Buku Manajemen Usaha Busana PDF PDF
Buku Manajemen Usaha Busana PDF PDF
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel v
Daftar Gambar vi
Bagian I Dasar-Dasar Industri Busana 1
Bab I Perkembangan Industri Busana 3
A. Perancis, Kiblat Busana 5
B. Produksi Busana Massal 6
C. Perdagangan Busana Selama Abad 19 7
D. Efek Perang Dunia I Pada Status Wanita Dan Busana 8
E. Efek Perang Dunia II Pada Busana 10
F. 1960an, Tren Arahan Desainer Muda 10
Bab II Karakteristik Usaha Busana 13
A. Pengelolaan Usaha Busana 15
B. Jenis-Jenis Usaha Busana 15
Bagian II Peluang Dan Kelayakan Usaha Busana 21
Bab III Membaca Peluang Usaha 23
A. Kiat Membaca Peluang Usaha 25
B. Analisis Situasi 28
C. Pembangkitan Ide 30
D. Identifikasi Kesempatan 34
E. Evaluasi Kesempatan 36
F. Strategi Pengembangan Kesempatan 39
Bab IV Analisis Kelayakan Usaha 41
A. Menentukan Ide Usaha 43
B. Analisis Kelayakan Usaha 44
C. Aspek Pasar dan Pemasaran 51
D. Aspek Teknis Usaha 67
E. Aspek Manajemen 73
Bab V Analisis Ekonomis 77
A. Klasifikasi Biaya 79
B. Depresiasi 81
C. Penentuan Harga Pokok Operasi 84
D. Analisis Titik Impas (Break Even Point) 86
PENGELOLAAN USAHA BUSANA iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Bagian Satu
Dasar-Dasar Industri Busana
Pada bagian pertama ini berisi tentang pengetahuan dasar yang diperlukan
untuk memahami pekerjaan industri busana.
Bab 1 berisi sejarah perkembangan busana dan industri busana.
Bab 2 berisi karakteristik usaha-usaha busana.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 2
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 3
Fokus Karir
Setiap orang yang bergerak dalam bidang busana pada tiap tingkat industri
memerlukan dan membutuhkan pengetahuan tentang perkembangan
bisnis busana. Pengetahuan sejarah sangat membantu mereka dalam
pembuatan keputusan pada saat ini dan di masa mendatang. Ide-ide
busana masa lampau sering digunakan kembali pada masa kini dan yang
akan datang.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 4
Coco Chanel
Personal Information
Name Coco Chanel
Nationality
French
Birth date August 19, 1883
Birth place Saumur
Date of death January 10, 1971
Place of death Paris, France
Working Life
Label Name Chanel
Gabrielle Bonheur "Coco" Chanel (August 19, 1883 – January 10, 1971) was a pioneering
French fashion designer whose modernist philosophy, menswear‐inspired fashions, and
pursuit of expensive simplicity made her arguably the most important figure in the history
of 20th‐century fashion. Her influence on haute couture was such that she was the only
person in the field to be named on TIME Magazine's 100 most influential people of the
20th century.
(wikipedia.org)
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 4
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 5
BAB I
PERKEMBANGAN INDUSTRI BUSANA
2. Pertumbuhan Couture
Perancis dapat menjadi kiblat busana karena faktor dukungan
kerajaan dan adanya perkembangan industri sutra. Di Perancis, seni
membuat busana disebut dengan couture (koo-tour‟). Desainer pria disebut
couturier dan yang perempuan couturiere. Charles Worth dianggap sebagai
bapak Couture karena merupakan orang pertama yang sukses menjadi
desainer merdeka. Ia lahir di Inggris, datang ke Perancis pada usia 20
tahun pada tahun 1846 (tahun ketika Elias Howe mematenkan mesin
jahitnya). Beberapa couture lain mengikuti Worth antara lain Paquin,
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 6
Cheruit, Doucet, Redfern, the Callot sisters, dan Jeanne Lanvin. Couture
menjadi jembatan antara busana strata-kelas pada masa lampau dan
busana yang demokratis pada saat ini. Dari sini, pasar internasional untuk
adibusana Perancis berkembang. Pada tahun 1868 para couture
membentuk organisasi perdagangan. Selama lebih dari 100 tahun desain
busana couture mempunyai pengaruh yang besar dan menjadi style trens
di seluruh Eropa.
2. Busana Kerja
Pada tahun 1849, era tambang emas menarik minat ribuan pencari
kerja ke California untuk menambang emas. Levi Strauss (20 tahun)
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 7
Ketika itu terdapat dua jenis toko retail, yaitu: the specialty store dan
the department store. Kerajinan tradisional biasanya ditawarkan dalam the
specialty store, sedangkan barang-barang yang lebih umum dan bervariasi
banyak ditawarkan dalam the department store.
Daftar renungan:
1. Galilah beberapa jenis usaha busana yang mulai menggeliat sejak awal
Abad 18 hingga tahun 1960an!
2. Bagaimana pula aktivitas usaha busana mulai tahun 1970an hingga
1990an. Sebagai gambaran pada tahun 1970an merupakan Antifashion
became the style statement from the late 1960s into the 1970s, tahun
1980an merupakan era Overspending and overborrowing in the 1980s
caused many of the problems that the fashion business faces today,
dan era tahun 1990an merupakan In the last decade of the century,
Americans have had to readjust to a less indulgent way of life.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 13
Fokus Karir
Setiap orang yang akan bergerak dalam bidang busana pada tiap tingkat
industri memerlukan dan membutuhkan pengetahuan tentang berbagai
macam karakteristik bisnis busana. Dari karakteristik usaha busana
tersebut, orang dapat memetakan kemampuan yang dimilikinya, minat dan
bakat yang ada, serta mengetahui persaingan yang ada dalam dunia bisnis
busana ini.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 14
Gianni Versace
Personal Information
Name Gianni Versace
Nationality Italian
Birth date December 2, 1946
Birth place Reggio Calabria, Italy
Date of death July 15, 1997 (aged 50)
Place of death Miami Beach, Florida,
USA
Working Life
Gianni Versace (December 2, 1946 – July 15, 1997) was an accomplished Italian designer
of both clothing and theater costumes. He was influenced by Andy Warhol, Ancient
Roman and Greek art as well as modern abstract art; he is considered one of the most
colorful and talented designers of the late 20th century. Gianni was the founder of
famous fashion tag Versace. The first boutique was opened in Milan's Via della Spiga in
1978, and its popularity was immediate. Today, Versace is one of the world's leading
international fashion houses. Versace designs, markets and distributes luxury clothing,
accessories, fragrances, makeup and home furnishings under the various brands of the
Versace Group.
(wikipedia.org)
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 24
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 15
BAB II
KARAKTERISTIK USAHA BUSANA
a. Modiste
Modiste biasanya mengerjakan busana wanita dan busana anak.
Pada modiste, pengelolaan masih sangat sederhana, hampir semua
pekerjaan dilakukan sendiri mulai dari mengukur, memotong, menjahit,
hingga penyelesaiaan. Dalam hal ini, pimpinan modiste memegang
beberapa fungsi manajemen, dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengontrolan, bahkan pemasaran. Usaha yang
sebutulnya sangat potensial ini didalam kenyataannya banyak
merupakan usaha sambilan, sehingga tidak dikelola dengan profesional.
Dari segi orgasnisasi masih sederhana, hanya pemilik sekaligus
pimpinan modiste dibantu oleh beberapa tenaga; kompleksitas struktur
organisasi tergantung pada kapasitas modiste. Demikian juga alat yang
digunakan, masih sangat sederhana dan terbatas pada alat/mesin
standar minimal, misalnya mesin jahit, mesin obras, alat pembuat
kancing dan ban pingggang, serta mesin lubang kancing. Sistem
produksi berdasarkan pesanan pelanggan, dengan ukuran busana
menyesuaikan pelanggan, atau dalam istilan industri disebut dengan
make to order (memproduksi berdasarkan/untuk memenuhi order).
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 17
b. Tailor
Tailor biasanya mengerjakan busana pria khususnya setelan jas.
Tailor dapat pula mengerjakan jas wanita. Struktur organisasi tergantung
dengan kapasitas usaha dan dengan sistem produksi yang make to order
(memproduksi karena ada atau berdasar pada pesanan).
c. Houte Couture
Houte couture berasal dari bahasa Perancis atau dalam bahasa
Italia disebut Altamoda atau Adibusana yang berarti seni menggunting
tingkat tinggi. Usaha ini lebih mengutamakan pada detail potongan yang
fit dengan badan, indah, dan menitikberatkan juga pada detail desain
dengan menggunakan bahan berkualitas tinggi. Penyelesaian banyak
dilakukan dengan tangan sehingga mutu jahitan sangat bagus.
Houte Couture biasanya dipimpin oleh seorang perancang busana,
seperti Pieter Sie, Hary Daharsono, Ane Avanti, Christian Dior, Pierre
Cardin, dan Hanae Mori.
2. Atelier
Atelier berasal dari bahasa Perancis yang berarti tempat kerja,
bengkel, atau workshop (dalam bahasa Inggris). Atelier dalam istilah
busana diartikan dengan rumah mode atau tempat untuk mengolah mode
pakaian. Atelier ini disamping menerima jahitan perseorangan juga
menerima order dalam jumlah besar (konveksi) dan menjual busana jadi.
Pengelolaan usaha pada atelier lebih luas dibanding dengan modiste
dan tailor baik dari segi peralatan, staf pegawai, maupun organisasi. Atelier
ini menghasilkan busana madya atau tingkat menengah.
3. Boutique
Boutique atau butik merupakan toko yang menjual pakaian jadi
lengkap dengan aksesorisnya. Busana yang dijual berkualitas tinggi. Dalam
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 18
bahasa aslinya, Perancis, boutique berarti toko kecil yang menjual pakaian
dan aksesorisnya, lain dari yang lain, yang tidak lazim dan dengan suasana
berbeda dari toko lainnya.
4. Konveksi
Konveksi adalah usaha bidang busana jadi secara besar-besaran
atau secara massal. Dalam banyak literatur, konveksi ini disebut dengan
home industri. Apabila kapasitasnya sangat besar lazimnya disebut dengan
usaha garmen. Sementara garmen sendiri sebenarnya berarti pakaian
(jadi). Produk dari konveksi ini adalah busana jadi atau ready-to-wear
(Bahasa Inggris) dan pret-a-porter (bahasa Perancis). Busana ini telah
tersedia di pasar yang siap dibawa dan dipakai. Dalam proses produksi,
ukuran busana ini tidak berdasarkan pesanan pelanggan, melainkan
menggunakan ukuran yang telah standar seperti S-M-L-XL-XXLA atau 11,
12, 13, 14, 15, 16 atau 30, 32, 34, 36, 38, 40, dan 42.
5. Pendidikan Busana
Pendidikan di bidang busana merupakan usaha yang busana yang
tidak berkaitan langsung dengan pembuatan busana karena bergerak
dalam bidang jasa pendidikan. Pendidikan busana adalah sebagai
penyedia tenaga terlatih yang dapat bekerja pada usaha bidang busana.
Pendidikan busana secara formal terdapat di sekolah maupun universitas,
sedangkan pendidikan nonformal terdapat pada kursus menjahit. Usaha ini
cukup potensial karena pasar masih membutuhkan, seperti kebutuhan guru
busana, akademisi busana, reporter dan editor busana, bahkan operator
pabrik garmen yang biasanya diambil dari kursus menjahit (LPK Busana).
Dalam kursus menjahit terdapat beberapa tingkatan kursus yang
diatur oleh Direktoral Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas.
a. Tingkat ketrampilan dasar; pada tingkat ini diberikan pengetahuan
dasar cara memotong, menjahit pakaian. Tingkat ini mencetak penjahit
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 19
Daftar renungan:
Eksplorasilah beberapa jenis usaha busana baik yang berkaitan langsung
dengan produksi busana maupun yang tidak langsung, bahkan juga yang
berkaitan dengan busana maupun tidak berkaitan dengan busana namun
mempengaruhi atau dipengaruhi busana.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 20
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 21
Bagian Dua
Peluang dan Kelayakan Usaha Busana
Pada bagian pertama ini berisi tentang pengetahuan dasar yang diperlukan
untuk membaca peluang dalam usaha/industri busana.
Bab 3 berisi kiat membaca peluang usaha.
Bab 4 berisi analisis kelayakan proyek.
Bab 5 berisi analisis ekonomi suatu usaha
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 22
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 23
Fokus Karir
Pada prinsipnya menjalankan suatu usaha berarti mengukur kesempatan
untuk menjual barang atau jasa dengan tujuan mencari keuntungan. Salah
satu hal yang menjadi faktor kesuksesan suatu usaha adalah kesempatan.
Sukses mengidentifikasikan dan mengevaluasi kesempatan usaha
potensial merupakan kunci sukses dalam berusaha.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 24
Jacques Doucet Gown
Jacques Doucet (1853 ‐ 1929) was a French fashion designer, known for his elegant
dresses, made with flimy translucent materials in superimposing pastel colors. He was
born in Paris in 1853 to a prosperous family whose lingerie and fine linens business,
Doucet Lingerie, had flourushed in the Rue de la Paix since 1816. In 1871, Doucet opened
a salon selling ladies apparel. An enthusiastic collector of eighteenth‐century furniture,
objets d'art, paintings and sculptures, many of his gowns were strongly influenced by this
opulent era. A designer of taste and discrimination, Doucet valued dignity and luxury
above novelty and practicality and therefore gradually went out of popularity during the
1920s.
(wikipedia.org)
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 24
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 25
BAB III
MEMBACA PELUANG USAHA
1. Kesempatan Berusaha
Pada prinsipnya setiap usaha melakukan penjualan atas produk yang
dimilikinya. Produk dapat berupa barang atau jasa. Menjalankan suatu
usaha berarti mengukur kesempatan untuk menjual barang atau jasa
dengan tujuan mencari keuntungan (profit oriented). Salah satu hal yang
menjadi faktor kesuksesan suatu usaha adalah kesempatan. Sukses
mengidentifikasikan dan mengevaluasi kesempatan usaha potensial
merupakan kunci sukses dalam berusaha.
Dalam praktik usaha, banyak pengusaha yang memulai usaha tanpa
mempertimbangkan secara cukup potensi realistis untuk usaha dan
implikasi usaha bagi dirinya sendiri. Banyak juga pengusaha yang
membatasi diri pada kesempatan-kesempatan yang paling jelas, tanpa
menghitung rentang pilihan yang lebih luas yang mungkin lebih menarik.
Pada dasarnya kesempatan-kesempatan yang lebih disukai adalah
sebagai berikut:
o kesempatan yang menawarkan produk yang tersedia kepada
pelanggan alternatif yang jelas,
o kesempatan yang mempunyai kekuatan menghasilkan keuntungan
dalam jangka pendek atau menengah dan di masa yang akan datang,
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 26
3. Pendekatan Strategis
Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa kesempatan usaha
sangat beragam dan terbuka. Dari banyak kesempatan yang ada, kita tidak
bisa melaksanakan semuanya bahkan sebagiannya. Pendekatan strategi
dapat digunakan sebagai alat untuk identifikasi dan berfokus pada yang
terbaik. Model ini dirancang untuk memungkinkan bagi fleksibilitas dan
para pengguna didorong untuk mengadaptasikannya sesuai kebutuhan
khusus mereka. Adapun langkah-langkah pendekatan strategis ini meliputi
lima hal yaitu: analisis situasi, pembangkitan ide, identifikasi kesempatan,
evaluasi kesempatan, dan strategi kesempatan berusaha.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 28
B. ANALISIS SITUASI
Entrepreneurship is the practice of starting new organizations, particularly
new businesses generally in response to identified opportunities
(wikipedia.org).
2. Parameter-parameter pribadi
Parameter-parameter pribadi merupakan pertimbangan tujuan-tujuan
pribadi dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi jenis-jenis
kesempatan yang cocok maupun layak untuk dilaksanakan. Untuk
memaksimalkan peluang keberhasilan, usaha yang kita mulai harus
didasarkan sebanyak mungkin pada parameter pribadi berikut.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 30
C. PEMBANGKITAN IDE
Ide mahal harganya. Suatu ide usaha mempunyai kecenderungan
kabur, tidak berbentuk, dan sulit dibuktikan dibandingkan kesempatan,
tetapi ide adalah kesempatan yang dibangun. Semakin banyak ide yang
dapat kita gali, maka semakin besar pula kemungkinan kita
mengungkapkan kesempatan yang menjanjikan.
Kreativitas seseorang menjadi peran sentral dalam hal pembangkitan
ide usaha sebagai bagian dari proses identifikasi kesempatan. Usaha
akhirnya merupakan suatu upaya kreatif dan kesempatan cenderung
ditemukan oleh mereka yang bisa berfikir secara kreatif dan melihat
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 31
hubungan yang tidak bisa dilihat oleh orang lain – dengan berfikir secara
lateral, „di luar kotak‟, „di sekitar sudut‟, dan berfikir diluar masalah yang
sudah ada di tangan. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat dijadikan
pedoman untuk memfokuskan keingintahuan dan merangsang kreativitas.
1. Brainstorming (sumbang saran); melalui diskusi terbuka yang „bebas
untuk semuanya‟ berkaitan ide-ide usaha yang mungkin. Hal ini
dimaksudkan untuk membangkitkan sebanyak mungkin ide, tanpa
khawatir dengan pemisahan ide yang „baik‟ dari yang „jelek‟ hingga
setelah selesainya sesi brainstorming.
2. Networking (jaringan); melalui pembicaraan dengan orang-orang yang
terlibat di dalam usaha karena mereka mungkin memiliki wawasan atau
ide. Dari hal ini kesempatan-kesempatan khusus mungkin ada.
3. Observasi (pengamatan); menggunakan pengetahuan tangan pertama
tentang perekonomian setempat dan industri atau usaha tertentu untuk
mengetahui kesempatan-kesempatan potensial.
4. Research (penelitian); menyelidiki praktik-praktik usaha di daerah lain
atau negara lain melalui membaca, mengunjungi daerah lain,
menghadiri pameran dagang, atau menggunakan tehnik-tehnik
penelitian yang lain.
5. Ketajaman Kewirausahaan; dengan cara menumbuhkan suatu keadaan
ketajaman perhatian terhadap perpaduan informasi dan kejadian yang
bisa mengungkapkan kesempatan usaha potensial.
6. Fokus Pasar/Pelanggan; menjaga fokus pada kebutuhan pelanggan
untuk menjamin bahwa ide-ide yang dihasilkan relevan dengan pasar.
dalam industri, dengan siapa kita akan bersaing, dan dimana mungkin
ada kelemahan atau kesenjangan. Jika memungkinkan, bagian harga
akhir yang diterima peserta pada masing-masing tahap nilai juga
diperhitungkan meskipun dalam perkiraan kasar.
INDUSTRI PAKAIAN
Bahan Baku - Kain / Bahan - Aksesoris
Jasa - Rancangan/desain - Pembuatan
- Perbaikan - Menjahit / Perakitan
Distributor - Distribusi Grosir - Agen Penjualan
- Distribusi Eceran - Pemasok
- Transportasi
Produsen - Pakaian Anak-Anak - Pakaian Seragam
Pakaian - Pakaian Sehari-Hari - Pakaian Kerja
- Pakaian Wanita - Pakaian Resmi
- Pakaian Laki-Laki - Pakaian Dalam
- Pakaian Santai - Pakaian Pesta
- Pakaian Olahraga
Konsumer Akhir
Lembaga - PTBB - FT – UNY - LPK Busana
Pelatihan
Peralatan - Alat/ Mesin Jahit - Komponen jahit
D. IDENTIFIKASI KESEMPATAN
Dari ide yang sudah terbangkitkan akan didapatkan suatu
kesempatan usaha. Namun, tidak semua ide dapat diwujudkan dalam
kesempatan usaha. Ide-ide yang sudah muncul pada proses sebelumnya
dapat dijadikan kesempatan usaha setelah melalui evaluasi dasar-dasar
kelayakan. Evaluasi dasar kelayakan ini tidak dapat menjamin keberhasilan
secara mutlak, namun dapat memberikan indikasi kelayakan usaha dari
suatu ide dan kesempatan. Evaluasi dasar kelayakan ini sebagai berikut.
Input atau masukan
- Ketersediaan bahan baku dan pasokan yang handal dan terjangkau.
- Prasarana, transportasi, energi, air dan komunikasi yang sesuai.
- Sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan pengetahuan
yang sesuai.
- Ketersediaan peralatan yang diperlukan dari pemasok yang bisa
diandalkan.
Permintaan
- Permintaan berlebih akan produk (barang/jasa) dari jenis usaha ini
dengan harga yang sesuai.
- Sesuatu yang berbeda atau unik – „manfaat penjualan unik‟ – yang
memberikan produk (barang/jasa) kita mempunyai daya tarik yang
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 35
E. EVALUASI KESEMPATAN
Evaluasi kesempatan diperlukan untuk menilai apakah suatu
kesempatan benar-benar merupakan upaya yang bernilai atau tidak.
Karena sekuat apapun suatu kesempatan usaha, kita tetap memerlukan
banyak waktu, energi, dana untuk mengubahnya menjadi usaha yang
sukses. Supaya evaluasi kesempatan dapat efektif, maka diperlukan ide
yang jelas tentang apa sebenarnya kesempatan tersebut. Berikut ini daftar
pertanyaan yang dapat membantu memperjelas tujuan usaha.
o Apa produknya?
o Siapa pembelinya dan apa manfaat-manfaatnya?
o Bagaimana produk kita dibandingkan dengan produk pesaing?
o Apakah pengguna sama dengan pembeli?
o Bagaimana pendistribusian produk kepada pelanggan?
o Bagaimana struktur biayanya?
o Berapakah harga yang akan dibebankan pada produk?
Dalam melakukan evaluasi kesempatan dapat didasarkan pada lima
komponen dasar, yaitu: manajemen, ekonomi, operasi/produksi,
persaingan, dan pasar.
1. Manajemen
Manajemen harus mempunyai kompetensi dan komitmen untuk
mewujudkan suatu kesempatan. Kompetensi tersebut meliputi
kemampuan untuk mengidentifikasi kesempatan-kesempatan
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman. Di luar keterampilan teknis
menjalankan usaha, penting bahwa manajemen memiliki dorongan
wirausaha dan komitmen untuk berhasil dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan yang tidak bisa dihindarkan di dalam memulai suatu usaha dan
membawanya pada profitabilitas.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 37
2. Ekonomi
Apakah karakteristik ekonomi kesempatan dapat diterima, berkaitan
dengan investasi yang dibutuhkan, marjin keuntungan, waktu untuk arus
kas positif, dan potensi imbal hasil investasi? Apabila terdapat pasar
potensial, sumber kelebihan positif, dan kelayakan operasional, maka
perlu memperhatikan ekonomi kesempatan untuk mempertimbangkan
apakah kesempatan tersebut mampu bertahan. Dalam beberapa kasus,
suatu kesempatan bisa memberikan marjin keuntungan yang tinggi per
unit barang yang dijual, tetapi ukuran pasar bisa menunjukkan bahwa
tidak mungkin pendapatan yang cukup bisa dihasilkan untuk menutup
overhead dan memberikan total keuntungan yang dibutuhkan.
3. Operasi/Produksi
Bagaimana seharusnya usaha berjalan dan apakah operasi usaha yang
berlangsung layak dengan sumber daya yang tersedia? Apabila terdapat
pasar yang potensial dan kelebihan kompetitif, perhatian bisa dialihkan
pada masalah operasional. Bagaimana usaha akan benar-benar
bekerja? Apakah realistik jika mengharapkan bahwa fasilitas dan
peralatan yang dibutuhkan bisa diperoleh? Apakah sumber daya
manusia yang dibutuhkan, kaitannya dengan jumlah, keterampilan dan
keterjangkauan tersedia? Bagaimana jaminan mutu akan dikelola?
Mungkin juga ada masalah perizinan, peraturan atau masalah
lingkungan yang terlibat di dalam implementasi kesempatan tersebut.
4. Persaingan
Adakah kelebihan kompetitif yang dapat dikembangkan atas usaha-
usaha yang ada, yang menyediakan produk (barang/jasa) yang sama
atau serupa? Apabila pasar potensial untuk kesempatan, hal yang harus
dipertimbangkan adalah bagaimana produk (barang/jasa) yang
ditawarkan akan berbeda dari para pesaing. Kelebihan kompetitif dapat
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 38
5. Pasar
Adakah pasar yang mampu membeli produk (barang/jasa) yang
ditawarkan? Pelanggan adalah kunci setiap usaha. Pada saat awal
evaluasi kesempatan, segala upaya harus dilakukan untuk
mengidentifikasi dan menguraikan pasar atau pasar-pasar sasaran
sejelas mungkin. Ini mencakup masalah-masalah seperti; jenis
pelanggan, jumlah calon pelanggan, ukuran potensial permintaan
(satuan dan pendapatan penjualan), kecenderungan terkait di pasar,
dan kesenangan pelanggan. Pada prinsipnya, informasi ini dapat
diperoleh melalui pengetahuan umum, pengamatan, dan berbicara
dengan para calon pelanggan, dan orang lain yang memiliki
pengetahuan tentang usaha.
6. Mengelola Risiko
Setiap usaha memerlukan pengambilan risiko. Akan tetapi,
pengusaha yang berhasil adalah yang bisa mengelola risiko secara efektif.
Kunci utama pengelolaan risiko adalah menyadari risiko dan
mengembangkan rencana untuk mengatasi sebelumnya. Ketika
mengadakan evaluasi kesempatan, ada baiknya untuk melakukan
pengamatan apakah suatu usaha itu sangat berisiko. Pengematan dapat
dilakukan dengan mengenali tanda-tanda suatu risiko, yaitu:
- pasar yang sudah terlalu padat,
- persyaratan modal yang tinggi,
- jangka waktu pengembalian investasi yang panjang,
- produk yang sama sekali baru di pasar,
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 39
Daftar renungan
Ekslporasikan ide dan kesempatan untuk berusaha di bidang busana yang
disusun dengan sistematika dan alur berfikir yang logis.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 40
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 41
Fokus Karir
Di samping naluri dan keberanian berspekulasi, usaha di bidang busana
juga memerlukan analisis kelayakan usaha. Dengan analisis kelayakan
usaha, maka pelaku usaha dapat mengetahui ide dan kesempatan yang
dimilikinya layak untuk dijadikan suatu usaha. Dengan analisis kelayakan
usaha pula dapat ditumbuhkan sikap berani berusaha karena telah didekati
dengan suatu analisis akademis yang memadai.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 42
Fashion Design by Paul Poiret, 1912
Paul Poiret (20 April 1879, Paris, France ‐ 30 April 1944, Paris) was a fashion designer
based in Paris before the First World War, during the Belle Epoque. He was taken on by
the fashion designer Jacques Doucet as a draftsman. When he completed his
apprenticeship with the House of Worth in 1904 he opened up his own fashion house, and
by 1905‐07 had produced a revolutionary style. He was famous for designing luxurious
oriental and Art Deco gowns. He also launched the suspender belt, flesh‐colored stockings,
culottes, and the modern brassiere. About his creation of the hobble skirt, he said, "It was
in the name of Liberty that I proclaimed the fall of the corset and the adoption of the
brassiere which, since then, has won the day. Yes, I freed the bust, but I shackled the legs."
(wikipedia.org)
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 42
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 43
BAB IV
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
Bab I Ikhtisar
1. Nama dan alamat perusahaan
2. Pengurus/ pemegang saham
3. Bidang usaha yang sedang berjalan
4. Bidang usaha yang diusulkan
5. Akta pendirian usaha
6. Izin usaha yang dimiliki
7. Mitra/rekanan usaha
8. Keadaan perkembangan perusahaan
9. Modal yang sudah disetor
10. Fasilitas kredit yang sedang dinikmati
11. Tambahan modal yang diusulkan
12. Jangka waktu pengembangan kredit yang diusulkan
Bab II Keadaan Perusahaan Dewasa Ini
1. Riwayat perusahaan
2. Perizinan
3. Teknis dan Pemasaran;
a. Lokasi produksi
b. Peralatan
c. Jenis dan jumlah produksi
d. Daerah penjualan/pemasaran
4. Manajemen
a. Tenaga inti
b. Keanggotaan dalam asosiasi
c. Administrasi usaha
5. Finansial
a. Neraca
b. Bantuan kredit yang sudah diterima dan penggunaannya
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 47
6. Aspek finansial
a. Kebutuhan dana;
- modal tetap
- modal kerja
b. Struktur modal
c. Rencana penarikan dan pelunasan kredit serta bunganya
d. Jaminan kredit
e. Rencana pendapatan
f. Perkiraan harga pokok produksi
g. Perkiraan rugi/laba
h. Proyeksi cash flow
i. Analisis rasio
Bab IV Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Keadaan perusahaan/usaha dewasa ini
b. Usulan usaha;
- Sifat usaha
- Kesimpulan per aspek
2. Saran
- Feasibilitas (feasibel / tidak feasibel / feasibel dengan
catatan)
a. Saran tambahan sebagai catatan
b. Usulan jadual
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 49
a. Regresi Linier
Regresi linier merupakan prosedur statistika yang paling banyak
digunakan sebagai metode peramalan karena relatif lebih mudah
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 53
y= a + bx
∑ ∑
∑ ∑ ∑
∑ ∑
Contoh.
Selaku manajer garmen, Anda ingin melakukan peramalan tingkat
permintaan jaket Anda pada tahun 2012. Adapun data masa lampau
untuk tingkat permintaan jaket adalah (dalam ribuan pcs):
Tahun (1) 2002 = 45 pcs Tahun (6) 2007 = 60 pcs
Tahun (2) 2003 = 35 pcs Tahun (7) 2008 = 30 pcs
Tahun (3) 2004 = 30 pcs Tahun (8) 2009 = 45 pcs
Tahun (4) 2005 = 50 pcs Tahun (9) 2010 = 55 pcs
Tahun (5) 2006 = 40 pcs Tahun (10) 2011 = 65 pcs
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 54
Contoh.
Selaku manajer garmen, Anda ingin melakukan peramalan tingkat
permintaan jaket Anda pada bulan Januari dan Februari 2013. Adapun
data masa lampau untuk tingkat permintaan jaket adalah (dalam ribuan
pcs):
Bulan (1) = 386 pcs Bulan (7) = 410 pcs
Bulan (2) = 340 pcs Bulan (8) = 466 pcs
Bulan (3) = 390 pcs Bulan (9) = 330 pcs
Bulan (4) = 368 pcs Bulan (10) = 350 pcs
Bulan (5) = 425 pcs Bulan (11) = 375 pcs
Bulan (6) = 440 pcs Bulan (12) = 380 pcs
b. Analisis Persaingan
Agar kita dapat menetapkan strategi pemasaran yang efektif, dalam
analisis kelayakan usaha perlu juga mempelajari produk, harga, saluran
distribusi, maupun promosi yang dilakukan para pesaing terdekat.
Dengan cara ini pelaku usaha dapat menemukan bidang-bidang yang
berpotensi untuk dijadikan keunggulan sekaligus mengetahui
kelemahan pesaingnya sehingga dapat menyusun suatu strategi
menyerang atau bertahan terhadap para pesaingnya.
Kotler memberikan beberapa langkah yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis pesaing.
1) Mengidentifikasikan pesaing
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan
perusahaan lain sebagai pesaing antara lain sebagai berikut.
Perusahaan menawarkan produk maupun harga yang sama
kepada pelanggan.
Perusahaan yang membuat produk atau kelas produk yang
sama.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 61
c. Strategi Kompetitif
Pada tahap ini pelaku merancang strategi pemasaran yang
kompetitif, yaitu strategi yang akan memberikan kepada perusahaan
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 63
1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha menurut sebagian orang merupakan faktor terpenting
dalam melakukan usaha. Hal ini dapat dimengerti karena dengan letak
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 68
usaha yang baik maka dapat melakukan pemasaran yang relatif baik pula.
Akan tetapi sebenarnya bukan hanya itu, letak usaha ini sangat
berpengaruh terhadap biaya operasi (produksi), harga jual, serta
kemampuan perusahaan untuk bersaing.
Pemilihan lokasi usaha dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada yang
membagi faktor-faktor tersebut ke dalam faktor primer dan faktor sekunder.
Ada pula yang membaginya ke dalam faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor primer adalah suatu faktor yang harus dipenuhi, jika tidak dipenuhi
proses operasi (produksi) tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Faktor sekunder adalah faktor yang sebaiknya ada, jika tidak dipenuhi
masih dapat diatasi meskipun disertai dengan tambahan biaya. Perlu
diperhatikan bahwa faktor primer dan sekunder antara satu jenis usaha
dengan jenis lain tidak selalu sama (Pangestu Subagyo, 2000: 54).
Sebagai contoh faktor primer untuk pabrik garmen adalah ketersediaan
bahan baku, tenaga kerja terlatih, dan transportasi, dengan faktor
sekundernya adalah lokasi pasar (konsumen). Oleh karena itu, tidak
menjadi permasalahan jika pabrik garmen letaknya jauh dari konsumen
terakhirnya. Sementara itu, kedekatan dengan konsumen terakhir
merupakan faktor primer bagi jenis usaha butik yang menjual beragam
produk busana beserta aksesorisnya. Berikut ini disampaikan faktor-faktor
dalam penentuan lokasi usaha.
a. Letak konsumen atau pasar
Konsumen adalah pembeli atau pemakai produk (barang/jasa) yang
dihasilkan oleh produsen atau yang dijual oleh pedagang. Usaha yang
diletakkan didekat dengan konsumen biasanya karena hal-hal berikut:
- lebih mudah mengetahui perubahan selera konsumen,
- untuk mengurangi risiko kerusakan dalam pengangkutan,
- barang tidak tahan lama,
- biaya pengankutan barang sangat mahal, dan
- jenis usaha berbentuk jasa.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 69
d. Keunggulan lainnya
Dalam penentuan lokasi usaha juga harus mempertimbangkan akan
ketersediaan listrik, air, sarana transportasi, lingkungan masyarakat,
peraturan pemerintah, dan fasilitas pengelolaan limbah.
d. Pembuatan model/sampel/prototype
Sampel merupakan produk yang dibuat untuk percobaan sebelum
produk tersebut dibuat secara besar-besaran, kemudian diuji untuk dicari
kelebihan dan kelemahannya.
e. Pengujian (testing)
Tahap ini adalah fase pengujian terhadap sampel yang dibuat, diuji
segala kelebihan dan kekurangannya. Apabila hasil pengujian
menunjukkan sampel memenuhi syarat maka dapat dilanjutkan dengan
pembuatan desain akhir. Apabila belum memenuhi persyaratan maka
dapat dilakukan perbaikan, atau penolakan jika memang tidak memenuhi
syarat sama sekali.
g. Tahap implementasi
Tahap ini mencoba memulai proses produksi sambil dilihat masa
depan pemasarannya. Hal ini diperlukan karena meskipun suatu produk
telah lolos dari berbagai tahap penyaringan di awal, namun belum tentu
dapat berhasil diproduksi secara menguntungkan. Karenanya, perlu dilihat
reaksi konsumen, kemantapan di pasar, dan masa depannya.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 72
Ide produk
Seleksi
Desain awal
Sampel/model
Tes
Desain akhir
Produksi
E. ASPEK MANAJEMEN
Management comprises directing and controlling a group of one or more
people or entities for the purpose of coordinating and harmonizing that
group towards accomplishing a goal. Management can also refer to the
person or people who perform the act(s) of management (wikipedia.org).
Direktur Utama
b. Divisi
Organisasi berdasarkan devisi adalah mengelompokkan kegiatan yang
ada berdasarkan produk yang dibuat, wilayah yang dilayani, konsumen
yang dilayani, proses yang digunkan.
Direktur Utama
Direktur Utama
ANALISIS EKONOMIS
Fokus Karir
Tidak semua orang/pelaku usaha mudah mendapatkan ide usaha. Tidak
semua pula ide yang dipunyai mempunyai kelayakan untuk dijadikan suatu
usaha. Analisis ekonomi membantu kita untuk dapat memetakan apakah
suatu ide layak untuk dijalankan, apakah usaha yang telah dijalankan
mengalami peningkatan (keuntungan) ataukah tidak.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 78
Pierre Cardin
Personal Information
Name Pierre Cardin
Nationality French
Birth date July 7, 1922 (age 84)
Birth place Venice, Italy,
Working Life
Label Name Pierre Cardin
Pierre Cardin is a fashion designer. He was born on July 7, 1922, near Venice, Italy, to
French parents. He moved to Paris in 1945. There he studied architecture and worked
with Paquin after the war. Work with Schiaparelli followed until he became head of
Christian Dior's tailleure atelier in 1947, but was denied work at Balenciaga. He founded
his own house in 1950 and began with haute couture in 1953. Cardin was known for his
avant‐garde style and his space age designs. He prefers geometric shapes and motifs,
often ignoring the female form. He advanced into unisex fashions, sometimes
experimental, and not always practical. He introduced the "bubble dress" in 1954.
(wikipedia.org)
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 78
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 79
BAB V
ANALISIS EKONOMIS
A. KLASIFIKASI BIAYA
In economics, business, and accounting, a cost is the value of money that
has been used up to produce something, and hence is not available for use
anymore. In business, the cost may be one of acquisition, in which case the
amount of money expended to acquire it is counted as cost (wikipedia.org).
B. DEPRESIASI
Depresiasi secara umum diartikan dengan sejumlah ongkos yang
harus disediakan (dicadangkan) perusahaan pada setiap periode waktu
tertentu untuk melakukan penggantian mesin, alat, atau fasilitas-fasilitas
lain yang termasuk harta tetap (kecuali tanah) setelah umur ekonomis dari
mesin, alat, atau fasilitas-fasilitas tersebut telah terlampaui (Arman Hakim,
2006: 175).
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 82
Dt =
BVt = P-t.Dt
d =
Ongkos depresiasi merupakan suatu ongkos yang tidak keluar daru saku
perusahaan secara riil. Oleh karena itu, depresiasi ini harus dikelola
dengan baik sehingga dapat digunakan untuk mengurangi pajak
penghasilan. Dalam struktur biaya, ongkos depresiasi dimasukkan dalam
komponen biaya operasi.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 84
produksi. Sebagai contoh dalam industri garmen, maka biaya bahan baku
langsung adalah biaya pengadaan kain. Sementara itu, kancing baju,
zipper termasuk ke dalam biaya bahan baku tidak langsung.
Biaya tenaga kerja langsung merupakan semua biaya yang berkaitan
gaji dan upah seluruh pekerja yang secara praktis dapat diidentiifikasikan
dengan kegiatan produksi (pengolahan dari bahan baku menjadi output).
Contohnya adalah upah bagi operator bagian pattern maker, cutting, dan
sewing. Sementara itu, tenaga keamanan, kebersihan, maupun perawatan
(maintenance) termasuk dalam biaya tenaga kerja tidak langsung.
Biaya overhead usaha meliputi semua biaya produksi selain
komponen biaya utama (yaitu biaya bahan baku langsung dan biaya
tenaga kerja langsung) yang digunakan untuk menunjang atau
memperlancar proses produksi dan dibebankan pada pabrik. Contohnya
adalah biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya
maintenance, biaya depresiasi, dan lainnya.
Komponen-komponen biaya tersebutlah yang menjadi dasar untuk
membuat perhitungan harga pokok produksi. Adapun beberapa
pendekatan yang dapat digunakan untuk mencari Harga Pokok Produksi
(HPP) adalah sebagai berikut:
TC = FC + VC = FC + c.x
Jika TR = p.x
Maka TR = TC atau p.x = FC + c.x
dimana: TC = biaya total untuk membuat x produk
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel untuk membuat x produk
C = biaya variabel untuk membuat 1 produk
TR = total pendapatan dari penjualan x produk
p = harga jual per satuan produk
x = volume produksi
TR
Cost &
Revenue TC=VC+FC
BEP
VC
FC
Sales
Gambar 5. Analisis titik impas dengan metode grafis
2. Pendekatan matematis
Untuk mengetahui jumlah pcs pakaian yang harus diproduksi pabrik
garmen supaya berada pada titik impas adalah:
BEP =
BEP =
BEP =
% ROI =
POT =
SDP =
Bagian Tiga
Dasar-Dasar Sistem Produksi Garmen
Pada bagian ketiga ini berisi tentang pengetahuan dasar yang diperlukan
untuk memahami sistem produksi garmen dan analisis ekonomi usahanya.
Bab 6 berisi sistem produksi dan proses produksi industri garmen.
Bab 7 berisi analisis ekonomis usaha garmen dalam suatu studi kasus.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 92
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 93
Fokus Karir
Pada prinsipnya melakukan usaha adalah menjual produk kita. Produk
dapat berwujud barang atau jasa. Baik produk maupun jasa adalah suatu
keluaran yang dihasilkan oleh suatu sistem transformasi masukan
sehingga mempunyai nilai tambah. Proses transformasi inilah yang menjadi
salah satu bagian terpenting dalam sistem produksi.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 94
Paper dress by Sylvia Ayton and
Zandra Rhodes (1966)
Zandra Lindsey Rhodes, CBE, RDI, (born 19 September 1940 in Chatham, Kent) is an
English fashion designer, most prominent in the 1970s, known for her unusual clothes in
loud colours. Zandra Rhodes was introduced to the world of fashion by her mother, who
was a fitter in a Paris fashion house and a teacher at Medway College of Art. Zandra
studied first at Medway and then at the Royal College of Art in London. Her major area of
study was textile design. Her early textile fashion designs were considered too silly by the
traditional British manufacturers, so in 1969, she established her own retail outlet in the
fashionable Fulham Road in West London. Zandra's own lifestyle has proved to be as
dramatic, glamorous and extroverted as her designs. With her bright green hair (later
changed to a pink and sometimes a red), theatrical makeup and art jewelry, she has
stamped her identity on the international world of fashion.
(wikipedia.org)
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 94
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 95
BAB VI
SISTEM PRODUKSI GARMEN
A. SISTEM PRODUKSI
Operations management is an area of business that is concerned with the
production of goods and services, and involves the responsibility of
ensuring that business operations are efficient and effective. Operations
also refers to the production of goods and services, the set of value-added
activities that transform inputs into many outputs (wikipedia.org)
Lingkungan
Partisipasi
Masukan
pelanggan
1. SDM
2. Manajer Proses Operasi
3. Mesin
1. Perubahan fisik Keluaran
4. Alat
2. Pemindahan
5. Bahan baku 1. Barang
3. Peminjaman
6. Bahan pembantu 2. Jasa
4. Penyimpanan
7. Energi
5. Inspeksi
8. Bangunan
9. Tanah
10. Informasi
luar Umpan balik
Umpan kedepen
bagian ini karena sistem ini memang cocok untuk produksi massal (mass
production). Sistem produksi per bagian ini terdiri atas sistem
penyambungan per baris dan sistem progresif.
a. Sistem penyambungan perbaris (sub-assembly line systems)
Pada sistem ini terdapat dua operasi/lebih yang dilakukan untuk
membuat satu item garmen yang sama dan pada waktu bersamaan.
Sistem ini mempunyai dua kategori sebagaimana berikut.
1) Satu unit flow
Pada kategori satu unit aliran, setiap potongan kain atau bagian
garmen (assembled section) berjalan dari satu operasi/stasiun
kerja ke operasi/stasiun kerja berikutnya setelah pekerja
menyelesaikan pekerjaannya. Bentuk aktivitas operasi pada satu
unit aliran ini secara kontinu beroperasi tanpa terputus dari
operasi penjahitan pertama hingga operasi penjahitan terakhir.
Oleh karenanya, terdapat minimum atau maksimum
penumpukan (backlog) antaroperasi/stasiun kerja sehingga tidak
mengganggu operasi/stasiun kerja berikutnya dan jadwal waktu
dari line produksinya.
Untuk itu metode perpindahan bagian garmen
antaroperasi/stasiun kerja harus lancar. Metode
perpindahan/transportasi tersebut dapat dilakukan dengan cara
berikut.
- Diangkut dengan keranjang/truk yang dijalankan seorang
oleh operator.
- Diangkut oleh seseorang floor boy atau floor girl.
- Diangkut dengan ban berjalan/mechanical convenyor.
Gerakan ban berjalan yang kontinu atau automatic stop
motion convenyor menjadikan operator tinggal memindahkan
potongan kain atau bagian garmen ke convenyor hingga
proses terakhir.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 100
tinggal pada suatu tempat tanpa proses atau inspeksi apapun, sampai
ditransportasi ke stasiun inspeksi selanjutnya, atau sampai proses pada
stasiun ketika garmen tersebut sedang dalam penampungan sementara.
Stasiun inspeksi adalah tiap stasiun kerja tempat garmen diteliti untuk
dilihat apakah garmen tersebut sesuai dengan spesifikasi kualitasnya.
Garmen atau operasi-operasi yang tidak sesuai dengan kualitas standar
dapat dikirim ke beberapa stasiun proses untuk diperbaiki, dibuang atau
diselesaikan dengan catatan untuk dijual sebagai barang sortiran. Ini
tergantung pada bagaimana kebijaksanaan perusahaan yang diterapkan
untuk berbagai jenis cacat atau kerusakan oleh perusahaan.
Salah satu dari tujuan-tujuan sistem produksi adalah untuk
mendapatkan total waktu produksi sekecil mungkin. Secara otomatis ini
akan mengurangi biaya penyimpanan yang menjadi minimum tanpa
memperhatikan biaya-biaya lain. Jika diperhatikan waktu memproses
adalah konstan, 110 % efficiency mark. Secara otomatis dapat dilihat
bahwa orang akan mencoba untuk mengurangi tiga faktor lain dari
formulasi waktu produksi (transportasi, penampungan sementara dan
inspeksi) menjadi nol.
Pada sub-assembly line system kategori unit flow continuous
production dapat mengurangi waktu tampung sementara menjadi nol
dengan menggabungkan penampungan sementara dan transportasi.
Secara teori, waktu transportasi menjadi nol jika digunakan alat tampung
berjalan (moving backlog) yang dapat dijangkau oleh tangan-tangan
operator. Alat tampung berjalan ini menjamin tidak adanya “bottleneck”,
kemacetan-kemacetan untuk beberapa waktu alir operasi dapat terjadi
ketika operator rendah angka produksinya karena gangguan unsur
pekerjaan yang tidak diinginkan atau adanya seseorang yang tidak berada
ditempatnya untuk beberapa waktu. Garment bundle system juga
cenderung mempunyai efek yang sama (waktu penampungan sementara
sama dengan nol jika garmen yang demikian itu tidak dibuat sub-assembly
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 104
B. PROSES PRODUKSI
Proses produksi dalam suatu industri garmen dapat digambarkan
sebagai berikut.
1. Sample Departement
Departemen ini bertugas menganalisis dan menentukan pembuatan
pola terhadap sample (contoh) yang datang dari pemesan. Fungsi bagian
ini sangat penting karena sample yang dihasilkan merupakan standar
produk yang harus dibuat.
Urutan pekerjaan yang dilakukan pada sample departement adalah
sebagai berikut.
a. Evaluasi awal terhadap sample/pola
Tahap ini mengamati dan menganalisis bentuk model dan pola
serta menentukan ukuran pola dan kesesuaian bentuk model.
Selanjutnya menggambar pola di atas kertas dan memotong sesuai
dengan bagian-bagian yang telah ditentukan.
b. Pemotongan kain sample
Pemotongan kain sample adalah sebagai langkah awal untuk
memperoleh bentuk potongan yang sesuai dengan gambar pola
yang selanjutnya siap untuk dijahit. Prosedur pemotongan kain
sample dilakukan sebagai berikut.
Mengatur bagian-bagian pola diatas lembar kain sample.
Jarak pengaturan bagian pola tersebut harus diatur sedemikian
rupa agar bentuk pola sesuai dengan kain sehingga dapat
diperoleh potongan pola yang benar-benar memenuhi keutuhan
kualitas bentuk pola.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 105
Pemotongan Kain
Sample
3. Cutting Departement
Pada departemen ini, kain siap dipotong sesuai dengan ukuran yang
telah ditentukan. Kain diperiksa lalu dipilih dan disusun agar dapat
disalurkan ke proses berikutnya. Adapun pekerjaan yang dilakukan
departemen cutting adalah sebagai berikut.
Pengecekan pola (pattern)
Langkah pengecekan pola dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran
pola yang diterima dari bagian sample sebelum digunakan untuk
penetapan standar produksi.
Penggelaran kain (spreading)
Spreading merupakan langkah mempersiapkan susunan lembar kain
sesuai dengan kebutuhan produksi, kemudian membuka gulungan kain
di atas meja panjang dan melakukan pengecekan bahan baku di setiap
lembaran kain.
Pemotongan kain (cutting)
Cutting merupakan proses pemotongan lembaran kain sesuai dengan
pola yang telah ditentukan. Pemotongan dilakukan dengan
menggunakan mesin cutting pisau lurus untuk memperoleh hasil
potongan yang benar-benar sesuai.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 107
Pengepresan (fusing)
Proses fusing dimaksudkan untuk mengepres bagian interlining pada
setiap potongan kain. Potongan-potongan kain yang perlu diproses
fusing antara lain lapisan tengah muka, kerah, dan lapisan krah.
Numbering and Bundling
Proses ini merupakan proses pemberian nomor urut pada setiap
potongan pola dan menyatukan bagian kanan dan kiri dalam satu
bendel serta melakukan perhitungan ulang mengenai jumlah produk
yang dikerjakan agar hasil akhir dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Loading
Loading adalah proses menghitung kembali bendel-bendel potongan
pola hasil proses cutting untuk menghindari terjadinya kesalahan
jumlah produksi yang selanjutnya dikirim ke bagian sewing.
Secara ringkas proses cutting dapat digambarakan sebagai berikut:
Cutting
4. Sewing Departemant
Proses penjahitan terhadap kain yang telah dipotong merupakan
proses utama. Pembagian kerja sesuai dengan keterampilan para pekerja
sangat diperlukan agar dapat menguasai teknik penjahitan secara efisien.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 108
5. Finishing Department
Finishing Department bertugas menyelesaikan pekerjaan akhir seperti
melakukan pengecekan terhadap kebersihan, kerapihan jahitan,
keserasian dan kesesuaian ukuran, warna, style, termasuk pengecekan
jumlahnya dan sebagainya. Rincian pekerjaan yang dilakukan pada bagian
finishing adalah sebagai berikut.
Mengecek jumlah dan kualitas produk
Hasil dari bagian sewing diperiksa ulang jumlah dan mutunya. Jika
terjadi kesalahan atau kerusakan pada produk tersebut, harus
dikembalikan pada bagian sewing untuk diperbaiki. Selain itu, juga
dilakukan pengecekan ukuran produk, apakah sudah sesuai dengan
ketentuan order (permintaan buyer) atau belum. Apabila ukuran yang
tertera tidak sesuai denga order produk, misal ukuran bagian pinggang
kurang maka diberi tanda yang kemudian produk dikirim kembali ke
bagian produksi karena buyer tidak mau menerima hasil pesanan
tersebut.
Penyetrikaan (ironing)
Proses penyetrikaan terhadap produk yang telah terjadi agar
penampilan produk sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Penyetrikaan produk dimaksudkan untuk merapikan supaya tidak ada
bekas lipatan.
Pembagian kartu label (Labelling)
Pemberian kartu label pada bagian krah (untuk baju, kaos), bagian loop
sebelah kanan (pada celana).
Final Quality Control
Pemeriksaan total terhadap hasil pressing dan penampilan luar produk.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 109
Pengemasan (Packing)
Produk yang telah memenuhi standar produk yang telah ditetapkan
dimasukkan ke dalam plastik dan di packing ke dalam box-box besar
dan siap dikirim kepada pemesan.
C. SPESIFIKASI MESIN
Penentuan spesifikasi mesin pada perancangan pabrik garmen ini
diseleksi sedemikian rupa untuk memperoleh pruduk yang benar-benar
memenuhi standart kualitas maksimum. Oleh karena itu, penggunaan
mesin dipilih yang mempunyai efisiensi kerja yang sangat baik. Mesin-
mesin yang digunakan juga disesuaikan dengan rencana tipe produk yang
akan dihasilkan.
Mesin yang digunakan berbeda-bbeda jenisnya, baik itu untuk proses
cutting, sewing maupun finishing. Setiap jenis mesin yang digunakan
diseleksi dari tipe mesin yang mempunyai efisiensi yang sama untuk
menjaga kestabilan dari kontinuitas dan kualitas produk yang dihasilkan.
Macam-macam mesin produksi yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Mesin pola (pattern making machine)
Pembuatan pola merupakan awal proses dalam produksi industri
garmen. Teknik grading dan pengukuran yang akurat sangat
menetukan hasil pola yang ditargertkan. Teknik pembuatan pola pada
garmen ini menggunakan software “Patten Making 6,0 dan Macrogen
3,0”. Penggunaan software ini ditargetkan dapat meningkatkan kualitas
pola yang dihasilkan sehingga dapat mengurangi tigkat kesalahan
pengukuran.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 110
o Mesin obras
Mesin obras adalah mesin yang menggunakan dua jarum atas dan
bawah sekaligus terpasang pisau yang terletak pada sampig kiri
dari sepatu bagian bawah. Mesin ini berfungsi untuk membentuk
ikatan pada tepi kain dan memotong sisanya sekaligus agar pinggir
kain yang diobras menjadi lebih kuat.
o Mesin lubang kancing (button hole machine)
Mesin ini berfungsi untuk membentuk rumah kancing dengan cara
memberikan jahitan pada bagian samping kanan dan kiri dari
lubang dengan jahitan berkisar 18-20 jahitan per inci. Adapun
ukuran panjangnya bervariasi antara 0.25 inci sampai 1,25 inci.
Lebar jahitan juga mempuyai ukuran lebar yang berbeda, yaitu
berukuran 0,4mm sampau dengan 2 mm. Pada ujung bagian atas
dan bawah dijahit agak tebal yang fingsinya sebagai pengunci di
awal dan akhir jahitan, tebal tipisnya disesuaikan dengan lebar
jahitan lubang.
o Mesin pasang kancing (button stich)
Fungsi mesin ini adalah untuk memasang kacing secara otomatis.
Kancing yang dipasang dapat dalam posisi berdiri (kanding mirig
atau ormal). Adapun kancing berdiri hanya satu lubang kancing,
sedangkan untuk kencing normal ada yang berlubang dua juga
empat. Mesin ini dilengkapi dengnan alat penyetel jumlah lubang
kancing.
8. Finishing Machine
Proses finising merupakan tahap penyempurnaan akhir pada
pembuatan produk. Proses finising meliputi ironing dan packing.
Ironing proses merupakan tahap penyetrikaan produk yang telah
selesai dijahit oleh bagian sewing. Alat setrika yang digunakan sesuai
dengan karakter kain sehingga tidak merusak sifat kain. Pada
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 114
Daftar renungan:
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem produksi?
2. Apakah yang dimaksud dengan proses produksi?
3. Apa perbedaan antara sistem produksi dan proses produksi?
4. Dalam karakteristik usaha busana yang menghasilkan produk busana,
analisislah jenis sistem produksinya!
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 115
Fokus Karir
Setiap pelaku usaha baik profesional maupun amatir dalam melakukan
usahanya pastilah melewati suatu tahap yang disebut dengan
pertimbangan. Masalahnya ada yang memang sengaja untuk melakukan
pertimbangan kelayakan usaha, ada yang tidak. Ada yang menyadari telah
melakukan studi kelayakan, ada juga yang tidak. Pada bab ini akan
digambarkan sedikit tentang pertimbangan kelayakan usaha garmen yang
meliputi perhitungan kebutuhan bahan, mesin/alat, hingga pada studi kasus
analisis ekonomi.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 116
Jacqueline Bouvier Kennedy, May 11, 1962. Mrs. Kennedy wears candy pink silk‐dupioni
shantung gown designed by Guy Douvier for Christian Dior.
Christian Dior (January 21, 1905 – October 23, 1957), was an influential French fashion
designer. He was born in Granville, Manche, Normandy, France. Dior boutiques can be
found in numerous cities around the world with their main US flagship stores in New York,
Beverly Hills, Waikiki, Houston, Short Hills, New Jersey, Boston, and San Francisco. The
actual phrase the "New Look" was coined by Carmel Snow, the powerful editor‐in‐chief of
Harper's Bazaar. Dior's designs were more voluptuous than the boxy, fabric‐conserving
shapes of the recent World War II styles, influenced by the rations on fabric. He was a
master at creating shapes and silhouettes; Dior is quoted as saying "I have designed flower
women." His designs represented consistent, classic elegance, and stressed femininity.
The New Look revolutionized women's dress and reestablished Paris as the center of the
fashion world after World War II.
(wikipedia.org)
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 116
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 117
BAB VII
STUDI KELAYAKAN USAHA GARMEN
2. Spesifikasi Bahan
Bahan baku yang digunakan pada pembuatan celana panjang pada
perancangan pabrik garmen ini di pesan dari pabrik pertenunan - finishing
dengan standar order yang ketat untuk menjaga satndar kualitas produk
yang telah ditetapkan.
Beberapa variabel yang telah ditetapkan dalam order kain meliputi daya
tutup kain (fabric cover), konstruksi kain, warna kain, kekuatan tarik kain,
kehalusan kain, bahan pembantu seperti interlining, benang jahit, kancing,
hook & eye, aksesoris dan lain-lain.
1. Bahan baku
Kain yang digunakan berupa kain kombinasi polos dan motif dengan
spesifikasi sebagai berikut:
bahan baku : polyester-kapas (30%-70%)
anyaman : polos
nomor benang lusi : ne1 40/2
tetal lusi : 108 helai/inchi
tetal pakan : 69 helai/inchi
lusi pinggir : 30 helai
lebar kain : 115 cm
2. Bahan Pelengkap
a. Interlining
Interlining juga termasuk dalam spesifikasi order pada perancangan
pabrik garmen ini. Bahan interlining direncanakan bersifat mudah
melekat bila ditempelkan pada permukaan kain. Pelekatan dapat
dilakukan dengan menggunakan mesin fusing pada kondisi temperatur
120°C-150°C terhadap permukaan kain.
b. Benang jahit
Benang jahit yang digunakan terbuat dari serat kapas dengan
warna yang disesuaikan dengan warna kain. Kualitas benang jahit yang
digunakan ditetapkan memenuhi beberapa unsur berikut:
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 119
d. Bahan pembantu
Bahan-bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pelengkap
produksi (bahan pembantu) dalam proses produksi.
Kertas pola
Kertas pola yang digunakan berupa kertas putih polos lebar 150
cm (ukuran pola sudah diseting pada software).
Plastik
Plastik digunakan untuk membungkus produk setelah proses
quality control sehingga produk dapat tampil eksklusif,
disamping untuk menghindari pengaruh noda dan debu.
Carton box
Carton box digunakan sebagai tempat produk yang telah
dibungkus dengan plastik.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 121
Paper numbering
Paper ini ditempelkan pada setiap bagian potongan-potongan
pakaian (pola) untuk memudahkan pada proses sewing.
3. Evaluasi Produk
Untuk menjaga kualitas produk dan kepercayaan konsumen maka pada
perancangan pabrik garmen celana panjang ini dilengkapi dengan metode
evaluasi yang ketat agar target kualitas tercapai baik terhadap proses
maupun terhadap produk jadi. Rincian metode yang diaplikasikan terdapat
pada tabel berikut.
B. PERANCANGAN PROSES
1. Uraian Proses Pembuatan Celana Panjang
Pabrik garmen direncanakan dapat memproduksi celana panjang pria
dewasa dengan menggunakan bahan polyester-cotton (30%-70%)
kombinasi polos dan motif. Celana panjang yang diproduksi direncanakan
mempunyai standar kualitas produk yang sangat baik. Sasaran produk
untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dan internasional. Strategi ini
dimaksudkan dapat memuaskan selera konsumen dari berbagai level
(tingkat golongan ekonomi) karena proses produksi menggunakna teknik
grading yang sangat teliti dan mesin-mesin dengan efisiensi kerja yang
sangat baik.
Proses pembuatan celana panjang pada perancangan ini harus melalui
beberapa proses yang dikontrol dengan tahap-tahap evaluasi yang sangat
ketat sehingga kualitas produk yang dihasilkan terwujud. Alur proses
produksi pembuatan celana panjang pada perancangan ini disajikan pada
skema gambar 15.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 123
Bahan Baku
Quality Control
Buyer
Marketing
Sampling Planning
(Fussing machine)
ditolak
(Mesin Obras) Spreading Machine
Assembling
b. Sewing Department
Untuk mendapatkan efisiensi waktu yang optimal dalam proses
sewing maka digunakan metode analisis network planning untuk
mendapatkan efisiensi optimal pada jumlah produksi yang ditargetkan
yakni dengan cara menganalisa setiap peristiwa kritis yang terjadi pada
setiap urutan proses penjahitan, tingkat kesukaran pada setiap jenis
jahitan dan lama waktu pengerjaan untuk setiap jenis jahitan. Dari
identifikasi jenis pekerjaan yang ada, selanjutnya kita menentukan
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 126
c. Cutting Department
Dasar penghitungan untuk menentukan jumlah mesin pada bagian
cutting disesuaikan dengan kebutuhan bahan yang akan diproduksi.
Kebutuhan bahan setiap hari (1 shift = 8 jam) pada bagain sewing
adalah sebagai berikut.
Jumlah kebutuhan/jam = Target maks. produksi sewing/hari : Jam kerja
= 2160 pcs/hari : 8 jam
= 270 pcs/jam
Berdasarkan time study yang dilakukan manajemen didapatkan
(asumsi):
kapasitas proses cutting untuk 1 mesin adalah 40 pcs dalam 1 jam
kapasitas proses pressing/fusing untuk 1 mesin adalah 45 pcs
dalam 1 jam
Untuk mencapai target produksi maka manajemen harus
menyediakan mesin cutting dan pressing sebagai berikut.
Jumlah mesin cutting = Target kebutuhan/jam : kapasitas mesin cutting
= 270 pcs/jam: 40 pcs
= 6,75 ≈ 7 mesin cutting
Jumlah mesin pressing = Target /jam : kapasitas proses mesin pressing
= 270 pcs/jam: 45 pcs
= 6 mesin pressing
d. Finishing Department
Pada tahap ini yang dihitung adalah alat ironing (setrika). Dasar
perhitungan jumlah alat setrika uap yang diperlukan disesuaikan
dengan hasil produksinya. Manajemen menargetkan minimal 2160
pcs/hari atau 270 pcs/jam, maka alat setrika yang diperlukan sebagai
berikut.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 129
b. Kebutuhan benang
o Kebutuhan benang jahit
Asumsi: Setiap pcs celana panjang membutuhkan 0,6 cone (55
yard ≈ 5.027 cm) benang jahit. Sehingga total kebutuhan benang
jahit/bulan dapat dihitung adalah:
kebutuhan benang jahit/bulan
= Jumlah produksi/bulan x panjang benang jahit/pcs
= 52.000 pcs/bulan x 0,6 cone
= 31.200 cone/bulan
c. Kebutuhan kancing
Asumsi: setiap pcs celana panjang diperlukan 3 buah kancing. Total
kebutuhan kancing dalam setiap bulan dihitung dengan cara:
kebutuhan kancing/bulan
= Jumlah produksi/bulan x kebutuhan kancing/pcs
= 52.000 pcs x 3
= 156.000 kancing/bulan
d. Kebutuhan label
Asumsi: setiap celana panjang diperlukan 1 paket label yang berisi
nama merek, ukuran, dan petunjuk perawatan. Total kebutuhan label
setiap bulan adalah:
kebutuhan label/bulan = Jumlah produksi/bulan x kebutuhan label/pcs
= 52.000 pcs x 1 buah
= 52.000 buah label/bulan
f. Kebutuhan zipper
Asumsi: setiap celana panjang diperlukan 1 buah zipper. Total
kebutuhan zipper setiap bulan adalah:
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 131
= 52.000 x
untuk target efisiensi (Femy Aulia, 2005: 60). Visualisasi lay-out garmen ini
adalah sebagai berikut.
A1 B2 A2 B1 A3 B3
C S
T V
D U
W1
O
E N Q R
P
F K L
M
G
H
I W2
J
I : Ruang generator 5 x 13 m
J : Ruang tangki bahan bakar 4 x 15 m
K : Ruang finishing 36 x 20 m
L : Ruang sewing 36 x 66 m
M : Ruang cutting 36 x 23 m
N : Gudang pakaian jadi 14 x 30 m
O : Planning department 7 x 15 m
P : QC 7 x 15 m
Q : Kantor bagian produksi 14 x 19 m
R : Gudang bahan baku 14 x 40 m
S : Aula 18 x 30 m
T : Masjid 15 x 17 m
U : Kantin staff 10 x 10 m
V : Kantor utama 18 x 30 m
W1 dan W2 : Daerah Perluasan
A B C
E E E E
E E E E
I
F F F F G G G G
J
H H H H H H H H
Keterangan:
A : Mushola & toilet 7x4m F : Meja band knife 2x2m
B : Ruang sample 7 x 15 m G: Meja fusing 2x1m
C : Ruang pattern 7 x 13 m H: Meja numbering 1x1m
D : Ruang maintenance 11 x 4 m I : Locker 4x4m
E : Meja cutting 2x5m J : Ruang record 6x4m
C
A A A A A
D
A1
30
A2
A A A A A A A E
A A A A A A A F
B B B B B B B
C C C C C C C
G
D D D D D D D
D. UTILITAS
1. Pengertian Utilitas
Utilitas merupakan unit pendukung proses produksi. Utilitas tidak kalah
pentingnya karena merupakan sarana penunjang kelancaran proses
produksi. Utilitas yang digunakan pada perancangan pabrik garmen celana
panjang adalah sebagai berikut.
a. Unit penyediaan listrik.
Listrik untuk produksi.
Listrik penerangan.
b. Unit penyediaan air.
c. Unit penyediaan bahan bakar.
d. Unit peliharaan, perawatan mesin (maintenance).
e. Sarana penunjang produksi lainnya:
sarana transportasi,
sarana komunikasi, dan
pelengkapan kantor dan produksi.
E. ANALISIS EKONOMI
1. Modal Investasi
Modal investasi merupakan modal yang tertanam pada perusahaan dan
digunakan sebagai sarana perusahaan dalam melakukan kegiatan. Biaya
yang dikeluarkan untuk modal investasi adalah sebagai berikut.
a. Tanah dan bangunan
Tanah seluas 12.260m2 x @ Rp 400.000,00 = Rp 4.904.000.000,00
2
Bangunan 3.110 m x @ Rp 1.500.000,00 = Rp 4.665.000.000,00
Total Biaya Tanah dan Bangunan = Rp 9.569.000.000,00
b. Notaris dan konsultan = Rp 12.000.000,00
c. Instalasi dan pemasangan = Rp 50.000.000,00
d. Mesin-mesin produksi
Mesin jahit 140 x @ Rp 3.500.000,00 = Rp 490.000.000,00
Mesin pola 2 x @ Rp 8.000.000,00 = Rp 16.000.000,00
Cutting machine 8 x @ Rp 4.000.000,00 = Rp 32.000.000,00
Fusing machine 7 x @ Rp 6.000.000,00 = Rp 42.000.000,00
Automatic spreading 8 x @ Rp 4.250.000,00 = Rp 34.000.000,00
Band knife machine 4 x @ Rp 3.500.000,00 = Rp 14.000.000,00
Vacum table 32 x @ Rp 600.000,00 = Rp 22.400.000,00
Ironing 8 x @ Rp 1.000.000,00 = Rp 8.000.000,00
Mesin lubang kancing 6 x @ Rp 3.000.000,00 = Rp 18.000.000,00
Mesin pasang kancing 6 x @ 3.000.000,00 = Rp 18.000.000,00
Mesin obras 18 x @ Rp 4.000.000,00 = Rp 72.000.000,00
Suku cadang = Rp 40.000.000,00
Biaya tak terduga 10 % = Rp 81.760.000,00
Total biaya mesin-mesin produksi = Rp 888.160.000,00
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 143
f. Inventaris
Mesin foto copy 1 x @ Rp 10.000.000,00 = Rp 10.000.000,00
Proyektor slide 1 x @ Rp 4.000.000,00 = Rp 4.000.000,00
Computer 24 x @ Rp 5.000.000,00 = Rp 120.000.000,00
Meja kursi pimpinan 3 x @ Rp 1.500.000,00 = Rp 4.500.000,00
Meja dan kursi manager 6 x @ Rp 750.000,00 = Rp 4.500.000,00
Meja dan kursi kabag 12 x @ Rp 500.000,00 = Rp 6.000.000,00
Meja dan kursi tamu 2 x @ Rp 1.000.000,00 = Rp 2.000.000,00
Meja, kursi rapat dan training = Rp 25.000.000,00
Lemari kerja 20 x @ Rp 400.000,00 = Rp 8.000.000,00
Perlengkapan satpam = Rp 3.000.000,00
Perlengkapan dapur dan kantin = Rp 10.000.000,00
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 144
2. Modal Kerja
Modal kerja merupakan modal yang harus dipersiapkan setiap waktu
untuk menunjang kelancaran produksi dan untuk membiayai seluruh
aktivitas produksi yang berhubungan dengan produk yang dihasilkan.
Modal kerja yang berhubungan langsung dengan produksi yaitu:
a. Biaya bahan baku dan bahan pelengkap setiap bulan
Kain cotton celana
83.200 m x Rp 25.000,00/m = Rp 2.080.000.000,00
Kain dalaman saku
27733,3 m x Rp 12.000,00/m = Rp 33.279.600,00
Benang jahit
31.200 cone x Rp 9.000,00/cone = Rp 280.800.000,00
Benang obras
10.400 cone x Rp 9.000,00/cone = Rp 93.600.000,00
Zipper
52.000 cone x Rp 1.250,00/buah = Rp 65.000.000,00
Kancing
156.000 x Rp 75,00/buah = Rp 11.700.000,00
Care label, Main label, dan Hag Tag
52.000 buah x Rp 500,00/buah = Rp 26.000.000,00
Hook and Eye (Harga Rp 5.000,00/100 m)
52.000 pasang x Rp 50,00/m = Rp 2.600.000,00
Kertas pola (Harga Rp 5.000,00/100 m)
52.000 cone x Rp 8.000,00/cone = Rp 416.238.000,00
Plastik packing
52.000 buah x Rp 300,00/buah = Rp 15.600.000,00
Kardus/ Karton box
1 buah karton box = 20 pcs celana panjang
1buah
= 52.000 x x harga box
20 pcs
= 2600 buah x Rp 1.750,00 = Rp 4.550.000,00
Total = Rp 3.029.367.600,00
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 146
b. Gaji Karyawan
Tabel 12. Gaji karyawan
No Jabatan Juml Gaji/bulan (Rp) Total Gaji (Rp)
1. Direksi 1 10.000.000,00 10.000.000,00
2. Manager 6 5.000.000,00 30.000.000,00
3. Kepala bagian 12 3.000.000,00 36.000.000,00
4. Supervisor 12 1.500.000,00 18.000.000,00
5. Karyawan staf 12 800.000,00 9.600.000,00
6. Designer 4 2.000.000,00 8.000.000,00
7. Leader 12 1.000.000,00 12.000.000,00
8. Operator 210 450.000,00 94.500.000,00
9. Maintenace 7 450.000,00 3.150.000,00
10. Sopir 5 450.000,00 2.250.000,00
11. Satpam 5 450.000,00 2.250.000,00
12. Dokter 1 1.500.000,00 1.500.000,00
13. Karyawan kesehatan 1 500.000,00 500.000,00
14. Cleaning service 7 350.000,00 2.450.000,00
Jumlah karyawan 295 Total Gaji 230.200.000,00
3. Biaya Overhead
Biaya Overhead adalah semua biaya yang diperlukan untuk
memperlancar produksi dan penjualan selama periode tertentu. Adapun
yang termasuk biaya overhead adalah sebagai berikut.
a. Penyusutan (Depresiasi)
Contoh perhitungan depresiasi untuk mesin-mesin produksi adalah
sebagai berikut:
Nilai awal dari aset (P) = Rp 888.160.000,00
Nilai akhir dari aset (S)= Rp 10 % x Rp 888.160.000,00
= Rp 88.816.000,00
Umur aset (N) = 10 tahun
PS
Depresiasi (D) =
N
Rp.888.160.000,00 Rp.88.816.000,00
=
10tahun
= Rp 79.934.400,00/tahun
Dengan cara yang sama maka rekapitulasi besarnya depresiasi yang
selanjutnya adalah sebagai berikut.
Depresiasi untuk mesin produksi sebesar Rp 79.934.400,00/tahun
Depresiasi untuk Instalasi sebesar Rp 4.500.000,00/tahun
Depresiasi untuk bangunan sebesar Rp 373.200.000,00/tahun
Depresiasi untuk utilitas sebesar Rp 46.924.200,00/tahun
Depresiasi untuk inventaris sebesar Rp 17.640.000,00/tahun
Depresiasi untuk alat transportasi sebesar Rp 45.600.000,00/tahun
Total Depresiasi/tahun Rp 567.798.600,00/tahun
Total Depresiasi/bulan Rp 47.316.550,00/bulan
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 148
b. Asuransi
Contoh perhitungan asuransi untuk mesin-mesin produksi dan
transportasi adalah sebagai berikut.
Asuransi mesin produksi dan transportasi
= (Mesin produksi + transportasi) x 2 % per tahun x 1/12
= (Rp 888.160.000,00 + Rp 570.000.000,00) x 2 % x 1/12
= Rp 2.430.267,00 /bulan
Dengan cara yang sama maka rekapitulasi besarnya depresiasi yang
selanjutnya adalah sebagai berikut.
Asuransi mesin produksi + transportasi = Rp 2.430.267,00/bulan
Asuransi bangunan dan instalasi = Rp 7.858.333,00/bulan
Peralatan penunjang utilitas dan inventaris = Rp 1.236.467,00/bulan
Total asuransi/bulan = Rp 11.525.067,00/bulan
c. Jaminan keselamatan kerja
= Gaji karyawan x 60 %
= Rp 230.200.000,00 x 60 % = Rp 138.120.000,00
d. Administrasi
= Modal Investasi x 0,5% x 1/12
= Rp 12.000.990.000,00 x 0,5% x 1/12 = Rp 5.000.413,00
e. Pemeliharaan dan Perbaikan
= Mesin-mesin produksi x 2,5 % x 1/12
= Rp 888.160.000,00 x 2,5 % x 1/12 = Rp 1.850.333,00
f. Pajak dan Retribusi = Rp 3.000.000,00
5. Analisis Ekonomi
a. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
Variable cost adalah biaya yang besarnya mempunyai
kecenderungan untuk berubah sebanding dengan volume produksi dan
segala aktifitas perusahaan.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 150
Rp.3.066.367.600,00
=
52000 pcs
= Rp 58.968,61/pcs
TotalBiaya Tetap
- Fixed Cost/ pcs =
Pr oduksi / bulan
Rp.824.954.725,00
=
52.000 pcs
= Rp 15.864,51/ pcs
Pr oduksiBEP
Persentase BEP = x 100 %
Pr oduksi / bulan
26.123,14 pcs
= x 100 %
52.000 pcs
= 50,24 %
7. Analisis Keuntungan
Agar dapat tercapai keseimbangan dengan harga jualnya, maka dapat
ditentukan biaya produksi/ pcs sehingga tercapai titik BEP.
FixedCost
Harga jual pada BEP = Variable cost/ pcs +
Pr oduksi / bulan
824.954.725
= Rp 58.968,61 +
52.000 pcs
= Rp 74.833,12
Biaya produksi dalam 1 bulan produksi agar mencapai titik BEP yaitu:
= harga jual pada BEP x produksi/bulan
= Rp 74.833,12 x 52.000 pcs = Rp 3.891.322.240,00
PENGELOLAAN USAHA BUSANA 153
= Rp 2.275.000/ bulan
= Rp 27.300.000,00/ tahun
Keuntungan setelah pajak =Rp 27.300.000,00– (30% x Rp 27.300.000,00)
= Rp 19.110.000,00/ tahun
Keuntungan bersih perusahaan dalam setahun adalah sebagai berikut.
Keuntungan bersih = Rp 6.864.285.792,00 + Rp 19.110.000,00
= Rp 6.883.395.792,00/ tahun
Keuntungan Bersih
ROI = x 100 %
ModalInvestasi
Rp.6.883.395.792,00
= x 100 %
Rp.12.000.990.000,00
= 57,36%
Rp.12.000.990.000,00
=
Rp.4.669.591.680,00
= 2,57 tahun
= 2 tahun 6 bulan 26 hari
DAFTAR PUSTAKA