Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN ANAK II

UTS KASUS ANAK AUTIS

Disusun oleh :

Nama : Sirwi Laudya

NIM : 1833005

Kelas : IK5A

Prodi : Ilmu Keperawatan.

Dosen Pembimbing :

Ns. Maria Tarisia Rini, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


Kasus :

Seorang anak laki-laki usia 2tahun 6 bulan dibawa oleh ibunya ke poli tumbuh kembang
dengan keluhan anak belum bisa bicara. Ibu mengatakan anaknya lahir normal dengan nerat
badan 3000 gr dan panjang badan 50 cm. Usia 0-1 tahun tidak ada masalah perkembangan
yang berarti, ibu mulai melihat ada keanehan setelah anak umur 2 tahun. Anak belum bisa
bicara, kalau diajak bicara tidak pernah menatapnya, anak asyik bermain sendiri, tidak pernah
terlihat bermain dengan temannya. Anak sering ngamuk jika keinginannya tidak dipenuhi.
Dari keterangan ibu diketahui keseharian anak hanya di dalam rumah dan nonton tv, orang
tua jarang mengajak anak untuk ngobrol karena sibuk bekerja di kebun. Orang tua merasa
senang karena anaknya tidak rewel dan anteng. Berat badan 8 kg dan tinggi 78 cm. Hasil
pemeriksaan denver II di curigai anak mengalami keterlambatan terutama di area bahasa dan
motorik halus, pemeriksaan CHAT berisiko menderita autis dan pemeriksaan DSM-IV anak
berisiko menderita auits.

Pertanyaan:

1. Buatlah asuhan keperawatan untuk kasus diatas

2. Terapi apa saja yang seharusnya diberikan kepada anak tersebut?

3. Jelaskan konsep atraumatic care yang dapat diterapkan pada anak tersebut!

4. Peran apakah yg dapat dilakukan oleh perawat dalam menyikapi kasus diatas.
Jelaskan!

“Jawaban”

1. Asuhan Keperawatan Anak Autis :

- Pengkajian
a. Identitas klien
Nama: Adek R
Jenis kelamin: Laki-laki
Usia: 2 tahun 6 bulan
Agama: Islam
Pendidikan : belum sekolah.
b. Keluhan utama
Anak belum bisa berbicara/masih bilang terbata-bata.
c. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat kesehatan keluarga.
d. Status perkembangan anak
 Anak belum bisa berbicara
 Anak tidak ada kontak mata saat diajak berbicara
 Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal
 Anak sedikit pemalu.
e. Psikososial
 Menyendiri (asyik bermain sendiri)
 Suka menangis jika barang yang di pegang di ambil contohnya pegang
HP
 Mudah mengamuk
 Kesehariannya hanya bermain mainan dan nonton tv di dalam rumah
saja.
- Analisa data Pasien Anak :

Data-data Etiologi Masalah keperawatan

Ds: orang tua anak Hambatan Gangguan komunikasi


hanya mengatakan lingkungan yang verbal.
anaknya belum bisa kurang stimulus pada
juga berbicara & orang tua.
kalau diajak bicara
tidak pernah
menatapnya dan
orang tua jarang
mengajak anaknya
ngobrol karena sibuk
kerja dan tidak ada
waktu.
Do: tidak ada yang
mengajarkan tentang
pemeriksaan denver .
Ds: orang tua anak Kelainan pada Risiko gangguan
mengatakan anaknya genetik autisme dan perkembangan
belum bisa bicara ketidakadekuatan
diusia 2 tahun 6 bulan pada nutrisi.
Do : keterlambatan
pada di motorik halus
dan bahasa pada
pemeriksaan denver ,
pemeriksaan M-
CHAT dan DSM IV
dan anak berisiko
menderita autis
IMT: 13,1
(underweight)
Ds: orang tua pasien Hambatan pada Gangguan pada
mengatakan bahwa perkembangan belum interaksi sosial.
anaknya itu sering bisa bicara dengan
marah dan lancar.
mengamuk jika
keinginannya tidak
terpenuhi, dan belum
bisa bicara, kurang
interaktif dan resposif
pada orang lain di
lingkungan
sekitarnya seperti
tidak pernah menatap
orang yang ngajak
bicara, asyik bermain
sendiri yang di
lakukannya.
Do: anak tidak
pernah mau terlihat
main dengan teman
umur sebayanya, dan
juga anak hanya
dirumah saja dan
menonton tv juga
bermain HP.Anak
harus dapat di
latihkan kegiatan
sehari-harinya
menggunakan jadwal
yang sudah di
tentukan.

- Diagnosa keperawatan

a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan lingkungan


kurang stimulus orang tua
b. Risiko gangguan perkembangan dibuktikan dengan kelainan genetik autisme
dan ketidakadekuatan nutrisi
c. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan perkembangan
belum bisa bicara .
- Intervensi keperawatan

Masalah Rencana
No Keperawatan Keperawatan
(NIC)
Tujuan/ Out Intervensi
Come
1 Risiko gangguan Setelah dilakukan Promosi perkembangan anak
perkembangan intervensi keperawatan - Identifikasi kebutuhan khusus
diharapkan : anak dan kemampuan adaptasi
- Perkembangan anak
sesuai usia - Fasilitasi hubungan anak dan
meningkat teman sebaya
- Dukung anak berinteraksi dengan
anak lain
- Dukung anak mengekspresikan
perasaannya secara positif
- Berikan mainan sesuai usia anak
- Bernyanyi bersama anak lagu-
lagu yang disukai
- Bacakan cerita/dongeng untuk
anak
- Jelaskan nama-nama benda yang
ada dilingkungan sekitar
- Ajarkan anak cara meminta
bantuan dari anak lain, jika perlu
- Ajarkan sikap kooperatif bukan
kompetitif diantara anak
- Rujuk untuk konseling jika perlu

2 Gangguan interaksi Setelah dilakukan Promosi sosialissi


sosial intervensi keperawatan - Identifikasi kemampuan interaksi
diharapkan : dengan orang lain
- Perasaan mudah - Identifikasi hambatan melakukan
mengkomunikasik interaksi dengan orang lain
an perasaan - Motivasi meningkatkan
meningkat keterlibatan dalam suatu
- Responsif pada hubungan
orang lain - Motivasi berinteraksi diluar
meningkat lingkungan (misal jalan-
- Minat melakukan jalan/ketoko buku)
kontak emosi - Anjurkan berinteraksi dengan
meningkat orang lain secara bertahap
- Minat melakukan - Latih bermain peran untuk
kontak fisik meningkatkan keterampilan
meningkat komunikasi
- Kontak mata
meningkat

3 Gangguan Setelah dilakukan Promosi komunikasi: Defisit bicara


komunikasi verbal intervensi keperawatan - Monitor proses kognitif,
diharapkan : anatomis, dan fisiologis yang
- Kemampuan berkaitan dengan bicara
berbicara (pendengaran dan bahasa)
meningkat - Identifikasi perilaku emosional
- Respon perilaku dan fisik sebagai bentuk
membaik komunikasi
- Pemahaman - Anjurkan bicara perlahan
komunikasi - Ajarkan pasien dan keluarga
membaik proses kognitif, anatomis, dan
fisiologis yang berhubungan
dengan kemampuan bicara
- Rujuk ke ahli patologi bicara dan
terapis, jika perlu

a. Terapi yang dapat dilakukan di rumah


1. Terapi Perilaku
Terapi perilaku sangat disarankan dan diperlukan bagi anak-anak autisme, apaun
metodenya sebaiknya intervensi ini diberikan segera mungkin dan seintensif
mungkin yang dilakukan terpadu dengan terapi-terapi lain. Metode yang banyak
dipakai adalah ABA (Applied Behavior Analisis) dimana keberhasilannya sangat
tergantung dari usia saat terapi itu di lakukan (terbaik sekitar usia 2-5 tahun).
2. Terapi Wicara
Intervensi dalam bentuk terapi wicara ini sangat perlu dilakukan mengingat tidak
semua individu dengan autisme dapat berkomunikasi secara verbal, terutama pada
kasus anak diatas yang belum bisa berbicara diusianya yang sudah 2 tahun 6
bulan. Terapi ini harus diberikan sejak dini dan seintensif mungkin.
3. Intervensi keluarga
Pada dasarnya anak hidup dalam keluarga, perlu bantuan keluarga baik
perlindungan, pengasuhan, pendidikan, maupun dorongan untuk dapat tercapainya
perkembangan yang optimal dari seorang anak, mandiri dan dapat bersosialisasi
dengan lingkungannya. Untuk itu diperlukan keluarga yang dapat berinteraksi satu
sama lain (antar anggota keluarga) dan saling mendukung. Oleh karena itu
pengolahan keluarga dalam kaitannya dengan manajemen terapi pada kasus ini
sangat penting, karena tanpa dukungan keluarga rasanya sulit sekali kita dapat
melaksanakan terapi yang lain pada individu dengan autisme.
b. Konsep Atraumatic Care yang bisa di terapkan pada kasus
1. Mengurangi dampak perpisahan dari keluarga
Dengan selalu melibatkan orang tua dalam merawat anaknya, hal ini untuk
mencegah atau meminimalkan perpisahan antara orang tua dan anak. Orang tua
dapat mendampingi anaknya selama 24 jam dan saat dilakukan terapi atau
tindakan invasif, hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan kontak antara
mereka.
2. Modifikasi lingkungan
Saat anak dilakukan terapi tempatkan anak pada ruangan yang bernuansa anak-
anak hal ini akan mengurangi stress akibat hospitalisasi. Modifikasi ruangan dapat
berupa warna dinding dengan warna yang cerah-cerah dan memberikan hiasan
dinding seperti meletakkan gambar-gambar dunia flora dan fauna.
3. Penggunaan seragam perawat atraumatic
Memakai pakaian atau seragam yang berbeda dari perawat lainnya seperti
menggunakan seragam berwarna pink akan membuat tingkat kecemasan pada
anak lebih kecil dari pada menggunakan seragam berwarna biru ataupun putih.
Hal ini dibenarkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Pakseresht et al., 2019.
Seragam perawat yang berwarna dapat memberikan lingkungan yang ramah bagi
anak dan meningkatkan hubungan antara perawat dengan anak-anak.
c. Peran perawat sebagai pendidik
Peran perawat jiwa adalah memberikan informasi yang jelas dan membantu pasien,
termasuk remaja yang memiliki saudara kandung dengan autisme,dalam
menggunakan koping yang adaptif. Untuk itu, perawat perlu memahami bagaimana
remaja menggunakan strategi dan mekanisme koping dalam beradaptasi terhadap
stresor dan bagaimana mereka berhasil melakukan koping yang adaptif. Pemahaman
ini dapat menjadi acuan bagi perawat untuk memfasilitasi remaja lain yang
mempunyai saudara kandung dengan autisme.

Selain peran sebagai pelaksana asuhan keperawatan perawat juga harus berperan
sebagai pendidik. Memberi pendidikan kepada pasien maupun keluarga dan
lingkungannya yang diharapkan agar dapat mengubah pola pikir yang salah oleh
klien. Pada kasus autisme ini peran perawat ke anak dapat sebagai pemberi asuhan
keperawatan, akan tetapi penting juga bagi perawat untuk memberi pendidikan
kesehatan bagi orang tua anak autis karena mengingat keberhasilan terapi dipengaruhi
oleh peran keluarga dan pada orang tua yang memiliki anak dengan autisme biasanya
kurang menerima dan tingkat kecemasan nya bertambah. Jadi peran perawat sebagai
pendidik disini adalah memberdayakan keluarga yang memiliki anak dengan autisme
dengan cara membantu orang tua untuk memilih strategi koping yang tepat,
mengajarkan komunikasi yang efektif dalam keluarga, melatih keluarga dalam
menggunakan strategi dan kemampuan manajemen konflik.

Daftar Pustaka
Ginanjar (2008). Menjadi orang tua istimewa, Panduan Praktis mendidik Anak Autis.
Jakarta: Dian Rakyat.

Maulana, M. (2010). Anak autis. Yogyakarta: Kata Hati.

Al-Ihsan. (2010) Kurikulum khusus penyandang autis. [dikutip tanggal 6 maret 2015]
Diunduh dari: http://sekolahautismeal-ihsan.com.

Mifzal.Abiyu.(2012) Anak Autis Berprestasi Panduan Tepat Mendidik Anak Autis.


Jakarta:Familia.
Bratha, S. (2014). Hubungan Pola Asuh orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak
Redartasi Mental Ringan di SLB Kota Padang Panjang. Skripsi Fakultas Keperawatan
Padang.

SDKI, DPP & PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi


dan indikator diagnostik. (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI.

Rohman Mansur, Arif. 2019. Aplikasi Atraumatic Care. Padang: Andalas University
Press.

Anda mungkin juga menyukai