Anda di halaman 1dari 7

1.

Jelaskan apa yang anda ketahui mengenai Surat Kepercayaan Gelanggang dan
bagaimana bunyinya

 Surat kepercayaan gelanggang muncul dari polemik kebudayaan yang digunakan


untuk menyikapi persoalan kebudayaan sekaligus memperlihatkan orientasi
kebudayaan mereka. Surat kepercayaan gelanggang berisikan mengenai pernyataan
seniman yang menjadi ahli waris sah dari kebudayaan dunia dan diteruskan dengan
caranya sendiri. Keindonesiaannya tidak hanya memandang fisik saja. Budaya lama
tidak selalu dibanggakan dan akan memikirkan kebudayaan baru yang sehat. Revolusi
di dalam surat ini yaitu penempatan nilai baru atas nilai usang yang harus
dihancurkan. Penemuannya tak selalu asli dan yang sering ditemui adalah manusia dan
yang pasti membawa pemikiran dan sifat sendiri. Penghargaan mengenai keadaan
masyarakat yaitu yang mengetahui kepengaruhan antara masyarakat dan juga seniman.
Bunyi/Isi Surat Kepercayaan Gelanggang :
Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami
teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan
pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur-baur dari mana dunia-dunia
baru yang sehat dapat dilahirkan. Ke-Indonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit
yang sawo-matang, rambut kami yang hitam atau tulang pelipis kami yang menjorok
ke depan, tetapi lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati dan
pikiran kami.
Kami tidak akan memberikan suatu kata-ikatan untuk kebudayaan Indonesia. Kalau
kami berbicara tentang kebudayaan Indonesia, kami tidak ingat kepada melap-lap hasil
kebudayaan lama sampai berkilat untuk dibanggakan, tetapi kami memikirkan suatu
penghidupan kebudayaan baru yang sehat. Kebudayaan Indonesia ditetapkan oleh
kesatuan berbagai-bagai rangsang suara yang disebabkan oleh suara-suara yang
dilontarkan dari segala sudut dunia dan yang kemudian dilontarkan kembali dalam
bentuk suara sendiri. Kami akan menentang segala usaha yang mempersempit dan
menghalangi tidak betulnya pemeriksaan ukuran-nilai.
Revolusi bagi kami ialah penempatan nilai-nilai baru atas nilai-nilai usang yang harus
dihancurkan. Demikian kami berpendapat bahwa revolusi di tanah air kami sendiri
belum selesai. Dalam penemuan kami, kami mungkin tidak selalu asli; yang pokok
ditemui itu ialah manusia. Dalam cara kami sendiri, membahas dan menelaahlah kami
membawa sifat sendiri. Penghargaan kami terhadap keadaan keliling (masyarakat)
adalah penghargaan orang-orang yang mengetahui adanya saling pengaruh antara
masyarakat dan seniman.
 Surat Pernyataan Gelanggang merupakan sebuah pernyataan yang berisi tentang
pernyataan orientasi kebudayaan yang berkembang dari opini Sutan Takdir
Alisjahbana. Bahwa orientasi kebudayaan Indonesia tidak hanya berkembang dari
Barat, tetapi lebih universal (mendunia). Mereka tidak mengagung-agungkan
kebudayaan lama, tetapi juga tetap berpikir kritis akan perkembangan budaya baru
yang lebih dinamis. Mereka menganggap bahwa seniman merupakan ahli waris yang
sah dari kebudayaan. Berikut adalah isinya:

"Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami
teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan
pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur-baur dari mana dunia-dunia
baru yang sehat dapat dilahirkan. KeIndonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit
yang sawo-matang, rambut kami yang hitam atau tulang pelipis kami yang menjorok
ke depan, tetapi lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati dan
pikiran kami.

Kami tidak akan memberikan suatu kata-ikatan untuk kebudayaan Indonesia. Kalau
kami berbicara tentang kebudayaan Indonesia, kami tidak ingat kepada melap-lap hasil
kebudayaan lama sampai berkilat untuk dibanggakan, tetapi kami memikirkan suatu
penghidupan kebudayaan baru yang sehat. Kebudayaan Indonesia ditetapkan oleh
kesatuan berbagai-bagai rangsang suara yang disebabkan oleh suara-suara yang
dilontarkan dari segala sudut dunia dan yang kemudian dilontarkan kembali dalam
bentuk suara sendiri. Kami akan menentang segala usaha yang mempersempit dan
menghalangi tidak betulnya pemeriksaan ukuran-nilai.

Revolusi bagi kami ialah penempatan nilai-nilai baru atas nilai-nilai usang yang harus
dihancurkan. Demikian kami berpendapat bahwa revolusi di tanah air kami sendiri
belum selesai.
Dalam penemuan kami, kami mungkin tidak selalu asli; yang pokok ditemui itu ialah
manusia. Dalam cara kami sendiri, membahas dan menelaahlah kami membawa sifat
sendiri penghargaan kami terhadap keadaan keliling (masyarakat) adalah penghargaan
orang-orang yang mengetahui adanya saling pengaruh antara masyarakat dan
seniman."

2. Berdasarkan hasil pembacaan anda silahkan diskusikan Manifes Kebudayaan versus


Lekra

 Tujuan pembentukan LEKRA adalah baik, yakni, menghimpun seluruh pekerja seni,
sarjana-sarjana, dan sebagainya untuk bersama-sama memajukan dan mengembangkan
ilmu dan kebudayaan Indonesia sebagaimana yang sudah ada sebelumnya. Namun
dalam hal ini, LEKRA tetaplah bak sebuah lembaga yang menaungi seluruh seniman
dan pekerja ilmu tersebut. Dalam sebuah wilayah yang memuat banyak orang di
dalamnya, tentulah tidak mudah untuk menyatukan pikiran mereka semua. Meski
mereka secara berani menyatakan bahwa mereka menerima dan menyambut sesuatu
yang baru. Seperti perumpamaan dalam artikel, bahwa sebuah lembaga perwakilan
pasti tidaklah memiliki suara bulat yang benar-benar menjadi satu suara, pun demikian
maksud dari Manifes Kebudayaan. Manifes Kebudayaan yang dilahirkan oleh
pemikiran sastrawan-sastrawan muda memiliki alasan yang logis untuk menyuarakan
pendapat mereka. Mereka beranggapan bahwa pada masa Demokrasi terpimpin adalah
zaman dimana kebebasan dalam berkreatifitas adalah kegiatan yang diharamkan oleh
pemerintah masa itu, termasuk sastrawan kondang, Pramoedya Ananta Toer yang
menurut mereka pada saat itu turut dalam penindasan kreativitas. Namun, penolakan
mereka atas hadiah yang diterima Pram yang seolah-olah memang khusus ditujukan
pada Pram seorang tidak dapat dibenarkan mengingat Pram pada saat itu tidak bisa
membela dirinya karena statusnya yang di bawah pengawasan serius oleh pemerintah.
Pendapat saya mengenai topik ini adalah kedua kubu ini memiliki pemikiran-
pemikiran hebat dan cemerlang mengenai ilmu dan kebudayaan Indonesia mengingat
bangsa Indonesia yang kala itu baru lahir. Namun dalam pelaksanaannya, seolah-olah
ilmu dan buah kreativitas adalah alat yang dapat digunakan untuk membenarkan
pandangan politik masing-masing kubu, wajar bila pro dan kontra berdatangan satu
per satu.
 Polemik Kebudayaan melahirkan generasi Surat Kepercayaan Gelanggang dan
kelompok Manifes Kebudayaan. Polemik antara Lekra dengan Manikebu terjadi pada
1960-an dan pada 1990-an.
Enam bulan setelah lahirnya Surat Kepercayaan Gelanggang, tepatnya 17 Agustus
1950, lahir sebuah organisasi yang concern terhadap bidang budaya. Organisasi itu
bernama Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang digagas oleh D.N. Aidit, Njoto
(Iramani), M.S. Ashar, dan A.S. Dharta. Lekra adalah sebuah gerakan kebudayaan
yang bersifat nasional dan kerakyatan, yang didalamnya ada orang-orang yang
menjadi anggota PKI. Lekra tidak mengazaskan kegiatannya pada pandangan kelas
dan atau Marxisme-Leninisme. Setelah terbit Dekrit Presiden tahun 1959, Lekra
banyak mewarnai kehidupan kebudayaan di Indonesia, Dalam sidang pleno Pimpinan
Pusat Lekra pada Juli 1961, semboyan politik adalah panglima diterima sebagai azas
kerja kreatif, namun bukan sebagai instruksi atau keharusan.
Lekra bekerja khusus di lapangan kebudayaan, dan untuk masa ini terutama di
lapangan kesenian dan ilmu. Lekra menghimpun tenaga dan kegiatan seniman-
seniman, sarjana-sarjana serta pekerja-pekerja kebudayaan lainnya. Lekra membantah
pendapat kesenian dan ilmu bisa terlepas dari masyarakat. Lekra mengajak pekerja-
pekerja kebudayaan untuk dengan sadar mengabdikan daya cipta, bakat serta keahlian
mereka guna kemajuan Indonesia, kemerdekaan Indonesia, pembaruan Indonesia.
Lekra seolah-olah merepresentasikan seluruh rakyat Indonesia. Tidak mungkin
seseorang atau suatu lembaga mengatasnamakan seluruh rakyat. Kalaupun diwakilkan,
seperti mereka yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saat ini, maka
suaranya tidak pernah bulat. Suaranya tidak pernah tunggal. Adanya distorsi makna
rakyat ketika Lekra mengatasnamakan rakyat mengganyang dan membabat seniman-
seniman yang tidak sepaham dengannya. Oleh karena itu, muncul seniman-seniman
muda yang melakukan perlawanan. Goenawan Mohamad, Arief Budiman, Boen S.
Oemarjati, dan Taufiq Ismail, bersama H.B. Jassin, Wiratmo Soekito, dan Trisno
Sumardjo, mereka mengeluarkan pernyataan berupa Manifes Kebudayaan yang tidak
bisa menerima konsep politik adalah panglima dan realisme sosialis . Dalam
penjelasannya, selain menyinggung dua hal itu, mereka juga menjelaskan konsep
kesenian mereka, humanisme universal , dan pandangan mengenai kebudayaan
nasional.

3. Silahkan diskusikan latar belakang Polemik Kebudayaan, dan apa yang anda ketahui
mengenai Polemik Kebudayaan

 Polemik kebudayaan lahir atas pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana dalam tulisannya di
majalah poedjangga baroe yang berisi kritikan kritikan pedas terhadap kebudayaan
Indonesia yang masih mengagungkan budaya timur yang statistik dan tidak mau
berorientasi ke barat yang lebih dinamis.
Mereka yang mempunyai anggapan seolah-olah segala orang Timur wali yang suci dan
segala orang Barat penjahat yang tiada berhati demikian, pasti akan kaget mendengar
ucapan yang mengatakan bahwa orang Timur harus berguru kepada orang Barat,"
tulisnya, seperti disunting Achdiat K. Mihardja dalam bunga rampai Polemik
Kebudayaan (1948).
Kita tidak dapat mengingkari bahwa Manusia Indonesia di hari depan adalah Manusia
Renaissance, Manusia Barat, yang rasional dan mandiri," kata Sutan Takdir, seperti
dikutip Benny dalam bukunya, Dari Logika Tuyul ke Erotisme (2001: 81).
Selain itu Dalam tulisannya,Sutan Takdir Alisjahbana membedakan kebudayaan pra-
Indonesia (yang berlangsung hingga akhir abad ke-19) dan kebudayaan Indonesia (yang
dimuali pada awal abad ke-20). Menurut Sutan Takdir Alisjahbana, perjuangan Pangeran
Diponegoro, Teuku Umar, Imam Bonjol, dan lain-lain bukanlah untuk Indonesia.
Demikian pula dengan pembuatan Candi Borobudur dan Prambanan yang tidak ada
kaitannya dengan Indonesia.

 Polemik Kebudayaan dipicu dan dilatar belakangi oleh Sutan Takdir Alisjahbana
membuat artikel berjudul “Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru” yang kemudian
dimuat dalam majalah Pujangga Baru yang beliau pimpin dan dirikan sendiri. Beliau
membedakan kebudayaan pra-Indonesia dan kebudayaan Indonesia. Pemikiran Sutan
Takdir Alisjahbana dalam tulisannya di majalah poedjangga baroe yang berisi kritikan
kritikan pedas terhadap kebudayaan Indonesia yang masih mengagungkan budaya timur
yang statistik dan tidak mau berorientasi ke barat yang lebih dinamis. Dalam
perjalanannya, pemikiran tersebut banyak diperdebatkan tokoh intelektual terkenal
seperti Tuan Takdir Alisjahbana sendiri, Dr.Sutomo, Sanusi Pane, Purbatjaraka,
Tjindarbumi, Adinegoro, Dr. M. Amir, dan Ki Hajar Dewantara.
Menurutnya, Kebudayaan Indonesia bukan sambungan kerajaan Sriwijaya, Matararam,
dan Majapahit. Melainkan, kebudayaan yang terlepas dari kebudayaan pra-Indonesia dan
harus berorientasi ke Barat, karena kaum terpelajar Indonesia dapat berorganisasi,
berpolitik, dan mendirikan Budi Utomo karena Pendidikan Barat. Menurutnya,
masyarakat Indonesia yang statis menjadi dinamis dan mencontoh negara-negara
dinamis, yaitu negara Barat.

Pernyataan tersebut ditentang oleh Sanusi Pane. Menurut Sanusi Pane, pada zaman
Majapahit, Pengeran Diponegoro, Borobudur, dan lain-lain sudah mempunyai ciri
keindonesiaan, yang belum ada hanyalah ciri bangsa Indonesia. Zaman sekarang
merupakan lanjutan dari zaman dahulu. Kebudayaan Indonesia menyatukan Arjuna
dengan nurani sebagai pemikiran timur adalah Faust yang didominasi pemikiran barat.

Poerbatjaraka sependapat dengan Sanusi Pane. Menurutnya, tidak mungkin kita lepas dari
masa lalu. kita harus mengetahui jalan sejarah dari dulu sampai sekarang. Kita justru
membangun masa depan dengan berdasarkan pada masa lalu. Poerbatjaraka mangatakan
agar kita jangan mabuk kebudayaan kuno, tapi jangan juga mabuk kebudayaan Barat.
Yang lebih baik adalah mengetahui kedua kebudayaan Barat dan Timur.
 Saya mau bertanya terkait dengan opini yang disampaikan oleh Havis. Apakah yang
dimaksud dengan kebudayaan barat dan timur ini? Dimanakah letak perbedaan antara
kedua kebudayaan yang pada akhirnya memunculkan polemik tersendiri bagi khazanah
perkembangan kebudayaan Indonesia?
 Mengapa seakan-akan kebudayaan timur dianggap sebagai budaya yang 'kaku',
sedangkan budaya barat-lah yang bersifat dinamis justru dianggap sebagai yang paling
relevan?
 Karena kaum terpelajar generasi pertama Indonesia dapat berorganisasi, berpolitik, dan
mendirikan Budi Utomo pun adalah hasil dari pendidikan bangsa Barat. Sehingga
menurutnya Indonesia yang saat ini membutuhkan pemikiran mengenai kebudayaan
seperti bangsa Barat.

Anda mungkin juga menyukai