Anda di halaman 1dari 4

Biografi Tentang Phytagoras

Phytagoras lahir pada tahun 570 SM, di pulau Samos, di daerah Ionia. Pythagoras
(582– 496 SM, bahasa Yunani) adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani.
Pythagoras dikenal sebagai “Bapak Bilangan”, dia memberikan sumbangan yang
penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM.
Phytagoras banyak melakukan perjalanan, di antaranya ke Mesir. Perjalanan Phytagoras
ke Mesir merupakan salah satu bentuk usahanya untuk berguru, menimba ilmu, pada
imam-imam di Mesir. Konon, karena kecerdasannya yang luar biasa, para imam yang
dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk menerima Phytagoras sebagai murid.
Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh para imam di Thebe. Di tempat
ini, ia belajar berbagai macam misteri. Selain itu, Phytagoras juga berguru pada imam-
imam Caldei untuk belajar Astronomi. Ia juga  berguru kepada para imam Phoenesia
untuk belajar Logistik dan Geometri, sedangkan kepada para Magi, ia belajar ritus-ritus
mistik
Pada waktu kecil, Phytagoras menyusun kerikil dalam bentuk segi-tiga dengan jumlah
kerikil yang berbeda namun berurutan, yaitu:
1=1
1+2=3
1+2+3=6
1 + 2 + 3 + 4 = 10
1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 = 21
Dengan menjumlahkan 2 angka yang bersebelahan akan ditemukan hasil suatu
bilangan yang dikuadratkan, seperti:
1 + 3 = 4 (2 x 2)
3 + 6 = 9 (3 x 3)
6 + 10 = 16 (4 x 4)
10 + 15 = 25 (5 x 5)
15 + 21 = 36 (6 x 6)
            Penyusunan kerikil tersebut ternyata memicu terjadinya rumus Phytagoras
yang sering disebut dengan Teorema Phytagoras yaitu: a2 + b2 = c2, dimana a dan b
mewakili panjang dari dua sisi lain dari segitiga siku-siku dan c mewakili panjang dari
hipotenusanya (sisi miring).
Phytagoras percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air yang banyak
dipercaya sebagai unsur semua benda. Pandangan Phytagoras mengungkapkan bahwa
harmoni terjadi berkat angka. Apabila segala hal adalah angka, maka hal ini tidak saja
berarti bahwa segalanya dapat dihitung, dinilai, dan diukur dengan angka dalam
hubungan yang proporsional dan teratur, tetapi berkat angka-angka itu segala sesuatu
menjadi harmonisa atau seimbang.
Dalam susunan ini titik-titik ini bila segala sesuatu adalah angka maka titik-titik ini
merupakan kumpulan angka yang sempurna. Jumlahnya sepuluh, namanya Tetraktys.
Penemuan ini dihasilkan dengan membagi tali monochord (alat musik yang mempunyai
satu tali saja), lalu membandingkan ukuran bagian-bagian tali dengan nada-nada yang
dikeluarkan. Contoh : penemuan oktaf, kuint, kuart dalam bidang musik. Oktaf adalah
perbandingan 1 dan 2. Kuint adalah perbandingan 2 dan 3. Kuart adalah perbandingan
3 dan 4. Jadi yang menentukan perbandingan ukuran tersebut adalah ke4 angka
pertama, yaitu 1, 2, 3, dan 4, sehingga Tetraktys yang terdiri dari angka 1, 2, 3, dan 4
merupakan angka-angka istimewa, membentuk segitiga ilahi.
Sekitar 4.000 tahun yang lalu, orang Babilonia dan orang Cina telah menyadari fakta
bahwa sebuah segitiga dengan panjang sisi 3, 4, dan 5 merupakan segitiga siku-siku.
Mereka menggunakan konsep ini untuk membangun sudut siku-siku dan merancang
segitiga siku-siku dengan membagi panjang tali ke dalam 12 bagian yang sama, seperti
sisi pertama pada segitiga adalah 3, sisi kedua adalah 4, dan sisi ketiga adalah 5 satuan
panjang.
Sekitar 2.500 tahun SM, Monumen Megalithic di Mesir dan Eropa Utara terdapat
susunan segitiga siku-siku dengan panjang sisi yang bulat. Bartel Leendert van der
Waerden meng-hipotesis-kan bahwa Tripel Pythagoras diidentifikasi secara aljabar.
Selama pemerintahan Hammurabi the Great (1790–1750 SM), tablet Plimpton
Mesopotamian 32 terdiri dari banyak tulisan yang terkait dengan Tripel Pythagoras. Di
India (Abad ke-8 sampai ke-2 sebelum masehi), terdapat Baudhayana Sulba Sutra yang
terdiri dari daftar Tripel Pythagoras yaitu pernyataan dari dalil dan bukti geometris dari
teorema untuk segitiga siku-siku sama kaki. Pythagoras (569-475 SM) menggunakan
metode aljabar untuk membangun Tripel Pythagoras. Menurut Sir Thomas L. Heath,
tidak ada penentuan sebab dari teorema ini selama hampir lima abad setelah
Pythagoras menuliskan teorema ini. Namun, hal tersebut belum dikonfirmasi apakah
Pythagoras adalah orang pertama yang menemukan hubungan antara sisi dari segitiga
siku-siku karena tidak ada teks yang ditulis olehnya yang ditemukan. Walaupun
demikian, nama Pythagoras telah dipercaya untuk menjadi nama yang sesuai untuk
teorema ini.
Angka nol tidak mendapat tempat dalam kerangka kerja Pythagorean. Angka nol tidak
ada atau tidak dikenal dalam kamus Yunani. Menggunakan angka nol dalam suatu
nisbah tampaknya melanggar hukum alam. Suatu nisbah menjadi tidak ada artinya
karena “campur tangan” angka nol. Angka nol dibagi suatu angka atau bilangan dapat
menghancurkan logika. Nol membuat “lubang” pada kaidah alam semesta versi
Pythagorean, untuk alasan inilah kehadiran angka nol tidak dapat ditoleransi.
Pythagorean juga tidak dapat memecahkan “problem” dari konsep matematika –
bilangan irrasional, yang sebenarnya juga merupakan produk sampingan (by product)
rumus: a² + b² = c².
Di atas sebuah bukit, Phytagoras, seorang dengan perpaduan Einstein dan Maharani,
berkhutbah di hadapan delapan ratus penduduk Yunani. “Seluruh semesta adalah
angka dan harmoni”, ucapnya. Dia telah membuktikannya: sebuah segiempat yang
memiliki sisi-sisi tiga satuan dan empat satuan dia bagi dua secara diagonal. Hasilnya,
menakjubkan! Sebuah sisi miring yang bernilai lima: sebuah angka. Teorema tersebut
kini dikenal sesuai nama penemunya, Phytagoras. Syahdan, di atas kapal pesiar,
Hippasus, seorang pengikut Phytagoras, mengisi waktu senggang dengan mencoret-
coret lantai kapal. Dia menggambar sebuah segiempat sama sisi (bujursangkar) yang
memiliki satu satuan. Terinspirasi sang ‘Imam’, bujursangkar itu dia bagi dua secara
diagonal. Hasilnya adalah sebuah ‘kutukan’. Seluruh usaha untuk menyatakan panjang
sisi miring tersebut, yang sekarang diketahui sebagai akar dua, sebagai angka gagal.
Malapetaka pun terjadi: seluruh semesta adalah angka dan harmoni, tapi angkakah
hasil oret-oretan Hippasus ini? Dunia seakan runtuh. Hippasus pun dikucilkan dan
penemuannya dirahasiakan.
Ketika muridnya Hippasus menemukan bahwa \sqrt{2}, hipotenusa dari segitiga siku-
siku sama kaki dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah bilangan irasional,
Pythagoras memutuskan untuk membunuhnya karena tidak dapat membantah bukti
yang diajukan Hippasus.
Salah satu pembuktian teorema phytagoras yaitu pembuktian teorema Pythagoras dari
Euclid. Buktinya yaitu
Phytagoras mempunyai peran penting dalam perkembangan matematika. Pythagoras
mendapat penghargaan dan namanya dipakai untuk menamai perhitungan relasi antar
segitiga siku-siku. Pythagoras mendapat penghargaan tersebut karena beliau dianggap
sebagai orang yang membawa pengetahuan tersebut ke peradapan Yunani yang
selanjutnya menjadi pusat ilmu pengetahuan pada zamannya.
Dalam perkembangan matematika teorema Pythagoras juga masih di tetap diajarkan di
sekolah dan digunakan untuk menghitung jarak suatu sisi segitiga. Manfaat penemuan
Pythagoras kelak akan membuat matematika tetap dapat digunakan sebagai alat bantu
dalam melakukan perhitungan terhadap pengamatan fenomena alam.

Anda mungkin juga menyukai