Ada satu peristiwa viral yang terjadi belakangan ini. Para pemilik RUKO di daerah pluit
menyerobot fasilitas umum (bahu jalan dan saluran air) untuk kepentingan usaha pribadinya.
Areal fasilitas umum itu diambil seenaknya. Mereka menutup saluran air hanya supaya ruang
usahanya menjadi lebih luas. Perbuatan tidak bertanggung jawab ini pada akhirnya
ditindaklanjuti oleh Pejabat Gubernur DKI dan mereka diminta membongkar sendiri bagian
bangunannya yang berdiri di atas lahan umum tersebut. Menariknya, setelah ketahuan oleh
publik, para pemilik ruko tersebut mengaku mengalami penurunan omset.
Peristiwa tersebut menampakkan betul keserakahan manusia. Sikap serakah yang tak kunjung
habis, pada akhirnya membuat para pemilik ruko tersebut menjadi kehilangan rejekinya.
Bapak Ibu yang terkasih, Bacaan Injil yang kita dengar hari ini senada dengan peristiwa di Pluit
tersebut. Para pekerja yang tidak memiliki hak lebih besar dari pemiliknya, telah dibutakan oleh
keserakahan sehingga mereka ingin menguasai tanah kebun anggur itu dengan cara apapun,
bahkan sampai membunuh. Mereka ingin menguasai tanah tersebut. Kendati merekalah yang
membuat kebun anggur itu berbuah, tetap saja mereka tidak memiliki hak lebih untuk memiliki
tanah tersebut.
Sikap serakah yang muncul disebabkan karena adanya ketidaksadaran diri akan hak dan
kewajibannya. Kita cenderung MENUNTUT HAK tanpa pernah bertanya dan menyadari
sebelumnya dalam diri “APAKAH KITA SUDAH BERTANGGUNG JAWAB
MENUNTASKAN KEWAJIBAN KITA?”
Mudah sekali bagi kita protes manakala hak kita tidak terpenuhi. Namun, sayangnya sulit sekali
bagi kita untuk bersikap fair manakala tugas kewajiban kita belum dituntaskan dengan baik.
Tidak ada keseimbangan di dalamnya. Kita sendirilah yang kerap memunculkan
ketidakseimbangan tersebut. Kita lupa bahwa Kewajiban harus ditempatkan lebih dulu daripada
hak. Dalam konteks pekerjaan, tentu saja, wajar ketika seseorang menginginkan nominal
penghasilan yang tinggi. Namun, seringkali pada saat yang bersamaan, orang itu lupa untuk
bekerja dan meningkatkan kinerjanya lebih keras lagi. Bermimpi itu perlu. Tapi, jangan lupa
untuk tetap berpijak pada bumi.
Bapak Ibu yang terkasih, mari kita bersama secara perlahan menghilangkan sikap serakah dan
sikap kurang bersyukur kita. Jangan sampai kita terus-terusan menuntut tanpa pernah menyadari
bahwa kita adalah pekerja yang juga dituntut untuk memiliki performa yang baik. Semoga kita
tidak menjadi “pembunuh-pembunuh” rejeki orang lain hanya karena sikap serakah dan sikap
kurang bersyukur kita.
Marilah kita satukan renungan kita dengan doa Bapa Kami
Bapa kami yang ada di surga, Dimuliakanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah
kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini, dan
ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan
janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Amin.
==============================
Renungan untuk peserta didik
Tema: Tinggal Di Rumah Tuhan
Teman-teman yang terkasih, Selamat pagi, Salam Great Yakobian.
Ada satu peristiwa viral yang terjadi belakangan ini. Para pemilik RUKO di daerah pluit
menyerobot fasilitas umum (bahu jalan dan saluran air) untuk kepentingan usaha pribadinya.
Areal fasilitas umum itu diambil seenaknya. Mereka menutup saluran air hanya supaya ruang
usahanya menjadi lebih luas. Perbuatan tidak bertanggung jawab ini pada akhirnya
ditindaklanjuti oleh Pejabat Gubernur DKI dan mereka diminta membongkar sendiri bagian
bangunannya yang berdiri di atas lahan umum tersebut. Menariknya, setelah ketahuan oleh
publik, para pemilik ruko tersebut mengaku mengalami penurunan omset.
Peristiwa tersebut menampakkan betul keserakahan manusia. Sikap serakah yang tak kunjung
habis, pada akhirnya membuat para pemilik ruko tersebut menjadi kehilangan rejekinya.
Bapak Ibu yang terkasih, Bacaan Injil yang kita dengar hari ini senada dengan peristiwa di Pluit
tersebut. Para pekerja yang tidak memiliki hak lebih besar dari pemiliknya, telah dibutakan oleh
keserakahan sehingga mereka ingin menguasai tanah kebun anggur itu dengan cara apapun,
bahkan sampai membunuh. Mereka ingin menguasai tanah tersebut. Kendati merekalah yang
membuat kebun anggur itu berbuah, tetap saja mereka tidak memiliki hak lebih untuk memiliki
tanah tersebut.
Sikap serakah yang muncul disebabkan karena adanya ketidaksadaran diri akan hak dan
kewajibannya. Kita cenderung MENUNTUT HAK tanpa pernah bertanya dan menyadari
sebelumnya dalam diri “APAKAH KITA SUDAH BERTANGGUNG JAWAB
MENUNTASKAN KEWAJIBAN KITA?”
Mudah sekali bagi kita protes manakala hak kita tidak terpenuhi. Namun, sayangnya sulit sekali
bagi kita untuk bersikap fair manakala tugas kewajiban kita belum dituntaskan dengan baik.
Tidak ada keseimbangan di dalamnya. Kita sendirilah yang kerap memunculkan
ketidakseimbangan tersebut. Kita lupa bahwa Kewajiban harus ditempatkan lebih dulu daripada
hak. Dalam konteks mengerjakan tugas, tentu saja, wajar ketika seseorang menginginkan nilai
tugas yang tinggi. Namun, seringkali pada saat yang bersamaan, orang itu lupa untuk belajar dan
meningkatkan kinerjanya lebih keras lagi. Bermimpi itu perlu. Tapi, jangan lupa untuk tetap
berpijak pada bumi.
Anak-anak yang terkasih, mari kita bersama secara perlahan menghilangkan sikap serakah dan
sikap kurang bersyukur kita. Jangan sampai kita terus-terusan menuntut tanpa pernah menyadari
bahwa kita adalah pelajar yang juga dituntut untuk memiliki performa yang baik. Semoga kita
tidak menjadi “pembunuh-pembunuh” kebaikan hanya karena sikap serakah dan sikap kurang
bersyukur kita.
Marilah kita satukan renungan kita dengan doa Bapa Kami
Bapa kami yang ada di surga, Dimuliakanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah
kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini, dan
ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan
janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Amin.
Santo Yakobus. Doakan kami. Amin