Anda di halaman 1dari 19

PETUNJUK PRAKTIKUM PARASITOLOGI

PROTOZOA USUS DAN PEMERIKSAAN FESES

I. Tujuan Umum : Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan morfologi


berbagai stadium protozoa usus pada manusia.

II. Tujuan Khusus : Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan :


1. Stadium trofozoit dan kista Entamoeba histolytica
2. Stadium trofozoit dan kista Entamoeba coli
3. Stadium trofozoit dan kista Balantidium coli
4. Stadium trofozoit dan kista Giardia lamblia
5. Cryptosporidium sp.
6. Cyclospora sp.
7. Isospora sp.

III. Pendahuluan
1. Entamoeba histolytica
Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus yang hidup parasit di dalam
jaringan usus dan bersifat patogen. Entamoeba histolytica mempunyai 2
stadium/bentuk, yaitu trofozoit yang biasanya ditemukan pada tinja encer dan kista
yang dapat ditemukan pada tinja padat.
Ciri Morfologi Trofozoit :
a. Ukurannya bervariasi antara 12 – 60m, pada feses cair dan baru dapat
ditemukan trofozoit yang besar.
b. Ektoplasma jernih, tebal, kadang-kadang bisa tampak pseudopodi yang
berbentuk seperti jari.
c. Endoplasma glanulair, didalamnya terdapat vakuola makanan yang sering kali
berisi eritrosit.
d. Nukleus berbentuk sferis, diameternya antara 1/5 – 1/6 dari diameter amoeba
seluruhnya, berisi kariosoma kecil yang terletak central dan dihubungkan
dengan membrana nukleus oleh fibril akromatik halus tersusun radier, dinding
sebelah dalam dari nukleus terdapat penimbunan granula kromatin yang reguler
halus.
Ciri Morfologi Kista :
a. Bentuknya biasanya sferis, subsferis atau ovoid, dindingnya tipis.
b. Diameter bervariasi antara 10 – 20m
c. Kista masak memiliki 4 nukleus yang dengan pengecatan iod kariosomanya
terlihat sebagai bintik kuning muda berkilauan dikelilingi neukoplasma coklat
kekuningan agak gelap.
d. Kista muda di dalam sitoplasmanya terdapat benda-benda kromatoid berupa
batang –batang seperti sosis dengan ujung membulat, refraktif, tercat galau, tapi
pada kistanya yang masak benda-benda kromatoid menjadi kabur atau bahkan
tidak tampak sama sekali; juga vakuola glikogen dapat terlihat pada kista muda,
sedangkan pada kista masak jarang ditemukan.

Kista Entamoeba histolytica/Entamoeba dispar


(Kouassi et.al, 2015)

2. Entamoeba coli
Entamoeba coli hidup komensal dengan protozoa usus lainnya di dalam
rongga usus besar/kolon. Bentuk dan ukuran trofozoit mirip dengan trofozoit
Entamoeba histolytica. Oleh karena itu meskipun tidak bersifat patogen, perlu
dipelajari morfologinya untuk membedakannya dari Entamoeba histolytica.
Ciri Morfologi Trofozoit :
a. Ukuran bervariasi antara 15-50m
b. Sitoplasma granulair, ektoplasmanya sukar dibedakan dari endoplasma
dengan pengecatan iron – hematoksilin ektoplasma relatif non reguler
dibanding endoplasma yang lebih granular, pseudopodi pendek dan lebar.
c. Nukleus berbentuk sferis, membran nuklei relatif tebal dengan granula
kromatin yang kasar ireguler dengan kariomasa yang cukup besar dan terletak
eksentrik.
d. Vakuola makanan berisi bakteri, tidak mengandung sel darah.
Ciri Morfologi Kista :
a. Berbentuk sferis atau subsferis, berdinding tipis, diameternya bervariasi antara
10 – 35 nm.
b. Pada kista yang belum masak terdapat benda-benda kromatoid berujung
runcing, massa irreguler dan massa glikogen yang agak padat dengan tepi yang
kabur; tapi pada masa kista yang masak massa glikogen dan benda-benda
kromatoid ini menjadi kurang padat atau hilang sama sekali.
c. Kista yang masak mempunyai 8 nukleus kadang 16 atau lebih.
Kista Entamoeba coli
(Kouassi et.al, 2015)

3. Balantidium coli
Balantidium coli merupakan satu-satunya cilliata patogen dan merupakan
protozoa yang paling besar ukurannya. Balantidiun coli juga mempunyai 2 stadium
/ bentuk, yaitu trofozoit dan kista.
Ciri Morfologi Trofozoit :
a. Bentuk ovoid besar seperti kantong (balantidium = kantong kecil), yang
panjangnya antara 50-100m, dan lebarnya antara 40-70m.
a. Badan tertutup silia yang berjalan longitudinal dan tersusun dalam bentuk
spiral.
b. Ujung anterior agak meruncing, terdapat sitoplasma yang mempunyai silia
panjang dan periostom sempit berupa lekukan yang dalam berbentuk segitiga
atau conus.
c. Pada ujung posterior yang membulat lebar terdapat lubang ekskresi yang tidak
jelas, disebut dengan sitopige.
d. Sitoplasma berisi sejumlah vakuola makanan dan satu atau lebih vakuola
kontraktif.
e. Mempunyai 2 nukleus, yaitu: makronukleus yang ukurannya lebar, berbentuk
seperti ginjal yang langsing dan padat dengan granula kromatin; dan
mikronukleus yang ukurannya lebih kecil, terletak pada bagian concav dari
makronukleus, berbentuk bulat dan terwarnai dengan jelas.
Ciri Morfologi Kista :
a. Bentuk bulat sub-sferis atau lonjong.
b. Memiliki dinding kista 2 lapis.
c. Ukuran rata-rata berkisar antara 45–56m
d. Bila tanpa pewarnaan, kista berwarna hijau kekuningan
e. Di dalam kista masak terdapat makronukleus, vakuola kontraktif dan silia.

Kista Balantidium coli


(Kouassi et.al, 2015)

4. Giardia lamblia
Giardia lamblia merupakan protozoa usus yang paling sering didiagnosis.
Sama seperti yang lain, parasit ini mempunyai 2 stadium / bentuk, yaitu trofozoit
dan kista.
Ciri Morfologi Trofozoit :
a. Trozofit berbentuk pyriform (buah per), ujung anterior membulat sedangkan
ujung posteriornya meruncing. Ukuran bagian yang terpanjang berkisar antara
10-20m, sedangkan bagian yang terlebar antara 5-15m, dengan tebal 2–4m.
b. Permukaan dorsal cembung sedangkan separo permukaan ventral bagian
anterior agak cekung (sucking disc)
c. Nukleus ada sepasang, yaitu di sebelah kanan dan kiri linea mediana; berbentuk
ovoid berisi kariosoma berupa massa kromatin padat yang terletak sentral atau
berupa granula kromatin yang tersebar di seluruh neukoplasma; membrana
nukleus tipis dan tidak ada penimbunan kromatin.
d. Mempunyai satu pasang flagella yang berpangkal pada organella superfisial, 2
pasang flagella lateral, sepasang flagella ventral, dan sepasang flagella
posterior.
e. Sitoplasma berisi sejumlah vakuola makanan dan satu atau lebih vakuola
kontraktil.
f. Benda parabasal yang berbentuk pisang / sosis dan sedikit melengkung.
Terletak melintang atau miring tepat di belakang sucking disc.
Ciri Morfologi Kista :
a. Berbentuk ovoid (oval) dengan panjang berkisar antara 8–19m, rata-rata 11-
14m dan lebar antara 7–10m.
b. Ektoplasma padat, glanulair
c. Memiliki dinding kista yang tipis dan jernih.
d. Flagella ditarik masuk ke dalam aksonema sehingga memberikan gambaran
seperti 4 pasang sikat yang melengkung (gambar serutan kayu)
e. Kista yang telah masak memiliki 4 nukleus. Bila preparat tidak diwarnai maka
tidak akan terlihat jelas.
Kista Giardia lamblia
(Kouassi et.al, 2015)

5. Cryptosporidium sp
Terdapat 2 spesies yaitu Cryptosporidium muris dan Cryptosporidium parvum.
Ciri Morfologi Kista :
a. Cryptosporidium parvum berukuran 5 x 4.8µm
b. Cryptosporidium muris berukuran 6 - 8µm
c. Dinding 2 lapis terdiri dari lipoprotein
d. Dinding luar kasar
e. Terdapat bebas dalam lumen
f. Melekat di permukaan sel epitel, pada brush border dan berkembang dalam
vakuola parasitophorus. Melekat pada epitel secara ekstrasitoplasmik
g. Setelah bersporulasi ookista berisi 4 sporozoit

6. Cyclospora sp.
Cyclospora adalah protozoa usus yang menginfeksi enterosit usus halus.
Ookista infektif keluar bersama tinja.
Ciri Morfologi Kista :
a. Ookista berisi 2 sporokista, masing-masing sporokista berisi 2 sporozoit
b. Ookista berukuran 8-10µ

7. Isospora belli
Protozoa yang termasuk kelas Coccidia, bekembang biak pada epitel mukosa usus.
Ciri Morfologi Kista :
a. Ookista berbentuk oval memanjang
b. Berukuran 29 x 13µm
c. Dinding tipis 2 lapis, halus
d. Jernih tak berwarna

Sumber :
Kouassi, RYW; McGraw, SW; Yao, PK; Abou-Bacar, A; Brunet, J; Pesson, B; Bonfoh,
B; N’goran, EK; Candolfi, E. 2015. Diversity and prevalence of gastrointestinal
parasites in seven non-human primates of the Taï National Park, Côte d’Ivoire.
Parasite (www. parasite-journal.org).
LAPORAN

1. Entamoeba histolytica
TROFOZOFIT KETERANGAN :
1. pseudopodia
2. ektoplasma
3. endoplasma
4. nukleus
5. kariosoma
6. granula kromatin

KISTA
KETERANGAN :
1. dinding kista
2. nukleus
3. nukleoplasma
4. sitoplasma
5. benda kromatoid
6. vakuola glikogen

2. Entamoeba coli
TROFOZOFIT
KETERANGAN:
1. pseudopodia
2. ektoplasma
3. endoplasma
4. nukleus
5. kariosoma
6. granula kromatin
7. vakuola makanan
KISTA KETERANGAN:
1. benda kromatoid
2. massa glikogen
3. massa irreguler
4. nukleus
5. dinding kista

3. Balantidium coli
TROFOZOFIT KETERANGAN:
1. silia
2. periostom
3. sitofaring
4. makronukleus
5. mikronukleus
6. vakuola makan
7. vakuola kontraktil
8. sitopige
9. sitoplasma

KISTA KETERANGAN:
1. dinding kista
2. makronukleus
3. vakuola kontraktil
4. silia
4. Giardia lamblia
TROFOZOIT KETERANGAN:
1. benda parabasal
2. nukleus
3. kariosoma
4. sucking disc
5. massa kromatin
6. flagella lateral 1
7. flagella lateral 2
8. flagella ventralis
9. flagella posterior

KISTA
KETERANGAN:
1. dinding kista
2. ektoplasma
3. aksonema
4. nukleus

5. Cryptosporidium sp.
KISTA Ket :
1. Dinding kista
6. Cyclospora sp.
KISTA Ket :
1. sporokista

7. Isospora belli
KISTA Ket :
1. Dinding tipis 2 lapis

Pengesahan praktikum
Tanggal : ...............................................
Dosen/Asisten : ........................................

Tanda tangan : ...........................................


PEMERIKSAAN FESES

I. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan feses secara mandiri untuk membantu
penegakan diagnosis penyakit-penyakit parasitik yang disebabkan oleh protozoa usus dan
helminth.

II. Pendahuluan
Penegakkan diagnosis untuk kelainan yang terdapat dalam tinja yang diakibatkan
oleh infeksi protozoa usus dan cacing usus, dapat dipakai cara pemeriksaan tinja
makroskopis dan mikroskopis.
A. Cara Makroskopis
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan ini adalah :
1. Kuantitas tinja
Pada keadaan normal, jumlah tinja anak-anak kira-kira 100 gram/hari,
sedangkan pada orang dewasa antara 80-170 gram/hari. Pada keadaan patologis,
tinja berwujud cair dan kuantitasnya banyak pada penderita diare karena penyakit
kolera atau disentri.
2. Kualitas tinja
a. Warna tinja
Warna tinja normal adalah sedikit coklat karena adanya sterkobilin dan
urobilin yang dibuat oleh bakteri usus dari zat warna empedu. Di samping
itu, warna tinja juga tergantung pada makanan atau obat yang dimakan pada
waktu itu. Sebagai contoh :
- diet susu menyebabkan tinja berwarna orange
- makan sayur-sayuran menyebabkan tinja berwarna hijau
- pemakaian obat yang mengandung besi menyebabkan tinja berwarna
hitam
Pada keadaan patologis, contoh :
- saluran empedu tersumbat, cairan empedu tidak dapat masuk dalam usus,
maka tinja menjadi tidak berwarna (seperti dempul)
- apabila terjadi perdarahan di dalam usus bagian atas, maka warna tinja
hitam seperti teer dan disebut melena
- apabila terjadi perdarahan di bagian kaudal atau sebelah anal dari usus,
maka warna tinja adalah merah seperti darah
b. Konsistensi tinja
Menurut konsistensinya, tinja dibedakan menjadi 5 macam yaitu :
1). Keras (hard)
Jika tinja ditusuk dengan lidi, maka lidi tidak dapat masuk. Keadaan ini
terjadi pada penderita obstipasi, biasanya tinja sangat keras seperti batu dan
berbentuk bulat kecil-kecil (coprolithiasis).
2). Normal (formed)
Jika tinja ditusuk dengan lidi, maka lidi masuk dan akan tetap berdiri tegak.
3). Lembek (soft)
Jika ditusuk dengan lidi, maka lidi akan masuk. Dan bila dilepaskan, lidi
akan condong.
4). Setengah cair (loose/watery)
Jika ditusuk dengan lidi dan dilepaskan, maka lidi akan rebah sejajar dengan
permukaan.
5). Cair (watery)
Tinja cair seperti air. Misalnya pada penderita kolera, tinjanya cair seperti
air cucian beras.
c. Bau tinja
Bau normal tinja disebabkan karena adanya skatol, indol dan H2S. Diet
susu menyebabkan tinja tidak berbau. Keadaan patologis yang bisa terjadi antara
lain :
- disentri amoeba, tinja berbau amis karena adanya darah
- disentri basiler, tinja berbau bacin karena pembusukan protein
- askariasis, tinja berbau amis
d. Bentuk tinja
Pada obstipasi, tinja berbentuk bulat dan keras seperti batu. Pada keadaan
patologis antara lain :
- penderita stenosis usus bagia bawah, tinja berbentuk seperti pensil
- penderita dispepsia, tinja berbentuk seperti buih
- penderita diare, tinja berbentuk seperti bubur
e. Ada tidaknya darah atau lendir dalam tinja
Pada keadaan normal tidak ada darah maupun lendir dalam tinja. Pada
penderita disentri akut karena infeksi Entamoeba hystolytica atau bakteri
Shigella, tinja mengandung darah dan lendir.
B. Cara Mikroskopis
Untuk pemeriksaan ini ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu :
1. Cara langsung
Pemeriksaan cara langsung yang lazim dipakai untuk diagnosis protozoa
usus maupun cacing usus adalah dengan larutan-larutan garam fisiologis, eosin
dan lugol.
a. Larutan garam fisiologis
Cara ini untuk pemeriksaan trofozoit dan kista protozoa usus, tapi cara
ini tidak dapat untuk identifikasi spesies secara tegas.
1) Bahan dan alat yang digunakan :
- larutan garam fisiologis
- pipet
- gelas benda (object glass) yang bersih dan kering
- gelas penutup (deck glass) yang bersih dan kering
- lidi/tusuk gigi
- kertas penghisap
2) Cara kerja
a) Dengan pipet, ambil 1 tetes larutan garam fisiologis, kemudia
teteskan di atas sebuah gelas benda
b) Dengan lidi, ambil sedikit tinja 1-2 mg (sebesar kacang hijau)
kemudian hancurkan sampai merata pada tetesan garam fisiologis.
Bagian-bagian yang kotor dibuang. Sesudah dipakai, buang lidi
pada tempat yang telah disediakan.
c) Tutup dengan gelas penutup, sehingga cairan dibawahnya rata dan
tidak terjadi gelembung-gelembung udara. Sediaan yang dibuat
harus cukup tipis (transparan).
d) Diperiksa di bawah mikroskop, mula-mula dengan perbesaran
lemah (10x), bila sudah ditemukan baru dengan perbesaran kuat 40-
100x.
e) Pemeriksaan diulangi sedikitnya 3x (3 sediaan).
b. Larutan eosin
Cara ini digunakan untuk pemeriksaan protozoa bentuk trofozoit dan
kista. Dengan pemberian larutan eosin, maka bidang penglihatan berwarna
merah jambu. Parasit yang masih hidup tidak tercat merah, sehingga tampak
kontras denga dasar bidang pemandangan.
Pada cara ini bahan yang digunakan adalah larutan eosin. Adapun bahan
lain, alat dan cara kerja adalah sama dengan pemeriksaan menggunakan
garam fisiologis.
c. Larutan iodium/lugol
Cara ini digunakan untuk pemeriksaan protozoa bentuk trofozoit
maupun kista. Dengan cara ini dapat terlihat jelas susunan inti, butir-butir
kromatin, kariosom dan vakuola glikogen yang terlihat berwarna kuning
coklat. Bentuk trofozoit dalam larutan ini akan segera mati dan bentuknya
membulat, sehingga antara bentuk trofozoit dan bentuk kista kadang-kadang
sulit dibedakan.
Pada cara ini bahan yang digunakan adalah larutan iodium/lugol.
Adapun bahan lain, alat dan cara kerja adalah sama dengan pemeriksaan
menggunakan garam fisiologis.
2. Cara tidak langsung
Sampel feses dikoleksi segera setelah defekasi kemudian diletakkan dalam
tabung vial steril 20mL yang sudah berisi larutan formalin 10% untuk
menghindari terjadinya kontaminasi. Beberapa metode baru untuk memeriksa
helminth dan protozoa adalah sebagai berikut :
a. Faust technique
Tujuh mL suspensi feses yang sudah disaring dengan kain kasa
disentrifugasi kemudian pelet diresuspensi lagi dalam larutan zinc sulfat
(1.180g/mL). Suspensi digoyang dan disentrifugasi lagi, selanjuutnya
suoernata diperiksa di bawah mikroskop cahaya.
b. Ritchie method (modified-Ritchie Method/ formalyn-ethyl acetat-
centrifugation)
Suspensi feses yang sudah disaring dengan kain kasa disentrifugasi,
pelet diresuspensi lagi dalam 5ml air dan ditambahkan 3ml etil asetat pada
setiap larutan. Materi yang mengendap diperiksa di bawah mikroskkp
cahaya.
c. Merthiolate Iodine-Formalin Concentration (MIFC)
Pemeriksaan telur dan kista protozoa usus dan helminth dilakukan di
bawah mikroskop yang dilengkapi dengan unit kamera digital. Parasit
diidentifikasi dengan melihat warna telur, bentuk, kandungan, dan ukuran
(pengukuran dilakukan dengan alat mikrometer 0.1μm yang terintegrasi pada
kamera digital). Parasit yang ditemukan selanjutnya difoto.
Untuk membedakan membedakan masing-masing spesies Entamoeba bisa dilakukan
dengan tehnik ekstraksi DNA dilanjutkan dengan multiplex PCR.

Sumber :
Kouassi, RYW; McGraw, SW; Yao, PK; Abou-Bacar, A; Brunet, J; Pesson, B; Bonfoh,
B; N’goran, EK; Candolfi, E. 2015. Diversity and prevalence of gastrointestinal
parasites in seven non-human primates of the Taï National Park, Côte d’Ivoire.
Parasite (www. parasite-journal.org).
Calegar, DA; Nunes, BC; Monteiro, KJL, Pereira dos Santos, J; Toma, HK; Gomes,
TF; Lima, MM; Bóia, MN; Carvalho-Costa, FA. 2016. Frequency and molecular
characterisation of Entamoeba histolytica, Entamoeba dispar, Entamoeba
moshkovskii, and Entamoeba hartmanni in the context of water scarcity in
northeastern Brazil. Mem Inst Oswaldo Cruz. Vol. 111(2): 114-119, February
2016.

III. Cara Handling Spesimen


Cara handling spesimen untuk identifikasi parasit adalah suatu hal yang penting agar
nilai diagnostik yang diharapkan dapat terpenuhi dengan baik. Identifikasi parasit sangat
bergantung pada persiapan bahan, baik untuk pemeriksaan secara makroskopis maupun
secara mikroskopis. Untuk itu bahan atau spesimen yang segar sangat membantu dalam
identifikasi. Jika jarak laboratorium jauh, spesimen dapat difiksasi atau diberi pengawet
secara benar, sehingga bahan tidak rusak dan tahan lama.
Tempat spesimen perlu diberi label yang memuat nama penderita, umur, jenis
kelamin, tanggal dan saat pengambilan spesimen, serta disebutkan pula pada label
spesimen apa yang dikirim tersebut.
Contoh label : Nama : .................................................
Usia : ...... th/bln, laki-laki/perempuan
Tanggal : ..................................................
Macam spesimen: ..............................................

Sedangkan untuk spesimen berupa tinja, wadah yang akan digunakan harus bersih
dan bebas dari kotoran. Penderita diminta untuk memberi tinja sebesar ibu jari atau
sebanyak yang diperlukan. Kemudian wadah diletakkan di tempat yang terlindung.
Pemeriksaan langsung pada tinja bisa dilakukan tidak lebih dari 4 jam. Jika ingin
diperiksa dalam jangka waktu lebih lama, bisa diberi formalin 5% untuk pemeriksaan
cacing dan formalin 10%untuk pemeriksaan protozoa usus untuk menghindari
kontaminasi. Spesimen yang diberi formalin akan tahan dalam waktu 1 tahun.

Sumber :
Panduan dan buku kerja praktikum Parasitologi : Protozoologi, Helmintologi dan
Entomologi. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
LAPORAN

Pengesahan praktikum
Tanggal : ...............................................
Dosen/Asisten : ........................................

Tanda tangan : ...........................................

Anda mungkin juga menyukai