: 7 - 18
Abstract
Associations or organizations both in the form of forum or community or whatever name he is cross-religion in the
city of Semarang is one effort to provide a venue for dialogue and understanding to know each other adherents
of different religions. Results of research took place in Semarang is a phenomenological qualitative research, the
empirical approach. Research results presented are descriptive. Socio-economic and political issues also become a
hot issue in the dialogue that was held regularly by the Interfaith Forum. The forum also provides input and
advice to the Government consideration in particular the Mayor of Semarang city associated with religious
life.There is a problematic that is noteworthy for its stakeholders, so that harmony between religious life can be
enhanced and sustained across generations.When conflicts occur in the field then the solution involves not only
two religious leaders in conflict, but the inter-faith forum in the city of Semarang involve all the existing religious
leaders.
mengatasi ketegangan dalam kehidupan 13. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor
beragama, agar kerukunan hidup beragama 455.2-360 tentang Penataan Klenteng.
selalu dapat tercipta, demi persatuan dan 14. Instruksi Menteri Agama Nomor 4 Tahun
kesatuan bangsa serta pembangunan. 1978 tentang Kebijaksanaan Mengenai
Kebijakan Pembinaan Umat Beragama di Aliran-aliran Kepercayaan.
Indonesia sejak Indonesia merdeka dapat 15. Instruksi Direktur Jenderal Bimas Islam
disebutkan sebagai berikut: Nomor Kep/D/101/78 tentang Tuntunan
1. Penetapan Presiden RI Nomor 1 Tahun Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan
1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan Mushalla.
dan/atau Penodaan Agama. 16. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 84
2. Penetapan Presiden RI Nomor 4 Tahun Tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan
1963 tentang Pengamanan terhadap Penanggulangan Kerukunan Hidup Umat
Barang-barang Cetakan yang Isinya dapat Beragama.
Mengganggu Ketertiban Umum. 17. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 473
3. Instruksi Presiden RI Nomor 14 tahun Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Penanggulangan Kerawanan Kerukunan
Adat Istiadat Cina. Hidup Umat Beragama.
4. Keputusan Bersama Menteri Agama dan 18. Peraturan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri No. 01/BER/Mdn- Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9
Mag/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat
Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Beragama, Pemberdayaan Forum
Pemeluk-pemeluknya. Kerukunan Antar Umat Beragama, dan
5. Instruksi Menteri Agama RI Nomor 3 Pendirian Rumah Ibadat.2
Tahun 1995 tentang Tindak lanjut Ketentuan yang tertuang dalam nomor
Keputusan Bersama Menteri Agama dan urut 1 sampai dengan nomor urut 17 tersebut
Menteri Dalam Negeri Nomor di atas telah disempurnakan isinya dan tertuang
01/BER/MDN-MAG/1969 di Daerah. dalam peraturan bersama Menteri Agama dan
6. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun
Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2006. Dengan lahirnya peraturan bersama
1978 tentang Pedoman Penyiaran Agama. Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
7. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 ini maka segala
Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun ketentuan yang mengatur tentang kehidupan
1979 tentang Tatacara Pelaksanaan umat beragama sebelumnya dinyatakan tidak
Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri berlaku lagi.
kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia.
8. Keputusan Menteri Agama Nomor 35 Materi Pokok tentang Pemeliharaan
Tahun 1980 tentang Wadah Musyawarah Kerukunan Umat Beragama
Antar Umat Beragama. Peraturan Bersama Menteri Agama dan
9. Instruksi Menteri Agama Republik Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun
Indonesia Nomor 3 Tahun 1981 tentang 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas
Pelaksanaan Pembinaan Kerukunan Hidup Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam
Umat Beragama di Daerah Sehubungan Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,
dengan Telah Terbentuknya Wadah Pemberdayaan Forum Kerukunan Antar Umat
Musyawarah antar Umat Beragama. Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat. Di
10. Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia dalam peraturan bersama menteri ini
Nomor : Kep-108/J.A/5/1984 tentang dituangkan tentang beberapa pedoman pokok
Pembentukan Team Koordinasi yaitu 1) ketentuan umum; 2) tugas-tugas kepala
Pengawasan Aliran Kepercayaan daerah/wakil kepala daerah dalam pemeliharaan
Masyarakat. kerukunan umat beragama sebagai bagian
11. Surat Kawat Menteri Dalam Negeri Nomor penting dari kerukunan nasional; 3)
264/KWT/DITPUM/DV/V/75 perihal pembentukan forum kerukunan umat beragama,
Penggunaan Rumah Tempat Tinggal sebagai 4) pedoman pendirian rumah ibadah; 5)ijin
Gereja. sementara pemanfaatan bangunan gedung untuk
12. Surat Kawat Menteri Dalam Negeri Nomor rumah ibadah; 6) penyelesaian perselisihan; 7)
933/KWT/SOSPOL/DV/XI/75 perihal pengawasan dan pelaporan; 8) belanja; 9)
Penjelasan terhadap Surat Kawat Menteri
dalam Negeri Nomor
264/KWT/DITPUM/DV/V/75 tanggal 28 2
Lihat: Himpunan Peraturan Tentang Ketahanan Bangsa,
Nopember 1975. Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008
9
Kearifan Lokal Hubungan Antar
Umat Beragama Di Kota Semarang (Ali Imron HS)
ketentuan peralihan; dan 10) ketentuan menghargai, hormat menghormati antar umat
penutup. beragama sesuai jiwa Pancasila.
Prinsip yang dianut oleh peraturan Penyiaran agama tidak dibenarkan untuk:
bersama ini terkait dengan pemberdayaan a. Ditujukan terhadap orang dan atau orang-
forum kerukunan umat beragama adalah bahwa orang yang telah memeluk sesuatu agama
pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah lain.
upaya bersama umat beragama dan pemerintah b. Dilakukan dengan menggunakan
di bidang pelayanan, pengaturan dan bujukan/pemberian materil, uang, pakaian,
pemberdayaan umat beragama. makanan/minuman, obat-obatan dan lan-
Agar pemberdayaan umat beragama dapat lain agar supaya orang tertarik untuk
terlaksana dengan baik diperlukan adanya suatu memeluk suatu agama.
wadah di tingkat lokal dalam hal ini c. Dilakukan dengan cara-cara penyebaran
kabupaten/kota dan provinsi untuk menghimpun pamlet, buletin, majalah, buku-buku dan
para pemuka agama baik yang memimpin atau sebagainya di daerah-daerah/ di rumah-
tidak memimpin ormas keagamaan. Wadah ini rumah kediaman umat/ orang yang
disebut Forum Kerukunan Umat Beragama beragama lain.
(FKUB) yang menjadi tempat musyawarah d. Dilakukan dengan cara-cara masuk keluar
berbagai masalah keagamaan dan dicarikan jalan dari rumah ke rumah orang yang telah
keluarnya. memeluk agama lain dengan dalih apapun.
Terkait dengan syarat pendirian rumah
ibadah telah tertuang secara teknis dalam pasal Berbagai Perspektif Pluralisme Agama
13 dan 14. Pendirian rumah ibadah didasarkan Secara sosiologis, pluralisme agama adalah
pada keperluan nyata dan sungguh-sungguh suatu kenyataan bahwa kita adalah berbeda-
berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi beda, beragam dan plural dalam hal beragama.
pelayanan umat beragama yang bersangkutan di Ini adalah kenyataan sosial, sesuatu yang niscaya
tingkat kelurahan, tingkat kecamatan, tingkat dan tidak dapat dipungkiri lagi. Dalam kenyataan
kabupaten/kota, dan tingkat provinsi secara sosial, kita telah memeluk agama yang berbeda-
berjenjang. Pendirian rumah ibadah harus beda.
melengkapi dokumen teknis secara tertulis Terdapat beberapa pemikiran diajukan
calon pengguna rumah ibadah 90 orang dan orang untuk mencapai kerukunan dalam
didukung oleh masyarakat setempat paling kehidupan beragama. Pertama, sinkretisme, yaitu
sedikit 60 orang. pendapat yang menyatakan bahwa semua agama
Berikut ini daftar ragaan tiga isu pokok adalah sama. Kedua, reconception, yaitu
dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan menyelami dan meninjau kembali agama sendiri
Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun dalam konfrontasi dengan agama-agama lain.
2006: Ketiga, sintesis, yaitu menciptakan suatu agama
Keterangan: baru yang elemen-elemennya diambilkan dari
1)Pedoman pendirian pelbagai agama, supaya dengan demikian tiap-
rumah ibadah;
2)Pembentukan forum tiap pemeluk agama merasa bahwa sebagian
kerukunan umat beragama, dari ajaran agamanya telah terambil dalam
3)Tugas kepala agama sintesis (campuran) itu. Keempat,
daerah/wakil kepala daerah penggantian, yaitu mengakui bahwa agamanya
dalam pemeliharaan
kerukunan umat beragama sendiri itulah yang benar, sedang agama-agama
sebagai bagian penting dari lain adalah salah; dan berusaha supaya orang-
kerukunan nasional; orang yang lain agama masuk dalam agamanya.
Kelima, agree in disagreement (setuju dalam
Gambar 2 perbedaan), yaitu percaya bahwa agama yang
Tiga Isu Pokok dalam Peraturan Bersama dipeluk itulah agama yang paling baik, dan
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri mempersilahkan orang lain untuk mempercayai
Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 bahwa agama yang dipeluknya adalah agama
yang paling baik.3
Materi Pokok Tentang Pedoman Berikut ini daftar ragaan tiga model
Penyiaran Agama pluralisme:
Pedoman penyiaran agama di Indonesia
diatur dalam Keputusan Menteri Agama Nomor
70 Tahun 1978. Untuk menjaga stabilitas
nasional dan demi tegaknya kerukunan antar
umat beragama, pengembangan dan penyiaran 3
A. Mukti Ali, “Ilmu Perbandingan Agama, Dialog, Dakwah
agama supaya dilaksanakan dengan semangat dan Misi”, dalam Burhanuddin Daja dan Herman Leonard
kerukunan, tenggang rasa, teposeliro, saling Beck (red.), Ilmu Perbandingan agama di Indonesia dan
Belanda, Jakarta : INIS, 1992, hlm. 227-229.
10
Riptek Vol.5 No.I Tahun 2011, Hal.: 7 - 18
4
Samuel P. Huntington, “Benturan Antar Peradaban, Masa
Depan Politik Dunia?” dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 5, : Yayasan Paramadina, 1996, hlm. 163. Lihat juga Parliament
Vol.IV Tahun 1993, hlm. 12. of the World’s Religions, Declaration Toward a Global Ethic,
5
Lihat Bassam Tibi, “Moralitas Internasional sebagai Chicago : t.th., hlm. 5. Lihat juga Zainul Abas, “Dialog
Landasan Lintas Budaya”, dalam M. Nasir Tamara dan Elza Agama, Pluralitas Budaya dan Visi Perdamaian”, dalam
Pelda Taher (ed.), Agama dan Dialog Antar Peradaban, Jakarta Kompas, No. 213 Tahun Ke-32, 31 Januari 1997.
11
Kearifan Lokal Hubungan Antar
Umat Beragama Di Kota Semarang (Ali Imron HS)
Keadaan Penduduk Kota Semarang Kota Semarang pada suatu acara jamuan makan
Berdasarkan jumlah pemeluk agama, siang dan diskusi ringan tentang peran serta
jumlah penduduk Kota Semarang tercatat masyarakat dalam ikut serta mewujudkan visi
sebagai berikut: misi Kota Semarang, tanggal 15 Februari 2006.8
Tabel 1 Tokoh agama yang hadir diwakili oleh
Jumlah Penduduk berdasarkan Pemeluk Agama6 Ketua Organisasi Keagamaan unsur Islam yaitu
Jenis Kelamin MUI (Majelis Ulama Indonesia); unsur Kristen
No Agama Laki- Perempuan Jumlah yaitu PGKS (Persekutuan Gereja-Gereja Kristen
Laki
1 Islam 569.791 588.299 1.158.090
Kota Semarang); unsur Khatolik yaitu VIKEP
2 Katolik 42.415 81.846 (Vikarip Ephiskopalis); unsur Budha yaitu
39.431 WALUBI (Perwalian Umat Budha Indonesia);
3 Kristen 47.639 91.934 unsur Hidhu yaitu PHDI (Parisada Hindu
44.295 Darma Indonesia); unsur Khonghucu yaitu
4 Hindu 974 2.191
1.217 MAKIN (Majelis Agama Khonghucu Indonesia).
5 Budha 6.596 13.119 Adapun dari unsur tokoh masyarakat yang hadir
6.523 diwakili dari pengurus Forum LPMK (Lembaga
6 Lainnya 826 1.623 Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) Kota dan
797
FIM (Forum Interaktif Masyarakat) se Kota
Jumlah 662.054 686.749 1.348.803
semarang.
Tabel 3
Contoh Kasus yang Mengganggu Kerukunan Umat Beragama
No Uraian Kasus Permasalahan Penyelesaiannya
1 Di Kecamatan Genuk, berupa Aktifitas pembinaan iman yang dilakukan oleh Berhasil diselesaikan dengan
pengrusakan bangunan sekelompok orang di sebuah bangunan yang secara baik oleh Muspika Kecamatan
dengan pelemparan bom lahiriah berbentuk rumah tinggal bukan tempat Genuk dengan melibatkan
molotov, oleh warga sekitar, ibadah. beberapa tokoh agama di
antara komunitas Kristen Aktifitas berupa nyanyian rokhani atau puji-pujian tingkat kecamatan dan kota.
dengan Muslim. terhadap Tuhan, juga berupa semacam kegiatan Tokoh agama yang dilibatkan
pendalaman injil atau di dalam komunitas muslim tidak hanya dari komunitas
dikenal dengan istilah pengajian rutin bahkan juga Kristen dan Islam saja, tetapi
ada kegiatan bhakti sosial. melibatkan juga semua tokoh
agama yang lain.
Upaya yang dilakukan melalui
musyawarah dengan diawali
mediasi.
2 Di Sendangmulyo, berupa Penggunaan rumah tinggal tokoh agama Kristen Berhasil diselesaikan di
pelarangan aktifitas untuk pembinaan iman. tingkat kelurahan. Diadakan
pembinaan iman Kristen, oleh Warga masyarakat sekitar (komunitas muslim) musyawarah melalui
warga sekitar, antara merasa tidak nyaman. pendekatan kekeluargaan.
komunitas Kristen dengan Tidak adanya komunikasi yang baik antara pemilik Permasalahan dikembalikan
Muslim rumah dengan warga sekitar. pada aturan yang ada.
Warga sekitar menganggap bahwa aktifitas Disepakati kegiatan
pembinaan iman ini merupakan kegiatan gereja dan pembinaan iman umat tetap
mereka mempunyai pemahaman bahwa rumah berjalan, akan tetapi harus
tinggal ini akan dijadikan gereja. bergilir dari rumah jamaah ke
Kehawatiran yang berlebih dan sangat mengganggu rumah yang lain, tidak terus
ketenteraman rohani mereka. menerus di rumah tokoh
agama tertentu.
3 Perusakan dan upaya paksa LDII dianggap sebagai komunitas menyimpang dari Berhasil diselesaikan dengan
pengusiran jama`ah LDII yang ajaran agama Islam oleh kelompok yang melakukan baik di tingkat kecamatan.
sedang melakukan kegiatan pengusiran. Peran aktif MUI dan Muspika
ibadah di Kecamatan Anggapan seperti ini terjadi karena di antara dalam mengurai
Ngaliyan, oleh warga mereka tidak pernah terjadi interaksi sosial. permasalahan tersebut.
(Muslim) sekitar mesjid. Masjid LDII telah dibangun dan sudah ada Upaya mediasi dan
rekomendasi dari Kementerian Agama Kota musyawarah.
Semarang.
Dalam aktifitasnya, LDII terkesan tertutup dan
kurang beriteraksi dengan masyarakat sekitar
masjid.
Komunitas LDII yang melaksanakan kegiatan di
masjid tersebut berasal dari beberapa wilayah di
sekitar Kecamatan Ngaliyan dan sekitarnya.
Pengikut LDII yang berasal dari berbagai wilayah
inilah yang secara tidak langsung mengundang
perhatian dari warga sekitar.
4 Keberatan warga atas Sebuah vihara akan dibangun (baru berupa Permasalahan vihara di
pendirian vihara di Kuningan pengerasan tanah dan pondasi bangunan) dan Kuningan ini sedang
Semarang Utara mendapatkan tentangan dari vihara lain yang diupayakan jalan keluarnya
jaraknya hanya beberapa meter & warga sekitar oleh Walubi. Forum lintas
vihara yang akan dibangun ini secara administratif agama memantau secara pasif
sudah mengantongi IMB dari pemerintah kota. karena menyangkut
perselisihan intern umat se
agama.
Beberapa faktor pendorong kerukunan antar 4) rukun berdampingan saling menghormati dan
umat beragama di Kota Semarang, di antaranya menghargai.
adalah sebagai berikut:11 5) Kematangan berfikir, keterbukaan sikap para
1) Munculnya beberapa wadah atau forum atau penganut agama dan kebiasaan bersilaturahim
paguyuban lintas agama yang dapat atau berkunjung oleh tokoh agama tokoh
memfasilitasi bagi para penganut agama untuk masyarakat dan pejabat pemerintah ketika
berkomunikasi secara sinergis dan diskusi perayaan hari besar keagamaan secara
secara langsung dan berkesinambungan. bergantian.
2) Pemerintah daerah memfasilitasi berbagai 6) Ikut sertanya media massa dalam mendukung
kegiatan yang telah diprogramkan oleh wadah kehidupan keberagamaan melalui pemberitaan
atau forum atau paguyuban lintas agama. yang adil dan berimbang dalam setiap liputan
3) Adanya iktikad baik dari para pemimpin atau berita kegiatan keagamaan tertentu.
tokoh agama di Kota Semarang untuk hidup 7) Pelibatan generasi muda dalam setiap
penyelenggaraan kegiatan lintas agama.
8) Adanya semangat gotong royong dan saling
11
Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai pihak yang hormat menghormati kebebasan menjalankan
terlibat langsung dengan forum lintas agama di Kota Semarang,
*
) DR.H.Ali Imron HS, Staf Peneliti LP3M Universitas Wahid Hasyim Semarang; dosen Pascasarjana IAIN
Walisongo Semarang. E-mail: imronmangkang@yahoo.com
Kearifan Lokal Hubungan Antar
Umat Beragama Di Kota Semarang (Ali Imron HS)
8
Riptek Vol.5 No.I Tahun 2011, Hal.: 7 - 18
kerukunan antar umat beragama di Kota Abdullah, M. Amin. 1993. “Etika dan Dialog Antar
Semarang adalah 1) Kurang optimalnya kualitas Agama: Perspektif Islam”, dalam Jurnal
dialog antar umat beragama; 2) Warisan politik Ulumul Qur’an. Vol. IV. No. 4.
imperialis peninggalan Kolonial; 3) Fanatisme
dangkal oleh kelompok sekte-sekte agama Al-Faruqi, Ismail Raji (ed.). 1994. Trialog Tiga Agama
tertentu; 4) Kesenjangan sosial ekonomi; 5) Besar: Yahudi, Kristen, Islam, alih bahasa Joko
Masih adanya kecurigaan dan ketidakpercayaan Susilo Kahhar dan Supriyanto Abdullah.
kepada orang lain; 6) Sikap sentimen dan cara- Cet. I, Surabaya : Pustaka Progressif
cara agresif penyebaran agama; 7) Ketegangan
politik yang melibatkan kelompok agama; 8) Buku Laporan Kegiatan Paguyuban PETAMAS Kota
Pengaburan nilai-nilai ajaran agama dan ketidak Semarang tahun 2006 – 2008, Kantor
matangan dan ketertutupan penganut agama. Kesbangpollinmas Kota Semarang.
3. Terdapat problematika yang patut diperhatikan
bagi para pemangku kepentingan, agar
kerukunan hidup antar umat beragama dapat Christopher, Daniel L. Smith (editor). 2005. Lebih
terus ditingkatkan dan berkesinambungan antar Tajam Dari Pedang Refleksi Agama-Agama
generasi. Kajian agama merupakan salah satu hal Tentang Paradoks Kekerasan, Yogyakarta:
yang penting untuk diperhatikan. Kanisius.
9
Kearifan Lokal Hubungan Antar
Umat Beragama Di Kota Semarang (Ali Imron HS)
Madjid, Nurcholish. 1990. “Hubungan Antar Umat Soekanto, Soerjono.1982. Sosiologi Suatu Pengantar,
Beragama : Antara Ajaran dan Kenyataan”, Jakarta: CV. Rajawali.
dalam W.A.L. Stokhof (red.), Ilmu
Perbandingan Agama di Indonesia (Beberapa Surat Keputusan Walikota Semarang Nomor
Permasalahan). Jilid VII. Jakarta : INIS. 450/64 tahun 2007 tanggal 28 Februari
2007, Kantor Kesbangpollinmas Kota
Magnis Suseno, Frans. Junjung Tinggi Pluralitas: Semarang.
Pengerasan Identitas Kelompok Akan
Membunuh Diri Sendiri, Kompas 12 Mei 2008 Tamara, M. Nasir dan Taher, Elza Pelda (ed.). 1996.
Agama dan Dialog Antar Peradaban, Jakarta :
Misrawi, Zuhairi. Toleransi Sebagai Kuasa Nilai, Yayasan Paramadina.
dalam Kompas, 24 Mei 2008.
Thaher, Tarmizi. “Kerukunan Hidup Umat
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Beragama dan Studi Agama-Agama di
Dalam Negeri, Puslitbang Kehidupan Indonesia” dalam Mursyid Ali (ed.), Studi
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Agama-Agama di Perguruan Tinggi, Bingkai
Departemen Agama, Jakarta 2006 Sosio-Kultural Kerukunan Hidup Antar Umat
Beragama di Indonesia, Jakarta : Balitbang
Profil Kota Semarang. Kantor Informasi dan
Komunikasi Kota Semarang, 2006 Wahid, Abdurrahman. 1998. “Dialog Agama dan
Masalah Pendangkalan Agama”, dalam
P. Huntington, Samuel. 1993. “Benturan Antar Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF
Peradaban, Masa Depan Politik Dunia?” (ed.), Passing Over: Melintasi Batas Agama,
dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 5, Vol.IV. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
10