalam penelitian.

d. Naskah publikasi disusun secara singkat dan jelas.


JADWAL PENELITIAN
Matriks jadwal penelitian:

Waktu Pelaksanaan
N Kegiatan
Bulan Ke-
o. 1 2 3 4 5 6
1. Pengajuan Septem
Judul ber
Penelitian
2. Pembuatan Oktober
Proposal
3. Seminar Novemb
Proposal er

4. Pelaksanaan Desember
Penelitian
5. Seminar Januari
Hasil
6. Revisi Februar
i
JUSTIFIKASI ANGGARAN

Justifikasi anggaran berisi rincian biaya kegiatan (dalam ribuan):

Rekapitulasi biaya yang diusulkan


No. Uraian Jumlah (Rp)
1. Bahan habis Pakai Rp 1.600.000,00
2. Peralatan RP 12.755.000, 00
3. Lain lain Rp 7.752.500,00
Jumlah Rp 23.427.000,00

Rincian
1. Bahan Habis Pakai
No. Uraian Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1. Kertas, allpoint, dll Rp. 1.000.000,00
2. Biaya fotocopy Rp. 300.000,00
3. Penjilidan ujian proposal 6 @ 100.000,00 Rp. 600.000,00
4. Penjilidan hasil penelitian 6 @ 100.000,00 Rp. 600.000,00
Jumlah Biaya Rp.2.500.000,00

2. Peralatan
No. Uraian Volume Biaya Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
1. Handuk 30 @ 25.000,00 Rp. 750.000,00
2. Thermometer 5 @ 300.000,00 Rp. 1.500.000,00
3. Tissue 5 @ 15.000,00 Rp. 75.000,00
4. Perlak kecil 30 @ 20.000,00 Rp. 660.000,00
5. Baskom kecil 3 @ 50.000,00 Rp 150.000,00
6. Laptop 1 @ 7.000.000,00 Rp. 7.000.000,00
7. Printer 1 @ 2.000.000,00 Rp. 2.000.000,00
8. Tinta 1 @ 300.000,00 Rp. 300.000,00
9. Flasdisk 1 @ 100.000,00 Rp. 100.000,00
10. handscoon 1 bok @ 100.000,00 Rp.100.000,00
11. Masker 1 bok @ 120.000,00 Rp 120.000,00
Jumlah biaya Rp. 12.755.000,00

3. Lain-lain
No. Uraian Volume Biaya Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
1. Konsultasi 10 100.000,00 1.000.000,00
3. Asisten 2 @1.000.000,00 2.000.000,00
4. Internet 3 @350.000,00 1.050,000,00
5. Transportasi 30 @50.000,00 1.500.000,00
6. Jasa olah 1 2.000.000,00 2.000.000,00
data
7. Materai 3 @7.500,00 22.500,00
8. Kenang – 30 @ 50.000,00 1.500.000,00
kenangan
9.072.500,00
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Meiliana, and Ika Kristiana. 2017. “Hubungan Antara Regulasi Emosi
Dengan Organizational Citizenship Behavior Pada Perawat Rsud Hj. Anna
Lasmanah Banjarnegara.” Empati 6(1): 270–75.
Cahyani, S. D., & Mudaim. 2017. “Hubungan Harga Diri (Self-Esteem) Dengan
Perilaku Asertif Peserta Didik SMK Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran
2016/2017.” Hubungan harga diri (self-esteem) dengan perilaku asertif peserta
didik SMK Negeri 3 Metro tahun pelajaran 2016/2017.
Diefendorff, James M., Rebecca J. Erickson, Alicia A. Grandey, and Jason J.
Dahling. 2011. “Emotional Display Rules as Work Unit Norms: A Multilevel
Analysis of Emotional Labor Among Nurses.” Journal of Occupational Health
Psychology 16(2): 170–86.
Garner, Eric. 2012. Assertiveness.
Gonnelli, C, R Raffagnino, and L Puddu. 2016. “The Emotional Regulation in
Nursing Work : An Integrative Literature Review and Some Proposals for Its
Implementation in Educational Programs.” IOSR Journal of Business and
Management 5(6): 43–49.
Juliansyah, Noor. 2012. Metodologi Penelitian. pertama. Jakarta: KENCANA
PRANADA MEDIA GROUP.
koole, Dillen, Lotte F V A N, and G A L Sheppes. 2010. “The Self- Regulation of
Emotion.” : 22–40.
Machfoedz Ircham. 2019a. Bio Statistik. Revisi. Yogyakarta: Fitramaya.
———. 2019b. Metodologi Penelitian. Revisi. Yogyakarta: Fitramaya.
Ns. Yuliastati, S.Kep, M.Kep, Amelia Arnis, M.Nurs. 2016. Keperawatan Anak.
Pfafman, Tessa. 2017. “Assertiveness.” (January).
Potter, Perry. 2010. Fundamental of Nursing. 7th ed. Salemba Medika.
Prastika, Netty. 2016. “Emosi Positif Pada Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah
Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda.” S E M I N A R A S E A N 2nd
PSYCHOLOGY & HUMANITY: 616–23.
Putri, Ganita Ginanti, and Ika Febrian Kristiana. 2018. “Hubungan Antara Hardiness
Dan Regulasi Emosi Pada Perawat Rumah Sakit Usada Insani Kota Tangerang.”
Empati 6(4): 87–90.
Roberton, Terri, Michael Daffern, and Romola S. Bucks. 2012. “Emotion Regulation
and Aggression.” Aggression and Violent Behavior 17(1): 72–82.
http://dx.doi.org/10.1016/j.avb.2011.09.006.
Seifi, Fereshteh, Sedigheh Ebrahimzadeh, and Sedigheh Ebrahimzadeh. 2016.
“Predicting Job Performance of Nurses Based on Emotional Regulation and
Mental Health Practices.” International Journal of Humanities and Cultural
Studies (IJHCS) ISSN 2356-5926 0(0): 1620–29.
Sri Hananto Ponco, Virgianti Nur Faridah. 2016. “PENERAPAN SUPERVISI
KLINIS KEPALA RUANG UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN
CUCI TANGAN LIMA MOMEN PERAWAT PELAKSANA Sri Hananto
Ponco*, Virgianti Nur Faridah **.” Surya 08(03).
Torrence, Brett S., and Shane Connelly. 2019. “Emotion Regulation Tendencies and
Leadership Performance: An Examination of Cognitive and Behavioral
Regulation Strategies.” Frontiers in Psychology 10(JULY): 1–11.
Widayati, Nur. 2019. “HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN
ASERTIVITAS CORRELATION BETWEEN EMOTION REGULATION
AND ASERTIVENESS IN NURSES AT GRHASIA PSYCHIATRIC
HOSPITAL.” : 2–3.
Widyastuti, Tri. 2017. “Pengaruh Komunikasi Asertif Terhadap Pengelolaan
Konflik.” IX(1): 1–104.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Anak. 6th ed. Jakarta: EGC.
Yanti, R., and B. Warsito. 2013. “Hubungan Karakteristik Perawat, Motivasi, Dan
Supervisi Dengan Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan Keperawatan.” Jurnal
Manajemen Keperawatan 1(2): 111695.
Yektiningsih, Erwin. 2020. “HUBUNGAN ASSERTIVENESS TERHADAP SELF
ESTEEM PADA THE CORRELATION ASSERTIVENESS TO SELF
ESTEEM NURSING STUDENTS.” : 57–62.
Yusuf, Putri, and Ika Kristiana. 2017. “Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan
Perilaku Prososial Pada Siswa Sekolah Menengah Atas.” Empati: Jurnal Karya
Ilmiah S1 Undip 6(3): 98–104.

Anda mungkin juga menyukai