Anda di halaman 1dari 4

Rasa syukur tak terhingga sudah sepantasnya kita panjatkan ke masih menganggur dan belum jelas masa depannya,

masa depannya, kemudian ada begitu


hadirat Allah swt. atas limpahan segala nikmat yang kita peroleh tiada banyak orang yang dililit hutang-piutang.
putusnya, baik yang kita sadari maupun yang tidak pernah kita sadari. Masalah tentu akan semakin bertambah panjang apabila kita ada
Semoga dengan rasa syukur itu, Allah berkenan menambahkan nikmat-Nya hutang pada orang lain, sebab kita, kerap kali lupa untuk melunasi hutang-
kepada kita semua dan kita pun menjadi semakin takwa kepada-Nya. hutang tersebut, apalagi nilainya kecil. Sementara orang yang
menghutangi kita pun malu menagihnya, meski hati kecilnya sangat
Shalawat serta salam senantiasa kita sampaikan ke haribaan
membutuhkannya. Jika kita melakukan hal yang sama pada beberapa
junjungan umat, pemimpin sejati, Rasulullah Muhammad saw., pembawa
orang, maka betapa meruginya kita. Sebab, satu hutang saja bisa menjadi
cahaya kebenaran yang menerangi segenap penjuru alam. Semoga dengan
masalah di alam kubur dan akhirat, apalagi kita berhutang pada banyak
shalawat yang terus kita sampaikan kepada baginda Rasul, kita diberikan
orang.
kekuatan oleh Allah swt. istiqamah menempuh jalan yang diajarkannya dan
Ada sebuah kisah dari Sayyid Ali, seorang yang mulia, alim dan wara’
mendapat syafaat kelak di yaumul hisab..... amin.
Dia adalah putera seorang ulama besar, seorang faqih yang mulia dan
Pada hari ini, khatib menyampaikan khutbah dengan judul :
teladan dalam perjalanan ruhani yaitu Al Amir Sayyid Hasan bin Al-Amir
“ HUTANG dan AZAB KUBUR “ Sayyid Muhammad Baqir bin Al-Amir Ismail Al-Isfahani. Ia berkisah sebagai
Maksiral muslimin Rahimani Rahimakumullah ... berikut :
Setelah ayahku meninggal, tidak lama kemudian aku bermimpi :
Kesulitan ekonomi, tak bisa dipungkiri, adalah hal yang paling rentan
seolah-olah aku duduk di rumahku. Ketika ayahku masuk, aku berdiri dan
menjerumuskan akidah seseorang. Bagi yang imannya kokoh, ia akan
mengucapkan salam. Lalu aku bertanya : Bukankah ayah meninggal di
bersabar dan berdoa sambil (seraya) terus berusaha. Sebaliknya, bagi yang
Isfahan?
imannya mudah goyah, ia akan melakukan tindakan yang mencelakakan
Ayahku menjawab, “Ya, tapi mereka memindahkan aku ke Najef (Irak),
diri sendiri. Ada yang stress, melakukan tindakan kriminal dan berani
dan aku sekarang tinggal di sana.”
melanggar aturan-aturan agama, yang penting : Dapat ! Hal itu, tentu saja,
Kemudian aku bertanya tentang keadaannya. Ayahku menjawab,
sangat memprihatinkan dan memiriskan hati sebab tindakan tersebut
“Dahulu kuburku kesempitan dan sekarang alhamdulillah dalam keadaan
adalah pilihan yang menyakitkan. Ia tidak hanya rugi di dunia, tapi juga
yang baik. Kesempitan dan himpitan itu sudah menghilang dariku.”
rugi di akhirat kelak. Naudzubillah.
Aku heran atas kejadian itu dan bertanya : “Ayah dalam kesempitan?”
Terlebih saat krisis ekonomi global dewasa ini. Jutaan orang
Ayahku menjawab, “Ya, karena Haji Ridha bin A’a Babasy Syahir
berbondong-bondong mencari pekerjaan, sementara ada ribuan karyawan
menagihku, dan itu yang menyebabkan keburukan keadaanku.”
di-PHK beberapa perusahaan, lalu masih ada jutaan orang lainnya lagi yang
Aku bertambah heran. Lalu aku terbangun dalam keadaan takut dan
heran. Kemudian aku mengirim surat kepada saudaraku tentang wasiat
ayahku dalam mimpiku. Lalu saudaraku menjawab suratku : ternyata meski sangat kecil sekalipun angkanya. Jadi, ternyata hutang jangan
benar ayahku pernah berhutang kepada orang tersebut. Kemudian dianggap sepele atau dianggap remeh, apalagi kita dengan sengaja
sauduaraku berkata kepadanya bahwa aku bermimpi hal itu, dan akan menghindar untuk membayar hutang.
membayarkan hutang ayahku. Kemudian orang tersebut berkata, “Karena
berita dari saudaramu ini, sekarang hutangnya aku relakan dan aku Ma’syiral Muslimin, jamaah Jum’at rahimani rahimakumullah ...

ikhlalskan.”
Hutang bukan saja berupa uang. Ada berbagai bentuk hutang yang
Ma’syiral Muslimin, jamaah Jum’at rahimakumullah ...
lain, yang dalam kehidupan sehari-hari terkesan dianggap sepele atau
Kasus di atas menunjukkan kepada kita bahwa hutang itu ternyata biasa-biasa saja. Misalnya, kita pernah meminjam suatu barang atau
sangat berpengaruh pada nasib kita kelak di alam kubur. Jika kita masih perkakas. Biasanya kita lupa mengembalikan dan lama-kelamaan sampai
dalam kondisi berhutang lalu meninggal dunia, maka kelak kondisi kita juga ke anak cucu kita, dengan bahasa lain itu sudah menjadi harta
akan dipersulit sebelum hutang kita ada yang melunasinya atau yang turunan. Hat-hati dengan barang seperti ini, bisa menjadi azab kubur bagi
menghutangi kita mengikhlaskannya. Tidak peduli apakah kita orang saleh kita. Demikian juga dengan jenis hutang yang lain yaitu, nazar yang belum
atau tidak. Ternyata orang saleh pun mengalami hal yang kurang nyaman ditunaikan, wasiat yang belum dilaksanakan, amanah yang belum
di alam kuburnya karena hutang yang belum dilunasinya. disampaikan, sumpah jabatan yang belum diemban dan janji yang belum
Hal ini diketahui berdasarkan hadits Nabi saw. , “Ruh seorang mukmin ditepati.
tertahan karena hutangnya sehingga ia dilunasi.” (HR. Ahmad dalam Al- Berhubungan dengan masalah janji ini, dalam banyak kasus, janji
Musnad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah) . menjadi semacam “uang muka” bagi segala bentuk hubungan sosial di
antara kita. Selebihnya baru bisa dikatakan lunas, bila memang janji-janji
Ma’syiral Muslimin, jamaah Jum’at rahimani rahimakumullah ... itu dipenuhi. Apalagi di saat seperti sekarang ini, menjelang Pemilu,
Begitu pentingnya (vitalnya) masalah hutang ini, hingga jihadnya
sebagai hari yang menentukan untuk kondisi bangsa selama lima tahun ke
seorang hamba di jalan Allah (sampai mati sahid) pun tidak bisa
depan. Dan kenyataannya, maju mundurnya kondisi bangsa ini, banyak
menghapusnya. Abdullah bin Amer meriwayatkan sabda Rasulullah saw.,
ditentukan oleh janji-janji yang disebarkan.
“Terbunuh di jalan Allah menghapuskan segala dosa kecuali hutang.” (HR.
Maka Islam mengajarkan moralitas janji, dari dua arah yang sangat
Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, An Nasa’i, At-Tirmidzi, Malik dan Darimi).
dominan. Arah pertama bahwa janji harus selalu digantungkan kepada
Bayangkan, sorang syahid saja tidak lantas langsung masuk surga jika
masyiah Allah, kehendak dan izin-Nya. Allah swt. berfirman :
ia masih memiliki hutang. Selama hutang itu belum dibayar, keadaannya
digantung di akhirat nanti, apakah ia masuk surga atau neraka. Setelah                          
hutangnya dipastikan terbayar, ia baru divonis Allah untuk masuk surga.                        
Jadi, betapa urgensinya (betapa mendesaknya) nilai sebuah hutang ini,                  
               yang brutal. Bahkan janji dalam ikatan sakralnya perkawinan pun, kini
       sudah tak lagi punya makna.
Artinya : Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: Moralitas kedua, janji-janji itu harus ditepati dalam kadar ikhtiar
"Sesungguhnya Aku akan mengerjakan Ini besok pagi, manusiawi yang maksimal. Bila janji-janji ini tidak terpenuhi, maka janji-
Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah"[879]. dan ingatlah janji itu terhutang sampai mati, berarti janji-janji itu berubah menjadi
kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah- sebuah azab yang mengerikan di dalam kubur. Allah berfirman dalam Q.S.
mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih An-Nahl : 91 =
dekat kebenarannya dari pada ini".                
( Q.S. Al-Kahfi : 23-24 )                
[879] menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada nabi Muhammad s.a.w.                
tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, Artinya : “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan
datanglah besok pagi kepadaku agar Aku ceritakan. dan beliau tidak mengucapkan Insya Allah janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah
(artinya jika Allah menghendaki). tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai
untuk menceritakan hal-hal tersebut dan nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah
23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana nabi lupa mengetahui apa yang kamu perbuat.”
menyebut Insya Allah haruslah segera menyebutkannya kemudian.

Kemudian dalam Q.S. : Al-Isra’ : 34 Allah berfirman :


Moralitas janji seperti ini menegaskan kepada kita, bahwa kita tidak           
akan bisa melaksanakan apa saja kecuali atas kehendak dan izin Allah. Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan
Mengucapkan Insya Allah mengajari kita tentang etika tahu diri seorang cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah
manusia yang tidak mengerti akan takdir apa esok hari. Kenyataan ini janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
memberi bobot lebih pada beratnya nilai sebuah janji. Hanya ketika jawabnya.”
kemudian manusia menemukan cara-cara baru untuk berlaku licik, selalu
mencari-cari model baru pengkhianatan, saat itulah janji menjadi segunung Maka seorang muslim menjadi mengerti bahwa janji adalah pertaruhan
sampah. Tidak ada kepercayaan, apalagi kesetiaan. Orang tidak lagi diri. Kesetiaan pada janji adalah kehidupan. Sebab dengan itu interaksi kita
mengenal janji yang mempunyai ruh. Sebab janji telah dikotori di panggung dengan sesama bisa berjalan. Dengan kepercayaan itu pula kesenjangan
politik, janji telah dikotori di jagat kriminal, di belantara birokrasi yang bisa dihindarkan, sebab hak-hak ditunaikan kepada yang berhak memiliki.
buruk, di rumah-rumah yang kumuh moralnya, juga di jalan-jalan hidup Dengan kepercayaan itu pula, etos prestasi, kehendak berkarya dan
dorongan beramal serta keinginan kuat untuk memberi manfaat bagi
kehidupan akan menemukan ledakan-ledakan aktualisasinya
(pelaksanaannya/perwujudannya).

Di dalam lubuk keimanan, janji-janji bagi seorang mukmin adalah


kontrak-kontrak spritual (ikatan batin) dengan Tuhannya. Meski format
(susunan, bentuk, pola) aplikasinya bermacam bentuk. Janji itu adalah
ketakwaan, yang menjadi penghantar bagi petunjuk jalan dan ampunan.
Allah swt. berfirman :

                  


          
          

Artinya : Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, kami
akan memberikan kepadamu Furqaan[607]. dan kami akan
jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni
.(dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar
( Q.S. Al-Anfaal : 29 )
[607] artinya: petunjuk yang dapat membedakan antara yang

Haq dan yang batil, dapat juga diartikan disini sebagai

pertolongan.

‫ﻦﻴﻨﻣﻻﺍﻦﻳﺰﺋﺎﻔﻟﺍﻦﻣﻢﻛﺎﻳﺍﻭ ﷲﺍﺎﻨﻠﻌﺟ‬
‫ﻦﻴﳊﺎﺼﻟﺍﻩﺩﺎﺒﻋﺓﺮﻣﺯﰲﻢﻛﺎﻳﺍﻭﺎﻨﻠﺧﺩﺍﻭ‬
‫ﻦﻴﻤﺣﺍﺮﻟﺍﺮﻴﺧﺖﻧﺍﻭﻢﺣﺭﺍﻭﺮﻔﻏﺍﺏﺭﻞﻗﻭ‬

Anda mungkin juga menyukai