Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KIMIA ANALISA

Oleh

NAMA : IKE CHANTIKA


NPM : (19.18.099) FARMASI IA
DOSEN PENGAMPU : Bunga Mari Sembiring,M.KM

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA


FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
T.P 2019/2020
Sifat-sifat unsur dalam sistem periode berdasarkan golongan nya :

1. Golongan IA (logam Alkali)

Semua logam Alkali tergolong logam yang lunak kira-kira sekeras karet penghapus, dapat diiris dengan
pisau dan ringan (massa jenis li, Na, dan K kurang dari 1 g/cm3). Logam Alkali memiliki 1 elektron
valensi yang mudah lepas, sehingga merupakan kelompok logam yang paling reaktif, dapat terbakar di
udara, dan bereaksi hebat dengan air. Dari Litium ke Sesium reaksi dengan air bertambah dahsyat. Litium
bereaksi agak pelan, tetapi natrium bereaksi dengan disertai terbentuknya api dan ledakan, sementara
yang lainnya bereaksi dengan lebih dahsyat lagi. Oleh karena kereaktifannya dengan air dan udara, logam
alkali biasa disimpan dalam kerosin (minyak tanah).

2. Golongan IIA (Logam Alkali Tanah)

Unsur-unsur golongan IIA disebut logam alkali tanah. Logam alkali tanah juga tergolong logam aktif,
tetapi kereaktifannya kurang dibandingkan dengan logam alkali seperiode, dan hanya akan terbakar di
udara bila dipanaskan. Kecuali berilium, logam alkali tanah larut dalam air. Magnesium dan stronsium
digunakan dalam membuat kembang api. Magnesium memberi nyala terang dan menyilaukan, sedangkan
stronsiu memberikan nayla merah terang. Senyawa magnesium, yaitu magnesium hidroksida (Mg(OH)2),
digunakan sebagai antasida dalam obat mag. Batu kapur, pualam, dan mamer adalah senyawa kalsium,
yaitu kalsium karbonat (CaCO3). Salah satu senyawa kalsium lainnya, yaitu kalsium hidroksida
(Ca(OH)2), digunakan sebagai kapur sirih.

3. Golongan III A

A. Boron adalah unsur golongan IIIA dengan nomor atom lima. Warna dari unsur boron adalah hitam.
Boron memiliki sifat diantara logam dan nonlogam (semimetalik). Boron lebih bersifat semikonduktor
daripada sebuah konduktor logam lainnya. Secara kimia boron berbeda dengan unsur- unsur satu
golongannya. Boron juga merupakan unsur metaloid dan banyak ditemukan dalam bijih borax. Ada dua
alotrop boron; boron amorfus adalah serbuk coklat, tetapi boron metalik berwarna hitam. Bentuk
metaliknya keras (9,3 dalam skala Moh) dan konduktor yang buruk dalam suhu kamar. Tidak pernah
ditemukan bebas dalam alam. , tetapi timbul sebagai asam othorboric dan biasanya ditemukan dalam
sumber mata air gunung berapi dan sebagai borates di dalam boron dan colemantie. Ulexite, mineral
boron yang lain dianggap sebagai serat optik alami. Ciri-ciri optik unsur ini termasuklah penghantaran
cahaya inframerah. Pada suhu piawai boron adalah pengalir elektrik yang kurang baik, tetapi merupakan
pengalir yang baik pada suhu yang tinggi. Boron merupakan unsur yang kurang elektron dan mempunyai
p-orbital yang kosong. Ia bersifat elektrofilik. Sebagian boron sering berkelakuan seperti asam Lewis
yaitu siap untuk terikat dengan bahan kaya elektron untuk memenuhi kecenderungan boron untuk
mendapatkan elektron.

B. Aluminium murni adalah logam berwarna putih keperakan dengan banyak karakteristik
yang diinginkan. Aluminium ringan, tidak beracun (sebagai logam), nonmagnetik dan tidak memercik.
Aluminium sangat lunak dan kurang keras. Aluminium adalah logam aktif seperti yang ditunjukkan pada
harga potensial reduksinya dan tidak ditemukan dalam bentuk unsur di alam. Aluminium adalah unsur
ketiga terbanyak dalam kulit bumi, tetapi tidak ditemukan dalam bentuk unsur bebas. Walaupun senyawa
aluminium ditemukan paling banyak di alam, selama bertahun-tahun tidak ditemukan cara yang ekonomis
untuk memperoleh logam aluminium dari senyawanya.

C. Galium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Ga dan nomor atom
31. sebuah logam miskin yang jarang dan lembut, galium merupakan benda padat yang mudah rapuh pada
suhu rendah namun mencair lebih lambat di atas suhu kamar dan akan melebur ditangan. Terbentuk
dalam jumlah sedikit di dalam bauksit dan bijih seng. Penerapan pentingnya ialah dalam senyawa galium
arsenida, digunakan sebagai semikonduktor, terutama dalam dioda pemancar cahaya. Sifat-sifat kimia
unsur Galium biasanya adalah hasil dari proses pembuatan aluminium. Pemurnian bauksit melalui proses
Bayer menghasilkan konsentrasi ghalium pada larutan alkali dari sebuah aluminium. Elektrolisis
menggunakan sebuah elektroda merkuri yang memberikan konsentrasi lebih lanjut dan elektrolisis lebih
lanjut menggunakan katoda baja tahan karat dari hasil natrium gallat menghasilkan logam galium cair.
Galium murni membutuhkan sejumlah proses akhir lebih lanjut dengan zona penyaringan untuk membuat
logam galium murni.

D. Indium adalah sebuah unsur post transisi metal yang meiliki bilangan oksidasi +3, sama seperti
galium. Indium tidak bereaksi dengan air, namun ia beroksidasi dengan kuat terhadap unsur halogen
membentuk senyawa indium(III). Indium biasanya tidak dibuat di dalam laboratorium. Indium adalah
hasil dari pembentukan timbal dan seng. Logam indium dihasilkan melalui proses elektrolisis garam
indium di dalam air. Indium sering diasosiasikan dengan seng dan dari bahan inilah indium diproduksi
secara komersil. Indium juga ditemukan di bijih besi, timbal dan tembaga.

E. Talium adalah salah satu unsur golongan III A dengan simbol Tl dan mempunyai nomor atom 81.
Talium adalah logam yang lembut dan berwarna kelabu dan lunak dan dapat dipotong dengan sebuah
pisau. halium kelihatannya seperti logam yang berkilauan tetapi ketika bersentuhan dengan udara, thalium
dengan cepat memudar menjadi warna kelabu kebiru-biruan yang menyerupai timbal. Jika thalium berada
di udara dalam jangka waktu yang lama maka akan terbentuk lapisan oksida pada thalium. Jika thalium
berada di air maka akan terbentuk thalium hidroksida. Logam ini sangat lunak dan mudah dibentuk. Ia
dapat dipotong dengan pisau. Logam thalium diperoleh sebagai produk pada produksi asam belerang
dengan pembakaran pyrite dan juga pada peleburan timbal dan bijih besi.

4. Golongan VIIA (Halogen)

Unsur-unsur golongan VIIA merupakan kelompok unsur nonlogam yang sangat reaktif. Hal itu berkaitan
dengan elektron valensinya yang berjumlah 7, sehingga hanya memerlukan tambahan 1 elektron untuk
mencapai konfigurasi stabil seperti gas mulia. Semua unsur halogen bereaksi dengan tipe yang sama,
walaupun kereaktifannya berbeda. Halogen dengan logam membentuk senyawa yang kita sebut garam,
seperti NaF, NaCl, NaBr dan NaI. Oleh karena itu pula, unsur golongan VIA disebut halogen artinya
pembentuk garam. Kereaktifan unsur halogen berkurang dari F ke I. Semua unsur halogen (golongan
VIIA) berupa molekul diatomik (F2, Cl2, Br2, I2), berwarna dan bersifat racun. Fluorin berwarna kuning
muda, klorin berwarna hijau muda, bromin berwarana merah, dan uap iodin berwarna ungu (iodin padat
berwarna hitam). Halogen atau senyawanya banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Golongan VIIIA (Gas Mulia)

Unsur-unsur golongan VIIIA, yaitu helium, Neon, Argon, Kripton, Xenon, dan Radon, disebut gas mulia
karena semuanya berupa gas yang sangat stabil, sangat sukar bereaksi dengan unsur lain. Tidak
ditemukan satu pun senyawa alami dari unsur-unsur tersebut. Unsur gas mulia terdapat di alam sebagai
gas monoatomic (atom-atomnya berdiri sendiri). Menurut para ahli, hal itu disebabkan kulit terluarnya
yang sudah terisi penuh. Kuli terluar yang terisi penuh menjadikan unsur tidak reaktif. Namun demikian,
Kripton, Xenon dan Radon ternyata dapat ‘dipaksa’ bereaksi dengan beberapa unsur, sedangkan Helium,
Neon, Argon, Kripton,Xenon dan Radon sehingga sekarang belum berhasil direaksikan.

Gas mulia memiliki titik leleh dan titik didih yang sangat rendah; titik didihnya hanya beberapa derajat di
atas titik lelehnya. Titik leleh dan titik didih gas mulia meningkat dari atas ke bawah. Titik leleh dan titik
didih helium mendekati 0K (titik leleh -273,2oC, titik didih -268,9oC).
6. Golongan B (Unsur Transisi)

Unsur-unsur transisi adalah unsur-unsur yang terdapat di bagian tengah sistem periodik unsur, yaitu
usnur-unsur golongan tambahan (golongan B). Sebagaimana telah dijelaskan, unsur-unsur peralihan
merupakan unsur-unsur yang harus dialihkan setelah golongan IIA sehingga diperoleh unsur yang
menunjukan kemiripan sifat dengan golonga IIIA

Unsur transisi dalam

• unsur transisi dalam adalah unsur yang letaknya ada pada dua baris pada bagian bawah. unsur ini
tergolong dari 2 jenis, yaitu :
• Lantanida, unsur yang memiliki nomor atom 57 - 70 (terdiri dari 14 unsur). Ke-14 unsur ini
mempunyai sifat yang mirip dengan lantanium (La), sehingga dinamai dengan lantanoid atau
lantanida
• Aktinida, unsur yang memiliki nomor atom 89 - 102 (terdiri dari 14 unsur). Ke-14 unsur ini sangat
mirip dengan aktinium, sehingga dinamai dengan aktinoida atau aktinida

golongan dikelompokkan berdasarkan Kesamaan sifatnya.


o Golongan IA : Hidrogen (H), Litium (Li), Natrium (Na), Rubidium (Rb), Ssium (Cs), dan
Fransium (Fr).
o Golongan IIA : Berillium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Stronsium (Sr), Barium
(Ba), dan Radium (Ra).
o Golongan IIIA : Boron (B), Aluminium (Al), Galium (Ga), Indium (In), dan Talium (Ti).
o Golongan IVA : Karbon (C, Silikon (Si), Germanium (Ge), Timah (Sn), dan Timbal (Pb).
o Golongan VA : Nitrogen (N), Fosfor (P), Arsen (As), Antimon (Sb), dan Bismut (Bi).
o Golongan VIA : Oksigen (O), Belerang (S), Selenium (Se), Talurium (Te), dan Polonium
(Pe).
o Golongan VIIA : Fluor (F), Klorin (Cl), Bromin (Br), Yodium (I), dan Astatin (At).
o Golongan VIIIA : Helium (He), Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe), dan
Radon (Rn).
o

IDENTIFIKASI KATION
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia
dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling
efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode
analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan
pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion atau kation suatu
larutan. Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam
klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan
atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan
atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan dalam anion tidak sesistematik kation. Namun
skema yang digunakan bukanlah skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu
golongan (Keenan, 1999).
Analaisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistematik dalam
golongan dan selanjutnya diikuti pemisahan masing-masing golongan ke dalam sub golongan
dan komponen-komponennya. Pemisahan dalam golongan didasarkan perbedaan sifat kimianya
dengan cara menambahkan pereaksi yang akan mengendapkan ion tertentu dan memisahkan dari
ion-ion lainnya. Sebagai suatu gambaran, penambahan HCl dalam larutan yang mengandung
semua ion hanya akan mengendapkan klorida dari ion-ion timbal (Pb2+), perak (Ag+) dan raksa
(Hg2+). Setelah ion-ion golongan ini diendapkan dan dipisahkan, ion-ion lain yang ada dalam
larutan tersebut dapat diendapkan dan penambahan H2S dalam suasana asam. Setelah endapan
dipisahkan perlakuan selanjutnya dengan pereaksi tertentu memungkinkan terpisahnya golongan
lain. Jadi dalam analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan,
berdasarkan sifat-sifat kation terhadap beberapa pereaksi antara lain adalah asam klorida,
hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat. Umumnya klasifikasi kation
didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation-kation tersebut.
Skema di bawah ini memperlihatkan pemisahan kation-kation dalam golongan I sampai dengan
V berdasarkan sifat kimianya. Setelah pemisahan dilakukan uji spesifik untuk masing-masing
kation (Vogel, 1985).
Di dalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya:
1. Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion
golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. Dalam suasana asam, klorida dan kation dari golongan lain
larut. Penggunaan asam klorida berlebih untuk pengendapkan kation golongan I memiliki dua
keuntungan yaitu memperoleh endapan klorida semaksimal mungkin dan menghindari
terbenuknya endapan BIOCI dan SbOCI. Kelebihan asam klorida yang terlalu banyak dapat
menyebabkan AgCl dan PbCl 2 larut kembali dalam bentuk kompleks sedangkan klorida raksa
(I), Hg, Cl2 , tetap stabil.

Kation golongan I : Timbal (II), Merekurium (I), dan Perak (I)


Pereaksi golongan : Asam klorida encer(2M)
Reaksi golongan : Endapan putih timbal klorida (PbCl2), Merkurium(I) klorida (Hg2Cl2), dan
perak klorida (AgCl)
Kation golongan I membentuk klorida-klorida yang tak larut, namun timbal klorida
sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah mengendap dengan sempurna bila
ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan ion timbal yang tersisa itu diendapkan
secara kuantitatif dengan H2S dalam suasana asam bersama-sama kation golongan II Nitrat dari
kation-kation golongan I sangat mudah larut diantara sulfat-sulfat, timbal praktis tidak larut,
sedang perak sulfat jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat terletak diantara kedua zat
di atas.
Kation-kation golongan I diendapkan sebagai garam klorida. Pemisahan kation golongan I
tersebut dari campuran sebagai garam klorida didasarkan fakta bahwa garam klorida dari
golongan I tidak larut dalam suasana asam (pH 0,5-1). Kation-kation dalam golongan I yang
terdiri atas Ag+, Hg+, dan Pb2+. Garam klorida dari kation golongan I adalah: Hg2Cl2, AgCl, dan
PbCl2. Pemisahan masing-masing kation tersebut dilakukan berdasarkan cara sebagai berikut:
1. PbCl2 dipisahkan dari Hg2Cl2 dan AgCl berdasarkan perbedaan kelarutan kation. PbCl2
larut dalam air panas, sedangkan Hg2Cl2 dan AgCl tidak dapat larut dalam air panas.
2. Hg2Cl2 dan AgCl dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan antara kompleks
Hg(NH2)Cl dan [Ag(NH3)2] yang dibentuk dengan penambahan amonia terhadap Hg2Cl2
dan AgCl setelah PbCl2 terpisah. Kompleks Hg(NH2)Cl berbentuk endapan hitam yang
bercampur dengan Hg+, sedangkan [Ag(NH3)2] tidak berbentuk endapan.

Identifikasi terhadap ketiga kation tersebut setelah terpisah adalah sebagai berikut:
a. Pb2+ dapat direaksikan dengan K2CrO4 yang akan membentuk PbCrO4 (endapan kuning).
Pb2+ + CrO4- PbCrO4 (endapan kuning)
b. Ag+ dapat diidentifikasi dengan mereaksikannya terhadap KI, sehingga terbentuk AgI
(endapan kuning muda). Atau mengasamkan filtrat yang diperoleh dari pemisahan dengan
asam nitrat encer, sehingga kiompleks [Ag(NH3)2] terurai kembali dan dihasilkan endapan
putih AgCl.
[Ag(NH3)2] + KI ! AgI(endapan kuning muda) + 2 NH3
c. Hg (I) dapat diidentifikasi dari warna endapan yang terjadi pada pemisahannya dengan Ag+,
adanya Hg22+ ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam.
Hg2Cl2 + 2 NH3 ! [Hg(NH2)Cl + Hg] (endapan hitam) + NH4+ + Cl-

Kation golongan II ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, cd, As,
Sb, Sn. Kation golongan II dibagi dalam dua sub-golongan yaitu sub golongan tembaga dan sub
golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam ammonium
polisulfida. Sementara sulfida dari sub golongan tembaga tidak larut dalam regensia ini, sulfida
dari sub grup arsenik melarut dengan membentuk garam tio. Golongtan II sering disebut juga
sebagai asam hidrogen sulfida atau glongan tembaga timah. Klorida, nitrat, dan sulfat sangat
mudah larut dalam air. Sedangkan sulfida, hidroksida dan karbonatnya tak larut.
Kation golongan II : Merkuri (II), timbal (II), bismuth (III), tembaga (II), kadmium (II), arsen
(III) dan (V), stibium (III), dan timah (II)
Reagensia golongan : hydrogen sulfida (gas atau larutan-air jenuh)
Reaksi golongan : endapan-endapan dengan berbagai warna HgS (hitam), PbS (hitam),
Bi2S3(coklat), AS2S3 (kuning), Sb2S3 (jingga), SnS2 (coklat) dan SnS2 (kuning).
Kation golongan II dibagi menjadi dua sub-golongan, yaitu sub-golongan tembaga dan
sub-golongan arsenik. Dasar dari pembagian subgolongan ini adalah kelarutan endapan sulfida
dalam amonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub-golongan tembaga tak larut dalam
reagensia ini., sulfida dari sub-golongan arsenik melarut dalam membentuk garam tio.
Sub-golongan tembaga terdiri dari merkurium(II), timbel(II), bismuth(II), tembaga(II), dan
kadmium(II). Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub-golongan tembaga, sangat mudah
larut dalam air. Sulfida, hidroksida, dan karbonat-nya tak larut.
Sub-golongan arsenik terdiri dari ion arsenik(III), arsenik(V), stibium(II), Stibium(V),
timah(II), dan timah(V). Ion-ion ini mempunyai sifat amfoter. Oksidanya membentuk garam baik
dalam asam maupun dengan basa.
Identifikasi Kation Golongan II
1. Identifikasi Hg2+
A. Larutan amonia, menghasilkan endapan putih yang berupa merkurium(II) oksida dan
merkurium(II) nitrat
2Hg2+ + NO3- + 4NH3 + H2O ! HgO.Hg(NH2)NO3 + NH3
B. Natrium hidroksida bila ditambahkan dalam jumlah sedikit menghasilkan endapan
berwarna merah kecoklatan. Bila dalam jumlah yang stoikiometris,endapan berubah
menjadi kuning ketika terbentuk merkurium(II) oksida
Hg2+ + 2OH- ! HgO + H2O
Endapan tak larut dalam natrium hidrosikda berlebihan. Asam dapat melarutkan endapan.
C. Kalium iodida menghasilkan endapan berwarna merah berupa merkurium(II) iodida
Hg2+ + 2I- ! HgI2
2. Identifikasi Bi3+
A. Larutan amonia, menghasilkan endapan berwarna putih berupa garam basa
Bi3+ + NO3- + 2NH3 + 2H2O ! Bi(OH)2NO3 + 2NH4+
Endapan larut dalam reagensia berlebih.
B. Natrium hidroksida, menghasilkan endapan putih berupa bismut(II) hidroksida
Bi3+ + 3OH- ! Bi(OH)3
Endapan hanya sedikit sekali yang larut dalam reagensia berlebihan dengan larutan dingin.
C. Kalium iodida, bila ditambahkan setetes demi tetes menghasilkan endapan berwarna hitam
berupa bismuth(II) iodida
Bi3+ + 3I- ! BiI3
Endapan mudah larut dalam reagensia berlebihan yang akan membentuk ion
tetraiodobismutat yang berwarna jingga
BiI3 + I- ! [BiI4]-
3. Identifikasi As2+
A. Larutan perak nitrat menghasilkan endapan berwarna merah kecoklatan berupa perak
arsenat (Ag3AsO4)
AsO43- +3Ag+ ! Ag3AsO4
B. Larutan kalium iodida, jika ada asam klorida pekat, iod akan diendapkan, dengan
mengocok campuran dengan 1-2 ml kloroform atau karbon tetraklorida. Zat yang terakhir
ini akan diwarnai ungu oleh iod.
AsO43- + 2H+ + 2I- ! AsO33- + I2 + H2O
4. Identifikasi Cu2+
A. Larutan amonia, bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit menghasilkan
endapan berwarna biru berupa tembaga sulfat basa
2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O ! Cu(OH)2.CuSO4 + 2NH4+
Endapan larut dalam reagensia berlebihan dimana terbentuknya ion kompleks
tetraaminokuprat(II) yang berwarna biru tua
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 ! 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OH-
B. Natrium hidroksida dalam larutan dingin menghasilkan endapan berwarna biru berupa
tembaga(II) hidroksida
Cu2+ + 2OH- ! Cu(OH)2
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan. Bila dipanaskan, endapan berubah menjadi
tembaga(II) oksida berwarna hitam
Cu(OH)2 ! CuO + H2O
C. Kalium iodida mengendapkan tembaga(I) iodida berwarna putih. Tetapi larutannya
berwarna coklat tua karena terbentuknya ion-ion tri-iodida (iod)
2Cu2+ + 5I- ! 2CuI + I3-
5. Identifikasi ion stano (larutan uji SnCl2 0,25 M)
A. Ditambahkan larutan kalium hidroksida ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan
putih stanno hidroksida yang larut dengan pereaksi berlebih.
B. Ditambahkan larutan amonia atau alkali karbonat ke dalam larutan uji, maka akan
terbentuk endapan putih dari stanno hidroksida yang tidak larut dengan penambahan
pereaksi berlebih.
C. Setelah larutan uji SnCl2 yang keruh ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan putih
Sn(OH)2. Setelah ditambahkan NaOH berlebih endapan putih tersebut larut. Endapan putih
Sn(OH)2.
D. setelah larutan uji ditambahkan Na2CO3, terbentuk endapan putih dari Sn(OH)2. Setelah
ditambahkan Na2CO3 berlebih, endapan putih tersebut tidak larut. Endapan putih Sn(OH)2
(Wayan 2010).

Kation golongan III ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen
sulfida dalam suasana asam mineral encer (buffer ammonium-amonium klorida). Namun kation
ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral / amoniakal. Kation
golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn,Zn. Logam-logam diendapkan sebagai sulfida, kecuali
aluminium dan kromium, yang diendapkan sebagai hidroksida, karena hidrolisis yang sempurna
dari sulfida dalam larutan air.besi, almunium, dan mangan (sering disertai sedikit mangan) atau
golongan IIIA juga diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan amonia dengan adanya amonium
klorida. Endapan hidroksida pada golongan ini bermacam-macam. Kation golongan IIIB
diendapkan sebagai garam sulfidnya dengan mengalirkan gas H2S dalam larutan analit yang
suasananya basa (dengan larutan buffer NH4Cl dan NH4OH).
Kation golongan III (Al3+, Cr3+, Fe2+, Mn2+) membentuk sulfida yang lebih larut dibandingkan
kationgolongan 2. Karena itu untuk mengendapkan kation golongan 3 sebagaigaram sulfida
konsentrasi ion H+ dikurangi menjadi sekitar 10-9 M atau pH 9.Hal ini dapat dilakukan dengan
penambahan amonium hidroksida danamonium klorida.Kemudian dijenuhkan dengan H2S.
Dalam kondisi ini kesetimbangan:
H2S → 2H+ + S2-
akan bergeser ke kanan. Dengan demikian konsentrasi S2-akan meningkan dan cukup untuk
mengendapkan kation golongan III. H2S dapat juga diganti dengan (NH4)2S.
Penambahan amonium hidroksida dan amonium klorida juga dapat mencegah
kemungkinan mengendapnya Mg menjadi Mg(OH)2. Penambahan kedua pereaksi ini
menyebabkan mengendapnya kation Al3+, Cr3+ dan Fe2+, sebagai hidroksidanya, Fe(OH)3(coklat),
Al(OH)3(putih) dan Cr(OH)3 (putih). Ion sulfida dapat bereaksi dengan Mn2+ dan Fe2+ akan
bereaksi langsung membentuk endapan sulfida FeS (hitam) dan MnS(coklat).
1. Pemisahan Sub golongan Aluminium dan Nikel
Hidroksida aluminium dan kromium bersifat amfoter sehingga larut dengan
NaOH.Sebaliknya hidroksida besi dan mangan bersifat amfoter sehingga kation tersebut tidak
larut dengan NaOH.Hal ini yang mendasari pemisahan kedua subgolongan dalam kation
golongan III. Aqua regia juga akan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.
Jika NaOH ditambahkan maka hidroksida ke empat kation tersebut akan terbentuk, tetapi
aluminium dan kromium yang bersifat amfoter akan larut membentuk kompleks Al(OH)4-,
Cr(OH) 4- , Zn(OH) 4- , sedangkan kation yang lain tidak larut. Mn(OH)2 akan teroksidasi oleh
udara menjadi MnO2 yang berwarna hitam. Penambahan hidrogen peroksida mempercepat
oksidasi kedua zat tersebut, juga mengoksidasi Cr(OH)4- menjadi CrO42-.
Hidroksida besi cepat larut dalam asam sulfat menjadi Fe2+, tetapi MnO2 lambat larut. Hidrogen
peroksida ditambahkan untuk mempercepat kelarutan endapan ini dengan caramereduksinya
menjadi MnO. Reaksi yang berlangsung:
2. Identifikasi besi
Identifikasi besi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
a. Kaliumheksasianoferat(II), K4Fe(CN)6
Membentuk endapan biru Prussian
4Fe3+ + 3Fe(CN)64- → Fe4[Fe(CN)6]3
b. Kalium tiosianat, KSCN
Larutan berwarna merah
Fe3+ + SCN- → Fe(SCN) 63-
3. Identifikasi Mn
Mangan dapat diidentifikasi dengan mengoksidasi Mn2+ menjadi MnO4-yang berwarna
ungu dengan natrium bismutat (NaBiO3) dalam asam nitrat.
2Mn2+ + 5HBiO3 + 9H+→ 2MnO4- + 5Bi3+ + 7H2O
4. Pemisahan dan Identifikasi Sub golongan Al
Pada filtrat hasil pemisahan dengan sub golongan besi, penambahan asam nitrat akan
memberikan reaksi berikut:
Al(OH)4- + 4H+ _ Al3+ + 4 H2O
2CrO42- + 2H+ _ Cr2O72- + H2O
Jika terdapat kromat warna larutan berubah menjadi jingga dengan terbentuknya dikromat.
Penambahan amonium hidroksida lebih lanjut akan membentuk endapan putih yang
menunjukkan adanya Al. Sedangkan Cr2O72-akan menjadi CrO42-.Identifikasi Cr dapat dilakukan
dengan BaCl2 memberikan endapan kuning barium kromat.
CrO42- + Ba2+→ BaCrO4

Kation golongan IV ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk endapan
dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau
sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.
Kation-kation golongan keempat, tidak bereaksi dengan asam klorida, hidrogen sulfida
ataupun amonium sulfida; tetapi amonium karbonat (jika ada amonia atau ion amonium dalam
jumlah yang sedang) membentuk endapan-endapan putih. Uji ini harus dijalankan dalam larutan
netral atau basa. Jika tak ada amonia atau ion amonium, magnesium juga akan mengendap.
Endapan-endapan putih yang terbentuk dengan reagensia golongan adalah barium karbonat
BaCO3, strontium karbonat SrCO3, dan kalsium karbonat CaCO3.
Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang stabil dalam udara kering.
Barium bereaksi dengan air dalam udara yang lembab, membentuk oksida atau hidroksida.
Barium melebur pada 710oC. Logam ini bereaksi dengan air pada suhu ruang, membentuk
barium hidroksida dan hydrogen.
Ba + H2O → Ba2+ + H2↑ + 2OH-
Asam encer melarutkan barium dengan mudah dengan mengeluarkan hidrogen.
Ba + 2H+ → Ba2+ + H2↑
Barium adalah bivalen dalam garam-garamnya, membentuk kation barium (II), Ba2+.
Klorida dan nitratnya larut, tetapi dengan menambahkan asam klorida pekat atau asam nitrat
pekat kepada larutan barium, barium klorida atau nitrat mungkin mengedap sebagai akibat
hukum kegiatan massa.
Strontium adalah logam putih-perak, yang dapat ditempa dan liat. Strontium melebur pada
771oC. Sifat-sifatnya serupa dengan sifat-sifat barium.
Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak. Ia melebur pada 845oC. Ia terserang
oleh oksigen atmosfer dan udara lembab; pada reaksi ini terbentuk kalsium oksida dan/atau
kalsium hidroksida. Kalsium menguraikan air dengan membentuk kalsium hidroksida dan
hidrogen.
Kalsium membentuk kation kalsium (II), Ca2+, dalam larutan-larutan air. Garam-garamnya
biasanya berupa bubuk putih dan membentuk larutan yang tidak berwarna, kecuali bila anionnya
berwarna. Kalsium klorida dan kalsium nitrat larut dengan mudah dalam etanol atau dalam
campuran 1:1 dari etanol bebas air dan dietil eter.
Kation-kation golongan V yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini meliputi :
Mg, K, NH4+. Untuk menentukan adanya kation NH4+ harus diambil dari larutan analit mula-
mula. Untuk kotion-kation Ca2+, Ba2+, Sr2+, Na+, dan K+. Identifikasi dapat dilakukan dengan uji
nyala (Harjadi, 1990).

Reagensia Golongan, tak ada reagensia umum untuk kation – kation golongan ini. Reaksi golongan:
kation-kation golongan kelima tidak bereaksi dengan asam klorida, hydrogensulfide atau garam-garam amonium
dengan ammonium karbonat. Reaksi ion ammonium sangat serupa dengan reaksi-reaksi ion kalium, karena jari-
jair iondari kedua ion ini hampir identik.
A. Magnesium, Mg ( Ar : 24,305).
Magnesium adalah logam putih, dapat ditempa dan diliat. Ia melebur pada 650 o C. logam ini mudah
terbakar dalam udara atau oksigen dengan mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang, membentuk oksida MgO
dan beberapa nitride Mg3N2. Logam ini perlahan-lahanterurai oleh air pada suhu biasa, tetapi pada titik didih air
reaksi berlangsung secara cepat .
Magnesium hidroksida, jika tak ada garam ammonium, praktis tak larut. Magnesium larut dengan mudah
dalam asam. Magnesium membentuk kation bivalen Mg2+. oksida, hidroksida, karbonat, dan fosfatnya tak larut :
garam-garam lainnya larut. Rasanya pahit, beberapa dari garam-garam ini adalah higroskopis
B. Natrium, Na (Ar: 22,99)
Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5. Natrium teroksidasi dengan cepat
dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini
bereaksi keras dengan air, membentuk natrium hidroksida dan hydrogen.
Dalam garam-garamnya, natrium berada sebagai kation monovalen Na+. Garam-garam ii membentuk
larutan tak berwarna kecuali jika anionnya berwarna; hampir semua garam natrium larut dalam air.
C. Kalium, K (Ar=39,098)
Kalium adalah logam putih-perak yang lunak. Logam ini melebur pada 63,5o C. Ia tetap tak berubah
dalam udara kering, tetapi dengan cepat teroksidasi dalam udara lembab, menjaditertutup dengan suatu lapisan
biru. Logan itu menguraikan air dengan dahsyat, sambil melepaskan hydrogen dan terbakar dengan nyala
lembayung. Kalium biasanya disimpan dalam pelarut nafta. Garam-garam kalium mengandung kation
monovalen K+, garam-garam ini biasanya larutdan membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali bila anionnya
berwarna.
D. Ion Amonium, NH4+ (Mr: 18,038).
Ion-ion ammonium diturunkan dari ammonia, NH3, dan hydrogen H+. Ciri-ciri khas ion ini adalah serupa
dengan cirri-ciri khas ion logam-logam alkali. Dengan elektrolisis memakai katode dari merkurium dapat dibuat
ammonium amalgam, yang mempunyai sifat-sifat serupa dengan amalgam dari natrium atau kalium.
Garam-garam ammonium umumnya adalah senyawa-senyawa yang larut dalamair, dengan membentuk
larutan yang tak berwarna (kecuali bila anionnya berwarna). Dengan pemanasan, semua garam ammonium terurai
menjadi ammonia dan asam yang sesuai. Kecuali jika asamnya tak mudah menguap, garam ammonium dapat
dihilangkan secara kuantitatif dari campuran kering dengan memanaskan. Reaksi-reaksi ion ammonium
umumnya serupa dengan reaksi-reaksi kalium,karena ukuran kedua ion itu hamper identik.

Kation adalah atom atau unsur yang melepaskan elektron kulit terluar agar konfigurasi elektron mencapai
keadaan oktet atau stabil sehingga jation dikatakan sebagai ion bermuatan positif. Sedeangkan
Anion adalah atom atau unsur yang menangkap elektron agar konfigurasi elektron mencapai keadaan oktet
atau stabil. Sehingga anion dikatakan sebagai ion bermuatan negatif.

Anda mungkin juga menyukai