Anda di halaman 1dari 47

Ilmu Budaya Dasar

MENGAPA PERLU IBD?


– Bangsa Indonesia adalah masyarakat majemuk (suku
banyak, Budaya, Agama dan sebagainya).

– Pembangunan yang dilaksanakan menimbulkan


perubahan dalam sistem nilai budaya.

– Kemajuan dalam bidang Teknologi Komunikasi Massa


dan Transportasi mempengaruhi intensitas kontak
budaya antar suku-bangsa maupun dengan
kebudayaan dari luar.
Ilmu Budaya Dasar
• Ilmu Budaya Dasar adalah salah satu komponen
mata kuliah dasar umum yang mempunyai
tujuan mengembangkan kepribadian dan
wawasan pemikiran mahasiswa agar daya
tanggap, persepsi dan penalaran yang berkenan
dengan lingkungan budaya dapat dipertajam.

• Dengan mempelajari Ilmu Budaya Dasar


diharapkan para lulusan perguruan tinggi
menjadi sarjana yang sujana.
IBD BAGI MAHASISWA
• Ilmu Budaya Dasar juga penting bagi mahasiswa karena
dalam kehidupan bermasyarakat acapkali orang tidak berfikir
secara rasional, melainkan irrasional bahkan kontra-rasio.
• Pemikiran rasional, yang merupakan suatu proses berfikir
menurut suatu logika tertentu (setiap budaya adalah “benar”
menurut lingkupnya).
• Pemikiran irrasional atau pemikiran yang berpangkal pada
emosi. Pemikiran kontra-rasio yang merupakan suatu
pemikiran yang berlawanan dengan suatu keputusan rasional
yang sudah disepakati sebelumnya.
• Dengan mempelajari Ilmu Budaya Dasar diharapkan
seseorang akan menjadi lebih manusiawi, berbudaya, dan
lebih halus dalam perilaku dan tutur bahasanya.
IBD = Basic Humanities

• Pengertian Ilmu Budaya Dasar (Basic


Humanities) adalah usaha yang
diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-
masalah manusia dan kebudayaan.
HUMANIORA
• Ilmu Budaya Dasar (IBD) dikenal dengan
istilah humaniora.
• Kata humaniora berasal dari kata Latin
humanus, yang berarti ‘manusiawi,
berbudaya, dan halus’.
• Dengan mempelajari Ilmu Budaya Dasar,
diharapkan seseorang menjadi lebih
manusiawi, lebih berbudaya, dan lebih halus
karena memiliki akal budi yang baik.
Ada tiga konsep yang dimaksudkan dengan ilmu humaniora dalam mata kuliah
IBD, sebagai basic humanities, the humanities dan humanities.

IBD= basic humanities

• IBD yang diterjemahkan sebagai basic humanities, yaitu


ilmu pengetahuan dasar yang membahas masalah-
masalah kebudayaan dan kemanusiaan melalui kajian
teori-teori kebudayaan.
• Konsep ini dimaksudkan untuk memberi kerangka pikir
global agar mahasiswa peka dan dapat memahami serta
menganalisis masalah-masalah kebudayaan dan
kemanusiaan secara global sehingga dapat memahami
orientasi budayanya.
IBD= the humanities
• IBD yang diterjemahkan sebagai the humanities, yakni
ilmu pengetahuan dasar yang membahas masalah-
masalah kebudayaan dan kemanusiaan melalui filsafat
etika, ekonomi, moral, seni sastra, seni tari, dan seni
rupa.
• Di dalam seni sebenarnya terkandung suatu pesan dan
nilai kemanusiaan yang diungkapkan oleh penciptanya.
Melalui seni diharapkan tumbuh kepekaan mahasiswa
terhadap lingkungan kemanusiaan.
• Melalui sastra, mahasiswa dapat melakukan ungkapan
verbal bahwa bahasa adalah lambang yang perlu
dituturkan dan dikomunikasikan dengan baik dan halus.
IBD= humanities
• IBD yang diterjemahkan sebagai humanities, yaitu
bidang-bidang studi yang berusaha menafsirkan
makna, martabat dan eksistensi kehidupan manusia
melalui pengetahuan sejarah, bahasa, agama, sastra
dan seni.
• Konsep ini bermaksud menunjukkan eksistensi
kehidupan manusia dalam konteks dimensi
kebangsaan dan kemanusiaan, bukan manusia
pelamun yang memprivatisasikan segala
kemampuannya.
Sumbangan humaniora
Sumbangan humaniora atau humanities atau
pendidikan humaniora bagi Ilmu Budaya Dasar ada
tiga hal sebagai berikut:
(1) menyatukan pengembangan aspek pikiran (rasio)
dengan hati (rasa);
(2) memperkenalkan kepada anak didik nilai-nilai
kemanusiaan yang universal;
(3) memadukan kerja sama secara teoretis dan
praktis antara pendidik dengan anak didik.
Manusia vs Binatang
Ada tujuh pokok perbedaan dalam tingkah laku antara manusia dan binatang, yaitu:
• Sebagian besar kelakuan manusia dikuasai oleh akalnya, sedangkan
binatang oleh nalurinya. Dengan akalnya manusia dapat menguasai alam
sehingga dapat hidup di mana pun, sedangkan binatang hanya pada
tempat tertentu saja.
• Secara fisik manusia itu lebih lemah daripada binatang, karena itu dengan
akalnya manusia dapat menciptakan peralatan untuk mempertahankan
hidupnya.
• Sebagian besar kelakuan manusia diperoleh dan dibiasakan melalui proses
belajar, sedangkan pada binatang melalui proses naluri.
• Manusia mempunyai bahasa lisan maupun tertulis.
• Pengetahuan manusia itu bersifat akumulatif (terus menerus bertambah).
Sifat akumulatif pengetahuan manusia ini disebabkan karena
masyarakatnya yang berkembang dan telah mempunyai sistem pembagian
kerja.
• Sistem pembagian kerja dalam masyarakat manusia jauh lebih kompleks
daripada dalam masyarakat BINATANG Pada masyarakat manusia
didasarkan atas perhitungan akal dan kepentingannya, sedangkan pada
masyarakat binatang berdasarkan nalurinya.
• Masyarakat manusia sangat beraneka ragam, sedangkan masyarakat
binatang tetap saja.
Fungsi IBD
• Pendekatan Pengetahuan Budaya (The Humanities) digunakan sebagai
Pendekatan Pengetahuan Budaya (The Humanities) digunakan sebagai
pendekatan untuk mempelajari masalah manusia dan kebudayaan.
• Pengetahuan budaya dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup
keahlian (disiplin) seni dan filsafat.

Sehubungan dengan itu, beberapa kajian dalam IBD adalah


• manusia dan cinta kasih: manusia dan keindahan (keindahan,
renungan, keserasian, kehalusan);
• manusia dan penderitaan (penderitaan, siksaan, rasa sakit, neraka,
bunuh diri); .
• manusia dan pandangan hidup (cita-cita, kebajikan, sikap hidup);
manusia dan keadilan: mengenal dan melaksanakan tindakan-
tindakan yang didasarkan keadilan serta mampu memerangi
tindakan yang tidak didasarkan atas nilai-nilai keadilan.
• manusia dan tanggung jawab (tanggung jawab, pengabdian,
kesadaran, pengorbanan).
• manusia dan kegelisahan (kegelisahan, keterasingan,
kesepian,ketidakpastian;
• manusia dan harapan (harapan, kepercayaan).
RUANG LINGKUP ILMU BUDAYA
DASAR
• Ilmu Budaya Dasar bukan merupakan ilmu yang berkembang atas
dasar berbagai pendekatan epistemologis dan ontologis.

Komponen utama yang membentuk Ilmu Budaya Dasar itu ada empat,
yakni: Filsafat, Teologi, Sejarah, dan Seni.
• Filsafat, seringkali disebut sebagai induk dari ilmu-ilmu, merupakan
ilmu yang berusaha memberikan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan manusia yang esensial, misalnya: siapakah manusia itu?
dari manakah asalnya? dan sebagainya.
• Teologi atau ilmu agama, mengajarkan tentang manusia,
sejarahnya, tujuannya, tugas, dan tanggung jawabnya di dunia
sebagai mahkluk ciptaan Tuhan.
• Sejarah, menceritakan mengenai kehidupan manusia pada masa
lampau, mengenai adat-istiadatnya, pandangan hidupnya, dan lain
sebagainya.
• Seni, merupakan wujud kekaguman dan sekaligus pernghargaan
manusia terhadap keindahan dan nilai-nilai yang ditemuinya di
dalam kehidupan manusia.
Tujuan Instruksional IBD
Beberapa Tujuan Instruksional yang dapat dirumuskan berkaitan
dengan tema-tema dalam IBD adalah
• melakukan kegiatan-kegiatan berdasarkan cinta kasih
serta berani melawan tindakan-tindakan yang tidak
didasarkan atas cinta kasih oleh diri sendiri maupun oleh
lain.
• Mengenal dan menghargai keindahan yang ada di
sekitarnya dan ikut serta giat menjaga dan mencipta
keseimbangan keindahan yang dibutuhkan untuk itu.
• Mengenal untuk mengerti agar dapat memikirkan dan
menyusun rencana kemungkinan jalan keluar dari
penderitaan yang ada dalam diri sendiri dan orang lain
dalam lingkungannya.
• Mengenal dan menentukan sikapnya bila menhadapi
masalah-masalah pandangan hidup yang muncul dalam
masyarakat budayanya sendiri serta menghormati
pandangan hidup yang dianut orang.
Tujuan Instruksional IBD
• Mengenal dan mampu menjelaskan serta membedakan
tingkat jenis tanggung jawab dalam masyarakat budaya
sendiri serta memikirkan penanggulangan masalah-
masalah yang berakitan dengan tanggung jawab serta
mampu memikirkan dan merencanakan pengabdian
yang dibutuhkan oleh masyarakat budaya baik dalam
maupun di luar lingkungannya.
• Mengenal masalah-masalah di dalam dan di luar
masyarakat budaya sendiri yang menimbulkan
kegelisahan yang berlebihan serta mampu memikirkan
dan merencanakan kemungkinan penanggulangannya.
• Mengenal dan menguraikan hal-hal yang menyebabkan
timbulnya harapan atau hilangnya harapan serta mampu
memikirkan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
merangsang timbulnya harapan atau menciptakan
kegiatan-kegiatan yang mencegah hilangnya harapan.
KEBUDAYAAN
• Kebudayaan dalam arti yang sebenarnya hanya dapat
diandalkan pada kehidupan manusia sebagai
kebersamaan. Kebersamaan itu menjadi penjamin cara
dan pandangan hidup dari generasi ke generasi
(Hassan,1988:15).
• Proses pergeseran kebudayaan itu memungkinkan
mendorong ke arah terjadinya rancangan, prakarsa dan
karya baru. Seiring dengan kebutuhan ini, dalam
perkembangan kebudayaan lumrah timbul hasrat untuk
melakukan penyesuaian cara dan pandangan hidup
sebagai tanggapan yang sepadan.
• Dalam konteks arah pengembangan kebudayaan
Indonesia, kebudayaan tidak sekadar dapat dibangun
berhenti pada konsep melainkan harus dinyatakan secara
konkrit berkelanjutan dan memiliki arah pengembangan
ke masa depan.
Kebudayaan sebagai gejala manusiawi

Kebudayaan sebagai gejala manusiawi serentak


menjelma dan berkembang ” ada dan menjadi”
dan bukan yang ”diada-adakan dan dijadi
jadikan”.
• Arah pertama mengacu pada bentukan identitas sejati,
sedangkan yang kedua hanya sekadar kosmetika yang
bersifat sementara.
• Secara eksistensial moralitas manusia Indonesia harus
dikonsepsikan kembali dan diangkat dari yang
dipersepsikan berdasarkan perkembangan kebudayaan
dan pergeseran cara dan pandangan hidup.
KEBUDAYAAN
• Menurut Koentjaraningrat (1974) kebudayaan itu
mempunyai
– Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan, dan sebagainya.
Sebagian besar dari wujud kebudayaan ini lalu bersifat
“mengharuskan” atau “melarang”. Budaya lalu menjadi
budaya normatif yang menghendaki agar sesuatu pola
perilaku tertentu dipatuhi dan dilaksanakan (baik sebagai
“universe” atau “alternatif”), atau dijauhi dan tidak
dilaksanakan.
– Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas
kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
– Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia.
unsur kebudayaan
Ada 7 (tujuh) unsur kebudayaan yang bersifat
universal, dalam arti bahwa unsur-unsur tersebut
pasti bisa didapatkan di semua kebudayaan di
dunia, yaitu:
• Sistem religi dan upacara keagamaan
• Sistem dan organisasi kemasyarakatan
• Sistem pengetahuan
• Bahasa
• Kesenian
• Sistem mata pencaharian hidup
• Sistem teknologi dan peralatan
MASALAH POKOK KEHIDUPAN MANUSIA

Masalah pokok dalam kehidupan manusia. Kelima


masalah pokok itu adalah:
• Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (Makna
Hidup/ MH)
• Masalah mengenai hakekat dari karya manusia (Makna
atau Fungsi Kerja/MK)
• Masalah mengenai hakekat dan kedudukan manusia
dalam ruang dan waktu (Makna Ruang-Waktu/MW)
• Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia
dengan alam sekitarnya (Makna Alam/MA)
• Masalah mengenai hubungan manusia dengan
sesamanya (Makna Manusia/MM)
ORIENTASI NILAI  Kerangka Kluchohn
BUDAYA
Orientasi Nilai Budaya Manusia
Masalah dasar
dalam hidup Orientasi Nilai Budaya
Hakekat Hidup Hidup itu buruk Hidup itu baik Hidup itu buruk
(MH) tetapi manusia wajib
berikhtiar supaya
hidup itu menjadi
baik
Hakekat Karya Karya itu untuk Karya itu kedudukan, Karya itu untuk
(MK) nafkah hidup kehormatan dan menambah karya
sebagainya.
Persepsi Manusia Orientasi ke masa lalu Orientasi ke masa kini Orienatasi ke masa
tentang Waktu depan
(MW)
Pandangan manusia Manusia tunduk Manusia berusaha Manusia berhasrat
terhadap alam (MA) kepada alam yang menjaga keselarasan menguasai alam
dahsyat dengan alam
Hakekat Hubungan Memandang ke tokoh- Mementingkan rasa Mementingkan rasa
Manusia dengan tokoh atasan ketergantungan tak tergantung
Manusia (MM) kepada sesamanya kepada sesamanya
(berjiwa-gotong (berjiwa
royong) individualis)
CIRI MENTALITAS BDRDASAR NILAI-NILAI BUDAYA MODERN
Nilai-nilai budaya yang menjadi ciri-ciri suatu mentalitas modern adalah:
• Pandangan aktif terhadap hidup
• Tidak banyak tergantung kepada kaum kerabat
• Kecondongan orientasi terhadap kehidupan kota
• individualisme
• Kecondongan terhadap hubungan dan pergaulan yang demokratis
• Butuh media massa
• Pandangan sama rata terhadap kesempatan maju dalam hidup
• Kurang percaya dan bersandar kepada orang lain
• Tidak memandang rendah pekerjaan lapangan dan pekerjaan tangan
• Kesegaran terhadap pranata luar
• Mengutamakan mutu dan hasil dari karya
• Keberanian mengambil resiko dalam usaha karya
• Orientasi terhadap keluarga inti yang kecil
• Kebutuhan rendah terhadap aktivitas religi dalam hidup
Tahap Perkembangan Kebudayaan

Tahap perkembangan kebudayaan oleh


Peursen dibagi atas tiga tahap,
• pertama mitis,
• kedua ontologis, dan
• ketiga fungsional.
TAHAP MITIS
• Yang dimaksud tahap mitis adalah tahap di mana
manusia merasakan dirinya terkepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya, yaitu
kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan
kesuburan, seperti dipentaskan dalam mitologi-
mitologi dalam kebudayaan primitif.
• Dalam kebudayaan masa kini sikap
(kecenderungan bersikap) mitis masih sering
dijumpai, terutama pada daerah-daerah yang
tingkat modernitasnya masih rendah.
TAHAP ONTOLOGIS
• Tahap ontologis ialah sikap dimana manusia tidak lagi
hidup dalam kepungan kekuasaan mitis, tetapi secara
bebas ingin meneliti segala hal-ikhwal.
• Manusia mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang
pada masa lalu (mitis) merupakan kepungan bagi
dirinya.
• Manusia pada tahap ini mulai menyusun suatu ajaran
atau teori mengenai dasar segala sesuatu (ontologi).
• Tahap ini berkembang pada daerah-daerah pada
kebudayaan kuno yang sangat dipengaruhi oleh filsafat
dan ilmu.
TAHAP FUNGSIONAL
• Tahap fungsional, ialah sikap yang menandai
manusia modern.
• Manusia pada tahap ini tidak lagi terpesona
dengan lingkungannya dan kepungan kehidupan
mitis, juga tidak lagi dengan kepala dingin
mengambil jarak terhadap obyek yang menjadi
penyelidikannya (sikap ontologis).
• Manusia pada tahap ini berusaha mengadakan
relasi-relasi baru, suatu kebertautan yang baru
terhadap segala sesuatu dalam lingkungannya.
Realitas Budaya
1 Kebudayaan sebagai realitas khas manusia.
Kebudayaan sebagai realitas khas manusia, berarti menunjuk pada keseluruhan
cara hidup manusia, warisan yang diperoleh manusia dari kelompoknya, karena
manusia merupakan bagian dari lingkungan budaya yang diciptakannya.
Aktivitas manusia yang selalu berada dalam konteks kebudayaan menyebabkan
kebudayaan itu sendiri menjadi realitas yang khas pada manusia.
2 Kebudayaan sebagai realitas yang sesuai dengan kodrat manusia
Ada dua faktor hakiki yang membentuk kodrat manusia, yaitu karakter spesifik
manusia dan akal budi
2.1 Karakter spesifik manusia
Karakter spesifik manusia, sebagai faktor kodrat manusia pertama. Menurut
Herder manusia itu dilahirkan terlalu cepat, manusia memiliki pertumbuhan
yang lamban, manusia tidak dilengkapi dengan naluri khusus, tubuh manusia
tidak mengalami spesialisasi, dan bentuk tubuh manusia mempunyai posisi
tegak.
2.2 Akal budi
Akal budi, adalah faktor kodrat manusia kedua yang memungkinkan munculnya
kabudayaan. Akal budi menyebabkan manusia mampu mengolah alam. Manusia
mampu mengubah lingkungan alam yang semula sangat mengancam menjadi
lingkungan alam yang aman dan enak sebagai tempat tinggal. Hasil kegiatan
manusia berdasarkan akal budinya dalam mengolah alam itulah yang disebut
kebudayaan. Akal budi merupakan sumber kemampuan manusia yang
memungkinkan menghasilkan kebudayaan.
Pewarisan budaya
• Pewarisan budaya dalam Ilmu Budaya dikenal istilah
Cultural lag.
• Cultural lag menggambarkan suatu keadaan
masyarakat dengan mudah menyerap budaya yang
bersifat material (misalnya peralatan elektronik,
komputer, dan robot) tetapi belum mampu untuk
mengadaptasi budaya yang bersifat nonmaterial
(misalnya perilaku yang harus dikerjakan oleh
seorang ahli yang menggunakan peralatan
komputer).
Ada tiga kemampuan manusia, yaitu: (1) kemampuan transendensi;
(2) kemampuan refleksi dan evaluasi, dan (3) kemampuan belajar.
• Kemampuan transendensi menyebabkan manusia mampu mengatasi
lingkungan alam di mana dirinya bertempat tinggal, dan tidak terikat pada
suatu lingkungan tertentu. Hal ini disebabkan karena manusia tidak memiliki
naluri yang bersesuaian dengan habitat alam tertentu dan manusia selalu
mempunyai alternatif untuk menentukan di mana ia akan tinggal untuk hidup.
Dengan demikian, kemampuan transendensi memungkinkan manusia
beradaptasi dengan kondisinya untuk hidup secara layak. Alam lingkungan
inilah yang dinamakan kebudayaan.
• Kemampuan refleksi dan evaluasi menyebabkan manusia dapat
mempertahankan hidupnya, dapat memperlihatkan suatu hasil dari
kehidupannya dalam kualitas yang semakin sempurna sampai pada sebuah
fenomena atau wujud kebudayaan yang lebih baik. Kokohnya dan
berkembangnya suatu kebudayaan sangat tergantung pada kemampuan
manusia merefleksi dan mengevaluasi kondisi kehidupan dan lingkungan di
mana ia hidup dan bertempat tinggal.
• Kemampuan belajar dalam konteks ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu
kemampuan mewarisi apa yang telah dihasilkan oleh generasi sebelumnya
(sikap pasif) dan kemampuan untuk mengubah dan menyempurnakan apa
yang sudah diterima sebagai warisan dari generasi sebelumnya (sikap aktif).
Kemampuan mewarisi menujukkan sikap belajar yang pasif dan kemampuan
untuk mengubah dan menyempurnakan memperlihatkan sikap belajar yang
aktif dan kreatif. Kebudayaam dapat dilihat sebagai warisan dan kegiatan kerja
manusia.
Masyarakat tradisional
• masyarakat yang masih bersifat tradisional ada kecenderungan
penilaian bahwa kebudayaan itu perlu dilestarikan, karena
kebudayaan mengandung nilai-nilai luhur dan suci. Jadi kebudayaan
tidak boleh berubah atau diubah. Bahkan dari cerita rakyat (baik
mitos, legenda atau dongeng) diketahui bahwa masyarakat percaya
ada semacam dewa pembawa kebudayaan (cultural hero) yang
diturunkan dari langit kemudian disambut oleh umat manusia dengan
perasaan suka cita karena kehadiran dewa tadi membawa pesan dan
nilai-nilai baru sehingga tatanan kehidupan manusia menjadi lebih
baik. Dalam masyarakat Jawa dikenal cerita Aji Saka yang dianggap
sebagai pencetus adanya sistem huruf, dan cerita Jaka Tarub dan
Nawang Wulan, dimana Nawang Wulan adalah seorang bidadari
sebagai wakil dunia atas yang kemudian memberi petunjuk dan nilai
baru bagi kehidupan keluarga Jaka Tarub, sebagai wakil dari umat
manusia pada umumnya. Selain cerita rakyat, ajaran agama
memperkenalkan bahwa ada tokoh pembawa nilai-nilai baru yang
dikenal dengan istilah nabi.
proses pewarisan budaya

• Sesungguhnya proses pewarisan budaya


dari satu generasi ke generasi berikut telah
menyebabkan perubahan dalam tata nilai
yang dianut oleh pewaris berikutnya.
• Perubahan itu terjadi ketika proses
internalisasi, sosiolisasi dan
enkulturasi pada diri individu.
proses pewarisan budaya
• Internalisasi adalah prores berbagai pengetahuan yang berada di
luar individu masuk menjadi bagian dari individu
• sosialisasi adalah proses seorang individu menyesuaikan diri
dengan kehidupan kelompok di mana individu itu berada agar
kehairannya dapat diterima oleh anggota kelompok lain,
• enkulturasi adalah ketika indiviu memilih nilai-nilai mana yang
dianggap baik dan pantas dalam hidup bermasyarakat sebagai
pedoman bertindak. Ketiga proses itu dapat bervariasi dari individu
yang satu ke individuyang lain, walau mereka hidup dalam
masyarakat dan kebudayaan yang sama. Variasi yang muncul akan
diteruskan dari generasi yang tua ke generasi yang lebih muda,
demikian seterusnya.
Variasi budaya sering juga disebut dengan istilah sub-culture (cabang
kebudayaan). Jadi kebudayaan adalah suatu proses belajar anggota
masyarakat.
Proses Belajar Budaya
• Proses belajar kebudayaan baik dalam generasi sama
maupun dari generasi terdahulu (nenek moyang), dapat
berlangsung melalui simbol-simbol terutama bahasa.
Hanya mahkluk manusialah yang mengenal sistem simbol
berbentuk bahasa untuk saling berkomunikasi antara satu
orang dengan orang yang lain. Bahasa adalah suatu
sistem komunikasi dengan menggunakan suara yang
dihubungkan satu sama lain menurut seperangkat aturan,
sehingga mempunyai makna. Bahasa adalah sistem
lambang yang diciptakan manusia secara sukarela. Melalui
bahasa manusia dapat menyampaikan gagasan, emosi,
dan keinginannya kepada sesamanya. Sedangkan lambang
adalah bunyi atau gerakan yang mengandung arti alamiah
atau biologis.
Perubahan kebudayaan
• Perubahan kebudayaan terjadi disebabkan oleh berbagai faktor
yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, dan faktor yang
berasal dari luar masyarakat. faktor dari dalam masyarakat misalnya
munculnya ide baru (inovasi), konflik atau persaingan, dan
bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk. Ide baru muncul
karena orang merasa kurang, ingin meningkatkan mutu, atau
dengan adanya sistem hadiah bagi penemu ide baru tadi. Nilai-nilai
lama dapat berubah dengan adanya konflik atau persaingan antar
anggota masyarakat, karena proses perdamaian akan memunculkan
nilai-nilai baru. Jumlah penduduk juga berpengaruh terhadap
perubahan dari nilai lama ke nilai baru, misalnya program keluarga
berencana adalah membawa nilai-nilai baru bagi masyarakat
pesertanya, misalnya masyarakat Bali mengenal istilah untuk urut-
urutan anak yang lahir, Wayan atau Putu untuk anak pertama,
Made untuk anak ke dua, Nyoman atau Nengah untuk anak ke tiga
dan Ketut atau Komang untuk anak ke empat. Bila keluarga Bali
hanya memiliki dua anak sesuai dengan nilai yang berkembang/
dikembangkan dalam program keluarga berencana maka istilah
untuk anak ke tiga dan ke empat di masa mendatang akan hilang
dengan sendirinya atau tinggal menjadi catatan sejarah.
Difusi
• Faktor dari luar masyarakat yakni masuknya
unsur-unsur budaya asing (difusi). Adanya
media massa seperti surat kabar, majalah, dan
televisi mempercepat menyebarnya unsur
budaya dari luar. Selain media massa, kemajuan
dalam bidang sarana transportasi menyebabkan
semakin banyaknya anggota masyarakat yang
bepergian dari satu tempat ke tempat lain
dengan mudah, ikut membawa pengaruh
cepatnya penyebaran unsur budaya baru.
Sikap Budaya
• Unsur-unsur budaya dalam suatu kelompok
masyarakat ada yang mudah berubah dan ada
pula yang sulit berubah, demikian pula individunya
ada yang cepat dan ada yang lambat dalam proses
menerima perubahan, bahkan ada individu yang
cenderung menolak perubahan. Sikap menerima
dapat dipengaruhi oleh faktor kebutuhan (needs),
keuntungan langsung yang dapat dinikmati,
senang pada suatu hal yang baru (novelty), dan
sifat inovatif yang selalu ingin berkreasi.
Perubahan Kebudayaan
• Perubahan kebudayaan dapat menimbulkan krisis sosial, munculnya gerakan yang
bersifat keagamaan mengiringi terjadinya krisis sosial yang dimaksud. Gerakan
keagamaan itu dikenal dengan istilah cargo cults, messianic movement, nativistic
movement, gerakan ratu atau raja adil. Gerakan keagamaan semacam itu memiliki
ciri-ciri yang antara lain adalah sebagai berikut:
• Aspek keagamaan, karena gerakan-gerakan biasanya
disiarkan oleh seorang guru yang berlaku sebagai pesuruh
dewa atau Tuhan, dan karena gerakan-gerakan itu biasanya
memang berpusat kepada upacara-upacara keagamaan,
• Aspek psikologis, karena di dalam upacara yang
diselenggarakan oleh gerakan itu para anggota masyarakat
yang mereka anggap kacau itu, dengan cara mengarahkan
batinnya kepada alam fantasi,
• Aspek raja adil, karena dalam alam fantasi tadi para anggota
gerakan menunggu akan datangnya seorang raja adil, yang
akan membawa kebahagiaan kepada masyarakat manusia,
• Aspek keaslian kebudayaan, karena raja adil tadi diharapkan
akan membawa kebahagiaan dengan mengembalikan adat
istiadat nenek moyang atau adat istiadat lama yang sudah
dikacaukan oleh pengaruh zaman baru.
Kesamaan dan Perbedaan Budaya:

perbandingan budaya (cross cultural)

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kebudayaan suatu


masyarakat itu sama atau berbeda yakni:
– Lingkungan alam (geografis) yang tidak sama,
– Kemungkinan dan kesempatan berhubungan dengan
masyarakat lain (historis),
– Sikap dan pandangan hidup orang banyak di dalam
masyarakat. sikap ini menentukan penolakan atau
penerimaan terhadap unsur-unsur kebudayaan baru
(psikis).
KESADARAN BUDAYA
• Kesadaran budaya itu akan tumbuh dan berkembang
apabila manusianya memiliki kompetensi berupa (1)
pengetahuan adanya berbagai kebudayaan, (2)sikap
terbuka untuk memahami dan menghargai kebudayaan
dan memiliki kesediaan untuk saling mengenal
kebudayaan yang berbeda-beda, (3) pengetahuan
tentang riwayat perkembangan kebudayaan, (4)
pengertian untuk merawat warisan budaya dan
pengertian untuk mengembangkan kebudayaan baru
(kebudayaan nasional) yang bersumber dari mana pun,
termasuk kebudayaan asing yang dianggap
meningkatkan harkat dan martabat bangsa
Nilai
• Nilai artinya harga. Nilai dapat melekat pada benda atau di luar
benda (Praja,2003:59). Ada banyak nilai dan semua nilai berbeda.
• Menurut Scheler (2006:16) yang baik itu adalah nilai. Secara
fenomenologis, nilai-nilai ditata dan dikelompokkan menurut kaitan-
kaitannya.
• Scheler membagi empat gugus nilai yang masing-masing berbeda
berdasarkan tatarannya (1) nilai-nilai sekitar, yakni nilai-nilai yang
enak dan tidak enak, (2) nilai-nilai vital, yakni nilai-nilai yang
berhubungan dengan kesehatan, keluhuran, keberanian dan
kehinaan, (3) nilai rohaniah, di dalamnya meliputi (a) nilai estetis,
yakni nilai yang indah dan yang jelek, (b) nilai keadilan, nilai yang
benar, yang tidak benar, dan yang dibenarkan, dan (c) nilai
pengetahuan, dianggap sebagai nilai kebenaran murni, dan (4) nilai
yang dianggap profan atau khudus, yakni nilai yang tidak
mempunyai acuan apa pun dalam tataran fisik dan tubuh atau
lingkungan sekitar.
Gugus Nilai
Gugus Nilai

Nilai Sekitar Nilai Vital Nilai Ruhaniah Nilai Profan/ Khudus

Nilai enak Nilai kesehatan Nilai estetis

Nilai tidak enak Nilai keberanian Nilai keadilan

Nilai keluhuran Nilai pengetahuan

Nilai kehinaan
Manusia Sumber Nilai
• Manusia merupakan sumber nilai (Murdoch,2006:132).
• Sepanjang sejarah manusia, manusia telah menunjukkan kreativitas
dan tingkah lakunya. Baik secara material maupun nonmaterial
kreativitas dan tingkah laku manusia itu mengikutsertakan seluruh
nilai.
• Nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dibentuk sejak masa paling awal,
masa prasejarah, zaman sejarah, misalnya secara berangsur-angsur
zaman kerajaan-kerajaan Hindhu-Budha, zaman kerajaan-kerajaan
Islam, zaman perlawanan terhadap penjajahan Belanda dan
Jepang, era kebangkitan nasional, era Orde Lama, era orde Baru,
era Reformasi (atau seterusnya sampai pada kurun waktu yang
lebih dekat dengan kekinian), nilai-nilai luhur itu pantas diwariskan
dan dipelajari oleh generasi berikutnya.
• Nilai-nilai yang dibanggakan itu antara lain nilai-nilai
kegotongroyongan, saling menolong, musyawarah, pengabdian,
kemanusiaan, keadilan, hormat-menghormati, kepercayaan,
percaya diri, yakin dan teguh terhadap pendirian, dan kejujuran
(Latief,2006:58).
Nilai dan Sikap
• Nilai merupakan suatu keyakinan yang relatif stabil
tentang model-model perilaku yang diinginkan secara
spesifik dan keadaan eksistensial sebagai keinginan atau
pilihan pribadi atau masyarakat.
• Nilai menduduki posisi tengah dalam kebudayaan sebagai
anteseden dan konsekuensi perilaku manusia. Sikap dan
kebutuhan-kebutuhan yang berdampak luas terhadap
perilaku manusia dalam konteks sosial merupakan fungsi
psikis dari nilai.
• Sebagai hasil pembentukan dari faktor-faktor kebudayaan,
pranata dan pribadi-pribadi dalam masyarakat dalam
hidupnya merupakan variabel nilai yang dipengaruhi.
Fungsi Nilai
Nilai memiliki beberapa fungsi, antara lain
(1) fungsi standar tingkah laku, misalnya dari cara (a) membawa
individu untuk mengambil posisi khusus dalam masalah sosial, (b)
mempengaruhi individu dalam memilih ideologi, (c) menunjukkan
gambaran diri kepada orang lain, (d) merupakan pusat pengkajian
proses pembandingan untuk menentukan individu bermoral dan
berkompetensi, (e) untuk mempengaruhi orang lain dengan
gambaran nilai, (f) standar proses rasionalisasi yang terjadi dalam
setiap tindakan yang dapat diterima,
(2) fungsi rencana umum dalam mengambil keputusan dan
menyelesaikan konflik,
(3) fungsi motivasional,
(4) fungsi penyesuaian diri dengan nilai yang berbeda,
(5) fungsi ego defensif, dalam prosesnya nilai mewakili konsep-konsep
yang tersedia sehingga dapat mengurangi ketegangan dengan
mudah, dan
(6) fungsi sebagai pengetahuan atau aktualisasi diri, sebagai sebuah
pengertian yang cenderung menyatu dalam persepsi dan keyakinan
yang lebihbaik untuk melengkapi kejelasan konsepsi.
MANUSIA DAN CINTA KASIH

A. Arti Cinta Kasih


- Ungkapan perasaan yang didukung oleh
unsur karsa yang berupa tingkah laku
dengan pertimbangan akal yang
menimbulkan tanggungjawab.
- Perasaan kasih sayang, kemesraan,
belas kasihan, dan pengabdian yang
diungkapkan dengan tingkah laku yang
bertanggungjawab.
B. Macam Cinta Kasih

1. Cinta kasih antara orang tua dan anak


2. Cinta kasih antara orang pria dan wanita
3. Cinta kasih antara sesama manusia
4. Cinta kasih antara manusia dan tuhan
5. Cinta kasih antara manusia dan
lingkungannya.
C. Ungkapan Cinta Kasih

Ungkapan cinta kasih bisa diwujudkan


dengan kata-kata, tulisan, tingkahlaku,
gerak, atau media yang lain.

Setiap insan memiliki cara yang berbeda


dalam mengungkapkan cinta kasihnya
pada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai