Judul:
TIDAK ADIL!
Lalu, bagaimana dengan tuduhan bahwa Allah tidak adil? Jelas salah
alamat. Dia selalu adil (Ul. 32:4, Dan. 9:14). Sebenarnya, justru
Dialah yang sering kita perlakukan secara tidak adil. Ingat Yudas
Iskariot yang mengkhianati dan menjual Yesus (Mat. 26:14-16)? Juga
fitnah Mahkamah Agama karena mereka dengki pada-Nya (ay. 18; juga
Mat. 26:59)? Barangkali hanya dalam hal menghukum Putra Tunggal-Nya
saja Allah bisa dikatakan "tidak adil". Kenapa? Karena kitalah yang
seharusnya tergantung di kayu salib! Dengan berbuat "tidak adil"
pada Anak-Nya, ia telah menunjukkan keadilan-Nya: bahwa hukuman atas
dosa telah dijatuhkan. Jadi, dalam "ketidakadilan-Nya" Allah tetap
adil, bukan? --Hiendarto Sukotjo /Renungan Harian
Bacaan: Lukas 16:19-31
Judul: Untuk orang lain juga Biasanya orang dihormati sesuai dengan kedudukan
atau status ekonominya. Contohnya dapat kita lihat dalam acara seremonial, orang
yang terpandang akan ditempatkan untuk duduk di barisan bangku terdepan sebagai
penghormatan terhadap mereka.
Dalam perikop ini kita temukan bahwa ternyata hal itu tidak berlaku di hadapan Tuhan.
Si orang kaya menderita di alam maut sementara si orang miskin duduk di pangkuan
Abraham, bapak orang beriman (23). Mengapa demikian? Dalam rangkaian
pengajaran-Nya tentang materi dan kepemilikan (16:1-31), Yesus bicara tentang
bahaya kekayaan melalui kisah orang kaya dan Lazarus. Si orang kaya hidup mewah,
sementara Lazarus mengais tempat sampah untuk mempertahankan hidupnya.
Sungguh kontras! Gelimang kekayaan membutakan mata hati si orang kaya akan
lingkungan sekitarnya. Padahal ada Lazarus, si pengemis yang begitu kelaparan
sehingga hanya bisa berbaring dekat pintu rumahnya (19-21). Kekayaan telah menjerat
hatinya hingga menjadi tuli terhadap teriakan orang yang butuh pertolongan. Ia juga
menjadi buta terhadap kelaparan si miskin.
Yang Yesus ajarkan bukanlah supaya orang menghindari kekayaan tetapi bagaimana
sikap orang seharusnya terhadap kekayaan. Jangan gunakan kekayaan hanya untuk
diri sendiri saja tetapi gunakan juga untuk manfaat orang lain. Keberhasilan
mengumpulkan kekayaan hendaknya tidak membuat kita menganggap orang miskin itu
pemalas sehingga kita tidak mau mempedulikan mereka. Alih-alih memberi, kita malah
menyalahkan mereka atas kemiskinan mereka. Yesus mengajarkan bahwa sikap
terhadap kekayaan diperhitungkan Allah dan mendatangkan ganjaran di akhir hidup.
Karena itu jangan menjadikan kekayaan sebagai tuan yang memperbudak kita
sehingga kita tidak melakukan kehendak Allah untuk menolong sesama.
Bacaan: Efesus 4:7-16
Nas: ... seluruh tubuh, -- ... oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar
pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya (Efesus 4:16)
Suatu ketika saya mengendarai mobil di sebuah jalanan yang jarang dilewati. Tiba-tiba,
mobil saya melambat, mesinnya terbatuk-batuk, kemudian mati. Saat itu saya hanya
berbekal obeng dan tang, sedangkan ahli mesin baru dapat dijumpai berkilo-kilo meter
jauhnya dari tempat itu. Fatalnya, saya tidak mengerti sedikit pun mengenai mesin
mobil.
Saya mengangkat kap mobil dan mengamati mesinnya, tetapi semuanya tampak beres.
Kemudian datanglah seorang teman. Ia menggoncangkan karburator dan berkata,
"Terlalu banyak gas." Dengan obeng saya ia memeriksa beberapa sambungan listrik
dan berkata, "Tidak ada percikan!" Tak lama kemudian ia menemukan kawat yang
lepas. Sebuah sekrup kecil telah lepas, dan itulah yang menyebabkan mesin mati.
Pekerjaan dari setiap anggota tubuh, betapa pun kecilnya, sangatlah diperlukan.
Sudahkah Anda melakukan bagian Anda? -- MRD
***
KESETIAAN DALAM PERKARA-PERKARA KECIL
MERUPAKAN PERKARA YANG BESAR