STIKES SURABAYA
Alamat: Jl. Medokan Semampir Indah No.27,
Web: Www.stikessurabaya.ac.id
Kec. Sukolilo, Kota SBY, Jawa Timur 60119
│Kata Pengantar
Alhamdulillah,
Dimasa pandemik saat ini tidak mengurangi animo kita bersama untuk
tetap produktif. Meskipun ada banyak hal yang berubah akibat pandemik
covid-19 namun satu hal yang harus kita tegakkan adalah tidak boleh
menyerah, berpasrah diri.
Selamat buat mahasiswa tingkat akhir, kalian satu tahap lagi akan
mendapatkan gelar S.Kep, meskipun selama beberapa bulan terakhir saya
memperhatikan bahwa kalian merasa gelisah karena tahap terakhir
penelitian yang harus kalian jalani menjadi imposible itu semua akibat
aturan social distance, ya untuk menjaga kalian terhindar dari covid-19.
Hari berganti hari, sampai instruksi itu datang bahwa semua kegiatan
penelitian skripsi diganti dengan literature review, ya menjadi solusi, hanya
saja itu juga tantangan nyata, ketika kalian tidak mendapatkan informasi
yang cukup terkait seluk beluk review. Namun selama ada niat insyaAllah,
You can do it, karena hanya butuh membaca dan learning by doing.
Meskipun buku teks ini tidak mengandung semua jawaban yang Anda
perlukan untuk berhasil menulis literatur review, penulis berharap bahwa
ketika digunakan bersama dengan bimbingan dari dosen, ini akan membantu
Anda untuk menjadi peneliti dan sarjana yang Anda inginkan.
Penulis
Cover
Kata pengantar
Daftar isi
Pendahuluan .................................................................................................................... 1
Introduction ................................................................................................. 1
Perencanaan ................................................................................................. 2
Implementasi............................................................................................... 7
Pelaporan ..................................................................................................... 11
Introduction
Literature Review (review ilmiah) merupakan sebuah proses atau tulisan yang
disusun untuk membedah beberapa studi atau penelitian ilmiah. Membedah literature yang
dimaksud yaitu mengkritisi, menganalisis, dan mengevaluasi hasil penelitian sebelumnya
untuk memberikan ringkasan objektif tentang sebuah topik atau tema. Penyusunan
literature review melibatkan banyak keterampilan, misalnya keterampilan menentukan
topik atau rumusan masalah untuk dieksplorasi, keterampilan dalam pencarian dan
pengambilan sumber pustaka, kemampuan untuk mengkritisi, menganalisis dan
menyintesis data penelitian bahkan kemampuan menulis pun menjadi penting.
Mahasiswa tingkat akhir sering kali terkejut ketika fakultas meminta mahasiswa
untuk membuat review ilmiah (literature review) tersebut, hal ini disebabkan keterampilan
penulisan literature review yang dibutuhkan tidak diajarkan dikelas sebagai matakuliah,
sehingga mahasiswa tidak mendapatkan informasi atau pelatihan tentang bagaimana
mencari literature, menganalisis dan mensintesis literature penelitian untuk dijadikan
literature review. Untuk itulah kami membuat modul ini untuk memandu mahasiswa
maupun dosen pemula dalam menyusun literature review.
Modul ini berfokus pada literature review atau semi-sistematik review, untuk memberikan
gambaran dasar dalam membuat review ilmiah.
│Step Literature Review 2
Secara garis besarnya, Literature review terdiri dari tiga bagian utama: Plan
(Perencanaan), Action (Implementasi) dan Report (Pelaporan). Detail untuk setiap bagian
dapat dilihat di gambar dibawah ini.
Perencanaan
1. Menentukan Topik dan Rumusan Masalah
Topik atau Rumusan Masalah merupakan langkah awal dan dasar berjalannya
sebuah review ilmiah (LR/SR). Rencana pemilihan topik yang baik dimulai dengan
orientasi umum ke dalam subjek yang ingin Anda kejar secara lebih mendalam,
Misal topiknya perawatan luka moderen pada luka DM. Selanjutnya, ambil topik itu
dan mulailah memikirkannya dalam hal pertanyaan sebagai rumusan masalah.
Pertanyaan penuntun untuk rumusan masalah “Apa yang ingin Anda ketahui tentang
topik ini?”. Rumusan masalah yang baik yaitu jelas, terukur, fokus pada topik
review. Rumusan masalah tersebut digunakan sebagai penuntun proses pencarian
dan ekstraksi literatur. Analisis dan sintesis data, sebagai hasil dari review ilmiah,
merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan di awal.
Rumusan masalah sebaiknya mengikuti kerangka kerja PICO+T/S/C
(Population/Patient, Intervention, Comparison, Outcome) + Time/Study/Context,
atau SPIDER (Sample, Phenomenon of Interest, Design, Evaluation, Research
Type). Umumnya, menggunakan PICO untuk merumuskan masalah.
P (Population): Kelompok target atau masalah dari investigasi
I (Intervention): Aspek dari tindakan, atau isu yang menarik bagi peneliti
C (Comparison): Aspek pembanding dari Intervention (I)
O (Outcomes): Efek dan hasil dari Intervention (I)
Plan│Step Literature Review 3
Dari topik itu kita akan menyusun Rumusan Masalah melalui kerangka kerja PICO
C •Kosong/tidak ada
O •Proses Penyembuhan
Protokol “a” sampai protokol “d” wajib hukumnya ditentukan sebelum tahap
implementasi. Sedangkan protokol (e-g) bisa ditentukan setelah review berjalan.
Protokol (a-b) adalah dasar berjalannya sebuah review literatur. Rumusan masalah
sudah ditentukan maka langkah selanjutnya menentukan protokol kata kunci
pencarian.
atau DM) dan bahasa medis (cth: hipertensi atau tekanan darah tinggi). Jika
menggunakan sumber dua bahasa (indonesia dan inggris) maka kata kunci
pencariannya juga harus dua bahasa.
Tabel ini dapat berbeda isi sesuai panduan & tujuan review yang dirujuk oleh si pereview
Implementasi
Tahapan implementasi adalah tahapan yang berisi pelaksanaan dari literature
review, dimana seharusnya sesuai dengan Protokol LR yang telah kita tentukan. Dimulai
dari tahap identifikasi literatur sampai pada tahap sintesis bukti ilmiah.
Kemudian kita mencoba database lain yaitu Pubmed, dengan kata kunci yang sama :
Ketika menemukan kasus seperti ini baik dipubmed, ebsco atau database yg lainnya
maka ada beberapa kemungkinan, salah satunya adalah kata kunci yang salah atau
kombinasi nya salah.
Kemudian kita mencoba kata kunci dengan formula baru, seperti dibawah ini:
Hasil nya
Identifikasi literatur diatas sama prosesnya dengan kata kunci bahasa indonesia.
Dari identifikasi literature relevan dari dua database (google scholar & pubmed)
tanpa kata kunci bahasa indonesia maka terdapat 91 + 99 = 190 artikel yang relevan
dengan topik yang ditentukan. Langkah selanjutnya pemilihan artikel yang sesuai
dengan rumusan masalah/topik dari 190 artikel yang teridentifikasi.
Action│Step Literature Review 9
4. Seleksi literatur
Setelah semua literatur relevan teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah
proses menyaring untuk mendapatkan literatur yang sesuai. Mulailah dengan
penyaringan judul atau abstrak untuk menghapus studi yang jelas tidak terkait dengan
topik anda. Gunakan kriteria inklusi atau eksklusi yang telah didesain diawal untuk
memilih dan menolak artikel yang teridentifikasi baik melalui penyaringan judul,
abstrak maupun fulltext (keseluruhan teks). Pastikan tidak ada artikel ganda atau
duplikasi. Selain metode penyaringan (filter) seperti kriteria inklusi atau eksklusi,
anda juga bisa melakukan penyaringan melalui penilaian kualitas (quality assesment)
dari ratusan literatur yang anda temukan, artikel berkualitas buruk dikeluarkan.
Proses identifikasi dan seleksi literatur dapat digambarkan dalam bentuk
diagram seperti berikut (dapat dimasukan dalam bagian metode ketika menyusun
laporan LR) :
91 artikel yang
teridentifikasi lewat mesin
Identifikasi pencari Google Scholar 190 artikel yang
teridentifikasi lewat mesin
pencari Google Scholar dan
99 artikel yang database PubMed
teridentifikasi lewat
database PubMed
Analisis
Pelaporan
Pelaporan merupakan tahapan penulisan hasil LR dalam bentuk tulisan, baik
untuk dipublikasikan dalam bentuk paper ke jurnal ilmiah atau untuk menyusun Bab 2
tentang tinjauan pustaka dari skripsi atau tesis.
Ahdiah, N., Junaidi, G., Novit, S., & Jamaludin, S. (2019). Effectiveness of Hyperbaric
Oxygen Therapy for Wound Healing in Patient with Diabetic Foot Ulcer : A Mini
Re- view. International Journal of Care, 2(1).
Atkinson, L. Z., & Cipriani, A. (2018). How to carry out a literature search for a
systematic review : a practical guide. 24, 74–82.
https://doi.org/10.1192/bja.2017.3
Brown university Library. (2020). Systematic and Literature Reviews. Brown
University Library. https://libguides.brown.edu/Reviews/steps
Frederiksen, L., & Phelps, S. U. E. F. (2018). Literature Reviews For Education And
Nursing Graduate Students.
McCombes, S. (2020). How to write a literature review. Scribbr.Com.
https://www.scribbr.com/dissertation/literature-review/
Minanton. (2020). Komunikasi Terapeutik Dalam Pelayanan Kanker Dan Paliatif :
Kajian Literatur. Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima Bangka Belitung, 3(2).
Minch, C. (2018). How to Write a Literature Review. February.
Mongan-Rallis, H. (2018). Guidelines for writing a literature review. The University
of Minnesota Duluth.
https://www.d.umn.edu/~hrallis/guides/researching/litreview.html
Nursalam, P., & Hons, M. N. (2020). Panduan Penyusunan Skripsi- Literature dan
Tesis - Systematic Review Alih Pembelajaran Akibat Pandemi. April.
Unisa. (2019). Buku Panduan Penyusunan Narrative Review. unisa.
Wahono, R. S. (2016). Systematic Literature Review: Pengantar, Tahapan dan Studi
Kasus. https://romisatriawahono.net/2016/05/15/systematic-literature-review-
pengantar-tahapan-dan-studi-kasus/
Contoh Artikel Literature Review 13
Abstrak
Komunikasi terapeutik diperlukan perawat, pasien kanker dan keluarganya dalam pelayanan kanker dan
Kata Kunci :
paliatif dalam memberikan informasi dan memenuhi kebutuhan pasien. Artikel ini untuk mereview artikel
komunikasi
yang menyediakan informasi tentang Komunikasi terapeutik dalam pelayanan kanker dan paliatif.
terapeutik; Pencarian dari 3 database yaitu PubMed, Ebscohost, dan ProQuest, serta dari Google Scholar search engine
pelayanan di cari menggunakan kata kunci : Komunikasi terapeutikor effective communication or therapeutic
kanker; communication or discussion or conversation, Paliatif or Palliative care or terminal care, cancer care,
pelayanan Nurse*, Cancer patient*. 17 artikel yang terinklude dalam review ini . Karakteristik komunikasi terapeutik:
paliatif menunjukan empati dan dukungan emosional, rasa hormat or dignity, informasi yang jelas, terbuka dan
jujur, mengklarifikasi dan fokus pada informasi yang lebih disukai dan dibutuhkan pasien dan keluarga,
menghindari pemberian harapan palsu dan kata-kata pelembut, menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti dan penggunaan nonverbal, pendengar secara aktif dan baik. Manfaat komunikasi terapeutik
Key Words:
yaitu meningkatkan kepuasaan pasien dan keluarga dan membangun hubungan interpersonal. Hambatan
cancer care; berasal dari perawat, pasien dan institusional. Strateginya yaitu training skill communication bagi perawat.
therapeutic Perawat perlu mengetahui karakteristik, hambatan, manfaat serta strategi berkomunikasi terapeutik karena
communication komunikasi tersebut adalah inti dari pelayanan kanker dan paliatif.
; palliative care
Abstract
Therapeutic communication is needed by nurses, cancer patients and their families in cancer and palliative
care to discuss the information and meet patient’s need. This article to review articles that provide
Info Artikel: information about therapeutic communication in cancer and palliative care. A search of three databases,
Tanggal dikirim:
namely PubMed, EBSCOhost, and ProQuest. Additional, the Google Scholar search engine with using the
28 Maret 2019
Tanggal direvisi: keywords: Therapeutic communication or effective communication or discussion or conversation, End-of-
24 April 2019 life care or palliative care or cancer care, Nurse *, Cancer patient *. 17 articles were included in this review.
Tanggal diterima: Characteristics of good communication are showing empathy and emotional support; Showing respect or
25 April 2019 dignity; clear, open and honest information; clarify and focus patients‟ or families‟ preference and need
DOI Artikel: about the information, avoiding giving false hope and euphemism, using easy language and appropriate
10.33862/citrad nonverbal, actively listening. Benefits of good communication are to enhance patients‟ and families‟
elima.v3i1.47 satisfaction with care and build interpersonal relationships of trust. Barriers come from nurses, patients or
Halaman: 31 - their families and institutions. Finally, The strategy that can improve provision of good communication is
48
communication skills training for nurses. Nurses need to know the characteristics, barriers, benefits and
therapeutic communication strategies for good communication in end-of-life care.
Inklusi Eksklusi
Dipublikasi tahun 2013-sekarang Dipublikasi dalam bahasa lain
Dipublikasi dalam bahasa inggris Focus pada end of life decision making
Focus pada anak-anak atau remaja dibawah 18
Komunikasi sebagai tema utama
tahun
Komunikasi pasien/keluarga dengan perawat Focus komunikasi antara dokter pasien
Konteks pasien kanker dewasa dalam pelayanan Literature review atau artikel yang bukan dari
paliatif dan Paliatif penelitian
Memiliki abstract dan full text
Artikel riset yang relevan dengan topic dan tujuan
atau pertanyaan review
dibaca:
Tidak sesuai criteria inklusi (n: 143)
(Khosla et al., untuk membahas tantangan 57 penyedia layanan Kualitatif Tiga jenis tantangan komunikasi yang sering mereka hadapi saat
2017) komunikasi yang dihadapi kesehatan peneliti melakukan analisis melayani populasi ini: memastikan interpretasi yang efektif,
oleh penyedia layanan (perawat: 6) tematik data kualitatif yang mengidentifikasi juru bicara, dan tantangan yang ditimbulkan oleh
kesehatan yang melayani diperoleh melalui kelompok norma budaya yang berbeda. Peserta berbagi strategi untuk mengatasi
pasien Asia Selatan dengan fokus tantangan ini seperti menanyakan secara proaktif tentang preferensi
3
pasien yang serius dan pasien dan keluarga dan mendorong penunjukan juru bicara awal.
keluarganya serta strategi
yang direkomendasikan oleh
penyedia layanan untuk
komunikasi yang efektif.
Untuk menunjukkan bagaimana
mengkomunikasikan Mixed method Studi ini menemukan bahwa hampir setengah dari semua anggota
4
(Krawczyk and ketidakpastian prognostik Open-ended questions were keluarga menginginkan lebih banyak informasi tentang kemungkinan
Gallagher, 2016) terhadap anggota keluarga, 67 anggota keluarga embedded within a previously hasil perawatan, termasuk pengetahuan tentang kematian dan proses
dan explore why prognostic validated survey asking kematian. Ketidakpastian prognostik seringkali dikomunikasikan
forecasts should focus on family members about dengan kurang baik, Teknik yang tidak tepat mencakup informasi
raising awareness that a satisfaction with Paliatifcare yang terselubung dalam eufemisme yang kurang tepat, memberikan
patient is sick enough to die harapan palsu yang tidak diinginkan, dan ketidaksesuaian antara pesan
dan tingkat perawatan agresif yang diberikan. Teknik ini
meninggalkan ketidakpastian dan kecurigaan.
Anggota keluarga yang melaporkan pembahasan ketidakpastian
prognostik menjadi komunikasi yang efektif yang tinggi dan kepuasan
dengan perawatan. Mereka juga melaporkan manfaat jangka panjang
untuk mengetahui kemungkinan meninggal pasien.
(Banerjee et al., untuk menyajikan ringkasan 121 perawat rawat Qualitativen design Hasilnya menunjukkan enam tema yang menggambarkan tantangan
2016) dari tantangan komunikasi inap yang bekerja di dalam berkomunikasi secara empatik: ketegangan dialektik, beban
yang dihadapi oleh perawat lingkungan onkologi menyampaikan berita buruk, kurangnya keterampilan untuk
onkologi memberikan empati, hambatan institusional yang dirasakan, situasi
yang menantang, dan ketidaksamaan yang dirasakan antara perawat dan
pasien.
5
Hasil untuk tantangan dalam membahas kematian, proses kematian dan
tujuan EOLC yaitu: ketegangan dialektik, membahas topik spesifik
yang berkaitan dengan EOL, kurangnya keterampilan untuk
memberikan empati, karakteristik pasien / keluarga, dan hambatan
institusional yang dirasakan.
(Granek et al., Untuk mengeksplorasi strategi 20 partisipan Qualitative design Temuan ini mengungkapkan strategi untuk komunikasi efektif tentang
2013) komunikasi onkologis dan Dua puluh ahli akhir kehidupan termasuk: terbuka dan jujur; Percakapan awal yang
hambatan komunikasi saat onkologi terus berlanjut; berkomunikasi tentang memodifikasi tujuan
membahas masalah akhir diwawancarai di tiga pengobatan; dan menyeimbangkan harapan dan kenyataan. Hambatan
kehidupan dengan pasien rumah sakit untuk menerapkan strategi ini secara luas ada tiga domain, termasuk
tentang strategi tenaga kesehatan, faktor pasien, dan faktor institusional. Faktor tenaga
komunikasi mereka kesehatan termasuk kesulitan dalam treatment dan paliasi,
pada masalah akhir ketidaknyamanan dengan kematian dan proses kematian, tanggung
6
kehidupan jawab yang besar di antara rekan kerja, dengan menggunakan " death-
dengan pasien defying mode”, kurangnya pengalaman, dan kurangnya bimbingan.
Faktor pasien termasuk, pasien dan / atau keluarga yang enggan
membicarakan akhir hayat, hambatan bahasa, dan usia lebih muda.
Faktor institusional meliputi stigma seputar perawatan paliatif,
kurangnya protokol tentang masalah akhir kehidupan; dan kurangnya
pelatihan untuk ahli onkologi tentang bagaimana berbicara dengan
pasien tentang masalah akhir kehidupan.
(Ghahramanian untuk menunjukkan faktor- Peserta (sembilan Qualitative design Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi komunikasi perawat –pasien :
et al., 2014) faktor yang mempengaruhi pasien, tiga anggota Data dikumpulkan melalui Pasien sebagai pusat komunikasi, Perawat sebagai faktor manusia, dan
komunikasi perawat-pasien keluarga, dan lima purposive sampling dengan struktur organisasi.
dalam perawatan kanker di perawat) wawancara mendalam semi Untuk kategori pertama terdiri dari dua subkategori yaitu Imposed
Iran terstruktur dengan sembilan changes by the disease dan karakteristik khusus pasien. Untuk Kategori
pasien, tiga anggota keluarga kedua mencakup subkategori yaitu sense of vulnerability dan persepsi
dan lima perawat dan dari profesional sendiri: Pre-syarat komunikasi berpusat pada pasien".
dianalisis secara bersamaan Untuk Kategori ketiga terdiri dari subkategori yaitu beban kerja dan
7 ketidakseimbangan waktu, kurangnya pengawasan, dan
memberlakukan tugas dalam konteks mengabaikan kebutuhan perawat
dan pasien.
Karakteristik pasien, perawat, dan lingkungan perawatan nampaknya
menjadi faktor yang paling berpengaruh pada komunikasi.
(Coyle et al., untuk mengadaptasi modul 247 perawat Experimental design Kepercayaan perawat dalam membahas kematian, proses kematian, dan
2015) pelatihan ketrampilan onkologi rawat inap tujuan perawatan akhir hidup meningkat secara signifikan setelah
komunikasi (CST) Modul Paliatifcare yang menghadiri workshop. Peserta perawat menunjukkan kepuasan dengan
Paliatifcare, yang awalnya diadaptasi terdiri dari video modul tersebut dengan menyetujui atau sangat menyetujui enam item
dikembangkan untuk berdurasi 45 menit yang yang menilai kepuasan 90% -98% dari segi waktu. Perawat dalam
8 perawat onkologi dan untuk berisi edukasi dan 90 menit membahas kematian, proses kematian, dan perawatan akhir kehidupan
mengevaluasi kepercayaan interaksi kelompok kecil dan menunjukkan kelayakan, penerimaan, dan manfaat potensial untuk
peserta dalam menggunakan memainkan peran dengan meningkatkan kepercayaan diri dalam diskusi akhir kehidupan.
keterampilan komunikasi pasien simulasi.
yang dipelajari dan kepuasan
mereka terhadap modul ini.
untuk menguji pengalaman penelitian kuantitatif, desain Hasilnya menunjukkan bahwa 49% respondents mengalami kesulitan
(Alshehri and perawat tentang komunikasi 61 sampel perawat deskriptif cross sectional dan dalam tugas perawatan paliatif sementara 41% responden memiliki
Ismaile, 2016) dengan pasien paliatif di yang bekerja di CCU data diperoleh dengan masalah dengan komunikasi dalam perawatan palliative. Selain itu,
9
CCU menggunakan kuesioner perawat yang mengambil bagian dalam penelitian ini melaporkan
dengan susah payah mendiskusikan keputusan seperti perawatan
lanjutan, DNR, dan pemberian makanan NGT
(Roscoe et al., untuk menganalisis data dari 16 patients kanker Qualitative design Pasien menilai ahli onkologi mereka sebagai pendiskusi masalah akhir
2013) wawancara dengan pasien kehidupan yang kompeten dan nyaman, meskipun hanya sedikit yang
10 kanker kepala dan leher melaporkan membahas aspek-aspek spesifik dari perawatan akhir
stadium akhir dan penyedia kehidupan. Ahli onkologi memandang memberikan informasi
layanan kesehatan mereka prognostik sebagai sebuah proses daripada sebuah peristiwa tunggal,
tentang kompetensi dan dan lebih suka menjawab pertanyaan pasien dibandingkan dengan
pendekatan komunikasi membimbing diskusi. Data ini mengungkapkan tak berhubungan dalam
untuk mengkomunikasikan komunikasi yang menunjukkan bahwa kebutuhan informasi pasien dan
masalah akhir kehidupan petugas kesehatan belum terpenuhi.
(Schubart et al., untuk memahami persepsi 22 profesional Desain kualitatif Dari analisis kualitatif wawancara yang ditranskripsi, empat tema
2015) miskomunikasi dan masalah kesehatan Wawancara semi terstruktur muncul, masing-masing mengandung beberapa subtema. Faktor
yang ada Perawat: 15 dilakukan dengan 22 individu adalah masalah yang berasal dari individu, terkait dengan
profesional perawatan pendidikan, latar belakang budaya dan emosi. Faktor struktural
11 kesehatan [HCP] di lima ICU dikaitkan dengan batasan dan koordinasi peran institusional. Masalah
dewasa di sebuah pusat medis pengelolaan informasi dihasilkan dari proses sosial dan psikologis
akademis di Amerika Serikat. dimana HCP dan anggota keluarga mencari, mendistribusikan dan
memahami informasi. Masalah manajemen hubungan timbul dari
kesulitan interaksi interpersonal
(Murray, untuk mendapatkan pemahaman 15 artikel A systematic review and empat tema:
McDonald and yang lebih dalam tentang metasynthesis of qualitative faktor yang memfasilitasi dan penghambat dalam komunikasi;
Atkin, 2015) pengalaman komunikasi findings pentingnya kualitas kemanusiaan dalam menghadapi komunikasi;
12 pasien dengan kebutuhan persepsi dalam pengalaman komunikasi; dan perbedaan individu dalam
perawatan paliatif yang telah preferensi untuk kejujuran dalam berinteraksi
diidentifikasi dalam literatur
kualitatif
(van Vliet et al., Untuk menyelidiki bagaimana Breast cancer Qualitative analysis of focus Peserta berpikir bahwa ketika dihadapkan pada jenis konsultasi yang
2013) ahli onkologi dapat survivors (n = 23) groups consisting of female mereka butuhkan - kurang lebih eksplisit - informasi medis dan
menyeimbangkan secara Healthy breast cancer survivors and informasi mengenai dukungan. Untuk menjaga harapan, pengetahuan
eksplisit dan umum dengan women (n = 29) healthy women tentang (pengobatan) kemungkinan itu penting, namun juga kepastian
informasi yang penuh untuk tidak ditinggalkan oleh rumah sakit pada tahap selanjutnya dari
13
harapan saat membahas penyakit dan kepercayaan diri untuk tetap dapat membuat keputusan
berbagai topik pada masa sendiri. Implikasi praktik: Diagnosis yang membatasi kehidupan dapat
transisi dari penyembuhan menghancurkan perspektif masa depan pasien; Namun, penelitian ini
kuratif ke perawatan paliatif memberikan saran bagi ahli onkologi untuk menciptakan perspektif
pada kanker payudara. baru.
(Shahid et al., Untuk melaporkan pandangan CSP 62 CSP Aborigin dan Sebuah studi kualitatif yang Kurangnya pengetahuan CSP tentang kebutuhan orang Aborigin yang
2013) tentang faktor-faktor yang non-Aborigin melibatkan wawancara menderita kanker dan pemahaman terbatas pasien Aborigin tentang sistem
mengganggu (penyedia layanan mendalam medis yang diidentifikasi sebagai dua hambatan utama dalam komunikasi.
komunikasi dan menawarkan kanker) Untuk komunikasi penyedia layanan yang efektif, perhatian diperlukan untuk
14 strategi praktis untuk bahasa, gaya komunikasi, pengetahuan dan penggunaan istilah medis dan
mempromosikan komunikasi perbedaan lintas budaya dalam konsep waktu. Aboriginal marginalisasi dalam
yang efektif dengan pasien masyarakat arus utama dan ketidakpercayaan masyarakat Aborigin terhadap
Aborigin di Australia Barat sistem kesehatan juga merupakan isu utama yang berdampak pada komunikasi.
(WA). Solusi potensial untuk komunikasi penyedia layanan Aborigin yang efektif
termasuk merekrut lebih banyak staf Aborigin, memberikan pelatihan budaya
yang sesuai untuk CSP, pendidikan kanker untuk pemangku kepentingan
Aborigin, kesinambungan perawatan, menghindari penggunaan jargon medis,
mengakomodasi kebutuhan psikososial dan logistik pasien, dan layanan in-
service koordinasi.
(Selman et al., Untuk mengetahui efek intervensi 11 artikel Systematic review Meta-analysis showed little effect on patient outcomes (SMD=0.10, 95%CI -
2017) pelatihan komunikasi untuk 0.05 to 0.24) and high levels of heterogeneity (Chi2=21.32, df=7, p=0.003;
penyedia perawatan paliatif I2=67%). The effect on trainee behaviours in simulated interactions
umum pada outcomes yang (SMD=0.50, 95%CI 0.19-0.81) was greater than in real patient interactions
15 dilaporkan pasien dan perilaku (SMD=0.21, 95%CI -0.01-0.43); moderate heterogeneity (Chi2=8.90, df=5,
peserta didik p=0.11; I2=44%; Chi2=5.96, df=3, p=0.11; I2=50%, respectively). Two
interventions with medium effects on showing empathy in real patient
interactions included personalized feedback on recorded interactions.
(Curtis et al., Untuk menilai efek dari intervensi Randomized trial A Randomized Trial Di antara dokter internal dan praktisi perawat, pelatihan komunikasi berbasis
2013) keterampilan komunikasi bagi conducted with 391 simulasi dibandingkan dengan pendidikan biasa tidak meningkatkan kualitas
dokter internal dan praktisi internal medicine and Peserta diacak menjadi 8 sesi, komunikasi tentang perawatan akhir kehidupan atau kualitas perawatan akhir
perawat tentang hasil yang 81 nurse practitioner berbasis simulasi, hidup namun dikaitkan dengan sedikit peningkatan tekanan pasien. gejala.
dilaporkan pasien dan keluarga trainees between 2007 intervensi keterampilan Temuan ini menimbulkan pertanyaan tentang transfer keterampilan dari
16 and 2013 at the komunikasi (N = 232) atau pelatihan simulasi sampai perawatan pasien aktual dan kecukupan penilaian
University of pendidikan biasa (N = 240). keterampilan komunikasi.
Washington and
Medical University of
South Carolina.
(Milic et al., Untuk meningkatkan keterampilan 82 perawat Experiment design
2015) dan kepercayaan perawat dalam Nurses reported greater skill and confidence for 14 survey items (P < .001),
perawatan kritis untuk diskusi An 8-hour-long workshop was including assessing families’ understanding of prognosis and goals of care,
dengan keluarga pasien dan developed for critical care nurses. addressing families’ emotional needs, and contributing to family meetings.
dokter tentang prognosis dan Key roles and skills of nurses in Increases were sustained 3 months after the workshop
tujuan perawatan dengan communication about prognosis
menggunakan intervensi and goals of care were defined.
edukasi yang terfokus. Participants practiced skills
during facilitated role-plays.
17 Participants completed surveys
before, immediately after, and 3
months after their workshop,
rating their confidence and skill in
performing key tasks. Use of a
participant focus group and open-
response items in the surveys
further elucidated the impact of
the workshop.
HASIL et al., 2015; Murray, McDonald and Atkin, 2015;
Krawczyk and Gallagher, 2016), Tujuannya untuk
Review ini mengidentifikasi 17 artikel yang sesuai mengurangi harapan yang tidak realistis dari pasien
dengan kriteria inklusi. Kebanyakan artikel maupun keluarganya.
menggunakan desain kualitatif yaitu 10 artikel dan 2 Fokus pada informasi yang dibutuhkan dan
kuasi experiment, 1 RCT, 2 sistematik review, 1 diinginkan (Strang et al., 2014; Coyle et al., 2015;
deskriptif dan 1 desain mixed method. Dari 17 Milic et al., 2015; Murray, McDonald and Atkin,
artikel yang terpilih, 10 artikel fokus pada perawat, 2015), sebelum informasi diberikan maka terlebih
3 artikel focus kepada penyedia pelayanan(perawat), dahulu diklarifikasi sejauh mana pemahaman pasien
keluarga dan pasien serta 4 artikel focus pada pasien dan keinginan akan informasi tersebut, sehingga ada
atau keluarganya. Temuan review ini koneksi informasi dan kebutuhan pasien.
dipresentasikan sesuai dengan pertanyaan yang Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
memandu review ini. (Roscoe et al., 2013; Murray, McDonald and Atkin,
2015), menggunakan bahasa awam akan mudah
Karakteristik komunikasi terapeutik dalam dipahami dan meminimalisir misunderstanding serta
pelayanan paliatif dan kanker penggunaan komunikasi non verbal yang tepat
Komunikasi terapeutik merupakan contohnya sentuhan, duduk disamping pasien bisa
elemen vital dalam pelayanan paliatif dan kanker. mendorong pasien memahami bahwa perawat siap
Perawat memainkan peran penting dalam merawat membantu.
pasien kanker. Kemampuan yang harus dimiliki Aktif mendengarkan (Roscoe et al., 2013; Strang
perawat adalah kemampuannya untuk melakukan et al., 2014; Seccareccia et al., 2015), perawat perlu
komunikasi yang terapeutik. 11 artikel telah mengetahui kapan harus bicara dan kapan harus
mengidentifikasi 7 item yang menggambarkan mendengar sehingga interaksi yang baik tercipta
karakteristik komunikasi terapeutik di pelayanan antara perawat dan pasien selain itu, lebih banyak
paliatif dan kanker yaitu : mendengar daripada berbicara di salah satu waktu
Menunjukan empati dan dukungan emosional itu lebih baik.
(Roscoe et al., 2013; van Vliet et al., 2013; Coyle et
al., 2015; Milic et al., 2015; Banerjee et al., 2016; Hambatan dalam menyediakan komunikasi
Selman et al., 2017). 6 artikel mengemukakan terapeutik dalam pelayanan paliatif dan kanker
bahwa menunjukan empati dan dukungan emosional Review ini mengidentifikasi beberapa
merupakan salah satu pusat dari Komunikasi hambatan yang ditemukan untuk berkomunikasi
terapeutik Cara menunjukan empati dan dukungan baik, dijelaskan oleh 8 artikel yang dikelompokkan
emosi yaitu dengan cara membantu mereka merasa menjadi tiga kategori utama yaitu: Faktor perawat,
dipahami dan didukung bisa dengan cara mengakui faktor pasien atau keluarga, dan faktor institusional.
emosi pasien contohnya saya bisa melihat “betapa Faktor perawat merupakan hambatan
kewalahannya kamu”, mevalidasi emosi pasien mayor untuk menyediakan komunikasi yang baik,
seperti “ini pasti sangat sulit”, menormalkan emosi dimana factor perawat seperti kurang pengalaman
pasien seperti “ kebanyakan orang-orang yang dan motivasi (Granek et al., 2013; Alshehri and
berada disituasimu merasakan hal yang sama” Ismaile, 2016), Kesulitan dengan treatment atau
terakhir seperti saya sangat kagum bagaimana kamu palliatif, Ketidaknyamanan dan merasa tabu
telah menerima penyakitmu”. mendiskusikan tentang kematian dan proses
Menghargai pasien atau rasa hormat (Roscoe et kematian sehingga cenderung mengabaikan untuk
al., 2013; Strang et al., 2014; Milic et al., 2015; berdiskusi (Granek et al., 2013; Murray, McDonald
Murray, McDonald and Atkin, 2015), yaitu and Atkin, 2015; Alshehri and Ismaile, 2016),
bagaimana perawat mampu menjaga privasi pasien menyebarnya tanggung jawab antara kolega untuk
dan menghormati keputusan pasien tentang mendiskusikan isu-isu paliatif (Granek et al., 2013;
keinginan dia mendiskusikan topik yang sensitif, Schubart et al., 2015; Alshehri and Ismaile, 2016),
seperti diagnose atau kabar buruk. kurang bimbingan (Granek et al., 2013), dan
Memberikan informasi yang jelas, terbuka dan kurangnya pengetahuan dan skill dalam
jujur (Granek et al., 2013; Strang et al., 2014; Coyle menyediakan komunikasi yang terapeutik (Banerjee
et al., 2015; Milic et al., 2015; Murray, McDonald et al., 2016).
and Atkin, 2015; Seccareccia et al., 2015; Krawczyk Faktor pasien dan keluarga seperti
and Gallagher, 2016), tujuannya untuk membantu karakteristik individu (Granek et al., 2013;
pasien dalam memahami maksud tindakan perawat Ghahramanian et al., 2014; Banerjee et al., 2016;
dan informasi tersebut dapat membuat pasien Khosla et al., 2017), keluarga yang tidak siap
merasakan kemudahan dan mengurangi harapan kehilangan (Granek et al., 2013; Banerjee et al.,
yang tidak realistis. 2016), perbedaan keyakinan dan budaya (Shahid et
Menghindari pemberian harapan palsu and al., 2013; Schubart et al., 2015; Banerjee et al.,
eupemisme (Granek et al., 2013; Roscoe et al., 2016; Khosla et al., 2017), hambatan bahasa
2013; van Vliet et al., 2013; Coyle et al., 2015; Milic (Granek et al., 2013; Shahid et al., 2013; Murray,
McDonald and Atkin, 2015; Khosla et al., 2017) dan sangat penting untuk keberhasilan asuhan
keengganan pasien atau keluarga untuk keperawatan bagi setiap pasien khususnya bagi
membicarakan kematian dan proses kematian dan pasien kanker dimana mereka mengalami
cenderung berdampak negative (Granek et al., 2013; peningkatan distress psikologis (Kourkouta and
Murray, McDonald and Atkin, 2015) Papathanasiou, 2014). Untuk mencapai hal ini,
Faktor institusional yaitu stigma dalam perawat harus memahami karakteristik komunikasi
pelayanan paliatif (Granek et al., 2013), kurangnya terapeutik namun hal tersebut masih sangat kurang
protokol di pelayanan kanker dan paliatif (Granek et di bahas secara sistematis apa sebenarnya
al., 2013), kurangnya supervisi (Ghahramanian et komunikasi terapeutik itu.
al., 2014), kurangnya training untuk berkomunikasi Review ini mengidentifikasi dan
baik bagi perawat (Granek et al., 2013; Alshehri and merangkum karakteristik komunikasi terapeutik
Ismaile, 2016), beban kerja dan waktu tidak dengan pasien kanker dan keluarganya di pelayanan
seimbang (Ghahramanian et al., 2014), kehilangan kanker dan paliatif, contohnya menunjukkan empati
autonomi berdiskusi terkait masalah paliatif atau dukungan emosional; menunjukkan rasa
(Banerjee et al., 2016). hormat; informasi yang jujur,terbuka, dan jelas;
mengklarifikasi dan fokus pada kebutuhan dan
Manfaat komunikasi terapeutik informasi yang lebih disukai oleh pasien dan
Dari 17 artikel yang terpilih, hanya dua keluarga, menggunakan bahasa yang mudah
artikel yang membahas manfaat dari komunikasi dipahami, lebih aktif mendengar dan menghindari
terapeutik. Komunikasi merupakan tema yang pemberian harapan palsu dan euphemism.
paling umum yang berhubungan dengan kepuasan Empati mungkin cara yang lebih realistis
dan kualitas pelayanan. Dampak dari komunikasi untuk menunjukkan bahwa kita menghargai dan
terapeutik dengan pasien atau keluarga adalah peduli dengan pengalaman pasien karena mereka
meningkatnya kepuasan pasien atau keluarga menghadapi diagnosa, perawatan, gejala penyakit
terhadap pelayanan yang diberikan (Seccareccia et yang sulit. Empati yang diucapkan oleh satu orang
al., 2015; Krawczyk and Gallagher, 2016) dan ke orang lain dapat menawarkan dukungan dan
membangun hubungan interpersonal dengan pasien kenyamanan pada saat kerentanan, kecemasan dan
dan keluarga yang didasari kepercayaan dan distress (Bramhall, 2014). Menerima komunikasi
kekeluargaan (Seccareccia et al., 2015) empatik adalah hal yang paling penting bagi pasien
kanker. Bahkan ucapan empati selama 30 sampai 40
Strategi untuk menyediakan komunikasi detik dapat secara positif mempengaruhi evaluasi
terapeutik pasien terhadap komunikasi terkait berita buruk
Review ini mengidentifikasikan 11 dari 17 yang disampaikan (Vliet, 2014).
artikel menyarankan agar perawat mengikuti skill menunjukan rasa hormat tidak kala
training tentang Komunikasi terapeutik sebagai penting, hal ini untuk menjaga privasi pasien dan
strategi utama untuk meningkatkan kemampuan menyeimbangkan komunikasi dengan pasien
dalam menyediakan komunikasi yang tepat dalam dengan menawarkan kesempatan untuk berbicara.
merawat pasien kanker. 4 dari 11 artikel tersebut Namun disisi lain perawat juga perlu menyadari
membahas secara langsung efek skill training bahwa pasien tidak selalu ingin berbicara. Beberapa
tentang Komunikasi terapeutik. 3 artikel dari 4 pasien tidak ingin membicarakan atau menerima
artikel manyatakan bahwa skill training komunikasi informasi tentang kematian atau informasi lain yang
memiliki efek positif yaitu memperbaiki menyedihkan. Dalam situasi ini, semestinya perawat
kemampuan perawat untuk menunjukan empati dan menghargai keinginan pasien tersebut (Strang et al.,
mendiskusikan emosi (Selman et al., 2017), 2014). Informasi yang di yang diberikan oleh
meningkatkan kepercayaan diri perawat untuk perawat memiliki prinsip harus jelas, terbuka, jujur
berkomunikasi dalam pelayanan kanker (Coyle et dan hindari pemberian harapan palsu dan
al., 2015), dan meningkatkan pemahaman dan euphemism. Hal tersebut akan membantu pasien
kepercayaan diri perawat untuk mendiskusikan untuk memahami dan menghadapi kankernya
terkait prognosis dan tujuan dari perawatan (Milic et (Matsuyama et al., 2013). Pasien dan keluarga
al., 2015). Sedangkan menurut Curtis (2013) menginginkan informasi yang terbuka dan jujur dan
menyatakan bahwa efek training komunikasi yang keseimbangan antara informasi yang realistis dan
berdasar simulasi tidak memperbaiki kualitas harapan yang tepat. Sebuah studi yang menyelidiki
komunikasi jika dibandingkan dengan edukasi biasa. sikap pengambil keputusan dalam menyeimbangkan
harapan dan kebenaran saat mendiskusikan
PEMBAHASAN prognosis dan ditemukan bahwa memberikan
Menyediakan komunikasi terapeutik dalam harapan palsu atau menghindari diskusi tentang
pelayanan kanker dan paliatif merupakan elemen prognosis dipandang sebagai cara yang tidak sesuai
vital yang perlu ditingkatkan menurut perseptif untuk mempertahankan harapan (Bernacki and
pasien dan keluarga (Virdun et al., 2017). Block, 2014).
Komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien
Meskipun banyak pasien dan keluarga positif kepuasan keluarga dan pasien dengan
sering menginginkan informasi yang jujur tentang pelayanan. Komunikasi yang dimaksudkan yaitu
penyakitnya, namun mereka juga ingin memelihara informasi yang jujur dan akurat terkait diagnosis and
harapannya (Moore and Reynolds, 2013). Perawat prognosis, mendengarkan secara aktif, pernyataan
seharusnya tidak pernah menganggap bahwa semua empati, dan informasi yang konsisten dan jelas
pasien selalu menginginkan informasi mengenai (Salins, Deodhar and Muckaden, 2016). Komunikasi
prognosis atau treatment (Hawthorn, 2015). Perawat terapeutikjuga membantu membangun kepercayaan
seharusnya menyediakan informasi secara tepat dan merupakan dasar atau prasyarat untuk
waktu dan difokuskankan pada informasi yang membangun hubungan yang tulus dan bermakna
dibutuhkan atau topik yang lebih disukai oleh pasien antara pasien dan perawat dan profesional kesehatan
dan keluarga. Fakta bahwa beberapa pasien dan lainnya (Kourkouta and Papathanasiou, 2014;
keluarga menghindari informasi yang menyakitkan Berčan and Ovsenik, 2016).
sebagai sebuah strategi coping, sehingga penting Hambatan utama dalam menyediakan
memperlakukan pasien atau keluarga sebagai komunikasi terapeutik yang di identifikasi di review
individu yang unik, memahami bahwa pasien ini berasal dari factor perawat. Perawat secara
mungkin mencari dan menghindari informasi dalam konsisten menunjukkan kesusahan saat
porsi yang sama (Hawthorn, 2015). mengkomunikasikan topik akhir kehidupan dengan
Dalam pemberian informasi, jangan lupa pasien dan keluarga (Goldsmith et al., 2013).
bahwa komunikasi ini mencakup orang-orang yang Kurangnya pengalaman dan motivasi pasien
mengelilingi pasien, oleh karena itu bahasa berdampak pada rendahnya kepercayaan diri
komunikasi harus dipahami oleh semua pihak yang perawat untuk menyediakan komunikasi
terlibat di dalamnya (Kourkouta and Papathanasiou, terapeutikdi pelayanan end of life. Rasa percaya diri
2014). Perawat seharusnya menyediakan informasi perawat sangat penting dalam memberikan
dalam istilah-istilah yang sederhana dan perawatan berkualitas bagi pasien yang sekarat dan
menggunakan bahasa mudah dipahami oleh pasien, terlibat dalam diskusi kanker (Walter, 2017).
khususnya pasien yang miliki literasi kesehatan Hambatan lain yang bisa menghambat perawat
yang rendah, focus pada point yang paling penting, dalam menyediakan Komunikasi terapeutikadalah
dan menjelaskan dalam bahasa yang awam ketika ketidaknyamanan membicarakan kematian dan
harus menggunakan istilah kesehatan. Selain itu, proses kematian yang diyakini perawat dapat
perawat juga perlu menggunakan komunikasi non- berdampak buruk terhadap harapan pasien. Padahal
verbal contohnya sentuhan, duduk samping bed penelitian telah menunjukkan bahwa harapan tidak
pasien, kontak mata dan mendengar secara aktif itu selalu bertentangan dengan pemberian informasi
menunjukan caring dari perawat (Murray, tentang penyakit dan prognosisnya (Brighton and
McDonald and Atkin, 2015). Mendengarkan secara Bristowe, 2016).
efektif melibatkan konsentrasi pada arah Kurangnya pengetahuan dan skill perawat
pembicaraan utama, tetap bersama pasien, dan tidak serta bimbingan telah menjadi hambatan lain untuk
memikirkan pertanyaan berikutnya saat pasien menyediakan komunikasi terapeutikdengan pasien
berbicara. Dipahami bahwa mendengarkan secara dan keluarga mencakup kurangnya pemahaman
aktif memerlukan perhatian penuh dan fokus pada empati, menjadi pendengar yang baik dan
cerita pasien, emosi dan bahasa tubuhnya yang penggunaan bahasa yang tepat (Banerjee et al.,
diungkapkan. Diam adalah metode yang kuat dan 2016). Menurut hasil penelitian Walter (2016)
dinamis untuk menunjukkan dukungan, dan diam menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan
mengkomunikasikan kepada pasien bahwa pengetahuan tentang Paliatif sangat penting dan hal
pendengarnya nyaman dengan mereka. tersebut mempengaruhi kemampuan mereka untuk
Komunikasi terapeutik adalah mendiskusikan topik Paliatif. Area Paliatif banyak
keterampilan inti untuk semua profesional layanan tenaga professional yang terlibat sehingga adanya
kesehatan dan perawat khususnya, karena perawat ketidakjelasan tanggung jawab untuk
menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasien mendiskusikan topic end of life serta anggota tim
dan keluarga daripada profesional kesehatan interprofesional dapat menghambat komunikasi jika
lainnya. Ini bisa menjadi kesempatan bagi perawat mereka tidak berada pada satu tujuan yang sama
untuk memperbaiki dan mempromosikan perawatan dengan gagasan yang sama (Walter, 2017).
pasien yang baik dan hubungan kepercayaan dan Selain factor di atas, review ini
kekeluargaan (Bramhall, 2014; Kourkouta and mengidentifikasi ada dua factor lain yang
Papathanasiou, 2014). Hasil review menemukan menghambat komunikasi baik yaitu factor pasien
bahwa komunikasi terapeutik dengan pasien atau misalnya family dan pasien tidak siap kehilangan
keluarga berdampak peningkatan kepuasan pasien sehingga membuatnya enggan untuk
atau keluarga terhadap pelayanan yang diberikan. berkomunikasi, karakteristik pasien seperti umur,
Hal ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya jenis kelamin dan tingkat pengetahuan, perbedaan
bahwa komunikasi dengan keluarga dan pasien budaya dan keyakinan, dan hambatan bahasa. Untuk
merupakan factor yang mempengaruhi secara factor intitusional berupa ada stigma tentang paliatif,
kurangnya supervise, tidak tersedianya protocol berimprovisasi dengan mengkombinasikan item-
Paliatif, tingginya beban kerja, waktu yang tidak item karakteristik komunikasi terapeutik dalam
seimbang dan kurang menyediakan training skill review ini. Selain itu, untuk penelitian berikutnya
tentang komunikasi terapeutik. perlu menggali lebih dalam terkait Komunikasi
Strategi untuk meningkatkan pengetahuan terapeutikdari perspektif perawat, pasien dan
dan skill komunikasi baik yaitu dengan cara keluarganya serta penggunaan desain penelitian
mengikuti pelatihan khusus tentang komunikasi mixed method terkait hubungan kualitas komunikasi
terapeutik. Hasil review ini mengidentifikasi ada perawat dengan kualitas hidup pasien.
beberapa manfaat dari training skill komunikasi
yaitu memperbaiki kemampuan perawat untuk Kesimpulan
menunjukan empati dan mendiskusikan emosi, Komunikasi terapeutik merupakan inti dari
meningkatkan kepercayaan diri perawat untuk pelayanan kanker dan paliatif care dan sangat
berkomunikasi di Paliatif dan meningkatkan diperlukan oleh pasien kanker untuk mendiskusikan
pemahaman dan kepercayaan diri perawat untuk isu-isu pelayanan paliatif. Perawat perlu memahami
mendiskusikan terkait prognosis dan tujuan dari karakteristik komunikasi terapeutik seperti
perawatan meskipun menurut Curtis (2013) menunjukan rasa empati dan dukungan emosional,
menyatakan bahwa efek training komunikasi yang menunjukkan rasa hormat or dignity, informasi yang
berdasar simulasi tidak memiliki perbedaan hasil diberikan jelas, terbuka dan jujur, mengklarifikasi
jika dibandingkan dengan edukasi biasa. pemahaman dan focus pada informasi yang lebih
Pelatihan keterampilan komunikasi dapat disukai dan dibutuhkan pasien dan keluarga,
membantu perawat mengatasi hambatan terhadap menghindari pemberian harapan palsu dan kata-kata
komunikasi yang efektif (Adams, Mannix and pelembut, menggunakan bahasa yang mudah
Harrington, 2017). Beberapa penelitian yang lain dimengerti dan penggunaan nonverbal, menjadi
menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi bisa pendengar secara aktif dan baik. Menyediakan
diajarkan. Pelatihan komunikasi pada umumnya Komunikasi terapeutik dapat meningkatkan
perlu diintegrasikan secara utuh sebagai kepuasaan pasien dan keluarga dengan pelayanan
keterampilan inti dalam kurikulum secara luas dan serta sebagai dasar untuk membangun hubungan
harus dipromosikan sebagai pembelajaran dan interpersonal saling percaya dan kekeluargaan.
pengembangan kompetensi (Horlait, Van Belle and Menyediakan komunikasi terapeutik dipelayanan
Leys, 2017). Idealnya keterampilan ini kanker dan paliatif bukan perkara mudah banyak
dikembangkan dalam pelatihan pra-registrasi dan hambatan mencakup hambatan dari perawat, pasien
lebih lanjut selama preceptorship, supervisi dan dan institusional. Sehingga perlunya training skill
mentorship untuk meningkatkan kepercayaan dan komunikasi bagi perawat.
kompetensi di bidang ini (Bramhall, 2014).
Daftar Pustaka
Keterbatasan
Ada beberapa keterbatasan dalam tinjauan literature Adams, A. M. N., Mannix, T. and Harrington, A.
ini, terutama karena tidak dilakukan kritikal (2017) ‘Nurses’ communication with families
appraisal terhadap materi yang disajikan seperti in the intensive care unit – a literature review’,
sistematik review. Hal ini terkait tujuan review yang Nursing in Critical Care, 22(2), pp. 70–80. doi:
luas dan eksplorasi daripada menjawab pertanyaan 10.1111/nicc.12141.
klinis. Selain itu, review ini hanya mengulas artikel- Alshehri, H. and Ismaile, S. (2016) ‘Nurses
artikel yang dipublikasikan dalam bahasa inggris experience of communication with palliative
dan periode 2013-sekarang serta keterbatasan patients in critical care unit: Saudi experience’,
metode pencarian. International Journal of Advanced Nursing
Studies, 5(2), pp. 102–108. doi:
Implikasi untuk praktek dan penelitian 10.14419/ijans.v5i2.6171.
Paliatif merupakan area dengan isu yang
paling menantang yang membutuhkan perhatian. Arianti., Firmawati, E. and Rochmawati, E. (2016)
Review ini memberikan pengetahuan terkait Identifikasi Gejala pada Pasien dengan Life
karakteristik komunikasi terapeutik dan juga Limiting Illness. Yogyakarta.
menjelaskan hambatan-hambatanya. Pemahaman
perawat tentang karakteristik Komunikasi terapeutik Banerjee, S. C. et al. (2016) ‘Oncology nurses’
menjadi dasar untuk mengaplikasikannya communication challenges with patients and
dipelayanan maupun poin utama dalam training skill families: A qualitative study’, Nurse Education
communication, sedangkan pemahaman tentang in Practice. Elsevier Ltd, 16(1), pp. 193–201.
hambatan komunikasi dapat menjadi pondasi bagi doi: 10.1016/j.nepr.2015.07.007.
perawat untuk meminimalisir dampaknya.
Berčan, M. and Ovsenik, M. (2016)
Inkonsistensi efek training skill
‘Communication as a Component of the Quality
komunikasi dapat mendorong perawat untuk
of Life in the Integrated Care for the Dying’,
Mediterranean Journal of Social Sciences, 7(3), 10.4236/jct.2016.72012.
pp. 70–80. doi: 10.5901/mjss.2016.v7n3s1p70.
Hawthorn, M. (2015) ‘The importance of
Bernacki, R. E. and Block, S. D. (2014) communication in sustaining hope at the end of
‘Communication About Serious Illness Care life’, 24(13), pp. 702–705.
Goals’, JAMA Internal Medicine, 174(12), p.
1994. doi: 10.1001/jamainternmed.2014.5271. Horlait, M., Van Belle, S. and Leys, M. (2017) ‘Are
future medical oncologists sufficiently trained
Bramhall (2014) ‘Effective communication skills in to communicate about palliative care? The
nursing practice’, Nursing Standard, 29(14), pp. medical oncology curriculum in Flanders,
53–59. Belgium’, Acta Clinica Belgica: International
Journal of Clinical and Laboratory Medicine.
Brighton, L. J. and Bristowe, K. (2016) Taylor & Francis, 72(5), pp. 318–325. doi:
‘Communication in palliative care: talking 10.1080/17843286.2016.1275377.
about the end of life, before the end of life’,
Postgraduate Medical Journal, 92(1090), pp. Kelley, A. S. and Morrison, R. S. (2015) ‘Palliative
466–470. doi: 10.1136/postgradmedj-2015- Care for the Seriously Ill’, New England
133368. Journal of Medicine, 373(8), pp. 747–755. doi:
10.1056/NEJMra1404684.
Coyle, N. et al. (2015) ‘Discussing Death, Dying,
and PaliatifGoals of Care: A Communication Khosla, N. et al. (2017) ‘Communication Challenges
Skills Training Module for Oncology Nurses’, and Strategies of U.S. Health Professionals
Clinical Journal of Oncology Nursing, 19(6), Caring for Seriously Ill South Asian Patients
pp. 697–702. doi: 10.1188/15.CJON.697-702. and Their Families’, Journal of Palliative
Medicine, XX(Xx), p. jpm.2016.0167. doi:
Curtis, J. R. et al. (2013) ‘Effect of Communication 10.1089/jpm.2016.0167.
Skills Training for Residents and Nurse
Practitioners on Quality of Communication Kourkouta, L. and Papathanasiou, I. (2014)
With Patients With Serious Illness’, Jama, ‘Communication in Nursing Practice’, Materia
310(21), p. 2271. doi: Socio Medica, 26(1), p. 65. doi:
10.1001/jama.2013.282081. 10.5455/msm.2014.26.65-67.
Deli, H. and Ana, A. (2014) ‘End of Care di Area Krawczyk, M. and Gallagher, R. (2016)
Keperawatan Kritis: Literature Review’, in 2nd ‘Communicating prognostic uncertainty in
ADULT NURSING PRACTICE: USING potential Paliatifcontexts: experiences of family
EVIDENCE IN CARE ‘Aplikasi Evidence members’, BMC Palliative Care. BMC
Based Nursing dalam Meningkatkan Patient Palliative Care, 15(1), p. 59. doi:
Safety’. Semarang: Program studi ilmu 10.1186/s12904-016-0133-4.
keperawatan Fakultas kedokteran universitas
Diponegoro, pp. 64–70. Lai, C. Y. (2016) ‘Training nursing students’
communication skills with online video peer
Ghahramanian, A. et al. (2014) ‘Factors Influencing assessment’, Computers and Education.
communication between the patients with Elsevier Ltd, 97, pp. 21–30. doi:
cancer and their nurses in oncology wards’, 10.1016/j.compedu.2016.02.017.
Indian Journal of Palliative Care, 20(1), p. 12.
doi: 10.4103/0973-1075.125549. Matsuyama, R. K. et al. (2013) ‘Cancer patients’
information needs the first nine months after
Goldsmith et al. (2013) ‘Palliative care diagnosis’, Patient Education and Counseling.
communication in oncology nursing’, Clinical Elsevier Ireland Ltd, 90(1), pp. 96–102. doi:
Journal of Oncology Nursing, 17(2), pp. 163– 10.1016/j.pec.2012.09.009.
167. doi:
http://dx.doi.org/10.1188/13.CJON.163-167. Milic, B. M. M. et al. (2015) ‘Communicating with
Patients’ Families and Physicians About
Granek, B. L. et al. (2013) ‘Oncologists ’ Strategies Prognosis and Goals of Care’, AMERICAN
and Barriers to Effective’, Journal Of Oncology JOURNAL OF CRITICAL CARE, 24(4), pp.
Practice / American Society Of Clinical 56–65. doi: 10.4037/ajcc2015855.
Oncology, 4, pp. 129–135. doi:
10.1200/JOP.2012.000800. Moore, C. D. and Reynolds, A. M. (2013) ‘Clinical
update: Communication issues and advance
Hasan, I. and Rashid, T. (2016) ‘Clinical care planning’, Seminars in Oncology Nursing.
Communication , Cancer Patients & Elsevier Ltd, 29(4), pp. e1–e12. doi:
Considerations to Minimize the Challenges’, 10.1016/j.soncn.2013.07.001.
Journal of cancer therapy, 7, pp. 107–113. doi:
Murray, C. D., McDonald, C. and Atkin, H. (2015)
‘The communication experiences of patients improving communication between cancer
with palliative care needs: A systematic review service providers and Aboriginal patients and
and meta-synthesis of qualitative findings.’, their families: the perspective of service
Palliative & supportive care, 13(2), pp. 369–83. providers’, BMC Health Services Research,
doi: 10.1017/S1478951514000455. 13(1), p. 460. doi: 10.1186/1472-6963-13-460.
Riskesdas (2018) ‘Riset Kesehatan Dasar Sherwen, E. (2014) ‘Improving Paliatif for adults.’,
(RISKESDAS) 2018’. Jakarta: Kementerian Nursing standard (Royal College of Nursing
Kesehatan Badan Penelitian dan (Great Britain) : 1987), 28(32), pp. 51–7. doi:
Pengembangan Kesehatan. 10.7748/ns2014.04.28.32.51.e8562.
Roscoe, L. A. et al. (2013) ‘Beyond Good Intentions Strang, S. et al. (2014) ‘Communication about
and Patient Perceptions: Competing Definitions existential issues with patients close to death -
of Effective Communication in Head and Neck Nurses’ reflections on content, process and
Cancer Care at the End of Life’, Health meaning’, Psycho-Oncology, 23(5), pp. 562–
Communication, 28(2), pp. 183–192. doi: 568. doi: 10.1002/pon.3456.
10.1080/10410236.2012.666957.
Virdun, C. et al. (2017) ‘Dying in the hospital
Salins, N., Deodhar, J. and Muckaden, M. (2016) setting: A meta-synthesis identifying the
‘Intensive Care Unit death and factors elements of Paliatifcare that patients and their
influencing family satisfaction of Intensive families describe as being important’, Palliative
Care Unit care’, Indian Journal of Critical Care Medicine, 31(7), pp. 587–601. doi:
Medicine, 20(2), pp. 97–103. doi: 10.1177/0269216316673547.
10.4103/0972-5229.175942.
Vliet, L. M. Van (2014) ‘Current State of the Art and
Schubart, J. R. et al. (2015) ‘ICU family Science of Patient- Clinician Communication in
communication and health care professionals: A Progressive Disease : Patients ’ Need to Know
qualitative analysis of perspectives’, Intensive and Need to Feel Known’, Journal of Clinical
and Critical Care Nursing. Elsevier Ltd, 31(5), Oncology, 32(31), pp. 3474–3478.
pp. 315–321. doi: 10.1016/j.iccn.2015.02.003.
van Vliet, L. et al. (2013) ‘When cure is no option:
Seccareccia, D. et al. (2015) ‘Communication and How explicit and hopeful can information be
Quality of Care on Palliative Care Units: A given? A qualitative study in breast cancer’,
Qualitative Study’, Journal of Palliative Patient Education and Counseling. Elsevier
Medicine, 18(9), pp. 758–764. doi: Ireland Ltd, 90(3), pp. 315–322. doi:
10.1089/jpm.2014.0408. 10.1016/j.pec.2011.03.021.
Selman, L. E. et al. (2017) ‘The Effect of Walter, D. M. (2017) ‘Long-Term Care Nurses
Communication Skills Training for Generalist â€TM Perceptions Of Factors That Influence
Palliative Care Providers on Patient-Reported Their PaliatifDiscussions With Surrogate
Outcomes and Clinician Behaviors: A Decision Makers by In the Graduate College’,
Systematic Review and Meta-analysis’, Journal pp. 0–124.
of Pain and Symptom Management. American
Academy of Hospice and Palliative Medicine, WHO (2018) FactSheet of Cancer, World Health
54(3), p. 404–416.e5. doi: Organization. Available at:
10.1016/j.jpainsymman.2017.04.007. http://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/cancer (Accessed: 20 June 2018).
Shahid, S. et al. (2013) ‘Identifying barriers and