Minipro Edit Lagi
Minipro Edit Lagi
PENDAHULUAN
1
hidupnya demi tercapainya hidup sehat. Menurut Notoatmodjo (2007) menyatakan
bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan
seharusnya dimiliki oleh pasien karena pasien adalah orang yang paling bertanggung
jawab terhadap terkontrolnya tekanan darah.
Berdasarkan konsep tersebut, faktor pengetahuan tentang hipertensi
kemungkinan mempunyai hubungan dengan terkontrolnya tekanan darah. Gaya hidup
adalah pola hidup seseorang didunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan
opininya. Banyak penyakit akibat gaya hidup yang berhubungan erat dengan kebiasaan
hidup yang salah sedangkan untuk mencapai kondisi fisik dan psikis tetap prima
dibutuhkan serangkaian kebiasaan maupun gaya hidup yang sehat. Gaya hidup
berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang dalam merespon kesehatan
fisik dan psikis, lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi. Gaya hidup sehat dilakukan
dengan tujuan agar hidup lebih panjang dan menghindari berbagai macam penyakit.
Gaya hidup sehat merupakan suatu perilaku kesehatan yang merupakan suatu respon
seseorang terhadap rangsangan dari luar untuk menjaga kesehatan secara utuh. Perilaku
dibentuk oleh tiga aspek penting, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan tiap individu.
(Pratiwi, 2010). Penelitian sebelumnya yang dilakukan menunjukkan adanya perubahan
pengetahuan dan sikap tentang penyakit hipertensi sebelum dan sesudah diberi
penyuluhan (Suparni, 2010). Makadari itu penulis ingin melakukan penelitian serupa di
Puskesmas II Ajibarang untuk peserta prolanis hipertensi pada tanggal 17 Oktober 2020.
2
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan peserta prolanis
hipertensi di Puskesmas II Ajibarang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh usia terhadap pengetahuan peserta prolanis
hipertensi di Puskesmas II Ajibarang.
b. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap pengetahuan peserta
prolanis hipertensi di Puskesmas II Ajibarang.
c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan peserta prolanis
hipertensi di Puskesmas II Ajibarang
d. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap pengetahuan peserta prolanis
hipertensi di Puskesmas II Ajibarang
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyuluhan
2.1.1 Definisi Penyuluhan
Penyuluhan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seorang melalui
teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi
perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih
mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2014). Penyuluhan kesehatan
adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip
belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, mengetahui bagaimana caranya dan
melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok
dengan meminta pertolongan (Effendy, 2015).
2.1.2 Sasaran
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakupindividu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit,
klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan
kesehatan pada keluarga binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada
keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga
dengan sosial ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk sanitasi
lingkungan yang buruk dan sebagainya.Penyuluhan kesehatan pada sasaran
kelompokdapat dilakukan pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai
anak anak balita. Kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan
seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan
seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan
pada sasaran masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas,
masyarakat nelayan, masyarkat pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain
(Effendy, 2015).
2.1.3 Materi/Pesan
4
MMateri atau pesan yang di sampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga kelompok dan masyarakat,
sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang
disampaikan sebaiknya menggunakanbahasa yang mudah di mengerti, tidak terlalu sulit
untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarikperhatian sasaran (Effendy,2010).
5
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran untuk kelompok
kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
penyuluhan. Metode ini mencakup:
1) Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhankurang dari 15 orang
kelompok ini adalah ceramah dan seminar.
a. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah
adalah :
a) Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai
materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus
mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang
baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan
mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.
b) Pelaksanaan
Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah
dapat menguasai sasaran Untuk dapat menguasai sasaran
penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang
meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara
hendaknya cukup keras dan jelas. Pandangan harus tertuju ke seluruh
peserta. Berdiri di depan dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan
menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.
6
massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung,
biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah
ceramah umum, pidato melalui media massa, stimulasi dialog antara pasien dan
petugas kesehatan, sinetron tulisan di majalah atau koran, billi board yang di
pasang di pinggir jalan spanduk, poster dan sebagainya .
7
Menurut Notoatmojo (2005), penyuluhan merupakan proses perubahan perilaku
melalui suatu kegiatan pendidikan nonforma. Oleh karena itu selalu saja ada berbagai
kendala pelaksanaannya di lapangan. Secara umum ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perubahan keadaan yang disebabkan oleh penyuluhan, diantaranya
sebagai berikut;
1. Keadaan Pribadi Sasaran
Beberapa hal yang perlu diamatipada diri sasaran adalah ada tidaknya motivasi
pribadi sasaran dalam melakukan suatu perubahan, adanya ketakutan atau trauma
dimasa lampau yang berupa ketidak percayaan pada pihak lain karena pengalaman
ketidak berhasilan atau kegagalan, kekurangsiapan dalam melakukan perubahan
karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dana, sarana dan pengalaman serta
adanya perasaan puas dengan kondisi yang dirasakan sekarang.
2. Keadaan Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik yang dimaksud adalah lingkungan yang berpengaruhbaik secara
langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan penyuluhan.
3. Keadaan Sosial dan Budaya Masyarakat
Kondisi sosial budaya dimasyarakat akan mempengaruhi efektifitas penyuluhan
karena kondisi sosial budaya merupakan suatu pola perilaku yang dipelajari,
dipegang teguh oleh setia warga masyarakat jika sudah berbenturan dengan
keadaan sosial budaya masyarakat.
4. Aktifitas Kelembagaan yang tersedia dan Menunjang Penyuluhan
Peran serta lembaga terkait dalam proses penyuluhan akan menentukan
efektifitaspenuluhan. Dalam hal ini lembaga berfungsi sebagai pembuat keputusan
yang akan ditetapkan sehingga harus dilaksanakan oleh masyarakat.
8
proses melihat dan mendengar. Selain itu proses pengalaman dan proses belajar dalam
pendidikan formal maupun informal. (Buku Lestri, 2015). Menurut WHO pengetahuan
diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Orang yang tahu disebut
mempunyai pengetahuan. Jadi pengetahuan adalah hasil dari tahu. Dengan demikian
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior) Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan adalah suatu proses mengingat dan mengenal kembali
obyek yang telah dipelajari melalui panca indra pada suatu bidang tertentu secara baik
(Notoatmodjo, 2003).
9
4. Analisis
Kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen –komponen, tapi
masih dalam suatu struktur tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.
5. Sintesis
Kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian –bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Atau menyususn formulasi baru dari formulasi yang
ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitann dengan kemammpuan untuk melakukan justifikasi/penilaian
terhadap suatu materi / obyek (Notoatmodjo dalam Lestari, 2015)
10
lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada setiap individu kelompok atau
masyarakat.
3. Informasi
Informasi adalah sesuatu yang diketahui, namun adapula yang menekankan
informasi sebagai transfer pengetahuan. Kata media informasi berasal dari bahasa
latin yang secara haraflah berati tengah, pengantar, atau pengantar. Media Informasi
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim
kepenerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
seseorang sedemikian rupa sehingga terjadi proses pembelajaran (Purnamasari,
2003).
4. Pengalaman
Pengalaman yakni merupakan sesuatu yang pernah dilakukan seseorang akan
menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informasi.
5. Budaya
Budaya yakni merupakan tingkah laku manusia dalam m memenuhi kebutuhan yang
meliputi sikap dan kepercayaan dalam kebudayaan.
6. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi merupakan lingkungan sosial akan mendukung tingginya
pengetahuan seseorang bila ekonominya baik.
2.3 Hipertensi
2.3.1 Definisi dan Klasifikasi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik (SBP) ≥140 mmHg
dan diastoliknya (DBP) ≥90 mmHg setelah diulang pemeriksaan (Unger et al., 2020).
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit yang
mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya hipertensi yaitu faktor usia
sehingga banyak dijumpai pada usia senja/usia lanjut (Fauzi, 2014). Berdasarkan tanda
klinis, hipertensi merupakan ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem
kardiovaskular, dimana penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor sehingga
tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015).
11
Menurut The Joint National Committee VII tahun 2003, klasifikasi hipertensi
berdasarkan tekanan darah pada orang dewasa terbagi manjadi (Chobanian et al.,
2003).
2.3.2. Etiologi
12
Menurut Smeltzer (2013) berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi terbagi
atas dua bagian, yaitu.
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 90% -95%.
Hipertensi primer tidak memiliki penyebab klinis yang dapat diidentifikasi, dan juga
kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor (Smeltzer, 2013). Hipertensi primer tidak
bisa disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini,
faktor genetik mungkin berperan penting untuk pengembangan hipertensi primer dan
bentuk tekanan darah tinggi yang cenderung berkembang secara bertahap selama
bertahun-tahun (Bell, Twiggs & Olin, 2015). b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan darah dan disertai
penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi
tertentu, dan penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi akut,
yang menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung (Ignatavicius,
Workman & Rebar, 2017).
1) Keturunan, faktor ini tidak bisa diubah. Jika didalam keluarga pada orangtua
atau saudara memiliki tekanan darah tinggi maka dugaan hipertensi menjadi
lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih
tinggi pada kembar identik dibandingkan kembar tidak identik. Selain itu pada
sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk
masalah tekanan darah tinggi.
2) Usia, faktor ini tidak bisa diubah. Semakin bertambahnya usia semakin besar
pula resiko untuk menderita tekanan darah tinggi. Hal ini juga berhubungan
dengan regulasi hormon yang berbeda.
b. Faktor Risiko yang Dapat diubah
13
1) Konsumsi garam, terlalu banyak garam (sodium) dapat menyebabkan tubuh
menahan cairan yang meningkatkan tekanan darah.
2) Kolesterol, kandungan lemak yang berlebihan dalam darah menyebabkan
timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah
menyempit, pada akhirnya akan mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi
3) Kafein, kandungan kafein terbukti meningkatkan tekanan darah. Setiap cangkir
kopi mengandung 75-200 mg kafein, yang berpotensi meningkatkan tekanan
darah 5-10 mmHg.
4) Alkohol, alkohol dapat merusak jantung dan juga pembuluh darah. Ini akan
menyebabkan tekanan darah meningkat.
5) Obesitas, orang dengan berat badan diatas 30% berat badan ideal, memiliki
peluang lebih besar terkena hipertensi.
6) Kurang olahraga, kurang olahraga dan kurang gerak dapat menyebabkan
tekanan darah meningkat. Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah
tinggi namun tidak dianjurkan olahraga berat.
7) Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti cemas, yang cenderung
meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress telah berlalu
maka tekanan darah akan kembali normal.
8) Kebiasaan merokok, nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan
katekolamin, katekolamin yang meningkat dapat mengakibatkan iritabilitas
miokardial, peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan vasokonstriksi
yang kemudian meningkatkan tekanan darah.
9) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) melalui mekanisme
reninaldosteron-mediate volume expansion, penghentian penggunan kontrasepsi
hormonal, dapat mengembalikan tekanan darah menjadi normal kembali.
Walaupun hipertensi umum terjadi pada orang dewasa, tapi anak-anak juga
berisiko terjadinya hipertensi. Untuk beberapa anak, hipertensi disebabkan oleh
masalah pada jantung dan hati. Namun, bagi sebagian anak-anak bahwa
kebiasaan gaya hidup yang buruk, seperti diet yang tidak sehat dan kurangnya
olahraga, berkonstribusi pada terjadinya hipertensi.
14
2.3.4. Patofisiologi
15
Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung dan tahanan perifer.
Umumnya curah jantung pada penderita hipertensi adalah normal. Adanya kelainan
terutama pada peninggian tahanan perifer. Peningkatan tahanan perifer disebabkan
karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pada pembuluh darah
tersebut. Jika hipertensi sudah dialami cukup lama, maka yang akan sering dijumpai
yaitu adanya perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol seperti
penebalan pada tunika interna dan terjadi hipertrofi pada tunika media. Dengan
terjadinya hipertrofi dan hiperplasia, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak
mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Hal ini dapat diperjelas dengan adanya
sklerosis koroner (Riyadi, 2011).
16
2.4 Kerangka Konsep
Variabel Pengganggu:
Faktor fisik
Faktor psikososial
2.5 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh terhadap pengetahuan peserta
prolanis hipertensi di Puskesmas II Ajibarang.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
( Zα + Zβ ) s
n 1=n2=2( )²
x 1− x 2
18
(1,96 +1,28 ) 0,3
n 1=n2=2( )²
0,25
n 1=n2=30
keterangan :
n1=n2 : Jumlah sampel setiap kelompok
zα : Derivat baku alfa (1,96)
zβ : Derivat baku beta (1,28)
x 1−x 2 : Perbedaan rerata minimal (1,96)
s : Simpangan baku gabungan (0,3)
Dari hasil perhitungan maka jumah sampel yang diambil adalah 30 sampel.
19
3.6 Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional
20
3.7 Rencana Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah berupa analisis univariat,
bivariat, dan multivariat. Data dianalisis menggunakan software IBM SPSS Statistics
21.
1. Analisis univariat
Analisis univariat adalah metode yang dilakukan untuk menganalisis tiap variabel
pada penelitian (Notoatmodjo, 2012). Fungsi dari analisis univariat adalah untuk
meringkas data hasil penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan lain-
lain, sehingga data tersebut menjadi informasi yang berguna. Analisis penelitian
juga berfungsi untuk mengetahui karakteristik pada subjek penelitian.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah metode yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel (Dahlan, 2012). Sebelum dianalisis, dilakukan uji normalitas data
dengan uji Saphirowilk, karena besar sampel penelitian ini termasuk kecil (p<50
subyek). Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji paired t-test karena
variabel yang diteliti adalah kategorik- berpasangan. Apabila distribusi data tidak
normal akan digunakan uji hipotesis wilcoxon (Dahlan, 2016
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
No Pengetahuan N (%)
1 Baik 17 56,6
2 Kurang 13 43,4
Jumlah 30 100,0
Sumber: Data Primer 2020
Berdasarkan table 4. Menunjukkan bahwa sebagian besar
pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan adalah baik dengan
jumlah 17 (56,6 %).
c. Pekerjaan
Penelitian ini memberikan hasil bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pekerjaan dengan pengetahuan respsonden
setelah diberikan penyuluhan. Tinggi rendahnya kebutuhan ilmu yang
digunakan untuk bekera dapat membentuk pola kemampuan menyerap,
mengolah dan memahami suatu informasi. Bekerja juga akan
memudahkan seseorang untuk menjangkau berbagai informasi. Tetapi
seperti yang dijelaskan diatas bahwa kebutuhan akan ilmu (tingkat
pengetahuan) dan sumber informasi tidak berhubungan dengan
pengetahuan, maka pekerjaan yang membutuhkan pendidikan tinggi
dan pekerjaan sebagai media yang memudahkan untuk mengakses
informasi pun tidak berhubungan. Sehingga lebih dimungkinkan
mereka mendapatkan tambahan pengetahuan tersebut dari lingkungan
hidupnya sehari-hari seperti keluarga, tetangga maupun masyarakat
sekitar.
d. Jenis Kelamin
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini tidak didapatkan
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pengetahuan
responden megenai hipertensi. Walaupun sebesar 70% perempuan
dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga, hal ini tidak menutup
kemungkinan untuk mereka dapat mengakses sumber informasi dari
sumber lain
Berdasarkan penelitian terhadap jenis kelamin, jenis kelamin
perempuan lebih banyak daripada jenis kelamin laki-laki. Perempuan lebih
berisiko untuk terkena Hipertensi dibandingkan dengan lakilaki, sebelum
menopause wanita cenderung terlindungi oleh hormon estrogen yang
dimana kadar estrogen menurun setelah menopause. Pada wanita
seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (konsumsi makanan dalam
jumlah berlebihan, kelebihan berat badan/overweight), depresi, dan status
pekerjaan yang menyebabkan kurang gerak (Arief, 2008). Sedangkan
relasi terhadap pengetahuan menurut penelitian kali ini tidak ada.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini menunjukkan bahwa
penyuluhan dapat digunakan untuk upaya meningkatkan pengetahuan responden
tentang hipertensi. Berdasarkan uji Wilcoxon dibuktikan bahwa 30 subjek yang
diberikan penyuluhan kepada peserta prolanis hipertensi di Puskesmas II Ajiarang
pada tanggal 17 Oktober 2020, dapat mengalami peningkatan pengetahuan tentang
hipertensi dengan nilai p = 0.001 (p < 0.05) yang artinya bermakna.
5.2. Saran
a. Untuk Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan penyuluhan tersebut
pada kegiatan lain. Penelitian dapat dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih
besar. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian dengan variasi penyuluhan yang
berbeda dan bertambah inovasi harapannya dapat lebih meningkatkan pengetahuan
masyarakat.
b. Untuk Masyarakat Khususnya Peserta Prolanis Hipertensi
Peserta diharapkan lebih sadar terhadap pentingnya pengetahuan tentang
hipertensi untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan menghindari dari berbagai
macam resiko komplikasi yang tidak diinginkan.
c. Untuk Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat memberikan penyuluhan lebih banyak lagi
kepada masyarakat agar pengetahuan tentang kesehatan dapat meningkat,
harapannya juga dapat meningkatkan kesadaran akan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA