Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL BOOK REVIEW

(CBR)

Disusun Oleh
Nama : JODI ANGGARA
NIM : 5191250011
Dosen Pengampu : - Ir. Hamidun Batubara, MT.
- Syahreza Alvan, ST., MT.
Matkul : Teknik Jalan Raya Kelas
Kelas : B- Teknik Sipil

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL B 2019
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan YME, karena berkat anugerah-Nya
saya dapat meyelesaikan Critical Book Review (CBR) ini yang diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Teknik Jalan Raya tepat waktu.

Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada: Bapak Ir. Hamidun Batubara, MT.
selaku dosen pengampu mata kuliah Teknik Jalan Raya, yang telah memberikan tugas ini dan
bimbingannya sehingga tugas ini berjalan dengan baik.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kesalahan yang
ada.

Medan, November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARii
DAFTAR ISIiii
BAB I PENDAHULUAN10
1.1 Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review (CBR) 1
1.2 Tujuan Penulisan Critical Book Review (CBR1
1.3 Manfaat Critical Book Review (CBR) 1
1.4 Identitas Buku2
BAB II PEMBAHASAN3
2.1 Jenis dan fungsi lapisan perkerasan3
2.2 Perencanaan tebal perkerasan lentur jalan baru 5
2.3 Material konstruksi perkerasan 7
BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU9
3.1 Kelebihan Buku9
3.2 Kekurangan Buku9
BAB IV PENUTUP10
4.1 Kesimpulan10
4.2 Saran10
DAFTAR PUSTAKA11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review (CBR)
Pentingnya Critical Book Review Dewasa ini, pendidikan Indonesia mengalami
transformasi yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat pergeseran paradigma pendidikan
yang didominasi oleh aspek kognitif saja menuju pendidikan yang lebih menekankan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang berdasarkan proses dan pengalaman
belajar. Selain itu, aspek kognitif yang dilatih bukan hanya pada level mengingat,
memahami, dan menerapkan saja, namun telah meningkat pada kemampuan analisis,
sintesis, evaluasi, dan kemampuan mencipta.
Pendidikan di abad ini penting untuk menjamin peserta didik—siswa maupun
mahasiswa— memiliki keterampilan belajar dan berinovasi serta terampil
menggunakannya sebagai life skill. Keterampilan belajar dan berinovasi meliputi
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, serta
kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi. Kemampuan mengomunikasikan hasil
pemikiran dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan bagi mahasiswa adalah Critical
Book Review. Secara harfiah, Critical Book Review adalah kegiatan mengkritisi
sebuah Buku. Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami.Terkadang kita memilih satu buku,namun kurang memuaskan hati
kita.Misalnya dari segi analisis bahasa , pembahasan tentang Metode Pnelitian .
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Review ini untuk mempermudah
pembaca dalam memilih buku referensi.

1.2 Tujuan Penulisan Critical Book Review (CBR)


Critical Book Review ini disusun bertujuan untuk:
1. Penyelesaian tugas individu pada mata kuliah Teknik Jalan Raya pada Program
Studi S1 Teknik Sipil Universitas Negeri Medan.
2. Agar mampu meningkatkan kemampuan meringkas isi buku.
3. Agar mampu membandingkan buku dengan buku-buku lain.
4. Mampu mengkontruksi buku (cover, layout, dan tata bahasa)

1.3 Manfaat Critical Book Review (CBR)


Secara sederhana penulisan Critical Book Review memiliki beberapa manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat secara Teoritis, yaitu dapat menambah wawasan yang berkaitan
dengan profesi dan dapat menambah minat pembaca.
2. Dapat dengan lebih mudah memahami suatu proses pembelajaran dengan
mengulas isi buku tersebut
3. Dapat sebagai bahan pertimbangan
4. Dapat sebagai pengembangan kreatifitas
5. Dapat sebagai referensi

1
1.4. Identitas buku

Judul : PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA


Penulis : Silvia Sukirman
Kota Terbit : Bandung
Tahun Terbit : 1999
Penerbit : Nova
Tebal Buku : 241 Halaman
ISBN : 979-95847-1-x

2
BABA II
PEMBAHASAN

2.1 JENIS DAN FUNGSI LAPISAN PERKERASAN


A. Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan yang terletak paling atas disebut lapis permukaan, dan berfungsi sebagai
1. Lapis perkerasan penahan beban roda, lapisan mempunyai stabilitas tinggi untuk
menahan roda selama masa pelayanan.
2. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap kelapisan
di bawahnya dan melemahkan lapisan-lapisan tersebut.
3. Lapis aus (wearing course), lapisan yang langsung menderitas gesekan akibat rem
kendaraan sehingga mudah menjadi aus
4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan lain yang mempunyai daya dukung yang lebih jelek.
Guna dapat memenuhi fungsi di atas, pada umumnya lapisan permukaan dibuat
dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang
kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. Jenis lapis
permukaan yang umum digunakan di Indonesia antara lain :
1. Lapisan bersifat nonstruktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air antara
lai:
 Burtu (Laburan aspal satu lapis)
 Burda (Laburan aspal dua lapis)
 Latasir (Lapis tipis aspal pasir)
 Buras (Laburan aspal)
 Latasbun (Lapis tipis asbuton murni)
 Lataston (Lapis tipis aspal beton)
2. Lapisan berdifat structural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan &
menyebarkan beban roda.
 Penetrasi Macadam (Lapen), lapisan yang terdiri dari agregat pokok dan
agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal
dengan cara disemprotkan di antara dan dipadatkan lapis demi
 Lasbutag, lapisan yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton, dan
bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin.
 Laston (Lapis aspal beton), lapisan yang terdiri dari campuran aspal keras
dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan
dipadatkan pada suhu tertentu.

B. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)


Lapisan ini terletak diantara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Fungsi lapisan
pondasi atas ini adalah :
1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban ke lapisan di bawahnya
3
2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah
3. Bantalan terhadap lapisan permukaan
Jenis lapis pondasi atas yang umum digunakan di Indonesia antara lain :
1. Pondasi macadam
2. Pondasi Telford
3. Penetrasi Macadam (lapen)
4. Aspal beton pondasi (Asphalt Concrete Base/Asphalt Treated Base)

C. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)


Lapisan ini terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar. Lapis pondasi bawah ini
berfungsi sebagai :
1. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai CBR 20% dan Plastisitas Indeks (PI) ≤
10%.
2. Effisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatip murah
dibandingkan dengan lapisan perkerasan diatasnya.
3. Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal.
4. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
5. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancer. Hal ini sehubungan dengan
kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh
cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah dasar menahan rodaroda alat besar.
6. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondais atas.
Jenis lapisan pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:
1. Agregat bergradasi baik, dibedakan atas : sirtu/pitrun kelas A, kelas B, dan kelas
C.
2. Stabilisasi a. Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Treated Subbase) b.
Stabilisasi agregat dengan kapur (Liem Treated Subbase) c. Stabilisasi tanah
dengan semen (Soil Cement Stabilization) d. Stabilisasi tanah dengan kapur ( Soil
Lime Stabilization)

D. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)


Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik,
tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan atau tanah yang distabilisai
dengan kapur atau bahan lainnya. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah
dasar dibedakan atas :
a. Lapisan tanah dasar, tanah galian
b. Lapisan tanah dasar, tanah timbunan
c. Lapisan tanah dasar, tanah asli

4
2.2 PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN BARU
Perencanaan tebal perkerasan lentur jalan baru umumnya dapat dibedakan atas 2
metode yaitu:
1. Metode empiris Metode ini dikembangkan berdasarkan pengalaman dan
penelitian dari jalanjalan yang dibuat khusus untuk penelitian atau dari jalan
yang sudah ada. Terdapat banyak metode empiris yang telah dikembangkan
oleh berbagai Negara, seperti :
1) Metode AASHTO, Amerika Serikat
2) Metode Bina Marga, Indonesia, yang merupakan modifikasi dari metode
AASHTO 1972 revisi 1981.
3) Metode NAASRA, Australia.
4) Metode Road Note 29 dan 31, Inggris
5) Metode Asphalt Institute. Disamping metode di atas terdapat banyak
metode lain seperti metode yang dikembangkan oleh Japan Assc, NCSA,
dll.
2. Metode teoritis Metode ini dikembangkan berdasarkan teori matematis dari
sifat tegangan dan regangan pada lapisan perkerasan akibat beban berulang
dari lalu lintas. Metode teoritis yang umum dipergunakan saat ini berdasarkan
teori elastis (elastic layered theory). Teori ini membutuhkan nilai modulus
elastisitas dan Poisson ratio dari setiap lapisan perkerasan.

A. Metode Analisa Komponen SKBI.2.3.26.1987 UDC:625.73(02)


Metode ini merupakan metode yang bersumber dari metode AASHTO’72 dan
dimodifikasi sesuai dengan kondisi jalan di Indonesia dan merupakan penyempurnaan
dari Buku Pedoman Penetuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya No.01/PD/B/1983.
Indonesia mempergunakan rumus dasar tersebut tetapi telah disesuaikan dengan alam
kondisi Indonesia seperti:
1. Indeks Permukaan awal
Lapis permukaan di Indonesia terdiri dari berbagai jenis yang berbeda mutunya
satu sama lain. Oleh karena itu IPo tidak dapat dipergunakan hanya satu nilai
seperti yang dipergunakan oleh AASHTO.
2. AASHTO mempergunakan 2 nilai untuk IPt yaitu IPt = 2,0 dan 2,5; sedangkan
Indonesia mempergunakan 4 nilai yaitu IPt = 1; 1,5; 2 dan 2,5 sesuai dengan
fungsi jalan dan besarnya lintas ekivalen rencana.
3. Factor Regional yang dipergunakan oleh AASHTO berkembang terutama
disebabkan oleh adanya 4 musim di samping factor-faktor pengaruh lainnya
seperti drainase, muka air tanah, kelandaian jalan, dls. Di Indonesia factor
regional yang membedakan satu jalan dengan lainnya terutama disebabkan oleh
kondisi curah hujan, dimana Indonesia mempunyai iklim tropis, disamping factor-
faktor yang disebut di atas. Nilai factor regional yang dipergunakan di Indonesia
bervariasi antara 0,5 – 4.
4. Nomogram-nomogram yang dipersiapkan oleh AASHTO adalah untuk umur
rencana 20 tahun, sedangkan Bina Marga mempersiapkan nomogram untuk umur
rencana 10 tahun. Penggunaan nomogram untuk umur rencana yang bukan 10

5
tahun dapat dilakukan dengan mempergunakan Faktor penyesuaian (FP = umur
rencana / 10).

B. Metode AASHTO 1986


Metode perencanaan tebal perkerasan lentur AASHTO berkembang semenjak
dimulainya pengujian lapangan yang dilaksanakan di Ottawa, negara bagian Minois.
Perkembangan metode berkelanjutan sesuai dengan hasil pengamatan, pengalaman,
penelitian yang diperoleh. Hal ini terlihat dengan dikeluarkannya AASHTO Guide for
Design of Pavement Struvture, 1986.
Daya dukung tanah dasar pada metode AASHTO’72 merupakan angka empiris yang
diperoleh dari pemeriksaan besarnya CBR pada lapisan tanah dasar dan lapisan
pondasi jalan percobaan. Sedangkan pada metode AASHTO’86 daya dukung tanah
dasar telah dinyatakan dengan modulus resilient yang dapat diperoleh dari hasil
pemeriksaan di laboratorium.
Faktor regional (R) yang dipergunakan pada metode AASHTO’72, merupakan factor
untuk membedakan kondisi lingkungan jalan yang direncanakan dengan jalan
percobaan AASHO, yang juga diperoleh secara empiris, tidak lagi dipergunakan.
Perbedaan kondisi lingkungan dapat dinyatakan dalam koefisien drainase, kehilangan
tingkat pelayanan, dan simpangan baku keseluruhan.
Berikut prosedur perencanaan tebal perkerasan dengan mempergunakan metode
AASHTO’86. Langkah-langkah perencanaan tebal lapisan perkerasan dengan
mepergunakan metode ini adalah :
Tentukan parameter perencanaan yang terdiri dari :
a. Batasan waktu Batasan waktu meliputi pemilihan lamanya umur rencana dan
umur kinerja jalan (performance periode). Umur kinerja jalan adalah masa
pelayanan jalan dimana pada akhir masa pelayanan dibutuhkan rehabilitasi atau
overlay. Umur rencana dapat sama atau lebih besar dari umur kinerja jalan.
b. Beban lalu lintas dan tingkat pertumbuhan lalu lintas, sehingga dapat ditentukan
lintas ekivalen kumulatip selama umur rencana dan selama umur kinerja jalan
tersebut.
c. Reliabilitas dan simpangan baku keseluruhan Reliabilitas adalah nilai probabilitas
dari kemungkinan tingkat pelayanan dapat dipertahankan selama masa pelayanan
dipandang dari sipemakai jalan. Reliabilitas adalah nilai jaminan bahwa perkiraan
beban lalu lintas yang akan memakai jalan tersebut dipenuhi.
d. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi masa pelayanan
jalan tersebut. Factor perubahan kadar air pada tanah berbutir halus
memungkinkan tanah tersebut akan mengalami pengembangan (swelling) yang
mengakibatkan kondisi daya dukung tanah dasar menurun. Pengaruh perubahan
musim, perbedaan temperature, kerusakan –kerusakan akibat lelahnya bahan, sifat
material yang dipergunakan dapat pula mempengaruhi umur pelayanan jalan.
e. Kriteria kinerja jalan Kinerja jalan yang diharapkan dinyatakan dalam nilai indeks
permukaan (IP) pada awal umur rencana (IPo) dan pada akhir umur rencana (IPt).
f. Nilai modulus resilien tanah dasar, MR, yang dapat diperoleh dari pemeriksaan
AASHTO T274 atau korelasi dengan nilai CBR. Modulus resilien efektif untuk

6
tanah dasar yang dipergunakan dalam perencanaan tebal perkerasan adalah harga
korelasi yang diperoleh dari kerusakan relative ratarata dalam setahun.
g. Faktor drainase Sistem drainase dari jalan sangat mempengaruhi kinerja jalan
tersebut. Tingkat kecepatan pengeringan air yang jatuh/terdapat pada konstruksi
jalan raya bersama-sama dengan beban lalu lintas dan kondisi permukaan jalan
sangat mempengaruhi umur pelayanan jalan.
h. Tentukan ITP tahap pertama dengan mempergunakan nomogram
i. ITP yang diperoleh pada langkah h adalah ITP dengan asumsi tidak terdapat
penurunan IP akibat swelling, dengan demikian berarti ITP untuk umur kinerja
jalan maksimum. Karena terdapat penurunan IP akibat swelling, umur kinerja
jalan berkurang sehingga tidak lagi sama dengan umur kerja jalan maksimum.
Lapisan tambahan harus dilaksanakan umur kinerja jalan yang direncanakan (=
umur kinerja jalan maksimum) untuk tahap pertama selesai.
j. Pilih jenis lapisan perkerasan yang akan dipergunakan. Tentukan besarnya
koefisien relative dan modulus resilient dari lapis permukaan, lapis pondasi atas,
dan lapis pondasi bawah yang akan dipergunakan.
k. Tentukan tebal masing-masing lapisan.

2.3 MATERIAL KONSTRUKSI PERKERASAN


A. Tanah Dasar Perkerasan jalan diletakkan diatas tanah dasar, dengan demikian secara
keseluruhan mutu dan daya tahan konstruksi perkerasan tak lepas dari sifat tanah
dasar. Tanah dasar yang baik untuk konstruksi perkerasan jalan adalah tanah dasar
yang berasal dari lokasi itu sendiri dan didekatnya, yang telah dipadatkan sampai
tingkat kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya dukung yang baik serta
berkemampuan mempertahankan perubahan volume selama masa pelayanan
walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan dan jenis tanah setempat. Sifat
masing-masing jenis tanah tergantung dari tekstur, kepadatan, kadar air, kondisi
lingkunagn, dll.

B. Agregat Agregat/batuan didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang
keras dan penyal (solid). ASTM (1974) mendefiniskan batuan sebagai suatu bahan
yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar maupun berupa
fragmen-fragmen. Agregat/batuan merupakan komponen utama dari lapisan
perkerasan jalan yaitu mengandung 90-95% agregat berdasarkan persentase berat atau
75-85% agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian daya dukung,
keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil
campuran agregat dengan material lain.

C. Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada
temperature ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu
temperature tertentu aspal dapat menjadi lunak/cair sehingga dapat membungkus
partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk kedalam pori-
pori yang ada pada penyemprotan/penyiraman pada perkerasan macadam ataupun
pelaburan. Jika temperature mulai turun , aspal akan mengeras dan mengikat agregat
pada tempatnya (sifat termoplastis). Sebagai salah satu material konstruksi perkerasan

7
lentur, aspal merupakan salah satu komponen kecil, umumnya hanya 4-10%
berdasarkan berat atau 10-15% berdasarkan volume, tetapi merupakan komponen
yang relative mahal.

8
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

3.1 KELEBIHAN
Kelebihan dari buku ini adalah materi yang dipaparkan lengkap dan mudah untuk dipahami.
Dan lengkap beserta data-data yang diperlukan
3.2 KEKURANGAN
Kekurangan pada buku ini adalah terdapat beberapa kata yang kurang baku dan masih ada
kalimat/kata yang kurang jelas dan terlalu bertele-tele (kurang efektif)

9
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perkerasan lentur adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal
sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan bawahnya. Sehingga lapisan
perkerasan tersebut mempunyai flexibilitas/kelenturan yang dapat mencipatakan
kenyamanan kendaraan dalam melintas diatasnya. Terdapat beberapa macam jenis lapisan
pada perkerasan jalan yaitu : Lapisan Permukaan (Surface Course), Lapisan Pondasi Atas
(Base Course), Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course), dan Lapisan Tanah Dasar
(Subgrade). Pada perencanaan tebal perkerasan lentur jalan terdapat 2 metode yaitu : metode
empiris dan metode teoritis
4.2 Saran
Beberapa saran untuk pembaca agar tidak mudah diselewengkan oleh pihak lain. Tidak
seperti buku-buku lain, yang cenderung terlalu dalam dan menjelimet, buku ini justru
memberikan dasar-dasar yang mudah dimengerti oleh pembacanya, dan juga memberikan
parameter-parameter penting yang perlu diketahui oleh mahasiswa tingkat awal.

DAFTAR PUSTAKA

10
Sukirman, Silvia. 1999. “PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA”. Bandung : No

11

Anda mungkin juga menyukai