Anda di halaman 1dari 28

A.

PREVALENSI
Luka bakar (Combustio) merupakan salah satu kejadian yang sering terjadi pada
masyarakat. Menurut WHO pada tahun 2004 telah terjadi kasus kebakaran secara tidak sengaja
sebesar 7,1 juta di dunia. Pada tahun yang sama WHO mencatat sebanyak 310.000 orang
meninggal dunia akibat luka bakar.
Data yang diperoleh dari WHO menyebutkan bahwa wanita di wilayah Asia Tenggara
memiliki angka kejadian luka bakar yang tertinggi, 27% dari angka keseluruhan secara global
meninggal dunia dan hampir 70% diantaranya adalah wanita.

Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan yang diriIis pada 2013 mencatat, luka
bakar menempati urutan keenam penyebab cedera tidak disengaja (unintentional injury) setelah
jatuh, sepeda motor, benda tajam/tumpul, transportasi darat Iain, dan kejatuhan dengan tingkat
prevalensi 0,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mencatat, luka bakar menyebabkan sekitar 195.000 jiwa meninggal di Indonesia setiap tahun.

Riset Kementerian Kesehatan tersebut juga menekankan anak-anak usia 1-4 tahun
menjadi kelompok umur yang paling rentan terkena luka bakar dengan tingkat prevalensi sampai
1,5 persen.

Menurut RISKESDAS (2013) prevalensi cedera di Indonesia sebanyak 7,5% salah


satunya karena luka bakar yaitu sebanyak 2,2%, di Jawa Tengah sendiri prevalensi luka bakar
sebanyak 2,1% penyebabnya yaitu terbakar, tersiram air panas atau bahan kimia berbahaya dan
sengatan listrik.
Kejadian luka bakar di dunia mayoritas terjadi di negara dengan penghasilan rendah
sampai dengan menengah, data menunjukan wilayah Afrika dan Asia Tenggara menyumbangkan
angka terbanyak sebesar 60% kematian setiap tahunnya (WHO, 2018).
Menurut World Health Organization tahun 2018 Diperkirakan 265.000 orang meninggal
setiap tahunnya karena luka bakar yang berhubungan langsung dengan api, ada lebih banyak
kematian akibat luka bakar bahan kimia, luka bakar sengatan listrik, dan bentuk luka bakar
lainnya yang tidak terdata. Data Nasional terbaru mengenai angka mortalitas atau data kejadian
luka bakar di seluruh Indonesia masih belum ada.
B. PENGERTIAN
Luka bakar adalah bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan yang disebabkan oleh
sumber daya yang memiliki suhu yang sangat tinggi yaitu api, air panas, zat kimia, listrik, dan
radiasi (Moenadjat, 2009).
Luka bakar ditimbulkan panas kering atau panas basah, terkena bahan kimia, asur listrik,
dan radiasi (Long Barbara. C; 1996;640)
Luka bakar (combutio) adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan bend-benda yang menghasilkan panas atau zat-zat yang bersifat membakar. Penyebab
kondisi ini adalah termis/panas antara lain api, minyak panas, air panas, besi panas, dan
sebagainya. Chemical/bahan kimia atara lain asam sulfat pekat (H 2SO4), Lysol pekat KOH (basa
kuat), dan lainnya.

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi dapat dilihat dari derajat dalamnya luka bakar, tergantung dari panas/tingkat panas,
lamanya kontak dengan kulit dan bahan alkali kuat atau basa kuat. Dalamnya luka bakar
dibedakan menjadi :
1. Tingkat I (stadium eritematosa)
Bisa juga disebut luka bakar superfisial. Hanya mengenai epidermis, gejala-gejala klinis
kulit kemerahan, kulit kering, hanya terdapat rasa nyeri.
Misalnya : luka bakar oleh sinar matahari (kulit yang terkena hanya bagian epidermis
saja)
2. Tingkat II (stadium bullosa)
Mengenai lapisan epidermis dan lapisan atas korium. Stadium ini dapat dibagi menjadi 2,
yaitu :
 Superfisial
Mengenai epidermis dan lapisan atas korium sedangkan elemen epitel baru sedikit
yang kena. Struktur yang merupakan elemen epithel yaitu folikel rambut, kelenjar
lemal dan kelenjar-kelenjar keringat. Stadium ini lebih cepat sembuh karena
elemen epitel masih banyak (sembuh dalam 1-2 minggu).
 Deep/dalam
Mengenai struktur kulit yang lebih dalam tetapi belum seluruh tebal kulit yang
terkena. Gejala klinik terbentuknya bullae, banyak mengeluarkan eksudat, dan
banyak mengeluarkan cairan (plasma dan elektrolit). Akan sembuh dalam 3-4
minggu.
Misalnya : kulit yang melepuh, cedera radiasi (kulit yang terkena termasuk epidermis dan
bagian dermis)
3. Tingkat III (stadium karbonisasi)
Mengenai seluruh tebal kulit bahkan sampai mengenai tulang. Gejala klinik rasa nyeri
berkurang dibandingkan dengan tingkat I dan II, tampak lesi pucat kecoklatan dengan
permukaan lebih rendah dari bagian yang terkan (sembuh dalam 3-5 bulan).
Misalnya : luka bakar akibat ledakan, arus listrik, gas ( kulit yang terkena termasuk
epidermis, keseluruhan dermis dan terkadang jaringan subkutan).

Kemudian berdasarkan luas luka bakar,dibawah ini adalah kriteria menurut American Burn
Association :
1. Luka Bakar Ringan (Minor)
 Luka bakar dengan luas permukaan <15%, 10% pada anak -anak daerah
permukaan tubuh (Body Surface Area/BSA), kulit tampak agak menonjol.
 Luka dengan seluruh ketebalan kulit dengan luas permukaan <2% daerah
permukaan tubuh (BSA) tetapi luka tidak mengenai daerah wajah, mata, telinga
atau perineum).
 Biasanya mendapat perawatan awal di UGD, kemudian dipulangkan dengan
instruksi dibagian rawat jalan.
2. Luka Bakar Sedang (Moderate)
 Luka yang mengenai sebagian ketebalan kulit di bawah 15-20% daerah
permukaan tubuh (BSA) atau 10-20% pada anak –anak.
 Luka yang mengenai seluruh ketebalan kulit 2-10% daerah permukaan tubuh
(BSA) tetapi luka tidak mengenai daerah wajah, mata, telinga atau perineum
(tidak berhubungan dengan komplikasi)
 Umumnya ditangani dibagian rawat inap.
3. Luka Bakar Berat (Major)
 Luka yang mengenai sebagian ketebalan kulit > 25% daerah permukaan tubuh
(BSA) atau 20% pada anak –anak.
 Luka yang mengenai seluruh ketebalan kulit lebih dari 10% daerah permukaan
tubuh (BSA)
 Semua luka bakar yang mengenai daerah wajah, mata, telinga atau perineum
 Luka bakar karena sengatan listrik
 Luka bakar inhalasi
 Luka bakar yang disebabkan oleh trauma jaringan berat
 Semua pasien dengan resiko buruk
 Biasanya dibawa ke fasilitas perawatan luka bakar khusus, setelah mendapat
perawatan kedaruratan di tempat kejadian.

Setelah dijabarkan kedua kriteria di atas, pada penelitian ini menggunakan catatan
medic maka lebih tepat menggunakan kriteria dari ABA karena pada kriteria WHO
cenderung lebih subjektif karena melihat bentuk luka bakar dan kedalamannya
sedangakan pada kriteria ABA lebih objektif karena melihat dari luas luka bakar.

D. ETIOLOGI
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas atau objek-objek panas lainnya dengan pajanan lebih dari 15 menit
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau
basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya
karena kontak dengan zat – zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer
yang memiliki sifat korosif. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat
menyebabkan luka bakar kimia.
3. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi
untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
4. Luka Bakar Elektrik/Listrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya
voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
5. Luka Bakar Inhalasi
Luka bakar inhalasi disebabkan oleh terhirupnya gas panas, cairan panas atau .produk
berbahaya dari proses pembakaran yang tidak sempurna. Contoh: proses pambakaran yang
berasal dari bahan dasar karbon seperti, kayu, batu bara, dan bahan organik lainnya.

E. PATOFISIOLOGI
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Destruksi
jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran
nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral
dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning
agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi. Kedalaman luka bakar tergantung pada suhu
agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Pajanan selama 15 menit
dengan air panas dengan suhu sebesar 55℃ mengakibatkan cedera full thickness yang serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok
luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat
penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian
sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat
hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium, serta protein dari
ruang intravaskuler ke dalam ruang interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah
terlihat dengan jelas. Karena selanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler,
maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon,
sistem saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan
frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah
jantung. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 sampai 36 jam
pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya
pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke
dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah
berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen. Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis
pada saat terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum
luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon kadar natrium serum terhadap resusitasi
cairan bervariasi. Biasanya hypernatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar,
hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
Hipokalemia dapat terjadi kemudian dengan berpindahnya cairan dan tidak memadainya
asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan
nilai hematokrit meningkat karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup
trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu prothrombin memanjang juga ditemui pada
kasus luka bakar. Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi
oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal.
Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel
darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran
darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan myoglobin menyumbat tubulus renal
sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal. Kehilangan integritas kulit diperparah
lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta
komplemen serum, gangguan fungsi neutrophil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien
luka bakar berisiko tinggi untuk mengalami sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhu. Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu
tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan
hipermetabolisme. (Arief, 2000 : 365)

F. TANDA DAN GEJALA


1) Nyeri.
Nyeri yang dirasakan oleh pasien luka bakar terjadi karna diresponnya luka bakar oleh saraf
(reseptor) yaitu reseptor ruffini (suhu) dan reseptor bebas (nyeri) kemudian akan terjadi
pelepasan mediator nyeri yang akan merangsang nosiseptor (ujung saraf bebas) dan
mengirimkan sinyal ke saraf sensorik lalu medula spinalis dan berakhir di otak (korteks
serebral) sehingga tubuh akan merespon adanya nyeri.
2) Kesemutan.
Lapisan dermis terbakar menyebabkan kulit menegering dan menciut karna adanya scar
(luka bakar) sehingga menekan pasokan oksigen dan saraf perifer terjadilah aliran darah
tidak lancar hingga pasien luka bakar akan merasakan kesemutan
3) Kulit warna merah buah beri.
Luka bakar akan menimbulkan inflamasi sehingga tubuh akan merespon dengan tanda rubor
(kemerahan) dan kulit akan berwarna merah buah beri.
4) Takipneu.
Banyaknya CO yang terhirup kedalam tubuh mengakibatkan CO berikatan dengan Hb
sehingga kadar CO dan CO2 didalam tubuh lebih banyak dibandingkan O2 sehingga pada
pasien luka bakar sering mengeluh sesak nafas atau takipneu.
5) Lemas.
Lemas pada pasien dengan luka bakar disebabkan karena penurunan ATP. fungsi ATP itu
sendiri adalah menyimpan dan mentranspor energi kimia didalam sel. karena penurunan nya
ATP pada pasien dengan luka bakar seringkali terjadi keluhan lemas.
6) Hipertermi.
Hilangnya kulit menyebabkan kemampuan pengatur suhu sehingga jam pertama pasca luka
bakar suhu tubuh rendah. tetapi pada jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang
diakibatkan oleh hipermetabolisme
7) Edema.
Kerusakan kapiler karena panas akan menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat, yang
kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium, serta protein dari ruang intravaskuler ke
dalam ruang interstisial yang menimbulkan edema.
8) Hipotensi.
Edema yang terjadi akan mengakibatkan penurunan volume darah di sirkulasi, sehingga
suplai darah O2 dan CO2 menjadi menurun. Darah akan berusaha memenuhi pasokan O2,
kemudian timbulah kompensasi mengakibatkan Tekanan darah meningkat. Namum lama
kelamaan Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah terlihat dengan jelas. Karena selanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah.
9) Takikardia.
Nadi cepat akan timbul bersamaan dengan adanya tekanan darah yang meningkat.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Luka Bakar Berdasarkan Berat Ringannya Luka Bakar
a. Luka bakar ringan
Dalam kasus luka bakar, ada tiga derajat luka bakar berdasarkan tingkat
keparahannya. Derajat paling awal yaitu luka bakar ringan, dimana sebagian epidermis
(bagian teratas kulit) terbakar dalam kadar yang cukup ringan. Biasanya luka bakar
ringan disebabkan oleh terkena panas matahari berlebihan, tersentuh benda panas
misalnya setrika atau panic/wajan panas, tersiram air panas, atau kena bahan kimia
yang bersifat korosif.
Gejala luka bakar ringan adalah kulit memerah, ada pembengkakan, dan pada
beberapa kasus, bisa menyebabkan demam dan sakit kepala. Walaupun tergolong
ringan, luka bakar ringan tetap harus diharus dengan baik. Berikut adalah langkah-
langkah perawatan luka bakar ringan :
 Dinginkan luka bakar dengan air dingin yang mengalir secara terus menerus
selama 15 menit. Hal ini bisa dilakukan dengan meletakkan bagian yang
mengalami luka bakar di bawah kran dengan air yang terus mengalir, atau rendam
dalam bak mandi atau ember yang berisi air dingin. Tindakan ini berguna untuk
mencegah atau mengurangi bengkak yang disebabkan oleh kerusakan jaringan
serta mencegah kerusakan merembet ke lapisan kulit yang lebih dalam.
 Jangan meletakkan es secara langsung pada luka bakar, karena dapat menyebabkan
frosbite, yaitu cedera atau kematian sel karena membeku.
 Jangan mengoleskan apapun ke kulit yang mengalami luka bakar sebelum anda
melakukan tindakan diatas. Mengoleskan pasta gigi atau mentega bukanlah
tindakan yang tepat, bahkan akan memicu munculnya infeksi.
 Setelah luka bakar dingin, oleskan lotion yang mengandung aloevera atau vit.E.
hal ini bertujuan untuk mencegah kulit menjadi kering atau rusak.
 Bila perlu anda dapat menutup kulit yang mengalami luka bakar dengan kasa steril
yang mengandung antibiotic (sofratulle atau daryantulle) dan plester. Tindakan ini
dapat mencegah terjadinya infeksi dan juga mengurangi nyeri akibat luka bakar
bersentuhan dengan udara atau pakaian.
 Selain kasa steril yang mengandung antibiotic anda juga bisa mengoleskan krim
antibiotic contohnya bioplacenton ke luka bakar untuk mencegah infeksi.
 Untuk mengurangi rasa nyeri atau demam minumlah Pereda nyeri seperti
paracetamol atau aspirin.
 Setelah luka bakar sembuh untuk mengurangi bekas luka dapat menggunakan
mederma gel yang bisa di beli di apotik-apotik terdekat.

b. Luka bakar sedang


Luka bakar sedang atau luka bakar tingkat II adalah luka bakar yang
menyebabkan kerusakan pada lapisan di bawah kulit. Contohnya adalah sengatan sinar
matahari yang berlebihan, cairan panas dan percikan api dari bensin atau bahan lain.
Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang berjudul ‘First Aid, Cara
Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat’, gejala luka bakar tingkat II ini
berupa kulit kemerahan, melepuh, bengkak yang tak hilang selama beberapa hari dam
kulit terlihat lembab. Apabila terjadi luka bakar seperti ini, segera lakukan hal berikut :
 Siram air dingin atau air es pada daerah luka atau beri kompres dengan
menggunakan handuk kecil. Bisa juga menggunakan saputangan yang
sebelumnya dicelupkan ke dalam air.
 Keringkan luka menggunakan handuk bersih atau bahan lain yang lembut.
 Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi.
 Angkat bagian tangan atau kaki yang terluka lebih tinggi dari organ jantung.
 Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar
bibir atau kesulitan bernapas.
 Jangan coba mengempiskan luka yang melepuh atau mengoleskan minyak,
semprotan atau ramuan lain tanpa sepengetahuan dokter.

c. Luka bakar berat


Dibandingkan derajat luka bakar lainnya, luka bakar jenis ini adalah yang paling parah.
Karena kerusakan yang terjadi pada kulit lebih luas dan merusak jaringan subkutan
kulit. Jangan sekali-kali mencoba untuk mengobati luka bakar derajat tiga sendiri
karena sangat rentan terhadap infeksi. Sebaiknya cepat-cepat pergi ke IGD rumah sakit
terdekat untuk menangani luka bakar.Biasanya dokter akan merekomendasikan operasi
untuk menghilangkan jaringan parut dan menyembuhkan luka.

2. Perawatan Fase Resusitatif


1. Perawatan awal di tempat kejadian
Prioritas utama yang harus dilakukan pada tempat kejadian adalah menghentikan
proses kebakaran dan mencegah mencederai diri sendiri. Berikut prosedur emergensi
tambahan :
a. Jauhkah korban dari sumber panas, jika penyebabnya adalah api, jangan biarkan
korban berlari, anjurkan korban untuk berguling-guling atau bungkus tubuh
korban dengan kain basah dan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup
berventilasi jika kejadian luka bakar berada diruangan tertutup.
b. Buka pakaian dan perhiasan yang dikenakan korban
c. Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu 20ºC
selama 15-20 menit segera setelah terjadinya luka bakar
d. Jika penyebab luka bakar adalah terkena zat kimia, siram korban atau bagian luka
dengan air sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuhnya
e. Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar serta cedera lain
yang menyertai luka bakar
f. Segara bawa korban ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut
2. Penanganan luka bakar di unit gawat darurat
Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien pada 24 jam pertama yaitu:
a. Penilaian kesadaran umum. Perhatikan hal-hal berikut :
1) A : Airway (jalan napas)
2) B : Breathing (pernapasan)
3) C : Circulation (Sirkulasi)
b. Penilaian luas dan kedalaman luka bakar
c. Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara dan edema saluran pernapasan
d. Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya
fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal,
dll)
e. Pasang infus (IV line)
f. Pasang kateter urin
g. Pasang NGT jika diperlukan
h. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
i. Berikan suntikan ATS
j. Perawatan luka :
 Cuci luka dengan cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 : 100)
 Biarkan lepuh utuh (jangan dipecah kecuali terdapat pada sendi yang dapat
mengganggu pergerakan)
 Selimuti pasien dengan selimut steril
k. Pemberian obat-obatan (kolaborasi dokter)
 Antasida H2 antagonis (beri jika diperlukan, ulkus duodenum dan
lambung sering ditemukan)
 Analgesik
 Antibiotik
l. Mobilisasi secara dini
m. Pengaturan posisi
3. Rehabilitasi
Tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pasien luka bakar antara lain terapi cairan
dan terapi obat-obatan topical.
a. Pemberian cairan intravena
Ada tiga macam cairan yang diperlukan dalam kalkulasi kebutuhan pasien :
1) Koloid termasuk plasma dan plasma expander seperti dextran
2) Elektrolit seperti NaCl, larutan ringer, dll
3) Larutan non elektrolit seperti glukosa 5%
Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara
teliti. Kemudian jumlah cairan yang akan diberikan dihitung. Ada beberapa cara
untuk menghitung kebutuhan cairan ini, yaitu :
1) Rumus Evans
a) Dalam 24 jam pertama diberikan :
 Elektrolit : NaCl 1ml x kg BB x % luka bakar
 Koloid : 1ml x kg BB x % luka bakar
 Glukosa : Dewasa = 2000ml
Anak = 1000ml
b) Dalam 24 jam kedua diberikan :
 Elektrolit : ½ dari kebutuhan pada 24 jam pertama
 Koloid : ½ dari kebutuhan pada 24 jam pertama
 Glukosa : sama dengan kebutuhan pada 24 jam pertama
2) Rumus Konsensus
 Larutan RL atau larutan saline lainnya : 2-4ml x kg BB x % luka bakar
 Separuh dari hasilnya diberikan pada 8 jam pertama, sisanya pada 16 jam
selanjutnya.
3) Rumus Brooke Army
 koloid : 0,5 ml x kg BB x % luka bakar
 elektrolit (RL) : 1,5 ml x kg BB x % luka bakar
 glukosa 5% dalam air : 2000ml untuk kehilangan insensible
hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama; separuh sisanya
dalam 16 jam berikutnya
hari 2 : separuh dari cairan koloid yang diberikan pada hari
sebelumnya; seluruh penggantian cairan insensible.

Luka bakar derajat dua dan tiga yang melebihi 50% luas permukaan tubuh
dihitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh
4) Rumus Parkland/Baster
 Pada Dewasa
Larutan RL : 4 ml x kg BB x % luas luka bakar
Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama; separuh dalam 16 jam
berikutnya.
Hari 2 : bervariasi. Ditambahkan koloid.
Berikan ½ dari total kebutuhan cairan dalam waktu 8 jam pertama, dan
sisanya 16 jam berikutnya.
Contoh :
Korban gawat darurat tersiram air panas pada tangan kanan dan kaki kanan,
umur 42 tahun dengan BB 50kg, luas luka bakar 20%. Maka korban gawat
darurat akan mendapat 50 x 20 x 4cc/24 jam = 4000 cc/24 jam. Separuh
2000cc (4 kolf) dalam 8 jam pertama. Kemudian 8 jam berikutnya diberikan
dari ¼ x 4000 cc = 1000 cc, pada 8 jam terakhir diberikan sisanya yaitu
1000cc.
Catatan : 2000 cc x 20 (tetes infus set) = 80 tetes/menit
 Pada Anak-anak
Resusitasi : 2 cc x BB (kg) x LB = a cc
Kebutuhan faal :
<1 th : BB x 100 cc
1-3 th : BB x 75 cc = b cc
3-5 th : BB x 50 cc

Kebutuhan total = ∑resusitasi + ∑faal = a + b


Diberikan dalam keadaan tercampur
- RL : Dextran = 17 : 3
- 8 jam I = ½ (a + b) cc
- 16 jam II = ½ (a + b) cc
Contoh :
Untuk pasien dengan berat badan 20kg dengan luka bakar 25% total cairan
dalam waktu 24 jam pertama
= (60 ml/jam x 24 jam) + 4 ml x 20kg x 25% luka bakar
= 1440 ml + 2000 ml
= 3440 ml (1720 ml selama 8 jam pertama)

24 jam kedua : diberikan ½ hingga ¾ cairan yang diperlukan selama hari


pertama. Awasi pasien dengan ketat selama resusitasi (denyut nadi, frekuensi
napas, tekanan darah dan jumlah air seni). Transfuse darah mungkin diberikan
untuk memperbaiki anemia atau pada luka bakar yang dalam untuk mengganti
kehilangan darah.

b. Terapi obat-obatan tropical


Ada berbagai jenis obat tropical yang dapat digunakan pada pasien luka bakar, yaitu :
1) Silver Sulfadiazine/ Burnazine
Indikasi : Obat untuk mikroba pathogen; gunakan dengan hati-hati pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
Keterangan : Berikan 1-2 kali sehari dengan menggunakan sarung tangan steril,
biarkan luka terbuka atau tertutup dengan kasa steril.
2) Providone Iodine (Betadine)
Indikasi : Efektif terhadap kuman gram positif dan negative, candida albican dan
jamur
Keterangan : Mempunyai kecenderungan untuk menjadi kerak dan menimbulkan
nyeri, iritasi, mengganggu pergerakan dan dapat menyebabkan asidosis
metabolik.
3) Mafenamid Acetate (sulfamylon)
Indikasi : luka dengan kuman pathogen gram positif dan negative, terapi pilihan
untuk luka bakar listrik dan pada telinga.
Keterangan : berikan 1-2 kali per hari dengan sarung tangan steril, menimbulkan
nyeri partial thickness burn selama 30 menit, jangan dibalut karena dapat
mengurangi efektifitas dan menyebabkan macesrasi.
4) Silver Nitrat
Indikasi : efektif sebagai spectrum luas pada luka pathogen dan infeksi candida,
digunakan pada pasien yang alergi sulfa atau tosix epidermal nekrolisis.
Keterangan : berikan 0,5% balutan basah 2-3 kali per hari, yakinkan balutan
tetap lembab dengan membasahi setiap 2 jam.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :
1. Laboratorium
a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran
darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan
adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan
yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
c. GDA (Gas DarahArteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbondioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbonmonoksida.
d. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
e. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
f. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

2. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.

3. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

4. Penilaian luas dan kedalaman

Penilaian luas luka bakar


Untuk melakukan penilaian area luas luka bakar secara baik dan benar dibutuhkan
penggunaan metode kalkulasi seperti “Rule of Nines” untuk dapat menghasilkan
pesentasi total luas luka bakar (%TBSA) .“Rule of Nine” membagi luas permukaan tubuh
menjadi multiple 9% area, kecuali perineum yang diestimasi menjadi 1%. Formula ini
sangat berguna karena dapat menghasilkan kalkulasi yang dapat diulang semua orang.

Gambar 1. Rule of Nine Dewasa

Sedangkan untuk mengestimasi luas luka bakar pada luka bakar yang tidak luas dapat
menggunakan area palmar (jari dan telapak tangan) dari tangan pasien yang dianggap memiliki
1% total body surface area (TBSA). Metode ini sangat berguna bila pasien memiliki luka bakar
kecil yang tersebar sehingga tidak dapat menggunakan metode “Rule of Nine”. (lihat Gambar 2.).

Gambar 2. Palmar area untuk estimasi luka bakar kecil

Penggunaan “Rule of Nine” sangat akurat untuk digunakan pada pasien dewasa, namun
tidak akurat bila digunakan pada pasien anak. Hal ini disebabkan karena proporsi luas
permukaan tubuh pada anak sangat berbeda dengan pasien dewasa. Anak-anak memiliki
proporsi paha dan kaki yang kecil dan bahu dan kepala yang lebih besar dibandingkan
orang dewasa. Oleh karena itu, penggunaan “Rule of Nine” tidak disarankan untuk
pasien anak- anak karena dapat menghasilkan estimasi cairan resusitasi yang tidak

akurat.
Penggunaan “Pediatric Rule of Nine” harus digunakan untuk pasien anak dengan luka

bakar (lihat Gambar 3.). Namun setiap peningkatan umur pada anak, persentasi harus
disesuaikan. Setiap tahun setelah usia 12 bulan, 1% dikurangi dari area kepala dan 0,5%
ditambahkan pada dua area kaki anak. Setelah anak mencapai usia 10 tahun, tubuh anak

sudah proporsional sesuai dengan tubuh dewasa.

Gambar 3. Pediatric rule of nine

TBSA digunakan untuk mengklasifikasi luka bakar


1. Luka bakar ringan
Kriteria luka bakar ringan:
a. TBSA ≤15% pada dewasa
b. TBSA ≤10% pada anak
c. Luka bakar full-thickness dengan TBSA ≤2% pada anak
maupun dewasa tanpa mengenai daerah mata, telinga, wajah,
tangan, kaki, atau perineum.
2. Luka bakar sedang
Kriteria luka bakar sedang:
a. TBSA 15–25% pada dewasa dengan kedalaman luka bakar full
thickness <10%
b. TBSA 10-20% pada luka bakar partial thickness pada pasien
anak dibawah 10 tahun dan dewasa usia diatas 40 tahun, atau
luka bakar full-thickness <10%
c. TBSA ≤10% pada luka bakar full-thickness pada anak atau
dewasa tanpa masalah kosmetik atau mengenai daerah mata,
wajah, telinga, tangan, kaki, atau perineum
3. Luka bakar berat
Kriteria luka bakar berat:
a. TBSA ≥25%
b. TBSA ≥20% pada anak usia dibawah 10 tahun dan dewasa usia
diatas 40 tahun
c. TBSA ≥10% pada luka bakar full-thickness
d. Semua luka bakar yang mengenai daerah mata, wajah, telinga,
tangan, kaki, atau perineum yang dapat menyebabkan
gangguan fungsi atau kosmetik.
e. Semua luka bakar listrik
f. Semua luka bakar yang disertai trauma berat atau trauma
inhalasi
g. Semua pasien luka bakar dengan kondisi buruk

I. KOMPLIKASI
Komplikasi dari luka bakar atau combustio terdiri dari komplikasi jangka panjang dan
pendek.
a. Komplikasi jangka pendek (segera) terdiri dari:
1. Sindrom kompartemen
Status neuro vaskuler ekstremitas harus dinilai dengan teliti, khususnya jika luka
bakar tersebut melingkar (sekumfenensial). Pengkajian ini akan membantu kita untuk
mendeteksi gangguan sirkulasi akibat peningkatan edema karena konstriksi yang
disebabkan oleh pembentukan esker pada luka bakar derajat tiga. Sindrom
kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka
bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler,
volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar
yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas
distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
2. Adult Respiratory Distress Syndrome
Biasanya muncul pada hari pertama akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat
gangguan ventilasi dan pertukaran gas yang biasanya sudah mengancam jiwa pasien.
Komplikasi yang lebih jarang terjadi adalah edema paru akibat kelebihan beban
cairan atau sindrom gawat panas akut (ARDS, acute respiratory distres syndrome)
yang menyertai sepsis gram negatif. Sindrom ini diakibatkan oleh kerusakan kapiler
paru dan kebocoran cairan kedalam ruang interstisial paru. Kehilangan kemampuan
mengembang dan gangguan oksigenasi merupakan akibat dari insufisiensi paru dalam
hubungannya dengan siepsis sistemik
3. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Dilatasi lambung dan ileus paralitik kerap kali terjadi pada periode awal pasca luka
bakar, mual dan distensi abdomen (kembung) merupakan gejala yang ditemukan.
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tandatanda ileus paralitik
akibat luka bakar. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik
(hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah dalam feces, regurgitasi
muntahan atau vomitus yang berdarah, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.
4. Infeksi
Infeksi pada luka bakar merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Sistem
integumen memiliki peranan sebagai pelindung utama dalam melawan infeksi. Kulit
yang rusak atau nekrosis menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap patogen di udara
seperti bakteri dan jamur. Infeksi juga dapat terjadi akibat penggunaan tabung atau
kateter. Kateter urin dapat menyebabkan infeksi traktus urinarius, sedangkan tabung
pernapasan dapat memicu infeksi traktus respirasi seperti pneumonia. Selain itu luka
bakar juga dapat menyebabkan kulit menjadi lebih mudah mengalami infeksi bakteri
dan meningkatkan terjadinya sepsis. Sepsis adalah infeksi dimana bakteri berada
didalam darah sehingga dapat mempengaruhi seluruh tubuh dan mengancam jiwa. hal
ini akan berlangsung cepat dan dapat menyebabkan kegagalan organ.
5. Sepsis
Tanda -tanda sepsis sistemik dini sering meragukan dan memerlukan tingkat
kecurigaan yang tinggi serta pemantauan yang sangat ketat terhadap berbagai
perubahan dalam status pasien. Tanda-tanda dini sepsis dapat mencangkup
peningkatan suhu tubuh , peningkatan frekuensi denyut nadi, pelebaran tekanan nadi,
dan kulit yang kering serta mengalami flushing di bagian tubuh yang tidak terbakar.
Seperti pada bayak observasi yang dilakukan pada pasien luka bakar , kita harus
mencari pola atau trend dalam data-data tersebut. Pemeriksaan kultur luka dan darah
dilaksanakan menurut program medik dan hasilnya harus segera dilaporkan kepada
dokter. Perawat juga harus mengamati tanda-tanda dini septicemia dan segera
melakukan intervensi dengan memberikan cairan infus serta antibiotic untuk
mencegah syok septik yang merupakan komplikasi dengan nagka mortalitas yang
tinggi.
6. Syok sirkulasi
Pasien harus dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal syok hipovolemik atau
kelebihan muatan cairan yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang paling
sering dijumpai adalah kekurangan cairan yang dapat berkembang menjadi syok
sirkulasi atau syok distribusi. Terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan
hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. tandanya
biasanya pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan
haluaran urine, peru bahan pada tekanan darah, curah jantung, tekanan vena sentral
dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
7. Gagal jantung kongestif
Ketika respon tubuh peradangan muncul dan menimbulkan penurunan fungsi organ.
maka suplai darah kejantung pun akan menurun sehingga kondisi jantung tidak
mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrisi.
8. Gagal ginjal akut
Pada luka bakar yang luas (lebih dari 30% dari total area permukaan tubuh), akan
terdapat suatu respon peradangan yang signifikan. Keadaan ini menyebabkan
meningkatnya kebocoran cairan dari pembuluh kapiler, dan kemudian menyebabkan
pembengkakan jaringan edema. Hal ini selanjutnya menyebabkan hilangnya volume
darah secara keseluruhan, dan kehilangan plasma yang signifikan dari darah yang
tersisa, sehingga menyebabkan darah menjadi lebih kental. Terhambatnya aliran
darah ke organ seperti misalnya ginjal dan saluran cerna dapat mengakibatkan gagal
ginjal dan tukak lambung. saluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan
resusitasi cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin biasanya
terdeteksi dalam urine.
9. Anemia
Destruksi sel darah merah
10. Hipotermia / Suhu tubuh rendah
Kulit dapat membantu mengontrol suhu pada tubuh, sehingga ketika sebagian besar
kulit terluka maka tubuh dapat kehilangan panas. Hal ini dapat meningkatkan resiko
suhu tubuh menjadi rendah atau biasa dalam bahas medis disebut hipotermia.
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada
yang dapat menghasilkan panas.
11. Terbentuk jaringan parut
Luka bakar dapat menyebabkan bekas luka dan daerah kasar yang disebabkan oleh
pertumbuhan berlebih dari jaringan parut (keloid).
12. Masalah pada tulang dan sendi
Kedalaman luka bakar dapat membatasi pergerakan tulang dan sendi karena akan
terbentuk jaringan parut yang dapat mengencangkan kulit, otot, atau tendon. Kondisi
tertariknya sendi keluar dari posisi dapat terjadi secara permanen.
13. Gangguan bergerak
Hal ini bisa terjadi ketika luka bakar membuat jaringan tubuh, seperti kulit atau otot
menjadi lebih pendek dan kencang sehingga terjadi gangguan fungsi pergerakan.
b. Komplikasi jangka panjang terdiri dari:
1. Komplikasi fisik dan psikologis.
Luka bakar utamanya yang kronis dan parah juga bisa menyebabkan komplikasi
jangka panjang. Biasanya pada luka bakar derajat III, pembentukan jaringan sikatriks
terjadi secara berat dan menetap seumur hidup. Pada kasus dimana luka bakar terjadi
di area sendi, pasien mungkin akan mengalami gangguan pergerakan sendi. Hal ini
terjadi ketika kulit yang mengalami penyembuhan berkontraksi atau tertarik bersama.
Akibatnya, pasien memiliki gerak terbatas pada area luka. Selain itu, pasien dengan
trauma luka bakar berat dapat mengalami tekanan stress pasca trauma atau post
traumatic stress disorder (PTSD). Depresi dan ansietas merupakan gejala yang sering
ditemukan pada penderita. Kerusakan adaptasi psikologis terhadap cedera luka bakar
dapatkan rujukan psikologis atau psikiatri sesegera mungkin jika bukti-bukti
menunjukkan adanya masalah-masalah koping.

J. ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Seorang pasien dirawat di ruangan Isolasi perawatan Bedah di rumah sakit pemerintah.
Pasien dirawat dengan keluhan mengalami luka bakar. Seorang perawat melakukan
anamnesa, didapatkan hasil sebagai berikut: Pasien mengatakan luka bakarnya karena
kompor gas yang meledak saat ia sedang memasak di dapur; dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan data: tingkat kesadaran pasien composmentis, hipotensi 90/50 mmHg, tachicardia
110×/menit, RR: 28×/menit, temperature 38,3°C, BB 49,5 Kg, TB 155 cm; ketebalan
combustio sebagian lapisan epidermal dan dermal melepuh serta edema subkutan, luka
tampak merah buah ceri dan pasien tampak nyeri hebat dengan skala nyeri 9-10, lokasi
combustio meliputi: kedua femur sinistra dan dextra; daerah pubis sampai anal; kedua lengan
bagian bisep; serta bagian frontalis. Hasil klarifikasi dari keluhan pasien didapatkan data:
sangat nyeri sekali dan terasa susah digerakan pada daerah yang terkena luka bakar, jari
tangan dan kaki terasa kesemutan, lemas serta agak sesak. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapat: Hb: 11 gr/dl, Ht: 40%, Leukosit: 13.000, K 3,4 mEq/L, Na: 120 mEq/L, Cl: 105
mEq/L, Albumin 3,0 g/dL, AGD: pH 7,35 PaO 2 75 mmHg, PCO2 40 mmHg, HCO3 25
mEq/L. Diagnosa medis klien luka bakar grade III, perawat dan dokter serta tenaga kesehatan
lainnya yang terkait melakukan perawatan secara integrasi untuk menghindari atau
mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut. Pasien telah mendapatkan penanganan pertama
resusitasi cairan dengan menggunakan rumus Baxter; Analgetik: Tramadol 10mg/IV
perawatan luka bakal 2×/hari dengan menggunakan NaCl+Burnazin Zalf.

Note :
 ketebalan combustio sebagian lapisan epidermal dan dermal melepuh serta edema
subkutan. Sesuai dengan kondisi pasien tersebut maka termasuk ke dalam luka bakar
grade III.
 Karena pada kasus ttermasuk kasus kegawatdaruratan maka jangan lupa untuk melakukan
Pengkajian ABC kegawatdaruratan.
‒ A (Airway) :
Pengkajian pada jalan nafas dengan cara membuka mulut korban dan lihat: Apakah
ada vokalisasi, muncul suara ngorok; Apakah ada secret, darah, muntahan; Apakah
ada benda asing seperti gigi yang patah; Apakah ada bunyi stridor (obstruksi dari
lidah).
Pada kasus : tidak ada penyumbatan jalan napas.
‒ B (Breathing) :
o Inspeksi dada korban: Jumlah, ritme dan tipe pernafasan; Kesimetrisan
pengembangan dada; Jejas/kerusakan kulit; Retraksi intercostalis.
o Palpasi dada korban: Adakah nyeri tekan; Adakah penurunan ekspansi paru.
o Auskultasi: Bagaimanakah bunyi nafas (normal atau vesikuler menurun); Adakah
suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, pleural friksionrub.
Pada kasus : RR pasien meningkat yaitu 28x/menit.
‒ C (Circulation)
Pengkajian sirkulasi meliputi: Tekanan darah; Jumlah nadi; Keadaan akral: dingin
atau hangat; Sianosis; Bendungan vena jugularis.
Pada kasus : Tekanan Darah pasien menurun yaitu 90/50 mmHg, Denyut nadi
pasien meningkat yaitu 110x/menit, jari tangan dan kaki terasa kesemutan
 Pada saat melakukan pengkajian jangan lupa untuk mengkaji tanda-tanda syok pada
pasien tersebut. Kaji apakah pasien :
- Badannya terasa lemas.
- Keluar keringat berlebihan.
- Nyeri pada bagian dada.
- Denyut nadi lemah.
- Jantung berdetak dengan cepat.
- Bibir dan kuku tampak membiru.
- Kulit tampak lemas.
- Tampak bingung dan gelisah.
- Rasa pusing.
- Hilangnya kesadaran.
- Urine tidak ada sama sekali.

Pada kasus : Pasien lemas, Denyut nadi meningkat, kesadarannya composmentis, pasien
sudah dilakukan resusitasi cairan dengan rumus baxter.

A. DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif

 Pasien mengatakan luka bakarnya  Kesadaran : composmentis


karena kompor gas yang meledak saat  Tanda-Tanda Vital :
ia sedang memasak di dapur - TD : 90/50 mmHg
 Klien mengeluh sangat nyeri sekali - HR : 110×/menit
- P : Luka bakar - RR : 28×/menit
- Q : Terbakar, panas, susah - T : 38,3°C
digerakkan pada daerah yang  BB: 49,5 Kg
terkena luka bakar.  TB : 155 cm
- R : kedua femur sinistra dan dextra,
 Ketebalan combustio sebagian lapisan
daerah pubis sampai anal, kedua
epidermal dan dermal melepuh serta
lengan bagian bisep, serta bagian
edema subkutan
frontalis.
 Luka tampak merah buah ceri
- S : Nyeri hebat dengan skala nyeri  Hasil Laboratorium :
9-10 - Hb: 11 gr/dl
 Klien mengeluh terasa susah di gerakan - Ht: 40%
pada bagian daerah yang terkena luka - Leukosit: 13.000
bakar. - K 3,4 mEq/L
 Klien mengeluh jari tangan dan kaki - Na: 120 mEq/L
terasa kesemutan - Cl: 105 mEq/L
 Klien mengeluh lemas - Albumin 3,0 g/dL
 Klien mengeluh agak sesak - AGD: pH 7,35, PaO2 75 mmHg,
PCO2 40 mmHg, HCO3 25 mEq/L.
 Diagnosa medis klien : luka bakar
grade III
 Penanganan yang sudah dilakukan :
- Resusitasi cairan dengan
menggunakan rumus Baxter
- Analgetik: Tramadol 10mg/IV
- Perawatan luka bakal 2×/hari
dengan menggunakan NaCl +
Burnazin Zalf.

B. ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah Etiologi


.
1. DS : Gangguan Ketidakseimbangan
1. pasien mengatakan luka bakarnya Pertukaran ventilasi-perfusi
karena kompor gas yang meledak saat Gas
ia sedang memasak di dapur (NANDA,
2. Klien mengeluh lemas 00030)
3. Klien mengeluh agak sesak
DO :
1. Respiration rate : 28 x/menit
2. Hipotensi 90/50 mmHg
3. Tachicardia : 110 x/menit
4. Hasil Lab :
AGD: pH 7,35 PaO2 75mmHg,PCO2
40 mmHg, HCO3 25 mEq/L
2. DS : Nyeri akut Agens cidera fisik
1. Pasien mengeluh sangat nyeri sekali (NANDA,
P : Luka Bakar 00132)
Q : tertusuk dan panas
R : femur sinistra dan dextra, daerah
pubis sampai anal, lengan bagian
bisep serta frontalis.
S : 9 – 10
T : Mendadak
2. Klien mengeluh terasa susah di
gerakan pada bagian daerah yang
terkena luka bakar

DO :
1. Hipotensi 90/50 mmHg
2. Tachicardia : 110 x/menit
3. Respiration rate : 28 x/menit
4. Suhu 38,3 C
5. Pasien tampak nyeri hebat
6. Pemberian analgetik : tramadol 10
mg/iv

3. DS : Kekurangan Kehilangan cairan


1. Pasien mengatakan luka bakar karena volume cairan aktif
kompor gas meledak saat ia sedang (00027)
memasak didapur
2. Pasien mengeluh lemas

DO :
1. Tingkat kesadaran : composmentis
2. Hipotensi 90/50 mmHg
3. Tachicardia : 110 x/menit
4. Respiration rate : 28 x/menit
5. Suhu 38,3 C
6. BB : 49,5 Kg
7. TB : 155 cm
8. Ketebalan combustio sebagai lapisan
epidermal dan dermal melepuh serta
edema subkutan
9. lokasi combustio meliputi: kedua
femur sinistra dan dextra; daerah
pubis sampai anal ; kedua lengan
bagian bisep ; serta bagian frontalis
10. Hasil lab :
Hb 11 gr/dl; Ht 40%;
leukosit 13.000 K 3,4 mEq/L;
Na 120 mEq/L; Cl : 105 mEq/L

Resusitasi cairan dengan rumus baxter


 Menghitung luas luka bakar :
kedua femur sinistra dan dextra : 18%
Daerah pubis sampai anal : 1%
Kedua lengan bagian bisep : 4,5%
Bagian frontalis ; 4,5%
Total luas luka bakar : 18% + 1% + 4,5%
+ 4,5% = 28%
 Menghitung kebutuhan cairan
menggunakan Rumus Baxter : % Luas
lukar bakar x BB x 4 cc = 28% x 49,5 x 4
cc = 5544cc
 Maka diberikan cairan 8 jam pertama
sebanyak 2772cc.
 Diberikan lagi cairan di 16 jam
berikutnya sebanyak 2772cc.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal


. ditemukan teratasi
1. Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan
Ventilasi-Perfusi
2. Nyeri Akut b.d Agens Cidera Fisik
3. Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan Cairan
Aktif

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil


No Intervensi Keperawatan (NIC)
Keperawatan (NOC)
1 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Pernafasan
pertukaran gas b.d keperawatan selama ... x 24 jam 1. Monitor kecepatan irama,
Ketidakseimbangan diharapkan klien tidak mengalami kedalaman dan kesulitan
ventilasi-perfusi gangguan pertukaran gas dengan bernafas
kriteria hasil : 2. Monitor pola nafas (mis,
Status pernafasan : pertukaran bradipnes, takipnea,
gas (NOC:0402 hal 559) hiperventilasi, dll)
1. Tekanan parsial oksigen di 3. Monitor keluhan sesak nafas
darah arteri (PaO2) pasien, termasuk kegiatan
dipertahankan pada 75 yang meningkatkan atau
mmHg ditingkatkan ke memperburuk sesak nafas
normal 80-100 mmHg tersebut
2. Keseimbangan ventilasi dan 4. Posisikan pasien dengan
perfusi dipertahankan pada meninggikan kepala/tempat
skala 2 (Deviasi yang cukup tidur sesuai dengan
berat dari kisaran normal) kebutuhan.
ditingkatkan ke skala 4
(deviasi ringan dari kisaran
Terapi Oksigen
normal)
1. Berikan oksigen tambahan
3. pH arteri dipertahankan pada
seperti yang diperintahkan
7,35 ditingkatkan pada 7,4
2. Monitor efektifitas oksigen
Status pernafasan: ventilasi
3. Monitor aliran oksigen
(NOC : 0403 hal 560 )
1. Frekuensi pernapasan normal
( 16-20x/mnt) Manajemen Asam Basa
2. Penggunaan otot bantu nafas 1. Pertahankan kepatenan
dipertahankan pada skala 2 jalan napas
(berat) ditingkatkan pada 2. Posisikan klien untuk
skala 4 (ringan) mendapatkan ventilasi
3. Dipsnea saat istirahat yang adekuat
dipertahankan pada skala 3. Monitor kecenderungan
2(berat) ditingkatkan pada 4 pH arteri
(ringan)

2 Nyeri akut b.d. Setelah dilakukan tindakan Manajeman Nyeri (NIC


agens cedera fisik keperawatan 3x24 jam Hal.198)
diharapkan masalah keperawatan 1. Lakukan pengkajian
Nyeri Akut dapat teratasi dengan komprehensif yang meliputi
kriteria hasil: lokasi, karakteristik,
Tingkat nyeri (NOC hal 577: onset/durasi, frekuensi,
2102) kualitas, intensitas, atau
1. Nyeri yang dilaporkan beratnya nyeri dan faktor
dipertahankan pada skala 9- pencetus
10 (1) ditingkatkan pada 2. Pilih dan implementasikan
skala 5-6 (3) tindakan yang beragam
2. Ekspresi nyeri wajah (misalnya farmakologi, non-
dipertahankan pada skala 1 farmakologi, interpersonal)
(Berat) ditingkatkan pada untuk memfasilitasi penurunan
skala 3 (Sedang) nyeri sesuai kebutuhan
3. Panjangnya episode nyeri 3. Ajarkan metode non-
dipertahankan pada skala 1 farmakologi (seperti distraksi,
(Berat) ditingkatkan pada relksasi, hypnosis)
skala 3 (Sedang) 4. Kendalikan faktor lingkungan
4. Mampu mengontrol nyeri yang dapat mencetuskan atau
dipertahankan pada skala 1 meningkatkan nyeri (mis,
(Berat) ditingkatkan pada kelelahan, ketakutan)
skala 3 (Sedang) 5. Berikan individu penurun
nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesik
6. Dukung istihrahat/tidur yang
adekuat untuk penurunan nyeri

3 Kekurangan Setelah dilakukan asuhan Manajemen cairan (NIC : 4120


Volume Cairan b.d keperawatan selama 3 x 24 jam hal 157)
Kehilangan Cairan diharapkan klien tidak mengalami 1. Monitor status hidrasi ( mis,
Aktif kekurangan volume cairan membran mukosa lembab,
dengan kriteria hasil : denyut nadi adekuat, dan
Keseimbangan cairan tekanan darah ortostatik)
(NOC : 0601 hal 192) 2. Monitor status hemodinamik ,
1. Tekanan darah normal termasuk CVP
dipertahankan pada 90/50 3. Monitor tanda-tanda vital
mmHg ditingkatkan pada 4. Kaji lokasi dan luasnya edema
120/80 mmHg 5. Berikan cairan dengan tepat
2. Turgor kulit dipertahankan
pada skala 2 (Banyak
Manajemen hipovolemi (NIC :
terganggu) ditingkatkan pada
4180 hal 183)
skala 4 (sedikit terganggu)
1. Monitor status hemodinamik,
3. Kelembaban membran
meliputi nadi, tekanan darah,
mukosa dipertahankan pada
MAP, CVP
skala 2 (Banyak terganggu)
2. Monitor adanya tanda-tanda
ditingkatkan pada skala 4
dehidrasi
(sedikit terganggu)
3. Dukung asupan cairan oral
4. Keseimbangan intake dan
output dalam 24 jam
dipertahankan pada skala 2
(Banyak terganggu)
ditingkatkan pada skala 4
(sedikit terganggu)

Anda mungkin juga menyukai