ikhlalskan.”
Hutang bukan saja berupa uang. Ada berbagai bentuk hutang yang
Ma’syiral Muslimin, jamaah Jum’at rahimakumullah ...
lain, yang dalam kehidupan sehari-hari terkesan dianggap sepele atau
Kasus di atas menunjukkan kepada kita bahwa hutang itu ternyata biasa-biasa saja. Misalnya, kita pernah meminjam suatu barang atau
sangat berpengaruh pada nasib kita kelak di alam kubur. Jika kita masih perkakas. Biasanya kita lupa mengembalikan dan lama-kelamaan sampai
dalam kondisi berhutang lalu meninggal dunia, maka kelak kondisi kita juga ke anak cucu kita, dengan bahasa lain itu sudah menjadi harta
akan dipersulit sebelum hutang kita ada yang melunasinya atau yang turunan. Hat-hati dengan barang seperti ini, bisa menjadi azab kubur bagi
menghutangi kita mengikhlaskannya. Tidak peduli apakah kita orang saleh kita. Demikian juga dengan jenis hutang yang lain yaitu, nazar yang belum
atau tidak. Ternyata orang saleh pun mengalami hal yang kurang nyaman ditunaikan, wasiat yang belum dilaksanakan, amanah yang belum
di alam kuburnya karena hutang yang belum dilunasinya. disampaikan, sumpah jabatan yang belum diemban dan janji yang belum
Hal ini diketahui berdasarkan hadits Nabi saw. , “Ruh seorang mukmin ditepati.
tertahan karena hutangnya sehingga ia dilunasi.” (HR. Ahmad dalam Al- Berhubungan dengan masalah janji ini, dalam banyak kasus, janji
Musnad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah) . menjadi semacam “uang muka” bagi segala bentuk hubungan sosial di
antara kita. Selebihnya baru bisa dikatakan lunas, bila memang janji-janji
Ma’syiral Muslimin, jamaah Jum’at rahimani rahimakumullah ... itu dipenuhi. Apalagi di saat seperti sekarang ini, menjelang Pemilu,
Begitu pentingnya (vitalnya) masalah hutang ini, hingga jihadnya
sebagai hari yang menentukan untuk kondisi bangsa selama lima tahun ke
seorang hamba di jalan Allah (sampai mati sahid) pun tidak bisa
depan. Dan kenyataannya, maju mundurnya kondisi bangsa ini, banyak
menghapusnya. Abdullah bin Amer meriwayatkan sabda Rasulullah saw.,
ditentukan oleh janji-janji yang disebarkan.
“Terbunuh di jalan Allah menghapuskan segala dosa kecuali hutang.” (HR.
Maka Islam mengajarkan moralitas janji, dari dua arah yang sangat
Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, An Nasa’i, At-Tirmidzi, Malik dan Darimi).
dominan. Arah pertama bahwa janji harus selalu digantungkan kepada
Bayangkan, sorang syahid saja tidak lantas langsung masuk surga jika
masyiah Allah, kehendak dan izin-Nya. Allah swt. berfirman :
ia masih memiliki hutang. Selama hutang itu belum dibayar, keadaannya
digantung di akhirat nanti, apakah ia masuk surga atau neraka. Setelah
hutangnya dipastikan terbayar, ia baru divonis Allah untuk masuk surga.
Jadi, betapa urgensinya (betapa mendesaknya) nilai sebuah hutang ini,
yang brutal. Bahkan janji dalam ikatan sakralnya perkawinan pun, kini
sudah tak lagi punya makna.
Artinya : Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: Moralitas kedua, janji-janji itu harus ditepati dalam kadar ikhtiar
"Sesungguhnya Aku akan mengerjakan Ini besok pagi, manusiawi yang maksimal. Bila janji-janji ini tidak terpenuhi, maka janji-
Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah"[879]. dan ingatlah janji itu terhutang sampai mati, berarti janji-janji itu berubah menjadi
kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah- sebuah azab yang mengerikan di dalam kubur. Allah berfirman dalam Q.S.
mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih An-Nahl : 91 =
dekat kebenarannya dari pada ini".
( Q.S. Al-Kahfi : 23-24 )
[879] menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada nabi Muhammad s.a.w.
tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, Artinya : “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan
datanglah besok pagi kepadaku agar Aku ceritakan. dan beliau tidak mengucapkan Insya Allah janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah
(artinya jika Allah menghendaki). tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai
untuk menceritakan hal-hal tersebut dan nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah
23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana nabi lupa mengetahui apa yang kamu perbuat.”
menyebut Insya Allah haruslah segera menyebutkannya kemudian.
pertolongan.
ﻦﻴﻨﻣﻻﺍﻦﻳﺰﺋﺎﻔﻟﺍﻦﻣﻢﻛﺎﻳﺍﻭ ﷲﺍﺎﻨﻠﻌﺟ
ﻦﻴﳊﺎﺼﻟﺍﻩﺩﺎﺒﻋﺓﺮﻣﺯﰲﻢﻛﺎﻳﺍﻭﺎﻨﻠﺧﺩﺍﻭ
ﻦﻴﻤﺣﺍﺮﻟﺍﺮﻴﺧﺖﻧﺍﻭﻢﺣﺭﺍﻭﺮﻔﻏﺍﺏﺭﻞﻗﻭ