Pola - Hubungan - Struk - JFA BPKP PDF
Pola - Hubungan - Struk - JFA BPKP PDF
(BPKP)
PEDOMAN
POLA HUBUNGAN KERJA
PEJABAT STRUKTURAL DENGAN
PEJABAT FUNGSIONAL AUDITOR
DI LINGKUNGAN
DEPUTI, INSPEKTORAT, DAN
PERWAKILAN BPKP
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan dan Sasaran ................................................................................... 1
C. Ruang Lingkup ......................................................................................... 2
D. Pendekatan ............................................................................................... 2
E. Formulir-Formulir yang Digunakan ......................................................... 3
F. Prinsip-prinsip Dasar dalam Pola Hubungan Kerja Pejabat Struktural 5
dengan Pejabat Fungsional Auditor .........................................................
G. Sistematika Pembahasan .......................................................................... 12
A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan mutu pengawasan serta menjamin pembinaan profesi dan
karier kepangkatan dan jabatan aparat pengawasan di lingkungan instansi pemerintah,
telah ditetapkan pemberlakuan Jabatan Fungsional Auditor (JFA) dengan Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 1996 tanggal 2 Mei 1996
tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya.
Seiring dengan penerapan paradigma Ramping Struktur Kaya Fungsi dalam reorganisasi
di lingkungan BPKP, dimana terjadi pengurangan sejumlah besar jabatan struktural,
Kelompok Pejabat Fungsional Auditor telah diberikan peranan yang semakin penting
dalam pencapaian tugas pokok dan fungsi organisasi. Hal ini terlihat dalam struktur
organisasi BPKP, sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor
Kep-06.00.00-080/K/2001 dan Kep-06.00.00-286/K/2001, dimana Kelompok Jabatan
Fungsional berada langsung di bawah Kepala / Pimpinan Unit Kerja (Eselon II).
Dengan ditetapkannya struktur organisasi baru BPKP tersebut, diperlukan adanya
pengaturan lebih lanjut mengenai pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab dalam pola
hubungan kerja antara pejabat struktural dengan pejabat fungsional auditor dengan
mempertimbangkan bahwa kedua jenis jabatan tersebut saling mendukung satu sama lain
dan tidak saling menggantikan. Tugas dan fungsi suatu jabatan hendaknya tidak
tumpang tindih ataupun duplikasi dengan tugas dan fungsi jabatan lainnya. Pejabat
struktural melaksanakan tugas dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi,
sedangkan pejabat fungsional auditor melaksanakan tugas dalam rangka menjalankan
tugas pokok dan fungsi organisasi berdasarkan penugasan dari pejabat struktural sesuai
dengan keahlian / keterampilan yang dimilikinya.
Dengan adanya kejelasan pola hubungan kerja antara pejabat struktural dan pejabat
fungsional auditor, diharapkan dapat terjalin koordinasi kerja yang baik sehingga dapat
dihindari terjadinya tumpang tindih tugas dan fungsi antara kedua jabatan tersebut dan
pada gilirannya akan menciptakan terselenggaranya pelaksanaan tugas yang lebih efisien
dan efektif di lingkungan unit kerja masing-masing.
Penetapan Pedoman Pola Hubungan Kerja Pejabat Struktural dengan Pejabat Fungsional
Auditor bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas dan baku mengenai hubungan dan
koordinasi kerja antara pejabat struktural dan pejabat fungsional auditor di lingkungan
Sasaran penetapan Pedoman Pola Hubungan Kerja Pejabat Struktural dengan Pejabat
Fungsional Auditor adalah untuk:
a. Memberikan arah dalam pelaksanaan tanggung jawab dan wewenang pejabat
struktural dan pejabat fungsional auditor dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
b. Menggambarkan alur hubungan koordinasi kerja antara pejabat struktural dan pejabat
fungsional auditor dalam kegiatan pengawasan dan non pengawasan
c. Menghindari terjadinya perangkapan tugas pokok dan fungsi antara pejabat struktural
dan pejabat fungsional auditor
d. Menciptakan pola hubungan kerja antara pejabat struktural dan pejabat fungsional
auditor yang efisien dan efektif
C. Ruang Lingkup
Pedoman Pola Hubungan Kerja Pejabat Struktural dengan Pejabat Fungsional Auditor di
lingkungan Deputi, Inspektorat, dan Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan adalah Pedoman Kegiatan Baku dalam pelaksanaan tugas di bidang
pengawasan dan non-pengawasan yang menggambarkan pola hubungan kerja antara
pejabat struktural dan pejabat fungsional auditor.
Pedoman ini hanya mengatur hubungan kerja dalam kegiatan yang melibatkan pejabat
struktural dan pejabat fungsional auditor secara bersama-sama, dan tidak menggambarkan
seluruh uraian tugas pejabat struktural maupun seluruh uraian tugas pejabat fungsional
auditor secara utuh. Uraian tugas pejabat struktural secara lengkap akan diatur dalam
Uraian Jabatan yang disusun tersendiri, sedangkan uraian tugas pejabat fungsional auditor
secara lengkap telah diatur dalam Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep-13.00.00-125 / K
/ 1997 tanggal 5 Maret 1997 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya.
Pedoman ini merupakan bagian dari pedoman-pedoman yang telah ada sebelumnya,
sehingga dengan ditetapkannya Pedoman ini, maka segala ketentuan terdahulu yang tidak
bertentangan dengan ketentuan ini masih tetap berlaku.
Pola hubungan kerja pejabat struktural dengan pejabat fungsional auditor yang disajikan
dalam pedoman ini mencakup pola hubungan kerja antara pejabat struktural dan pejabat
fungsional auditor di lingkungan Deputi, Inspektorat, dan Perwakilan BPKP.
D. Pendekatan
1. Pedoman Pola Hubungan Kerja Pejabat Struktural dengan Pejabat Fungsional Auditor
di lingkungan Deputi, Inspektorat, dan Perwakilan BPKP terdiri dari :
a. KF1
Merupakan formulir penyusunan UPKPT yang dibuat oleh BPKP Pusat (Deputi)
untuk mendapat dukungan/kesanggupan pemeriksaan dari perwakilan BPKP.
b. KF2
Merupakan formulir penyusunan UPKPT yang dibuat oleh Perwakilan BPKP
selaku koordinator/penanggung jawab pemeriksaan untuk mendapat
dukungan/kesanggupan pemeriksaan dari perwakilan BPKP lain.
c. KF3
Merupakan formulir yang dipergunakan untuk menampung usulan kegiatan
pemeriksaan atas inisiatif perwakilan BPKP di luar permintaan yang tercantum
pada KF1 dan KF2 untuk diketahui dan mendapat persetujuan dari Deputi terkait
atau Perwakilan BPKP Penanggung Jawab Pemeriksaan.
Merupakan formulir Kendali Mutu atas rencana pengawasan dilihat dari segi
Pejabat Fungsional Auditor (PFA)
e. Formulir KM 2
Merupakan formulir Kendali Mutu atas rencana pengawasan dari segi obyek
pemeriksaan (auditee)
2. Dalam pelaksanaan pengawasan .
Merupakan formulir kendali mutu atas Anggaran Waktu untuk setiap penugasan
pengawasan
b. Formulir KM 4
Formulir kendali mutu atas penugasan dalam bentuk Kartu Penugasan
c. Formulir KM 5
Merupakan formulir kendali mutu yang berfungsi sebagai Laporan Mingguan
yang menyajikan perbandingan antara rencana dan realisasi pekerjaan pengawasan
untuk setiap PFA
d. Formulir KM 6
Merupakan formulir kendali mutu yang berfungsi sebagai Daftar Analisis Tugas-
tugas Mingguan. Formulir ini dibuat secara bulanan dengan membandingkan
secara bertahap setiap minggu anggaran waktu jam pengawasan efektif dengan
realisasinya.
e. Formulir KM 7
Formulir kendali mutu yang menguraikan Program Kerja Audit (Audit Program)
Merupakan formulir kendali mutu yang berfungsi sebagai daftar penyajian akhir
bulan / check list
3. Dalam pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut hasil pengawasan.
Dalam rangka evaluasi dan monitoring tindak lanjut hasil pengawasan digunakan
formulir kendali mutu (KM) dan TPIII, yaitu:
a. Formulir KM 11
Dalam penugasan audit, Laporan Hasil Audit (LHA) ditandatangani oleh pejabat
fungsional auditor (Pengendali Mutu), dimana Pengendali Mutu bertanggungjawab
bahwa pelaksanaan penugasan audit tersebut telah sesuai dan memenuhi Norma /
Standar Audit Pemerintah (SAP) dan ketentuan lain yang berlaku. Namun demikian,
tanggung jawab akhir atas LHA tersebut tetap berada pada Pimpinan Unit (Deputi,
Dalam Kelompok PFA dibentuk struktur organisasi sesuai dengan batasan rentang
kendali yang terdiri dari Koordinator PFA (Pengendali Mutu), Pengendali Teknis,
Ketua Tim, dan Anggota Tim.
Organisasi Kelompok PFA di lingkungan Deputi, Inspektorat, dan Perwakilan
BPKP bersifat mengambang (floating) terhadap organisasi jabatan struktural dan
berada dibawah Pimpinan Unit Kerja / Pejabat Struktural Eselon II (Direktur /
Inspektur / Kepala Perwakilan).
Struktur organisasi Kelompok PFA ditetapkan setiap awal tahun atau sesuai
kebutuhan dengan Keputusan Pimpinan Unit Kerja yang terdiri dari:
a. Koordinator PFA
Koordinator PFA adalah PFA yang memiliki sertifikat Pengendali Mutu yang
ditunjuk sebagai Koordinator oleh Pimpinan Unit Kerja / Pejabat Struktural
Eselon II, dengan ketentuan sebagai berikut:
9) Dalam hal suatu unit kerja memiliki jumlah PFA yang relatif besar,
Pimpinan Unit dapat membentuk ”Sub Koordinator PFA” yang dijabat
oleh Pengendali Teknis, sesuai dengan rentang kendali terhadap PFA di
bawahnya. Sub Koordinator PFA berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Koordinator PFA.
10) Masing-masing Koordinator PFA (Pengendali Mutu) membawahkan
beberapa PFA yang memiliki sertifikat Pengendali Teknis.
b. Pengendali Teknis
Pengendali Teknis dalam struktur organisasi PFA memiliki peran sebagai
5. Atasan Langsung
1) Atasan Langsung dalam Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PFA
Sesuai dengan Angka XIII Keputusan Kepala BPKP Nomor: Kep-13.00.00-
125/K/1997 tanggal 5 Maret 1997, penilaian pelaksanaan pekerjaan untuk para
PFA ditentukan sebagai berikut:
a. Pejabat Penilai untuk Anggota Tim dan Ketua Tim adalah Pengendali
Teknis, sedangkan atasan Pejabat Penilai adalah Pengendali Mutu.
b. Pejabat Penilai untuk Pengendali Mutu adalah Kepala/Pimpinan Unit
Organisasi, atau Pejabat Eselon II yang membawahkannya.
c. Unsur kepemimpinan pada unsur DP3 bagi Pengendali Teknis dan
Pengendali Mutu tetap dilakukan penilaian.
d. Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu yang bertindak sebagai Pejabat
Penilai dan Atasan Pejabat Penilai ditetapkan pada awal tahun sesuai dengan
rencana pelaksanaan pengawasan yang disusun oleh Kepala/Pimpinan Unit
7. Komunikasi Pengawasan
Komunikasi pelaksanaan dan hasil-hasil pengawasan dengan pihak luar organisasi /
pihak ekstern merupakan wewenang Pimpinan Unit Kerja. Pejabat Eselon III
sebagai pelaksana fungsi pimpinan melaksanakan komunikasi pengawasan sesuai
dengan bidangnya masing-masing dan sesuai kewenangan yang didelegasikan oleh
Pimpinan Unit Kerja. Kelompok PFA dapat melakukan komunikasi pengawasan
dengan pihak luar sesuai penugasan dari Pimpinan Unit Kerja.
G. Sistematika Pembahasan
Pedoman Pola Hubungan Kerja Pejabat Struktural dengan Pejabat Fungsional Auditor ini
disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab II Pola Hubungan Kerja Pejabat Struktural dengan Pejabat Fungsional Auditor
di lingkungan Deputi
Bab III Pola Hubungan Kerja Pejabat Struktural dengan Pejabat Fungsional Auditor
di lingkungan Inspektorat
Bab IV Pola Hubungan Kerja Pejabat Struktural dengan Pejabat Fungsional Auditor
di lingkungan Perwakilan BPKP
Dalam Bab II sampai dengan Bab IV disajikan tentang pola hubungan kerja pejabat
struktural dengan pejabat fungsional auditor di lingkungan Deputi, Inspektorat, dan
Perwakilan BPKP dalam kegiatan pengawasan dan kegiatan non pengawasan.
Dalam Pola Hubungan Kerja Kegiatan Pengawasan disajikan secara berurutan struktur
organisasi dan narasi / penjelasan mengenai pola hubungan kerja pejabat struktural
dengan pejabat fungsional auditor dalam kegiatan perencanaan, dalam kegiatan
pelaksanaan, dan dalam kegiatan evaluasi / tindak lanjut hasil pengawasan. Pada setiap
akhir Sub Bab disajikan pula bagan arus pola hubungan kerja atas kegiatan yang
bersangkutan. Penyajian bagan arus pada setiap subbab ditujukan agar para pemakai
pedoman ini dapat secara mudah membaca pola hubungan kerja dalam bentuk bagan arus
dan memadukannya dengan narasi pola hubungan kerja yang disajikan berdasarkan
pembagian tugas jabatan struktural dan jabatan fungsional auditor.
Dalam Pola Hubungan Kerja Kegiatan Non Pengawasan disajikan kegiatan – kegiatan
yang berkaitan dengan kegiatan PFA sebagai Pegawai Negeri Sipil, meliputi Penilaian
DP3, Pemberian Cuti, Penegakan Disiplin, dan Penyelenggaraan PKS.
Kepala
Sekretariat Utama
Deputi
Deputi
Pengawasan Deputi Deputi
Pengawasan
Instansi Pengawasan Pengawasan
Instansi Deputi Bidang Deputi Bidang
Pemerintah Bidang Bidang
Pemerintah Akuntan Negara Investigasi
Bidang Politik, Penyelenggaraan Penyelenggaraan
Bidang
Sosial dan Akuntabilitas Keuangan Daerah
Perekonomian
Keamanan
DEPUTI
DIREKTUR
KOORD.
KOORD.
JFA
PFA
(PM) KOORD. PFA
SUBDIT
(PM) 1 1 (PM) 2
PT PT PT PT PT PT
KT KT KT KT KT KT
/ / / / / /
AT AT AT AT AT AT
Keterangan:
a. Deputi
1) Memberikan arahan kepada Direktur, Kasubdit, dan Koordinator PFA dalam
rangka penyusunan draft kebijakan teknis pengawasan dan penyusunan
UPKPT
2) Menyetujui draft dan menetapkan kebijakan teknis pengawasan serta
menyampaikannya kepada Direktur
5) Menerima PKPT dari Sekretaris Utama c.q. Biro Perencanaan Pengawasan dan
menyampaikannya kepada Direktur
b. Direktur
1) Menerbitkan Surat Tugas kepada tim PFA untuk melakukan penyusunan draft
kebijakan teknis pengawasan.
2) Mereview dan menyampaikan draft kebijakan teknis pengawasan kepada
Deputi
e. Kelompok PFA
2) Pengendali Teknis
a) Memberikan arahan kepada Ketua Tim dan Anggota Tim dalam
persiapan penugasan (penyusunan KM3, KM4, dan konsep Surat Tugas)
serta menyampaikan berkas penugasan kepada Koordinator PFA untuk
pengusulan susunan tim.
a. Deputi
1) Memberikan arahan kepada Direktur, Kasubdit, dan Koordinator PFA dalam
rangka pelaksanaan pengawasan
2) Menerima Laporan Hasil Audit (LHA) yang telah ditandatangani oleh
Koordinator PFA (Pengendali Mutu).
3) Menerima dan menandatangani Surat Pengantar Masalah (SPM) atas LHA yang
telah ditandatangani oleh Koordinator PFA (Pengendali Mutu).
4) Menerima laporan hasil penugasan lainnya (untuk kegiatan pengawasan non
audit) yang telah ditandatangani oleh Direktur.
5) Menyampaikan LHA dan SPM, serta laporan hasil penugasan lainnya kepada
Direktur untuk didistribusikan
b. Direktur
c. Kasubdit
1) Meminta Koordinator PFA agar mengusulkan susunan tim untuk penugasan
pengawasan, dan selanjutnya menyampaikan konsep Surat Tugas kepada
Direktur.
2) Melakukan Koordinasi dengan Kasubdit lain dalam hal penugasan PFA
memerlukan koordinasi lintas Subdit
3) Melakukan koordinasi dengan Koordinator PFA dalam rangka pelaksanaan
pengawasan melalui review meeting
4) Memberikan masukan dalam review meeting yang diselenggarakan Direktur
untuk membahas konsep LHA yang telah disusun oleh Tim PFA.
5) Menerima LHA yang telah ditandatangani Koordinator PFA (Pengendali Mutu).
6) Mereview konsep LHA yang diterima dari Koordinator PFA, dalam hal
Koordinator PFA dijabat oleh PFA yang belum memiliki sertifikat Pengendali
Mutu, dan menyampaikannya kepada Direktur
7) Mereview konsep SPM yang telah disusun oleh Tim dan menyampaikannya
bersama dengan LHA kepada Direktur
2) Membantu proses penerbitan LHA dan SPM dengan memberi nomor dan
tanggal (LHA dan SPM diberi nomor dan tanggal setelah SPM ditandatangani
3) Mendistribusikan LHA, SPM, dan laporan hasil penugasan lainnya (non audit).
4) Mengarsipkan LHA, SPM, dan laporan hasil penugasan lainnya (non audit).
e. Kelompok PFA
1) Koordinator PFA (Pengendali Mutu)
a) Menyampaikan usulan susunan tim kepada Kasubdit untuk penugasan
pengawasan
2) Pengendali Teknis
a) Memberikan arahan kepada Ketua Tim dan Anggota Tim dalam persiapan
penugasan (penyusunan KM3, KM4, KM9, dan konsep Surat Tugas) serta
menyampaikan berkas penugasan kepada Koordinator PFA untuk
e) Mereview konsep laporan hasil penugasan lainnya (non audit) yang telah
disusun oleh Ketua Tim dan menyampaikannya kepada Koordinator PFA.
f) Menyusun formulir Kendali Mutu (KM5 dan KM8)
b) Melaksanakan penugasan
c) Menyusun konsep LHA dan SPM serta menyampaikannya kepada
Pengendali Teknis
a. Deputi
Memberikan arahan kepada Direktur, Kasubdit, dan Koordinator PFA dalam rangka
evaluasi hasil pengawasan
b. Direktur
1) Menugaskan kepada Tim PFA untuk menyusun TPIII 2000 dan melaksanakan
monitoring tindak lanjut
5) Menugaskan kepada Tim PFA untuk melakukan evaluasi hasil pengawasan dan
menyusun Daftar Obrik Potensial (DOP)
6) Mereview dan menyetujui DOP
c. Kasubdit
1) Melakukan koordinasi dengan Koordinator PFA dalam rangka persiapan
penugasan penyusunan TPIII 2000 dan monitoring tindak lanjut
2) Melakukan koordinasi dengan Koordinator PFA dalam rangka pelaksanaan
penugasan penyusunan TPIII 2000 dan monitoring tindak lanjut
3) Menyampaikan TPIII 2000 dan hasil monitoring tindak lanjut kepada Kasubbag
TU
e. Kelompok PFA
2) Pengendali Teknis
a) Melaksanakan supervisi atas pelaksanaan penugasan penyusunan TPIII
2000 dan monitoring tindak lanjut yang dilakukan oleh Ketua Tim dan
Anggota Tim.
1) Pejabat Penilai bagi PFA Ketua Tim dan Anggota Tim adalah Pengendali
Teknis yang ditetapkan sebagai atasan langsung PFA yang bersangkutan
sesuai struktur organisasi. Atasan Pejabat Penilai adalah Koordinator PFA
(Pengendali Mutu). Dalam hal Koordinator PFA belum memiliki sertifikat
Pengendali Mutu, Atasan Pejabat Penilai adalah Kasubdit mitra kerjanya.
2. Cuti
Cuti merupakan hak PNS, oleh sebab itu pelaksanaan cuti hanya dapat ditunda
dalam rangka waktu tertentu jika kepentingan dinas mendesak. Ketentuan mengenai
pelaksanaan cuti PNS diatur dalam PP No. 24 tahun 1976.
Sesuai dengan struktur organisasi Kelompok PFA, mekanisme pemberian cuti bagi
PFA di lingkungan Deputi adalah sebagai berikut:
4) Direktur menerima surat ijin Cuti di Luar Tanggungan Negara dari Sesma,
dan menyampaikannya kepada PFA yang bersangkutan.
5. Pengelolaan PKS
a. Kegiatan Utama PKS
1) Kegiatan Perencanaan
2) Kegiatan Pelaksanaan
INSPEKTUR
KELOMPOK PFA
KOORDINATOR
PFA (PM)
PT PT PT
Keterangan:
a. Inspektur
1) Menerima penugasan dari Kepala BPKP dan surat pengaduan dari pihak
ketiga sebagai bahan penyusunan UPKPT
2) Memberikan arahan kepada Kasubbag TU dan Koordinator PFA dalam
rangka penyusunan KM1, KM2, dan UPKPT, serta menugaskan
penyusunannya kepada Kelompok PFA
c. Kelompok PFA
1) Koordinator PFA
a) Menyusun tim dalam rangka penyusunan KM1, KM2, dan UPKPT
berdasarkan arahan Inspektur
b) Memberikan arahan kepada Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan
Anggota Tim dalam rangka persiapan penugasan
2) Pengendali Teknis
a) Memberikan arahan kepada Ketua Tim, dan Anggota Tim dalam rangka
persiapan penugasan
a. Inspektur
1) Menugaskan kepada Kelompok PFA untuk melakukan audit/evaluasi
terhadap obrik/unit kerja sesuai dengan PKPT
2) Melakukan review meeting dengan Kelompok PFA mengenai kemajuan
pelaksanaan audit/evaluasi
b. Kasubbag TU
1) Melakukan koordinasi dengan Koordinator PFA dalam persiapan
penugasan dengan membandingkan antara berkas usulan penugasan dengan
PKPT
2) Memproses penerbitan surat tugas dan mengarsipkan surat tugas sebagai
bahan monitoring pelaksanaan PKPT
3) Memproses penerbitan LHA dan SPM dengan memberi nomor dan tanggal
(LHA dan SPM diberi nomor dan tanggal setelah SPM ditandatangani oleh
Inspektur)
4) Mendistribusikan LHA, SPM, dan laporan hasil penugasan lainnya (non
audit) kepada pihak yang terkait
c. Kelompok PFA
2) Pengendali Teknis
a) Memberikan arahan kepada Ketua Tim dan Anggota Tim dalam
persiapan penugasan (penyusunan KM3, KM4, KM9, dan konsep
Surat Tugas) serta menyampaikan berkas penugasan kepada
Koordinator PFA untuk penerbitan Surat Tugas.
a. Inspektur
1) Memberikan arahan kepada Kasubbag TU dan Koordinator PFA dalam
penyusunan laporan periodik hasil pengawasan
2) Memberikan arahan kepada Koordinator PFA dan Kasubbag TU dalam
memantau tindak lanjut hasil pengawasan
3) Menandatangani laporan periodik hasil pengawasan
c. Kelompok PFA
2) Pengendali Teknis
a) Melaksanakan supervisi atas pelaksanaan penugasan penyusunan TPIII
2000 dan monitoring tindak lanjut yang dilakukan oleh Ketua Tim dan
1) Pejabat Penilai bagi PFA Ketua Tim dan Anggota Tim adalah Pengendali
Teknis sebagai atasan langsung PFA yang bersangkutan. Atasan Pejabat
Penilai adalah Koordinator PFA (Pengendali Mutu). Dalam hal Koordinator
PFA belum memiliki sertifikat Pengendali Mutu, Atasan Pejabat Penilai
adalah Inspektur
4) Penetapan pejabat penilai dan atasan pejabat penilai dilakukan setiap awal
tahun dan atau setiap adanya mutasi PFA/Pejabat Struktural.
c) Kepala BPKP selaku Atasan Pejabat Penilai menerima konsep DP-3 dari
Pejabat Penilai dan melakukan revisi jika perlu, kemudian
mengembalikan kepada Pejabat Penilai yang bersangkutan.
2. Cuti
Cuti merupakan hak PNS, oleh sebab itu pelaksanaan cuti hanya dapat ditunda
dalam rangka waktu tertentu jika kepentingan dinas mendesak. Ketentuan mengenai
pelaksanaan cuti PNS diatur dalam PP No. 24 tahun 1976. Sesuai dengan struktur
organisasi Kelompok PFA, mekanisme pemberian cuti bagi PFA di lingkungan
Inspektorat adalah sebagai berikut :
4) Inspektur menerima surat ijin Cuti di luar Tanggungan Negara dari Sesma,
dan menyampaikannya kepada PFA yang bersangkutan.
5. Pengelolaan PKS
Kepala Perwakilan
PT PT PT PT PT PT PT PT
KT KT KT KT KT KT KT KT
/ / / / / / / /
AT AT AT AT AT AT AT AT
Keterangan:
a. Kepala Perwakilan
1) Menerima kebijakan pengawasan dan KF1dari BPKP Pusat
4) Menyetujui KF2 dan KF3 dan mengirimkan KF2 kepada Perwakilan lain
5) Memberikan arahan kepada Kepala Bidang, Kabag TU dan Kelompok PFA
mengenai KF2 dan KF3 yang telah disetujui dan rencana penyusunan UPKPT
8) Menerima PKPT dari Kepala BPKP dan menugaskan Kelompok PFA untuk
menyesuaikan KM1 dan KM2 dengan PKPT
3) Menerima KF1, KF2, KF3, dan kebijakan pengawasan dari Kepala Perwakilan
dan menyampaikannya kepada Kepala Bidang sebagai bahan penyusunan
UPKPT
4) Memproses penerbitan surat tugas bagi Kelompok PFA untuk menyusun UPKPT
dan mengarsipkan berkas penugasan
5) Menerima UPKPT, KM1, dan KM2 dari Kepala Bidang untuk diteruskan kepada
Kepala Perwakilan
7) Menerima PKPT dari Kepala Perwakilan untuk diteruskan kepada Kepala Bidang
dan mengarsipkan copy-nya
8) Menerima dan mengarsipkan KM1 dan KM2 yang telah disesuaikan dengan
PKPT dari Kepala Bidang
c. Kepala Bidang
1) Meminta Koordinator PFA agar mengusulkan susunan tim untuk penugasan
penyusunan KF2 dan KF3, dan menyampaikan konsep Surat Tugas kepada
Kepala Perwakilan
2) Melakukan Koordinasi dengan Kepala Bidang lain dalam hal penugasan PFA
memerlukan koordinasi lintas Bidang
3) Mereview dan menyampaikan KF2 dan KF3 kepada Kabag TU untuk diteruskan
kepada Kepala Perwakilan
4) Meminta Koordinator PFA agar mengusulkan susunan tim untuk penugasan
penyusunan UPKPT, KM1, dan KM2, dan menyampaikan konsep Surat Tugas
kepada Kepala Perwakilan
5) Mereview dan menyampaikan UPKPT, KM1, dan KM2 kepada Kabag TU untuk
disampaikan kepada Kepala Perwakilan
7) Mereview dan menyampaikan KM1 dan KM2 Definitif kepada Kabag TU untuk
diadministrasikan
8) Mengarsipkan PKPT, KM1, dan KM2 sebagai alat monitoring
d. Kelompok PFA
1) Koordinator PFA (Pengendali Mutu)
a) Menyampaikan usulan susunan tim kepada Kabid untuk penugasan
penyusunan KF2 dan KF3
2) Pengendali Teknis
a) Memberikan arahan kepada Ketua Tim dan Anggota Tim dalam persiapan
penugasan (penyusunan KM3, KM4, dan konsep Surat Tugas) serta
menyampaikan berkas penugasan kepada Koordinator PFA untuk penerbitan
Surat Tugas.
b) Melakukan supervisi atas pelaksanaan penugasan yang dilakukan oleh Ketua
Tim dan Anggota Tim.
a. Kepala Perwakilan
1) Memberikan arahan kepada Kepala Bidang, Kabag TU, dan Koordinator PFA
dalam rangka pelaksanaan pengawasan
2) Menerbitkan Surat Tugas kepada Tim PFA untuk melaksanakan penugasan
pengawasan
3) Memberikan arahan kepada Koordinator PFA dan Kepala Bidang dengan media
review meeting tentang permasalahan yang ditemukan selama melaksanakan tugas
pengawasan
b. Kabag TU
1) Melakukan koordinasi dengan Kelompok PFA dalam persiapan penugasan dengan
membandingkan antara berkas usulan penugasan dengan PKPT
2) Memproses penerbitan surat tugas dan mengarsipkan surat tugas sebagai bahan
3) Memproses penerbitan LHA, ML, SPN, dan SPM dengan memberi nomor dan
tanggal (LHA, ML, SPN dan SPM diberi nomor dan tanggal setelah ML, SPN,
atau SPM ditandatangani oleh Kepala Perwakilan)
4) Mendistribusikan LHA, ML, SPN, dan SPM, dan laporan hasil penugasan lainnya
(non audit) kepada pihak yang terkait
5) Mengadministrasikan pengarsipan (Central File) berkas hasil penugasan (antara
lain KKP, LHA, ML, SPN, SPM dan laporan hasil penugasan lainnya beserta
berkas pendukungnya)
c. Kepala Bidang
1) Melakukan koordinasi dengan Koordinator PFA dalam persiapan penugasan
dengan memperhatikan PKPT, KM1, dan KM2
2) Meminta Koordinator PFA agar mengusulkan susunan tim untuk penugasan
pengawasan, dan selanjutnya menyampaikan konsep Surat Tugas ke Kabag TU
dan Kepala Perwakilan
6) Mereview konsep LHA yang diterima dari Koordinator PFA, dalam hal
Koordinator PFA dijabat oleh PFA yang belum memiliki sertifikat Pengendali
Mutu
7) Mereview konsep ML, SPN, dan SPM dan menyampaikannya bersama dengan
LHA / Konsep LHA kepada Kepala Perwakilan
8) Menerima konsep laporan hasil penugasan lainnya (non audit) dari Koordinator
PFA, mereview, dan menyampaikannya kepada Kepala Perwakilan.
d. Kelompok PFA
1) Koordinator PFA
a) Melakukan koordinasi dengan Kabid dalam rangka persiapan penugasan
pengawasan
h) Mereview konsep ML, SPN, dan SPM serta menyampaikannya kepada Kepala
Perwakilan melalui Kabid
i) Mereview dan menyampaikan konsep laporan hasil penugasan lainnya (non
audit) kepada Kepala Perwakilan melalui Kabid
j) Menyampaikan berkas hasil penugasan kepada Kabag TU (Central File)
melalui Kabid
k) Menyusun formulir Kendali Mutu (KM5 dan KM7)
2) Pengendali Teknis
a) Memberikan arahan kepada Ketua Tim dan Anggota Tim dalam persiapan
penugasan (penyusunan KM3, KM4, KM9, dan konsep Surat Tugas) serta
menyampaikan berkas penugasan kepada Koordinator PFA untuk penerbitan
Surat Tugas.
b) Melakukan supervisi atas pelaksanaan penugasan yang dilakukan oleh Ketua
Tim dan Anggota Tim.
c) Mereview konsep LHA, ML, SPN, dan SPM yang telah disusun oleh Ketua
Tim dan menyampaikannya kepada Koordinator PFA.
d) Memberikan masukan dalam review meeting yang diselenggarakan Kepala
Perwakilan untuk membahas konsep LHA.
b) Melaksanakan penugasan
c) Menyusun konsep LHA, ML, SPN, dan SPM serta menyampaikan kepada
Pengendali Teknis
d) Memberikan masukan dalam review meeting yang diselenggarakan Kepala
Perwakilan untuk membahas konsep LHA.
e) Menyusun konsep laporan hasil penugasan lainnya (non audit) dan
menyampaikannya kepada Pengendali Teknis
a. Kepala Perwakilan
1) Memberikan arahan kepada Kabag TU/Kepala Bidang dan Koordinator PFA
dalam rangka evaluasi hasil pengawasan
2) Menugaskan kepada Kelompok PFA untuk menyusun TPIII 2000 dan
melaksanakan monitoring tindak lanjut
3) Memberikan arahan kepada Kabid dan Kabag TU dalam rangka penyusunan
laporan periodik
4) Menandatangani laporan periodik dan menyampaikannya kepada Kasubbag TU
untuk didistribusikan
b. Kabag TU
1) Menerima laporan rencana dan realisasi mingguan RMP/RPL (KM12) dari Kepala
Bidang
2) Menyusun formulir pengendalian RMP/RPL (KM11) dan menyampaikan kepada
Kepala Perwakilan
3) Menerima TPIII 2000 dari Kepala Bidang dan menyelenggarakan pengolahan data
temuan dan tindak lanjut hasil pengawasan
6) Menerima DOP dari Kabid dan menyusun kompilasi DOP untuk lingkup
Perwakilan.
7) Menyampaikan kompilasi DOP kepada Kepala Perwakilan
d. Kelompok PFA
1) Koordinator PFA (Pengendali Mutu)
a) Melakukan koordinasi dengan Kabid dalam rangka persiapan penugasan
penyusunan TPIII 2000 dan monitoring tindak lanjut
b) Melaksanakan supervisi atas pelaksanaan penugasan penyusunan TPIII 2000
dan monitoring tindak lanjut yang dilakukan oleh Pengendali Teknis, Ketua
Tim, dan Anggota Tim
c) Menyampaikan TPIII 2000 dan monitoring tindak lanjut kepada Kabid
d) Melakukan koordinasi dengan Kabid dalam rangka persiapan penugasan
evaluasi hasil pengawasan dan penyusunan DOP
e) Melakukan supervisi atas pelaksanaan evaluasi hasil pengawasan dan
penyusunan DOP yang dilakukan oleh Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan
Anggota Tim
2) Pengendali Teknis
a) Melaksanakan supervisi atas pelaksanaan penugasan penyusunan TPIII 2000
1) Pejabat Penilai bagi PFA Ketua Tim dan Anggota Tim adalah Pengendali
Teknis sebagai atasan langsung PFA yang bersangkutan. Atasan Pejabat
Penilai adalah Koordinator PFA (Pengendali Mutu). Dalam hal Koordinator
PFA belum memiliki sertifikat Pengendali Mutu, Atasan Pejabat Penilai
adalah Kabid mitra kerjanya.
4) Penetapan pejabat penilai dan atasan pejabat penilai dilakukan setiap awal
tahun dan atau setiap adanya mutasi PFA/Pejabat Struktural.
c) Kepala BPKP selaku Atasan Pejabat Penilai menerima konsep DP-3 dari
Pejabat Penilai dan melakukan revisi jika perlu, kemudian
mengembalikan kepada Pejabat Penilai yang bersangkutan.
d) Konsep DP-3 oleh Pejabat Penilai disampaikan kepada PFA yang
bersangkutan.
e) PFA yang bersangkutan meneliti konsep DP-3 dan bila perlu
menyampaikan keberatan tertulis kepada Atasan Pejabat Penilai dan
kemudian mengembalikannya kepada Pejabat Penilai.
f) Pejabat Penilai menyampaikan konsep DP-3 kepada Kasubbag TU
g) Kasubbag Kepegawaian memproses finalisasi dan mendistribusikan DP-3
sesuai ketentuan yang berlaku
2. Cuti
Cuti merupakan hak PNS, oleh sebab itu pelaksanaan cuti hanya dapat ditunda
dalam rangka waktu tertentu jika kepentingan dinas mendesak. Ketentuan mengenai
pelaksanaan cuti PNS diatur dalam PP No. 24 tahun 1976. Sesuai dengan struktur
a. Prosedur pemberian cuti tahunan, cuti sakit, cuti karena alasan penting,
dan cuti bersalin:
1) PFA membuat permohonan cuti, dengan memperhatikan jumlah hak cuti
yang diadministrasikan oleh Kasubbag Kepegawaian.
2) Permohonan cuti bagi PFA Pengendali Mutu dan Pengendali Teknis
disampaikan kepada Kepala Perwakilan, sedangkan bagi PFA Ketua Tim
dan Anggota Tim disampaikan kepada Kabag TU, untuk memperoleh
persetujuan, setelah terlebih dahulu dibubuhi tanda tangan/paraf atasan
langsung yang bersangkutan sesuai struktur organisasi Kelompok PFA
4) Kepala Perwakilan menerima surat ijin Cuti di luar Tanggungan Negara dari
Sesma, dan menyampaikannya kepada PFA yang bersangkutan.
5. Pengelolaan PKS
a. Kegiatan Utama PKS
1) Kegiatan Perencanaan
2) Kegiatan Pelaksanaan
3) Kegiatan Pelaporan Pelaksanaan PKS