namun aksara cuma daksa semata tak mewartakan warna-warna yang dirahasiakan
oleh jiwa
kekasih, kenapa kaugantung aku
di ruang tunggu? hatiku tungku
terkungkung dalam beku
bertahan menanti dan menantang waktu
aku takut jika kemudian
kemudi hilang kendali; sebab tahun-tahun telah terhuni sunyi yang berkoloni; bersekongkol dengan kesendirian sampai sedih mendidih sendu tersedu-sedu. nyali nyaris tak menyala dalam nyawaku aku serupa serdadu dengan senapan
tak berpeluru kekasih, hatimu tak beramsal tak bisa kusangkal kaulah kausal dari segala yang kokoh maupun roboh
bah atau bahtera, rumah atau remah
rumpang atau rampung, tumbuh atau tumbang, sakit atau sakti
ijinkan aku datang menjemput dan menjumput
rerindu di antara jemarimu akan kupinang tenang
dari matamu
mari sudahi dahaga ini. kita tanak
anak-anak tawa dan sungkawa di dalam ceruk-ceruk periuk
yang terbuat dari nubuat
para nabi penggembala cinta kekasih, kau akan kudekap. aku akan kausekap ke palung jantungmu aku pulang dan terbenam di dalam saripati hatimu