Anda di halaman 1dari 11

Mencari Identitas Kultural

Indonesia
Disarikan dari berbagai sumber
Oleh: Much. Khoiri
Universitas Negeri Surabaya
muchkoiri@unesa.ac.id
081331450689
Bagaimana Sistem Sosial Budaya Indonesia?
SISTEM SOSIAL-BUDAYA DI INDONESIA
(Harsya W. Bachtiar)
• (1) Sistem budaya etnik, yang berasal dari bermacam-macam
etnik yang masingmasing memiliki wilayah budaya (18
masyarakat etnik, atau lebih)
• (2) Sistem budaya agama-agama besar, yang bersumber dari
praktek agama-agama Hindu, Budha, Islam, Kristen, dan Katolik.
• (3) Sistem budaya nasional Indonesia: bahasa Indonesia (dari
Melayu), nama Indonesia, Pancasila dan UUD-RI.
• (4) Sistem budaya asing yang bersumber dari India, Belanda,
Arab/Timur Tengah, Cina, Amerika, Jepang, dan sebagainya.
Menurut Anda, Bagaimana Ciri Orang
Indonesia? (*hasil diskusi kelas)
• Sopan santun • Berpikir ke depan
• Ramah • Cinta keluarga
• Kreatif (artistik) • Mengurus hal-2 remeh/ikut
• Suka menolong campur (solidaritas)
• Suka bergotong-royong • Kurang suka membaca (Suka
mendengarkan, dongeng)
• Animisme (percaya tahayul) • Sering tak tanggungjawab
• Toleransi • Mudah terprovokasi
• Feodal • Suka ghibah (budaya lisan)
• Suka meniru/latah • Tidak tertib (mis. Bermasker,
• Membela negara/daerah antri)
(nasionalisme/primordialisme) • Menilai orang dari luarnya
Manusia Indonesia Menurut Mochtar
Lubis (1977)
Wajah lama sudah tak keruan di kaca, sedang wajah baru belum jua
jelas. Siapa itu orang atau manusia Indonesia? Apa dia memang
ada? Di mana dia? Seperti apa gerangan tampangnya?
Yang lelaki apa gerangan benar gagah perkasa, satria sejati,
tampan dan keren, campuran Arjuna dan Gatotkaca, seorang satria-
pandhita atau malahan ratu-pandhita?
Dan manusia yang ceweknya, Srikandikah, dengan
kecantikannya yang dilukiskan orang Melayu dengan kata-kata …
rambutnya seperti mayang terurai, alis matanya bagai lebah
beriring, bibirnya mekar delima, betisnya bagai padi bertelur…?
(Lubis, Manusia Indonesia, 1977: 7)
Lubis (1977): Ciri Manusia Indonesia
• Hipokrit alias Munafik • Tidak suka jadi pengusaha
• Enggan bertanggungajawab swasta (Penguasa-Pengusaha-
atas perbuatannya Pengetahuan)
• Berjiwa feodal • Yang muda ingin kaya secara
instan.
• Masih percaya tahayul
• Tukang menggerutu.
• Artistik
• Cepat cemburu dan iri atas
• Karakter kurang kuat kelebihan orang lain
• Boros (tidak hemat) • Manusia-sok
• Tidak mau bekerja keras, • Tukang tiru
kecuali dipaksa
• Dan sebagainya.
Bagaimana Identitas Budaya Indonesia
dalam Percaturan Budaya Global?
• Bangsa Indonesia (lokal) --- Bangsa-bangsa di dunia (global), ada
global interconnectedness (keterhubungan berskala global)
• Apakah perjumpaan global-lokal itu menjadi wacana di mana
masing-masing bertindak sebagai subjek?
• Homi K. Bhabha – teori liminalitas—menghidupkan “ruang”
persinggungan antara “teori” dan “praktik” kolonialisasi—
terjadilah ruang resiprokal – melahirkan hibridasi.
• Ruang antara (ruang ambang) –perubahan budaya dapat
berlangsung – ruang itu menjadi tempat berlangsungnya
“interaksi simbolik” antara budaya lokal dan budaya global.
• Kelompok terjajah (konsumen) dapat berada di ruang ambang di
antara wacana kolonial dengan anggapan-anggapan identitas
nonkolonial baru.
• Identifikasi budaya adalah proses keterlibatan, kontestasi,
penyesuaian. Maka, pencarian identitas itu idealnya tidak
pernah berhenti; identitas mengalir sebagai sesuatu yang
senantiasa mengalami perubahan.
• Karena ada interaksi simbolik di ruang ambang tadi, itu
menghindarkan identitas dari pengkutuban yang sewenang-
wenang ‘atas’ dan ‘bawah’, ‘hitam’ dan ‘putih’. Justru ada
negosiasi!
• Perlu adanya ruang ketiga (third space). Apa itu? Teks! Dan
teks itu dapat dihadirkan melalui novel, film, dan musik. Dan
dengan teks-teks, aneka pemaknaan dapat dilakukan. So,
menulis memberikan makna pada realitas sosial.
• Lewat karya, itu menyampaikan suara! Sementara itu, pihak
lain memaknainya berdasarkan status atau keberpihakannya.
• Formasi budaya dan identitas kebangsaan mengalir bersama
gerak ruang ketiga yang tidak berhenti. Di ruang ketiga inilah
…pengalaman-pengalaman intersubjektif dan kolektif
kebangsaan, kepentingan komunitas, serta nilai-nilai budaya
dirundingkan (dinegosiasikan).
• Menurut Bhabha: negosiasi identitas kultural mencakup
perjumpaan dan pertukaran tampilan budaya yang terus-menerus
yang pada saatnya akan menghasilkan pengakuan timbal-balik
akan perbedaan budaya. Menurutnya, budaya dan sistem budaya
terbentuk dalam Ruang Ketiga.
• Jika ruang ketiga absen, wacana tidak diperbolehkan dan yang
ada adalah interpretasi monolitik dari otoritas. Misalnya,kasus
pelarangan buku.
• Bagaimana pembentukan identitas budaya kita, perhatikan
bagaimana fase kerajaan Hindu, Budha, Islam, dan budaya-budaya
asing.
Selamat mengggali informasi yang
relevan dalam pembacaan lebih lanjut.
Good luck.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai