TINJAUAN PUSTAKA
peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang ledak
dengan pola tertentu sebagai tempat pengisian bahan peledak yang kemudian
diledakan untuk membongkar batuan dari kondisi aslinya di alam. Pada dasar prinsip
pengeboran lubang tembak bertujuan untuk mendapatkan kualitas lubang ledak yang
baik dengan melalui pengeboran yang cepat dan dalam posisi yang tepat.
dalam proses pembuatan lubang ledak, parameter geometri peledakan yang perlu
18
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
19
besar pada lantai jenjang. Hal tersebut disebabkan pada bidang bebas
Apabila arah lubang ledak miring, pemakaian pada arah ini akan
lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan pada bagian bawah
Berikut ini adalah jenis arah lubang ledak pada gambar 3.1.
Gambar 3.1
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
20
Pola Pemboran
mengetahui jumlah batuan yang akan diperoleh per meter pemboran. Pola
mempunyai jarak burden dan spacing pada daerah yang akan diledakan,
pemboran yang umum digunakan pada tambang terbuka ada 3 jenis pola,
yaitu :
Jarak burden dan spasi yang sama dimiliki pada pola pemboran
ini.
Jarak spasi pada suatu baris lebih besar dari burden pada pola
pemboran ini.
3. Staggered
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
21
Berikut ini adalah jenis pola pemboran yang biasa digunakan di tambang
Gambar 3.2
dan tinggi jenjang. Penggunaan ukuran diameter lubang ledak yang kecil
akan menyebabkan energi yang dihasilkan dari peledakan juga akan lebih
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
22
besar maka menghasilkan stemming yang besar juga, hal ini dilakukan
mengakibatkan kinerja alat gali semakin berat karena adanya sisa batuan
memisahkan batuan padat atau mineral berharga yang bersifat kompak atau masif dari
batuan induknya, sehingga dapat dengan mudah alat berat untuk mengambilnya serta
mempermudah kinerja dari mesin crusher untuk melakukan proses pengecilan ukuran
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
23
energi untuk meledakan batuan yang bersifat keras dan tidak dapat dilakukan
Proses pecahnya batuan dalam peledakan terjadi secara 3 fase menurut teori
1. Fase I
menyebabkan rekahan menjalar (radial crack) dari area lubang ledak. Rekah
2. Fase II
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
24
pada bidang bebas. Pada proses pecahnya batuan pada tingkat I dan tingkat II
dari total energi bahan peledak secara teoritis. Kesiapan dasar untuk proses
3. Fase III
Rekahan radial primer (tingkat II) diperlebar secara cepat oleh kombinasi
(pneumatic wedging) dibawah pengaruh tekanan yang tinggi dari gas hasil
peledakan.
Tegangan tarik tinggi pada massa batuan disebabkan oleh lepasnya batuan
pada proses pecahnya batuan tingkat II. Kemudian beberapa bidang lemah
fragmentasi batuan yang memenuhi kriteria ukuran yang dibutuhkan oleh mesin
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
25
dikembangkan oleh para ahli – ahli bidang pertambangan, salah satu metode yang
digunakan dalam rancangan geometri peledakan yaitu metode R.L Ash (1967).
steamming, sub drilling, kedalaman lubang ledak, panjang lubang isian, dan tinggi
Gambar 3.3
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
26
1) Burden ( B )
bidang bebas terdekat atau arah yang akan dituju batuan hasil peledakan pada
saat akan terlempar. Pada penentuan jarak burden, ada beberapa faktor yang
harus diperhitungkan seperti diameter lubang ledak, bobot isi batuan, dan
struktur geologi dari batuan tersebut. Semakin besar diameter lubang ledak
maka akan semakin besar jarak burden, karena dengan ukuran diameter
lubang ledak yang semakin besar maka bahan peledak yang digunakan akan
Ash yaitu :
𝐾𝑏𝑥𝐷𝑒
B= (3.1)
39,3
Keterangan :
B = Burden
Kb = Burden ratio
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
27
secara empirik, adanya batuan standar dan bahan peledak standar, yaitu :
yang beda juga, maka nilai Kb juga akan berubah. Untuk mengatasi angka
perubahan Kb, maka perlu dihitung terlebih dahulu harga faktor penyesuaian
pada kondisi batuan dan bahan peledak yang berbeda. Berikut ini merupakan
1/3
𝑆𝐺 . 𝑉𝑒 2
AF1 = ( ) (3.2)
𝑆𝐺𝑠𝑡𝑑 . 𝑉𝑒𝑠𝑡𝑑2
Keterangan:
𝐷𝑠𝑡𝑑 1/3
AF2 = ( ) (3.3)
𝐷
Keterangan :
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
28
2) Spasi ( S )
Spasi merupakan jarak antar lubang ledak dirangkai dalam satu baris dan
diukur sejajar dengan bidang bebas. Spasi yang lebih kecil akan menyebabkan
ukuran batuan hasil peledakan terlalu hancur, tetapi jika spasi lebih besar akan
menyebabkan terjadi banyak bongkah atau boulder dan tonjolan atau stump
S = Ks x B (3.5)
Keterangan:
B = Burden (meter)
3) Stemming (T)
Stemming merupakan panjang isian lubang ledak yang tidak diisi bahan
peledak, melainkan dengan material lain seperti tanah liat atau material batuan
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
29
standar yang digunakan sebesar 0,70 angka ini cukup untuk mengontrol
airblast dan flyrock dan stress balance. Berikut adalah persamaan untuk
menghitung stemming :
T = Kt x B (3.6)
Keterangan :
B = Burden (meter)
4) Subrilling (J)
Subdrilling adalah panjang lubang tembak yang terletak lebih rendah dari
keseluruhan dan terbongkar tepat pada batas lantai jenjang, sehingga tonjolan
menentukan harga subrilling ratio (Kj), yang besarnya tidak lebih kecil dari
0,20. Untuk batuan massive biasnya digunakan Kj sbebesar 0,30. Berikut ini
J = Kj x B (3.7)
Keterangan :
B = Burden (meter)
panjang kolom isian (PC) bahan peledak. Kedalaman lubang ledak biasanya
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
30
geoteknik. Menurut R.L. Ash, kedalaman lubang ledak berdasarkan pada hole
depth ratio (Kh) yang harganya berkisar antara 1,5 – 4,0. Hubungan
H = Kh x B (3.8)
Keterangan :
B = Burden (meter)
Panjang kolom isian adalah panjang kolom lubang tembak yang akan
diisi bahan peledak. Panjang kolom ini adalah kedalaman lubang tembak
PC = H – T (3.9)
Dimana :
T = Stemming (meter)
menurut CJ-Konya:
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
31
1
𝜌𝑒 3
B = 3,15 x De x (𝜌𝑟) (3.10)
Keterangan:
B = Burden (ft)
ρr = Densitas batuan
𝐻+2𝐵
H < 4B S= (3.11)
3
H > 4B S = 2B (3.12)
𝐻+7𝐵
H < 4B S= (3.13)
8
Keterangan:
H = Tinggi Jenjang
S = Spasi
B = Burden
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
32
T = 0.7 x B (3.15)
J = 0.3 x B (3.16)
H = T – PC (3.17)
menggunakan rumus :
PC = H-T (3.19)
dipengaruhi oleh jumlah penggunaan bahan peledak. Hal ini mempengaruhi pada saat
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
33
Loading density adalah banyaknya isian bahan peledak yang digunakan pada
kolom isian (PC) lubang tembak. Banyaknya isian bahan peledak tiap meter
jumlah lubang tembak. Dalam menghitung jumlah kolom isian dapat dilihat
Keterangan:
Maka banyaknya bahan peledak yang digunakan dalam satu lubang tembak
E = de x PC (3.25)
Keterangan :
2) Powder Factor
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
34
𝐸
Pf = (3.26)
𝑉
Keterangan:
digunakan, yaitu :
Tabel 3.1
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
35
Untuk melakukan suatu watu tunda (delay period) digunakan suatu alat
yang bernama delay detonator. Keuntungan dari pemakaian delay detonator adalah
sebagaiberikut :
Beban muatan barus dean akan menghalangi pergeseran baris setelahnya apabila
waktu tunda antar baris terlalu pendek. Material batuan baris kedua akan terlempar ke
arah vertikal sehingga terjadi tumpukan, namun apabila waktu tunda terlalu lama,
mak hasil bongkaran akan terlempar jauh kedepan selain itu juga mengakibatkan
flyrock. Hal ini terjadi karena tidak ada dinding batuan yang berfungsi sebagai
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang bor dalam
satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya. Pola peledakan ini ditentukan
diharapkan.Agar peledakan berjalan dengan baik, maka perlu perencanaan yang teliti
dalam menentukan pola peledakan. Ada beberapa hal yang prtlu diperhatikan pada
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
36
Ada dua macam pola peledakan yang dibagi didasarkan atas arah runtuhan
batuan dan waktu peledakan. Pola peledakan yang berdasarkan arah runtuhan
1) Box cut
Box cut yaitu pola peledakan dimana peledakan diawali dari bagian
tengah suatu jenjang dan mempunyai dua bidang bebas. Arah runtuhan
2) V cut
V cut yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
3) Corner cut
Corner cut yaitu pola peledakan dimana peledaakn diawali dari sudut
suatu jenjang dan memiliki tiga bidang bebas. Arah runtuhan pola
peledakan corner cut adalah kesalah satu sudut pada bidang bebasnya.
Pola peledakan berdasar urutan waktu peledakan, maka pola peledakan terbagi
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
37
dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris yang lainnya.
Berikut ini adalah gambaran pola peledakan berdasarkan arah runtuhan batuan
Gambar 3.4
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
38
Gambar 3.6
3.3 Fragmentasi
fragmentasi ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemboran dan peledakan
yang bersifat tidak dapat dikendalikan kerena prosesnya terjadi secara alami. Faktor-
SGI adalah sifat batuan terkait berat jenis dan prioritasnya. Batuan
yang memiliki bobot isi kecil umumnya akan lebih mudah mengalami
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
39
JPS adalah jarak tegak lurus antara dua bidang lemah yang saling
tebal.Sedangkan bila jarak antara bidang lemah kecil (<20 mm), maka
mantap.
Dari semua faktor tersebut kemudian dijadikan sebagai data pembobotan masa
batuan untuk peledakan agar didapat nilai faktor batuan yang didapat dari blastability
Hustrulid 1999: 107-108) yaitu: Rock mass Description (RMD), Joint Plane Spacing
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
40
(JPS), Joint Plane Orientation (JPO), Specific Gravity Influence (SGI). Berikut akan
Tabel 3.2
Untuk menghitung rumus blastabilty index dapat dilihat pada rumus berikut:
Kemudian hasil dari persamaan tersebut didapat nilai faktor batuan dengan rumus
sebagai berikut:
RF = 0,12 x BI (3.28)
pengangkutan dan pemuatan dan proses selanjutnya. Selain itu dalam hasil
fragmentasi yang baik akan mengurangi proses secondary blasting dan secondary
crushing. Ukuran fragmentasi biasanya mempunyai kriteria ukuran yang dibatasi oleh
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
41
dimensi bucket alat gali muat (excavator, shovel, dan loader) yang akan memuat ke
dalam bak dump truck, dan dibatasi oleh gap ukuran bukaan crusher.
𝑉𝑛 0,8
X mean = A x [ ] x 𝑄1/6 (3.29)
𝑄
Keterangan :
A = Faktor batuan
Agar dapat digunakan pada semua jenis bahan peledak, Cunningha (1983)
𝑉𝑛 0,8 𝐸 −0,630
Xmean= A [ ] Q16[ ] (3.30)
𝑄 101
Keterangan:
hanya dapat menampilkan ukuran rata-rata dari seluruh fragmentasi hasil peledakan
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
42
dan tidak dapat menggambarkan seberapa banyak ukuran fragmentasi kecil, besar
Dari par ameter di atas dapat disimpulkaan bahwa hal yang terpenting untuk
R =e - [X/Xc]x100% (3.31)
Keterangan:
X = Ukuran ayakan, ( mm )
n = Indeks Keseragaman
e = ephsilon = 2.71
𝑋𝑚𝑒𝑎𝑛
Xc = 1
(0,693)𝑛
Apabila nilai n yang tinggi makan tingkat keseragaman dari ukuran tinggi
ukuran yang rendah. Kisaran nilai “n” yang normal untuk fragmentasi peledakan
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan
43
dengan persamaan Kuznetsov, maka terbentuk formula yang disebut Kuz-Ram Model,
𝑏 𝑊 𝑎−1 𝐿
n = ( 2.2 – 14 )(1– ){1+ } (3.32)
𝑑 𝐵 2 𝐻
Keterangan:
B = Burden, ( m )
H = Tinggi jenjang, ( m )
Kajian teknis geometri peledakan untuk mendapatkan powder factor yang optimal pada tambang batugamping di PIT Kemuning terowongan
PT. Holcim Indonesia Tbk, Plant Narogong, Jawa Barat
Gde Dananjaya Danika Darmawan