SKRIPSI
Oleh :
Indah Hafniar Hsb
NIM : 150600067
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
TIM PENGUJI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….41
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional...................................................................................24
2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin.......................................32
3. Distribusi Ukuran Lengkung Gigi Rahang Atas dan Gigi Bawah.............33
4. Distribusi Frekuensi Pengukuran Lengkung Gigi Rahang Atas dan
Rahang Bawah menurut Jenis Kelamin.....................................................34
5. Distribusi Bentuk Lengkung Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah.........34
6. Hubungan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah
dengan Hiperplasia Kondilus.....................................................................35
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Asimetri wajah.............................................................................................6
2. Hemimandibular elongasi............................................................................8
3. Hemimandibular hiperplasia........................................................................9
4. Kombinasi hemimandibular elongasi dan hemimandibular hiperplasia......9
5. Midline wajah dengan deviasi ke sisi kiri..................................................12
6. Pemeriksaan dataran oklusal dihubungkan dengan dataran interpupil......12
7. Model studi dengan keadaan oklusi sentrik...............................................13
8. Radiografi panoramik.................................................................................15
9. Sefalometri postero-anterior menunjukkan keadaan asimetri wajah.........15
10. Cone-beam computed tomography............................................................16
11. Bentuk lengkung gigi.................................................................................17
12. Pengukuran lengkung gigi secara sagital ..................................................18
13. Pengukuran lengkung gigi secara transversal............................................18
14. Alat-alat yang digunakan...........................................................................27
15. Bahan yang digunakan...............................................................................27
16. Pemeriksaan klinis.....................................................................................28
17. Model studi.................................................................................................28
18. Metode Raberin..........................................................................................29
19. Bentuk lengkung rahang...........................................................................30
DAFTAR LAMPIRAN
Departemen Ortodonsia
Tahun 2019
Setiap individu di dunia berbeda dan unik sebagai karya Sang Maha Kuasa.
Hal tersebut dapat berupa keragaman dari segi ukuran, bentuk, serta hubungan dari
dental, skeletal, dan struktur jaringan lunak. Sisi kanan dan kiri tubuh yang simetri
merupakan hal yang jarang ditemukan. Perbedaan pada kedua sisi tubuh merupakan
hal yang wajar. Secara klinis, simetri berarti seimbang, dan asimetri berarti tidak
seimbang. Keadaan asimetri dapat menyebabkan gangguan estetik dan fungsional
pada wajah.1,2
Klasifikasi asimetri berdasarkan struktur yang terlibat yaitu skeletal, dental,
jaringan lunak dan fungsional. Asimetri skeletal didefinisikan sebagai deviasi dagu
yang lebih dari 2 mm bidang midsagital, tampak perbedaan garis tengah antara
insisivus sentralis maksila dan mandibula. Prevalensi asimetri skeletal lebih besar
pada regio mandibula, dapat berupa keadaan tidak seimbang pada ukuran, morfologi,
dan jumlah dari gigi termasuk asimetri dental dibanding maksila.2-4
Etiologi asimetri wajah terbagi menjadi dua, yaitu genetik dan non-genetik.
Kelainan genetik yang dikaitkan dengan kondisi asimetri misalnya neurofibromatosis,
hemifacial microsomia serta facial clefting syndromes. Keadaan yang menjadi
etiologi non-genetik misalnya tekanan intrauterin selama kehamilan, faktor patologis,
dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang dimaksud dapat berupa: kebiasaan
mengunyah satu sisi karena karies, kehilangan gigi dan trauma, diskrepansi bentuk
tulang masing-masing individu, asimetri dental pada satu atau kedua rahang,
pergeseran fungsional ketika membuka dan menutup mulut, serta asimetri dari
jaringan lunak.1,4,5,25
Asimetri wajah sering tampak sebagai manifestasi hiperplasia kondilus.
Hiperplasia kondilus merupakan keadaan yang sangat jarang, ditandai dengan
peningkatan laju pertumbuhan yang dapat mengenai satu atau dua sisi mandibula.
Secara umum, pertumbuhan pada hiperplasia kondilus dapat memicu perubahan pada
anatomi kraniofasial lainnya. Progresifitas penyakit ini lambat, terjadi pada area
kepala dan leher kondilus, dapat mengakibatkan crossbite serta pergeseran dagu pada
sisi yang tidak terkena sehingga menyebabkan wajah pasien terlihat prognasi. Batas
rahang bawah sering terlihat lebih konveks pada sisi yang terkena.6-8
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Goulart mengenai etiologi hiperplasia
kondilus, diduga terdapat kemungkinan faktor lingkungan pada gadis kembar
penderita hiperplasia kondilus. 7
Seiring bertambahnya usia terdapat perbedaan peningkatan jumlah, volume
dan luas kondilus berdasarkan jenis kelamin, tekanan oklusal, morfologi
maksilofasial, dan morfologi kondilus. Peningkatan pada fungsi otot mastikatori
berhubungan dengan pola pertumbuhan mandibula. Perkembangan angular yang baik,
koronoid dan kondilar, serta sendi temporomandibula mempunyai korelasi yang kuat
dengan morfologi skeletal.9
Peningkatan ukuran kondilus secara signifikan menyebabkan pergerakan dagu
menuju sisi kontralateral yang menyebabkan perubahan fungsi dan estetik. Pasien
kadang menunjukkan gejala yang berhubungan dengan sendi temporomandibula.
Keadaan ini jarang tetapi secara umum gejala yang dialami diantaranya sakit, suara
sendi, dan terbatasnya pergerakan pada sisi mandibula yang terkena disebabkan
pembesaran kepala kondilus.10,11,16
Kluwer dalam penelitian lain mengenai hubungan genetik dengan kondisi
hiperplasia kondilus menyelidiki dua kasus: kasus yang pertama anak laki-laki
berumur 4 tahun dan ibunya berumur 29 tahun yang sama-sama mengalami asimetri
wajah, kemudian kasus kedua pada anak perempuan berumur 14 tahun dan ibunya
yang berumur 44 tahun yang juga mengalami kondisi asimetri wajah. Pada kasus
pertama diduga berhubungan dengan genetik asli, bisa jadi Y-linked atau autosomal
dominan. Kemudian pada kasus kedua lebih lanjut didukung oleh hubungan genetik.12
Sebuah studi meta-analisis oleh Rajimakers pada 275 pasien menunjukkan
hasil bahwa proporsi hiperplasia kondilus lebih banyak terjadi pada wanita yaitu
sebesar 0,64 dibanding pria.15 Penelitian sebelumnya oleh Nitzan tahun 2008
menunjukkan pada 61 pasien, wanita 72 persen mengalami pembesaran kondilus pada
sisi kanan sedangkan pria sebanyak 64 persen mengalami pembesaran kondilus pada
sisi kiri.16
Penelitian yang dilakukan oleh Saputra mengenai bentuk lengkung rahang
bawah orang Papua yang paling banyak adalah bentuk mid dan yang paling sedikit
pointed. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Irene bahwa terdapat
perbedaan signifikan bentuk dan ukuran lengkung gigi rahang bawah pada
masyarakat Bugis, Makassar dan Toraja.9
Hiperplasia kondilus dapat didiagnosis melalui pemeriksaan klinis, fotografi
dan pemeriksaan radiografi yang meliputi pandangan frontal dan lateral, misalnya
radiografi sefalometri lateral (SL), sefalometri Postero-Anterior (PA), radiografi
panoramik, cone-beam computed tomography (CBCT), submento-vertex dan single
positron emission computed tomography (SPECT). Radiografi panoramik
memungkinkan pandangan bilateral dan informasi yang memadai mengenai
pengukuran vertikal serta berguna untuk memeriksa struktur dental, tulang maksila
dan mandibula. Bentuk ramus mandibula dan kondilus pada kedua sisi dapat
dibandingkan secara jelas.2,4,6,15,17
Ukuran dan bentuk lengkung rahang mempunyai implikasi yang besar untuk
keperluan diagnosis ortodonti dan rencana perawatan. Faktor tersebut dapat
berhubungan dengan jarak, stabilitas, dan estetik. Lebih lanjut, bentuk lengkung
rahang dapat memberikan pemahaman mengenai maloklusi dan penilaian mengenai
hasil pemeriksaan ortodonti tentang variasi biologis.18
Metode pemeriksaan bentuk lengkung rahang salah satunya dilakukan secara
manual dengan metode Raberin. Raberin mengklasifikasikan bentuk lengkung
rahang ke dalam lima bentuk yaitu narrow, wide, mid, pointed, dan flat. Klasifikasi
bentuk tersebut berdasarkan panjang dan lebar rahang dalam arah sagital dan
transversal.19
Peneliti menyadari masih sangat sedikit penelitian mengenai bentuk lengkung
rahang pada penderita hiperplasia kondilus sehingga dari penelitian ini diharapkan
dapat diperoleh gambaran mengenai hal tersebut sebagai penunjang diagnosis awal
dan perawatan lebih lanjut pada hiperplasia kondilus yang sering mengakibatkan
masalah estetik dan fungsional pada perkembangannya.
Gambar 2. Hemimandibular
Elongasi13
Gambar
Gambar 4. Kombinasi
4. Kombinasi
Hemimandibular
Hemimandibular Elongasi dan
Elongasi dan
Hemimandibular Hiperplasia13
Hemimandibular
Hiperplasia13
2.3.2 Klasifikasi Wolford
Wolford mengembangkan sistem klasifikasi yang menurut mereka lebih logis
untuk menyebabkan hiperplasia kondilus. Mereka melaporkan empat kategori
berbeda berdasarkan klinis, foto, pertumbuhan dan karakteristik histologis. Sistem ini
dikembangkan menjadi klasifikasi yang lebih spesifik untuk memberikan perawatan
optimal kepada pasien berdasarkan kelainan spesifik mereka.10
Pada sistem ini, tipe 1 dan 2 dari klasifikasi yang dikembangkan oleh
Obwegesser dan Makek, dengan beberapa pengecualian:10
a. Tipe 1 dikarakteristikkan dengan percepatan dan pertumbuhan
berkepanjangan yang menyebabkan kondilus memanjang dan terbagi
kepada tipe 1A dan 1B. Tipe 1A didefinisikan sebagai pemanjangan
mandibula yang terjadi bilateral, dan tipe 1B terjadi unilateral
b. Tipe 2 termasuk pertumbuhan unilateral dari kondilus disebabkan
osteokondroma dan menghasilkan pertumbuhan vertikal pada mandibula.
Tipe 2A dihasilkan dari elongasi vertikal dari leher dan kepala kondilus.
Tipe 2B melibatkan pertumbuhan tumor eksofitik pada kondilus sebagai
pada kepala dan leher kondilus.
c. Tipe 3 merupakan tumor jinak lain yang menyebabkan hiperplasia
kondilus, termasuk tapi tidak terbatas pada osteoma, neurofibroma, dan
displasia fibrosa, dan menghasilkan pembesaran satu sisi wajah.
d. Tipe 4 disebabkan tumor ganas yang berasal dari kondilus dan
menyebabkan pembesaran dan asimetri wajah. Beberapa tumor ganas
yang dikaitkan dengan tipe 4 di antaranya kondrosarkoma, mieloma
multipel, osteosarkoma, dan sarkoma ewing.
2.4 Etiologi
Etiologi hiperplasia kondilus tidak diketahui secara pasti. Hal yang mungkin
menjadi etiologi yaitu faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan, faktor yang
berhubungan dengan patologis dan faktor yang berhubungan dengan fungsional.7,24,25
Faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan misalnya hemifacial
microsomia yang merupakan kelainan kongenital. Kebanyakan kasus terjadi secara
unilateral dan disebabkan adanya defek pada proliferasi dan migrasi dari sel neural
crest dan menyebabkan defisiensi struktur jaringan keras dan jaringan lunak pada
lengkung brankial pertama dan kedua. Faktor yang berhubungan dengan patologi
misalnya resorpsi kondilus akibat trauma, penggunaan steroid, dan penyakit misalnya
lupus. Faktor yang berhubungan dengan fungsional misalnya miringnya titik dagu
dan pergeseran midline ke lateral yang disebabkan oleh gangguan oklusal.4,25
Hal lain yang dapat menyebabkan hiperplasia kondilus berhubungan dengan
estrogen. Hormon ini merupakan regulator pertumbuhan tulang. Variasi level
estrogen diduga ada hubungannya dengan kejadian hiperplasia kondilus yang
kebanyakan terjadi pada wanita usia produktif.7
2.5 Diagnosis
Kondisi asimetri wajah harus diperiksa dengan teliti. Pemeriksaan yang
dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan klinis intra oral dan
ekstra oral, pembuatan model studi, serta radiografi2,4,15.
Gambar 6. Pemeriksaan
dataran oklusal
dihubungkan
dataran
interpupil4
2.5.2.3 Evaluasi dalam Arah Transversal
Evaluasi dental dalam arah transversal perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah penyebab asimetri bersifat skeletal, dental dan atau fungsional. Contoh
kelainan yang dapat dijumpai adalah crossbite posterior unilateral. Pemeriksaan
deviasi midline dari struktur seperti tulang hidung, nasal tip, piltrum dan titik dagu
juga diperlukan sebagai tambahan untuk membandingkan struktur kiri dan kanan.4
Pembuatan model studi secara tepat dapat digunakan untuk memeriksa relasi
gigi geligi secara komprehensif dengan tampilan tiga dimensi dengan keuntungan
memungkinkan klinisi memeriksa oklusi dalam arah lingual. 4,28 Model studi dapat
digunakan untuk rencana perawatan, monitor pertumbuhan, monitor progresifitas
perawatan, media edukasi pasien, diagnostic sep-ups, serta legal record.25
Untuk mendapatkan model dengan kualitas yang baik, harus dilakukan
dengan teknik mencetak yang baik pula. Pembuatan cetakan untuk keperluan
ortodontik berbeda dengan cetakan untuk keperluan restoratif dan prostetik.
Pencetakan dilakukan sebagaimana rahang atas dan rahang bawah yang
memungkinkan. Dilakukan dengan menempatkan jaringan lunak di atas dan di luar
melewati lipatan mukobukal pada cetakan rahang atas serta di bawah dan di luar pada
cetakan rahang bawah.27,28
Tahapan untuk membuat model studi adalah sebagai berikut27 :
1. Pasien biasanya lebih mampu mentolerir pencetakan rahang bawah. Untuk itu
lakukan pencetakan rahang bawah terlebih dahulu.
2. Lakukan pencetakan rahang atas dengan alginate secukupnya saja. Alginate
yang berlebih dikhawatirkan mengalir ke palatum lunak dan membuat pasien
merasa ingin muntah.
3. Setelah dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah, minta pasien
untuk menggigit selapis wax sebagai catatan oklusi sentrik. Pasien harus
menggigit wax dengan kekuatan penuh.
4. Cetakan harus diisi secepatnya untuk mencegah perubahan dimensi pada
alginate. Sebelum diisi, buang alginate yang berlebih kemudian cuci dibawah
air mengalir untuk menghilangkan kotoran dan debris. Siapkan adonan
gipsum dan pastikan adonan tidak bergelembung. Kemudian masukkan ke
dalam cetakan dan tunggu hingga mengeras. Setelah mengeras lepaskan
model dari cetakan.
5. Lakukan trimming model setelah beberapa jam untuk mendapatkan kekerasan
model yang maksimal.
2.5.4 Radiografi
2.5.4.1 Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik dapat digunakan untuk melihat bentuk kondilus pada
kedua sisi karena midline dan keadaan gigi dapat dievaluasi. Selain itu akan tampak
bentuk asimetri kondilus yang berhubungan dengan simptom pada pasien serta
kelainan lain yang menyertai seperti ankilosis dan gigi impaksi (Gambar 8).27,29
Gambar 8. Radiografi panoramik
menunjukkan hemimandibular
elongasi24
Metode yang digunakan untuk memeriksa tinggi kondilus dan ramus dapat
digunakan dengan metode Kjellberg. Caranya dilakukan dengan menarik garis dari
permukaan yang paling lateral pada kondilus mandibula ke ramus asenden
(RL=Ramus Line) selanjutnya ditarik garis pada batas bawah mandibula (ML=
Mandibular Line). Garis tegak lurus ditarik dari permukaan yang paling superior pada
kondilus mandibula (Co) kemudian garis tegak lurus juga ditarik dari insisura
mandibula (Inc) hingga membentuk sudut 90⁰. Perpotongan garis ML dan RL disebut
gonion (Go). Tinggi kondilus mandibula dihitung dari jarak antara Co ke Inc
(Gambar 9)
Asimetri Mandibula
Mid
Pointed
Flat
2.8 Kerangka Konsep
Variabel Terkendali :
Asimetri Wajah
Usia ≥ 18 tahun
Gigi lengkap sampai molar kedua
Crossbite posterior dan/atau
Openbite anterior
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Besar jumlah sampel untuk memperoleh proporsi Hiperplasia Kondilus
adalah sebagai berikut :
Z 21−∝/2 P (1−P)
n=
d2
makhluk sejak
lahir sampai
sekarang
E F G I
H
Gambar 14. Alat yang digunakan: (A) Tounge Blade (B) Waterpass (C) Penggaris
(D) Jangka (E) Sendok Cetak (F) Rubber Bowl (G) Spatula (H) Kamera
(I) Cheek Protractor
B
A C
D E
Gambar 15. Bahan yang digunakan : (A) Alginate (B) Dental Stone (C) Gips Putih
(D) Foto Panoramik (E) Tracing Paper
3.6 Prosedur Penelitian
1. Peneliti mengurus surat izin dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara, surat persetujuan penelitian dari Komisi Etik Penelitian
Bidang Kesehatan dan Surat izin dari RSGM FKG USU.
2. Setelah surat izin diperoleh, Peneliti mendapatkan rekam medik untuk
memperoleh sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi
3. Peneliti melakukan pemeriksaan klinis seperti evaluasi midline dan
evaluasi oklusi dalam arah vertikal menggunakan tongue blade dan
balancer/waterpass untuk melihat asimetri. Kemudian dilakukan foto
panoramik untuk mengonfirmasi hiperplasia kondilus (Gambar 16).
A B
Gambar 16. Pemeriksaan klinis : (A) Evaluasi midline (B) Evaluasi Oklusi
dengan menggunakan tongue blade
A B
Tabel 4. Distribusi bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah
Rahang Atas Rahang Bawah
Bentuk Lengkung Gigi
(n) (%) (n) (%)
Narrow 10 30 8 24
Wide 15 45,5 15 45
Mid 6 18 6 18
Pointed 1 3 2 6
Rahang Atas Rahang Bawah
Bentuk Lengkung Gigi
n % n %
Flat 1 3 0 3
Total 33 100 33 100
Berdasarkan tabel 4 bentuk lengkung gigi yang paling banyak pada rahang
atas dan rahang bawah adalah wide dengan jumlah masing-masing 15 (45,5%) dan 15
(45%) serta bentuk yang paling sedikit adalah pointed dan flat.
Tabel 5. Hubungan bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah pada
hiperplasia kondilus dengan menggunakan uji chi-square proporsi
Rahang Atas Rahang Bawah
Bentuk Lengkung n % p n % p
Narrow 10 30.3 8 24.2
Wide 15 45.5 17 51.5
Mid 6 18.2 .010* 6 18.2 .002*
Pointed 1 3 2 6.1
Flat 1 3 0 0
*p-value < 0.05 = Terdapat hubungan bermakna
Tabel 5 menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara bentuk lengkung
gigi rahang atas dan rahang bawah pada hiperplasia kondilus.
BAB 5
PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Rerata pengukuran sagital yang dikategorikan sebagai L31, L61 dan L71
serta pengukuran transversal yang dikategorikan sebagai L33, L66 dan L77 pada
rahang atas dan rahang bawah menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan antara laki-laki dan perempuan.
2. Bentuk lengkung gigi atas dan rahang bawah yang paling banyak
adalah wide dengan persentase masing-masing 52% dan 45%, serta bentuk yang
paling sedikit adalah pointed dan flat masing-masing 3%
3. Terdapat hubungan signifikan antara bentuk lengkung gigi rahang atas dan
rahang bawah dengan hiperplasia kondilus.
6.2 Saran
Variasi bentuk lengkung membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuat
perbandingan dengan tipe maloklusi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA