Anda di halaman 1dari 104

TENTARA NASIONAL INDONESIA No. 201.

08-030222
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PT : REN-22

PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN
REFORMASI BIROKRASI (PMPRB)
DI LINGKUNGAN TNI AD

DISAHKAN DENGAN KEPUTUSAN KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


NOMOR KEP/848/XII/2021 TANGGAL 6 DESEMBER 2021
TENTARA NASIONAL INDONESIA No. 201.08-030222
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PT : REN-22

PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN
REFORMASI BIROKRASI (PMPRB)
DI LINGKUNGAN TNI AD

DISAHKAN DENGAN KEPUTUSAN KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


NOMOR KEP/848/XII/2021 TANGGAL 6 DESEMBER 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................ i


RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................ iii
Keputusan Kasad Nomor Kep/848/XII/2021 tanggal 6 Desember 2021
tentang Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
(PMPRB) di Lingkungan TNI AD ........................................................................ 1

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum .................................................................................... . 3
2. Maksud dan Tujuan ............................................................... . 3
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut ................................................ . 4
4. Dasar ..................................................................................... . 4
5. Pengertian .............................................................................. 5

BAB II KETENTUAN UMUM

6. Umum .................................................................................... 5
7. Tujuan dan Sasaran ............................................................... 6
8. Sifat ....................................................................................... 6
9. Organisasi .............................................................................. 7
10. Syarat Personel ...................................................................... 10
11. Teknik .................................................................................... 10
12. Sarana dan Prasarana ............................................................ 15
13. Faktor - Faktor yang Memengaruhi ........................................ 15
14. Ketentuan Lain....................................................................... 16

BAB III KEGIATAN YANG DILAKSANAKAAN

15. Umum .................................................................................... 17


16. Tahap Perencanaan ................................................................ 17
17. Tahap Persiapan..................................................................... 18
18. Tahap Pelaksanaan ................................................................ 19
19. Tahap Pengakhiran ................................................................ 58

BAB IV HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

20. Umum .................................................................................... 59


21. Tindakan Pengamanan ........................................................... 59
22. Tindakan Administrasi ........................................................... 60

BAB V PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

23. Umum .................................................................................... 61


24. Pengawasan ........................................................................... 61
25. Pengendalian .......................................................................... 62

BAB VI PENUTUP

26. Keberhasilan .......................................................................... 64


27. Penyempurnaan ..................................................................... 64

LAMPIRAN A PENGERTIAN ..................................................................... 65

LAMPIRAN B SKEMA ALIRAN PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS


PMPRB DI LINGKUNGAN TNI AD ........................................ 71

i
LAMPIRAN C BOBOT PENILAIAN KOMPONEN DAN SUB KOMPONEN
PENILAIAN......................................................................... 72

LAMPIRAN D DAFTAR FORMAT PRODUK PMPRB ................................... 74

ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI
DI LINGKUNGAN TNI AD

Pendahuluan Agenda Reformasi Birokrasi merupakan salah satu


prioritas pembangunan Nasional dimana
pelaksanaannya dilaksanakan oleh seluruh
Kementerian dan Lembaga termasuk Pemerintah
Daerah. Dalam rangka menindaklanjuti agenda RB,
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor
81 tahun 2010 tentang Grand Design RB 2010 – 2025
yang kemudian oleh Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri
PANRB) dijadikan dasar penyusunan Road Map
Reformasi Birokrasi yang dikeluarkan setiap lima
tahun sekali. Untuk menilai dan mengawal
pelaksanaan RB disusunlah suatu metode penilaian
mandiri untuk menilai pelaksanaan Reformasi
Birokrasi. Agar pelaksanaan penilaian Reformasi
Birokrasi di lingkungan TNI AD berjalan efektif, efisien
dan ekonomis, maka perlu disusun Petunjuk Teknis
(Juknis) Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi (PMPRB) di lingkungan TNI AD guna
memberikan kesamaan pola pikir, pola sikap, dan pola
tindak kepada asesor. Keberadaan Juknis ini
diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi asesor
dalam setiap pelaksanaan kegiatan penilaian
Reformasi Birokrasi di lingkungan TNI AD.

Kegiatan PMPRB telah diatur dalam Petunjuk


Penyelenggaraan (Jukgar) Reformasi Birokrasi di
Lingkungan TNI AD yang dijabarkan dalam petunjuk
teknis PMPRB di Lingkungan TNI AD. Juknis ini
membahas tentang pelaksanaan PMPRB tingkat Pusat
dan Kotama melalui tahap perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, dan pengakhiran. Dalam pelaksanaan
Reformasi Birokrasi yang dilaksanakan oleh tingkat
Kotama TNI AD terdapat beberapa aspek yang berbeda
pelaksanaannya karena tingkatan organisasi atau
tingkatan Kotama TNI AD. Perbedaan aspek yang
dilaksanakan akan menimbulkan penafsiran yang
berbeda diantara Tim Asesor dalam melaksanakan
penilaian mandiri, yang berdampak pada pelaksanaan
PMPRB yang belum bisa berjalan secara optimal.
Keberadaan Juknis ini diharapkan dapat dijadikan
pedoman bagi asesor dalam setiap pelaksanaan
kegiatan PMPRB di lingkungan TNI AD. Selain itu dapat
digunakan sebagai sumber bahan ajaran bagi lembaga
pendidikan di lingkungan TNI AD.

Tujuan dan Sasaran PMPRB bertujuan untuk memperoleh informasi


mengenai perkembangan pelaksanaan Reformasi
Birokrasi dan upaya–upaya perbaikan yang perlu
dilakukan kemudian bagi organisasi TNI AD digunakan

iii
iv

untuk melakukan penilaian mandiri (self-assessment)


atas pelaksanaan RB di lingkungan TNI AD.

Sasaran PMPRB adalah mewujudkan


pelaksanaan RB di lingkungan TNI AD yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Sifat Sifat pelaksanaan PMPRB meliputi akuntabel,


bermanfaat, fleksibel, keabsahan, kemitraan,
kesahihan, objektif, preventif, represif, teliti, terukur,
transparan, dan edukatif.

Organisasi, Tugas dan Organisasi Pelaksanaan PMPRB tingkat Pusat


Tanggung Jawab meliputi Penanggung Jawab, Wakil Penanggung
Jawab, Ketua Tim, Sekretaris Tim dan Asesor.
Sedangkan untuk tingkat Kotama meliputi Penanggung
Jawab, Wakil Penanggung Jawab, Ketua Tim,
Sekretaris Tim dan Asesor.

Kegiatan yang Kegiatan pelaksanaan PMPRB dilakukan dengan


Dilaksanakan tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
pengakhiran.

Pengawasan dan Pengawasan dan pengendalian merupakan


Pengendalian langkah mutlak untuk menjamin optimalisasi
pelaksanaan kegiatan PMPRB.

Keberhasilan dan Disiplin untuk menaati ketentuan yang ada


Penyempurnaan dalam Juknis PMPRB di Lingkungan TNI AD sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan penyelenggaraan
penilaian dan perlu terus disempurnakan berdasarkan
masukan yang disampaikan kepada Kasad melalui
Dankodiklatad.

iv
1

KEPUTUSAN KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


Nomor Kep/ 848 / XII /2021

tentang

PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (PMPRB)
DI LINGKUNGAN TNI AD

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA STAF ANGKATAN DARAT,

Menimbang : a. bahwa dibutuhkan adanya peranti lunak berupa petunjuk


teknis untuk digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas bagi satuan dan sumber bahan ajaran
bagi lembaga pendidikan di lingkungan TNI AD;

b. bahwa untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perlu


ditetapkan Keputusan Kasad tentang Petunjuk Teknis
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
(PMPRB) di Lingkungan TNI AD;

Mengingat : 1. Keputusan Kasad Nomor/430/X/2013 tanggal 31 Oktober


2013 tentang Buku Petunjuk Administrasi tentang
Penyelenggaraan Administrasi Umum Angkatan Darat;

2. Keputusan Kasad Nomor/973/XI/2019 tanggal 18


November 2019 tentang Petunjuk Referensi Stratifikasi
Doktrin TNI AD;

3. Keputusan Kasad Nomor Kep/182/III/2020 tanggal 13


Maret 2020 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara
Penyusunan Doktrin TNI AD;

4. Keputusan Kasad Nomor Kep/548a/VI/2016 tanggal 15


April 2020 tentang Perubahan I Petunjuk Teknis Tulisan
Dinas;

5. Keputusan Kasad Nomor Kep/495-5/XII/2013 tanggal 18


Desember 2013 tentang Naskah Sementara Doktrin
Perencanaan TNI AD;
2

Memperhatikan : 1. Surat Perintah Kasad Nomor Sprin/70/I/2021 tanggal 8


Januari 2021 tentang Perintah Melaksanakan
Penyusunan/Revisi Doktrin TNI AD TA 2021;

2. Surat Perintah Asrena Kasad Nomor Sprin/425/II/2021


tanggal 8 Februari 2021 tentang Kelompok Kerja
Penyusunan Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) di lingkungan
TNI AD;

3. Hasil perumusan Kelompok Kerja penyusunan Keputusan


Kasad tentang Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) di lingkungan
TNI AD;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : 1. Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi


Birokrasi (PMPRB) di Lingkungan TNI AD sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini dengan
menggunakan kode PT : REN-22.
2. Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi (PMPRB) di lingkungan TNI AD ini berklasifikasi
Biasa.
3. Asisten Perencanaan dan Anggaran TNI Angkatan Darat
sebagai pembina materi petunjuk teknis ini.
4. Ketentuan lain yang bertentangan dengan materi
petunjuk teknis ini dinyatakan tidak berlaku.

5. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Bandung
pada tanggal 6 Desember 2021

a.n. KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


DANKODIKLAT,

tertanda

AM. PUTRANTO, S.Sos.


LETNAN JENDERAL TNI
Distribusi:

A dan B Angkatan Darat


AUTENTIKASI
Tembusan: DIREKTUR AJUDAN JENDERAL TNI AD,

1. Kasum TNI
2. Irjen Kemhan
3. Irjen TNI TEGUH BANGUN MARTOTO, S.Sos., M.H.
4. Asrenum Panglima TNI BRIGADIR JENDERAL TNI
5. Kapusjarah TNI
3

TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran Keputusan Kasad


MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep/ 848 / XII /2021
Tanggal 6 Desember 2021

PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (PMPRB)
DI LINGKUNGAN TNI AD

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Reformasi Birokrasi TNI AD merupakan program jangka panjang untuk


menuju tata kelola birokrasi TNI AD yang lebih baik dalam rangka
menciptakan birokrasi yang bersih dan bebas korupsi kolusi dan nepotisme
(KKN), transparan, akuntabel serta profesional. Agar pelaksanaan Reformasi
Birokrasi di lingkungan TNI AD dapat berjalan sesuai dengan arah yang telah
ditetapkan, maka perlu dilaksanakan monitoring dan evaluasi (Monev) secara
berkala melalui kegiatan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
(PMPRB). Agar pelaksanaan PMPRB dapat berjalan dengan optimal, maka
perlu disusun pedoman berupa Petunjuk Teknis (Juknis) PMPRB di
lingkungan TNI AD. Juknis PMPRB di lingkungan TNI AD ini merupakan
penjabaran dari Petunjuk Penyelenggaraan (Jukgar) Reformasi Birokrasi yang
membahas tentang pelaksanaan PMPRB di tingkat Pusat dan Kotama melalui
tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.

b. Penyelenggaraan PMPRB di tingkat Pusat dan Kotama selama ini


berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (PERMENPANRB) Nomor 26 tahun 2020 tentang Pedoman
Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Lembar Kerja Evaluasi (LKE)
yang diterbitkan secara berkala oleh Kementerian PANRB. Dengan
diterbitkannya pedoman evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi ditingkat
Kementerian dan Lembaga, maka Juknis PMPRB yang berlaku di lingkungan
TNI AD perlu disesuaikan dengan organisasi TNI AD sesuai dengan tingkatan
organisasinya. Diharapkan Juknis PMPRB nantinya dapat menjadi pedoman
dalam pelaksanaan PMPRB yang berlaku di lingkungan TNI AD.

c. Agar pelaksanaan PMPRB dapat berjalan efektif, efisien, ekonomis, dan


berkesinambungan, maka perlu disusun Juknis PMPRB di lingkungan TNI AD
yang valid dan bersifat operasional. Juknis PMPRB di lingkungan TNI AD ini
memberikan kesamaan pola pikir, pola sikap dan pola tindak kepada Asesor
dalam setiap pelaksanaan kegiatan PMPRB di lingkungan TNI AD. Selain itu
dapat digunakan sebagai sumber bahan ajaran bagi lembaga pendidikan di
lingkungan TNI AD.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Juknis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran


dan penjelasan tentang penyelenggaraan PMPRB di lingkungan TNI AD.

b. Tujuan. Juknis ini bertujuan agar dapat dijadikan pedoman dalam


penyelenggaraan PMPRB di lingkungan TNI AD.
4

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Pembahasan Juknis ini meliputi PMPRB yang


dilaksanakan di tingkat Pusat dan Kotama yang dilaksanakan melalui tahap
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.

b. Tata Urut.

1) Bab I Pendahuluan.

2) Bab II Ketentuan Umum.

3) Bab III Kegiatan yang Dilaksanakan.

4) Bab IV Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan.

5) Bab V Pengawasan dan Pengendalian.

6) Bab VI Penutup.

4. Dasar.

a. Peraturan Presiden RI Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design


Reformasi Birokrasi 2010-2025;

b. Peraturan Menteri PANRB Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman


Standard Pelayanan;

c. Peraturan Menteri PANRB Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman


Pembangunan Agen Perubahan di Instansi Pemerintah;

d. Peraturan Menteri PANRB Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman


Evaluasi Kinerja Penyelenggara Pelayanan Publik;

e. Peraturan Menteri PANRB Nomor 13 Tahun 2017 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Sistem Informasi Pelayanan Publik Nasional;

f. Peraturan Menteri PANRB Nomor 19 Tahun 2018 tentang Penyusunan


Peta Proses Bisnis Instansi Pemerintah;

g. Peraturan Menteri PANRB Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map


Reformasi Birokrasi 2020-2024;

h. Peraturan Menteri PANRB Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman


Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi;

i. Peraturan Panglima TNI Nomor 33 Tahun 2018 tentang Reformasi


Birokrasi di lingkungan TNI;

j. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1533/XII/2019 tanggal 27


Desember Tahun 2019 tentang Road Map Reformasi Birokrasi TNI 2020-2024;

k. Peraturan Kasad Nomor 26 Tahun 2017 tentang Pedoman Penanganan


Gratifikasi di lingkungan TNI AD;

l. Peraturan Kasad Nomor 27 Tahun 2017 tentang Sistem Pelaporan


Pelanggaran (whistle blowing system) di Lingkungan TNI AD;
5

m. Peraturan Kasad Nomor 28 Tahun 2017 tentang Sistem Pengendalian


Intern Pemerintahan (SPIP) di Lingkungan TNI AD;

n. Peraturan Kasad Nomor 29 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum


Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan TNI AD;

o. Peraturan Kasad Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pedoman pembangunan


Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih
dan Melayani di Lingkungan TNI AD;

p. Peraturan Kasad Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pembentukan Produk


Hukum di lingkungan TNI AD;

q. Keputusan Kasad Nomor Kep/630/VII/2016 tanggal 27 Juli 2016


tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Dokumen Rencana Strategis di
Lingkungan TNI AD;

r. Keputusan Kasad Nomor Kep/973/XI/2019 tanggal 18 November 2019


Petunjuk Referensi tentang Stratifikasi Doktrin TNI AD;

s. Keputusan Kasad Nomor Kep/182/III/2020 tanggal 13 Maret 2020


tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penyusunan Doktrin TNI AD;

t. Keputusan Kasad Nomor Kep/254/IV/2020 tanggal 2 April 2020


tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Organisasi dan Satuan Tugas;

u. Keputusan Kasad Nomor Kep/548a/VI/2016 tanggal 15 April 2020


tentang Perubahan atas Petunjuk Teknis tentang Tulisan Dinas;

v. Keputusan Kasad Nomor Kep/800/X/2020 tanggal 22 Oktober 2020 tentang


Petunjuk Penyelenggaraan Penyusunan dan Penerbitan Doktrin TNI AD; dan

w. Keputusan Kasad Nomor Kep 96/III/2021 tanggal 1 Maret 2021


tentang Road Map Reformasi Birokrasi TNI AD TA 2020-2024 (Revisi).

5. Pengertian. (Lampiran A).

BAB II
KETENTUAN UMUM

6. Umum. PMPRB adalah model penilaian mandiri yang berbasis prinsip


Manajemen Kualitas (Total Quality Management) dan digunakan sebagai metode
untuk melakukan penilaian serta analisis yang menyeluruh terhadap kinerja
satuan. Agar kegiatan pelaksanaan PMPRB bisa berjalan secara optimal, diperlukan
tujuan, sasaran, sifat, organisasi, syarat personel, teknis, sarana, dan prasarana,
serta faktor-faktor yang memengaruhi hingga ketentuan lain sebagai ketentuan
umum pelaksanaan PMPRB. Dengan memedomani ketentuan umum diharapkan
pelaksanaan tugas Tim Asesor dapat berjalan secara efektif dan efisien guna
mendukung tugas pokok TNI AD.
6

7. Tujuan dan Sasaran PMPRB.

a. Tujuan PMPRB. Tujuan PMPRB adalah untuk memperoleh informasi


tentang pelaksanaan dan pencapaian Reformasi Birokrasi di lingkungan
internal TNI AD, memonitor rencana aksi tindak lanjut hasil penilaian mandiri
di lingkungan internal TNI AD periode sebelumnya, memberikan saran
perbaikan untuk meningkatkan pencapaian RB di lingkungan TNI AD dan
menciptakan birokrasi di lingkungan TNI AD yang bersih, akuntabel, kapabel,
dan dapat memberikan pelayanan publik yang prima.

b. Sasaran PMPRB. Tercapainya pemenuhan komponen penilaian


Reformasi Birokrasi yang telah dicanangkan yang terdiri dari komponen
pengungkit dan komponen hasil dalam penilaian mandiri, sehingga
pelaksanaan PMPRB bisa berjalan secara optimal.

8. Sifat.

a. Akuntabel. Pencatatan hasil PMPRB dituangkan dalam administrasi


pelaporan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.

b. Bermanfaat. Penyelenggaraan PMPRB dapat memberikan nilai tambah


yang sebesar-besarnya bagi satuan.

c. Edukatif. Penyelenggaraan PMPRB mampu mengedukasi,


membimbing dan mendorong kesadaran akan pentingnya pelaksanaan tugas
sehingga berjalan secara efektif, efisien, dan ekonomis.

d. Fleksibel. Penyelenggaraan kegiatan PMPRB harus bersifat luwes


terhadap perkembangan ilmu dan teknologi tanpa bertentangan dengan
norma, aturan, ketentuan, dan undang-undang yang berlaku.

e. Keabsahan. Penyelenggaraan PMPRB dilaksanakan sesuai dengan


standar dan ketentuan yang berlaku.

f. Kemitraan. Penyelenggaraan PMPRB dilaksanakan dalam suasana


kemitraan dimana Tim Asesor menganggap Tim Pelaksana RB sebagai mitra
kerja dalam pembangunan Reformasi Birokrasi di satuannya.

g. Kesahihan. Penyelenggaraan PMPRB menggunakan data faktual dan


bukti fisik yang sah, valid, dan otentik.

h. Objektif. Pencatatan hasil PMPRB sesuai dengan fakta dan data


yang sebenarnya, tidak dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan pribadi.

i. Preventif. Penyelenggaraan PMPRB dilakukan untuk mencegah dan


meminimalisasi timbulnya penyimpangan dalam pelaksanaan program kerja
maupun kegiatan non program.

j. Represif. Penyelenggaraan PMPRB yang dilakukan sebagai tindak


lanjut dari preventif akibat adanya kekurangan data dukung dalam
pelaksanaan PMPRB.

k. Teliti. Penyelenggaraan kegiatan PMPRB harus lebih cermat dalam


mengungkap pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang
dilakukan secara sistematis dan objektif untuk melengkapi data dukung LKE
PMPRB.
7

l. Terukur. Penyelenggaraan kegiatan PMPRB harus menghasilkan nilai


yang terukur berdasarkan ketentuan yang berlaku dihadapkan dengan data
dukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang ada.

m. Transparan. Penyelenggaraan dan hasil PMPRB disampaikan secara


terbuka dan jujur kepada tim pelaksana Reformasi Birokrasi agar Tim
Pelaksana Reformasi Birokrasi bisa mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pembangunan Reformasi Birokrasi yang telah dilaksanakan.

9. Organisasi.

a. Struktur Organisasi. Struktur organisasi Tim Asesor mulai dari


tingkat Pusat dan Kotama memiliki struktur organisasi yang sama sebagai
berikut:

PENANGGUNG JAWAB
WAKIL PENANGGUNG JAWAB

KETUA TIM

SEKRETARIS TIM

ASESOR

b. Susunan Organisasi.

1) Tingkat Pusat.

a) Penanggung Jawab : Wakasad.

b) Wakil Penanggung Jawab : Waasrena Kasad Bid Jemen


dan RB.

c) Ketua Tim : Paban VII/RB Srenaad.

d) Sekretaris Tim : Pabandya-3/PMPRB Spaban


VII/RB Srenaad.

e) Asesor : Pabandya/Kabag/Setingkat.

2) Tingkat Kotama.

a) Penanggung Jawab : Kas/Wadan.

b) Wakil Penanggung Jawab : Inspektur.

c) Ketua Tim : Asisten/Paban/Setingkat


bidang perencanaan.

d) Sekretaris Tim : Paban/Waas/Pabandya


bidang perencanaan.

e) Asesor : Paban/Waas/Pabandya/
Setingkat yang ditunjuk.
8

c. Tugas dan Tanggung Jawab. Dalam melaksanakan penilaian, Tim


Asesor mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing, Adapun tugas
dan tanggung jawab Tim Asesor dari tingkat Pusat dan Kotama memiliki
kesamaan sebagai berikut:

1) Penanggung Jawab.

a) menetapkan kebijakan, memimpin dan mengarahkan


penyelenggaraan kegiatan PMPRB (Khusus Wakasad);

b) mengawasi penyelenggaraan kegiatan PMPRB;

c) mengendalikan penyelenggaraan kegiatan PMPRB;

d) membentuk Tim Asesor PMPRB;

e) menerbitkan surat perintah pelaksanaan;

f) memimpin rapat terkait rencana dan laporan;

g) membuat laporan PMPRB; dan

h) dalam melaksanakan tugasnya penanggung jawab


bertanggung jawab kepada Pimpinan di satuannya masing-
masing.

2) Wakil Penanggung Jawab.

a) mewakili Penanggung Jawab dalam menetapkan kebijakan,


memimpin, dan mengarahkan penyelenggaraan PMPRB;

b) mewakili Penanggung Jawab dalam menerbitkan surat


perintah pelaksanaan PMPRB;

c) mewakili Penanggung Jawab dalam memberikan


dukungan kelengkapan administrasi kegiatan PMPRB;

d) menyarankan kepada Penanggung Jawab terkait hal-hal


teknis terhadap penyelenggaraan dan penyusunan personel Tim
Asesor; dan

e) dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada


Penanggung Jawab.

3) Ketua Tim.

a) menyusun rencana pelaksanaan kegiatan PMPRB;

b) melaksanakan koordinasi awal dengan pejabat terkait


rencana kegiatan PMPRB;

c) memantau rekapitulasi hasil PMPRB;

d) mengkoordinir pelaksanaan penataran Asesor;

e) mengarahkan kegiatan agar tercapai keberhasilan kegiatan


PMPRB;
9

f) mengendalikan dan menjamin kualitas penyelenggaraan


serta hasil kegiatan PMPRB;

g) mengawasi penyelenggaraan kegiatan PMPRB;

h) mengevaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan guna


menjamin kualitas kegiatan PMPRB;

i) mengendalikan secara teknis terhadap penyelenggaraan


kegiatan PMPRB;

j) mempertimbangkan dan meneruskan setiap saran yang


disampaikan oleh Tim Asesor terkait dengan pelaksanaan
kegiatan PMPRB agar tujuan dan sasaran tercapai;

k) memaparkan kesiapan Tim Asesor;

l) melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang


ditetapkan;

m) memimpin, mengarahkan dan menginstruksikan Tim


Asesor dalam melaksanakan tugas;

n) membantu penanggung jawab dalam pembuatan laporan


PMPRB;

o) menyusun rencana aksi tindak lanjut PMPRB; dan

p) dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada


Penanggung Jawab.

4) Sekretaris Tim.

a) membantu Penanggung Jawab dan Ketua Tim dalam


pelaksanaan tugasnya;

b) menyusun dukungan kelengkapan administrasi kegiatan


PMPRB;

c) membuat persiapan pelaksanaan kegiatan Tim Asesor;

d) membantu Ketua Tim dalam menyiapkan bahan paparan


kesiapan Tim Asesor;

e) menghimpun laporan yang disusun oleh Asesor;

f) membantu Ketua Tim dalam menyusun laporan hasil


PMPRB;

g) mendokumentasikan kegiatan PMPRB;

h) menyusun resume hasil PMPRB; dan

i) dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada


Ketua Tim.
10

5) Asesor.

a) melakukan proses penilaian sesuai dengan ketentuan;

b) memberikan penilaian terhadap pelaksanaan Reformasi


Birokrasi di satuannya sesuai dengan aturan yang tertuang di dalam
LKE PMPRB;

c) melaksanakan pengawasan, pencocokan, penelaahan dan


penelitian terhadap data dukung yang ada;

d) melakukan diskusi di dalam tim dengan baik untuk


mencapai konsensus dalam hal penilaian;

e) membantu Ketua Tim dalam penyusunan rencana aksi


tindak lanjut PMPRB;

f) menyiapkan bahan-bahan untuk melakukan penilaian


terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi di satuannya pada
komponen pengungkit;

g) menyiapkan draf rencana perbaikan terhadap komponen


pengungkit dan rencana aksinya sesuai standar/format yang
diberikan; dan

h) dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada


Ketua Tim.

10. Syarat Personel. Syarat personel PMPRB dalam melaksanakan tugasnya


sebagai berikut:

a. Memahami materi dan pengaplikasian Reformasi Birokrasi di lingkungan


tempat bertugas;
b. Sehat jasmani dan rohani;

c. Memiliki kejujuran dalam menilai pelaksanaan Reformasi Birokrasi


tempat dia bertugas;

d. Memiliki dedikasi dan integritas yang tinggi;


e. Menguasai sepenuhnya norma dan aturan yang berlaku dalam
pelaksanaan Reformasi Birokrasi; dan

f. Mempunyai pandangan yang luas dan wawasan yang jauh ke depan


terhadap pembinaan tugas dan fungsi.

11. Teknis. Kegiatan PMPRB diharapkan dapat berjalan dengan maksimal dan
sesuai dengan ketentuan penyelenggaraan PMPRB yang berlaku di lingkungan TNI
AD, pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Model PMPRB. Melalui model PMPRB dapat diuraikan bahwa


program – program yang ditetapkan dalam Road Map Reformasi Birokrasi TNI
AD merupakan proses yang diharapkan dapat menghasilkan sasaran
birokrasi TNI AD yang bersih, bebas KKN, transparan, akuntabel, profesional
serta mempunyai pelayanan publik yang prima. Adapun komponen yang
dinilai oleh Tim Asesor yaitu:

1) Komponen Pengungkit. Penilaian terhadap setiap program


dalam komponen pengungkit (proses) dan sasaran Reformasi Birokrasi
11

diukur melalui indikator-indikator yang dipandang mewakili program


tersebut. Sehingga dengan menilai indikator tersebut diharapkan dapat
memberikan gambaran pencapaian upaya yang berdampak pada
pencapaian sasaran. Komponen pengungkit terdiri dari 3 (tiga) aspek,
yaitu Aspek Pemenuhan, Aspek Hasil Antara dan Aspek Reform.
Kategori-kategori pengungkit ini menjadi bagian dari delapan area
perubahan Reformasi Birokrasi yaitu: manajemen perubahan,
Penataan Peraturan Perundang - undangan/Deregulasi Kebijakan,
penataan dan penguatan organisasi, penataan tatalaksana, penataan
sistem manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), penguatan
akuntabilitas kinerja, penguatan pengawasan, dan peningkatan
kualitas pelayanan publik.

2) Komponen Hasil. Komponen hasil merupakan dampak dari


upaya-upaya atau program/kegiatan yang telah dilakukan dalam
mewujudkan sasaran Reformasi Birokrasi dimana komponen hasil
merupakan kinerja yang diperoleh dari komponen pengungkit.
Indikator yang digunakan meliputi penguatan akuntabilitas kinerja dan
keuangan, peningkatan kualitas pelayanan publik, satuan yang bersih
dan bebas KKN dan kinerja organisasi.

b. Memahami Siklus Perencanaan – Pelaksanaan – Pengecekan – Koreksi.


Penilaian komponen pengungkit pada model PMPRB dilakukan dengan
menggunakan siklus Perencanaan – Pelaksanaan – Pengecekan – Koreksi
(P3K). Siklus P3K digunakan dalam rangka mewujudkan
perbaikan/penyempurnaan berkelanjutan (Continuous Improvements) yang
harus dilakukan oleh setiap satuan untuk memperbaiki kinerja menjadi lebih
baik dari tahun ke tahun, terutama dalam kaitan dengan pelayanan kepada
publik/pengguna layanan. Pendekatan siklus P3K menekankan bahwa
perencanaan yang matang akan mendorong pelaksanaan kegiatan yang
efisien dan efektif, sementara itu pelaksanaan kegiatan harus selalu
dimonitor dan dievaluasi agar dapat dilakukan upaya perbaikan
berkelanjutan pada tahapan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
selanjutnya demikian seterusnya sehingga terjadi siklus upaya perbaikan
yang berkelanjutan.

1) Perencanaan. Pada tahapan ini seluruh rencana dirumuskan,


mulai dari menetapkan target yang ingin dicapai, mengidentifikasi
kegiatan, sub kegiatan, aktivitas yang akan dilakukan dalam rangka
mewujudkan target-target, menyusun rencana sumber-sumber daya
yang akan digunakan, menyusun jadwal, menetapkan tim yang akan
bertanggung jawab, menyusun target antara triwulan, semester dan
tahunan, menetapkan sistem monitoring dan evaluasi.

2) Pelaksanaan. Pada tahapan ini seluruh rencana yang telah


ditetapkan diimplementasikan secara disiplin, sesuai dengan jadwal
dan target-target yang telah ditetapkan.

3) Pengecekan. Pada tahapan ini dilakukan monitoring dan


evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan pada setiap kegiatan yang
sedang berjalan dan yang telah selesai dilaksanakan. Monitoring dan
evaluasi terhadap kegiatan yang sedang berjalan, dilakukan untuk
memperbaiki secara cepat proses pelaksanaan kegiatan agar tidak
menyimpang dari target-target yang telah ditetapkan. Evaluasi
terhadap kegiatan yang telah selesai dilaksanakan ditujukan untuk
memperoleh masukan dalam rangka perbaikan kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan selanjutnya.
12

4) Koreksi. Pada tahapan ini dilakukan tindakan-tindakan korektif


langsung terhadap kegiatan yang sedang berjalan (jika ditemukan dari
hasil monitoring dan evaluasi terdapat penyimpangan dari target yang
ditetapkan). Tindakan korektif juga dapat dilakukan atas dasar hasil
evaluasi terhadap kegiatan yang telah selesai dilaksanakan, untuk
perbaikan kegiatan - kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya.

c. Mekanisme PMPRB.

1) Metodologi Penilaian. Metodologi yang digunakan untuk


melakukan penilaian pada komponen pengungkit, adalah teknik
“criteria referrenced test” dengan cara menilai setiap komponen dengan
kriteria penilaian dari masing-masing komponen yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sedangkan untuk melakukan penilaian komponen hasil,
antara lain menggunakan hasil survei eksternal pelaksanaan Reformasi
Birokrasi, ketercapaian kinerja satuan, dan informasi terkini terkait
satuan. Kriteria penilaian tertuang dalam LKE Reformasi Birokrasi.
Nilai akhir, kesimpulan, dan rencana aksi tindak lanjut diperoleh
berdasarkan konsensus Tim Asesor. Waktu pelaksanaan PMPRB
disesuaikan dengan perintah yang dikeluarkan oleh Ketua Pelaksana
Reformasi Birokrasi TNI AD. Hasil penilaian yang telah dilaksanakan
oleh Asesor pada komponen pengungkit di tingkat Kotama akan direviu
oleh tim reviu dari Mabesad. Penilaian komponen pengungkit yang
dilaksanakan oleh Tim Asesor di tingkat pusat akan direviu oleh
Kementerian PANRB.

2) Penunjukan Asesor. Aspek yang sangat penting dalam penerapan


PMPRB adalah tersedianya Asesor yang akan melakukan penilaian atas
seluruh kriteria dalam komponen pengungkit dan hasil di tingkat Pusat
dan komponen pengungkit di tingkat Kotama. Asesor harus ditunjuk
oleh pimpinan satuan (yang akan dinilai) karena yang bersangkutan
akan melakukan penilaian mandiri terhadap satuannya sendiri. Oleh
karena itu, pimpinan satuan harus menentukan pejabat yang akan
menjadi Asesor yang dipandang mengetahui seluk beluk pelaksanaan
tugas satuannya dengan baik. Dalam praktiknya, pimpinan satuan
dapat membentuk tim yang akan membantu Asesor dalam melakukan
penilaiannya. Asesor yang ditunjuk oleh pimpinan satuan, kemudian
diajukan ke sekretaris Tim Asesor untuk ditetapkan sebagai Asesor
PMPRB di masing–masing satuan. Penetapan Asesor dilakukan dalam
bentuk keputusan pimpinan satuan.

3) Teknik Penilaian. Pada dasarnya teknik penilaian merupakan


cara/alat/metode yang digunakan untuk pengumpulan dan analisis
data. Berbagai teknik penilaian dapat dipilih untuk mendukung metode
penilaian yang telah ditetapkan, sehingga mampu menjawab tujuan
dilakukannya PMPRB. Teknik pengumpulan data yang digunakan
antara lain kuesioner, wawancara, observasi, studi dokumentasi atau
kombinasi beberapa teknik tersebut. Sedangkan teknik analisis data
antara lain telaahan sederhana, berbagai analisis dan pengukuran,
metode statistik, pembandingan, analisis logika program dan
sebagainya. Pendokumentasian langkah penilaian dituangkan dalam
LKE agar pengumpulan data dukung dan analisis fakta-fakta dapat
ditelusuri kembali. Data dukung bisa berupa dokumen tertulis, lisan,
audio, visual dan audio visual dimana data dukung yang disiapkan
harus faktual, otentik, representatif, cukup dan terkini hal ini untuk
13

menghindari bias dalam penilaian karena diperlukan keabsahan dan


keandalan data dukung.

4) Waktu Pelaksanaan. Pelaksanaan PMPRB dilaksanakan satu kali


dalam setahun berdasarkan perintah dari pusat dalam hal ini Mabesad.

5) Skema Penilaian. Penilaian pelaksanaan RB tidak hanya


difokuskan pada data yang tertuang dalam dokumen formal semata,
tetapi juga dari sumber lain yang akurat dan relevan dengan
pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Penilaian dan penyimpulan penilaian
atas kemajuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi adalah sebagai
berikut:

a) penilaian harus menyimpulkan hasil penilaian atas fakta


objektif satuan dalam melaksanakan program Reformasi
Birokrasi sesuai dengan indikator masing-masing komponen
yang ada dalam LKE.

b) langkah-langkah penilaian dalam mengisi LKE dilakukan


sebagai berikut:

(1) dalam melakukan penilaian, terdapat tiga variabel


yaitu komponen, sub-komponen dan indikator;

(2) setiap sub-komponen pada komponen pengungkit


akan dibagi ke dalam beberapa pernyataan sebagai
indikator pemenuhan sub-komponen tersebut. Setiap
pertanyaan/pernyataan akan dijawab dengan ya/tidak
atau a/b/c atau a/b/c/d/e atau numerik. Jawaban
ya/tidak diberikan untuk pertanyaan-pertanyaan yang
langsung dapat dijawab ya atau tidak. Jawaban a/b/c/d/e
dan a/b/c diberikan untuk pertanyaan-pertanyaan atau
pernyataan-pernyataan yang menggunakan skala ordinal,
jawaban numerik diberikan untuk pertanyaan-pertanyaan
atau pernyataan-pernyataan yang dapat dihitung langsung
ketercapaiannya;

(3) setiap jawabannya “Ya” akan diberikan nilai 1


sedangkan jawaban “Tidak” akan diberikan nilai 0;

(4) dalam memberikan penilaian “Ya” atau “Tidak”


maupun “a/b/c/d/e”, Asesor harus menggunakan
profesional judgement-nya dengan mempertimbangkan
hal-hal yang mempengaruhi pada setiap indikator dan
didukung dengan suatu kertas kerja penilaian mandiri;

(5) setiap sub-komponen pada komponen hasil akan


dibagi ke dalam beberapa pernyataan sebagai indikator
pemenuhan sub-komponen tersebut. Setiap pertanyaan/
pernyataan akan dijawab dengan angka nominal;

(6) setelah setiap pertanyaan diberikan nilai maka


penyimpulan akan dilakukan sebagai berikut:

(a) tahap pertama dijumlahkan nilai pada setiap


pertanyaan pada setiap sub-komponen, sehingga
ditemukan suatu angka tertentu, misal sub-
komponen Pengendalian Gratifikasi mempunyai
alokasi nilai 10% dan memiliki 10 (sepuluh) buah
pertanyaan. Dari 10 (sepuluh) pertanyaan tersebut
apabila pertanyaan yang dijawab “Ya” ada 3 (tiga)
14

pertanyaan, maka nilai untuk sub-komponen


tersebut adalah: (3/10) x 10 = 3;

(b) untuk indikator yang berhubungan dengan


kondisi yang memerlukan penyimpulan, karena
terdiri dari beberapa sub indikator, penyimpulan
tentang indikator dilakukan melalui nilai rata-
rata; dan

(c) tahap berikutnya adalah melakukan


penjumlahan seluruh nilai sub-komponen yang ada
sehingga ditemukan suatu angka tertentu untuk
total nilai dengan range nilai antara 0 s.d. 100.

(7) pertanyaan atau pernyataan dikategorikan ke dalam


dua level yaitu pertanyaan atau pernyataan level pertama
untuk Pusat dalam hal ini Mabesad level kedua untuk
tingkat Kotama. Pemetaan beberapa pertanyaan atau
pernyataan tersebut sebagai berikut:

(a) pertanyaan atau pernyataan yang hanya


terdapat pada level Pusat; dan

(b) pertanyaan atau pernyataan yang hanya


terdapat pada level Kotama.

c) setelah setiap pertanyaan diberikan nilai maka


penyimpulan akan dilakukan dengan menjumlahkan angka
tertimbang dari masing-masing komponen. Nilai hasil akhir dari
penjumlahan komponen-komponen akan dipergunakan untuk
menentukan tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dengan
kategori sebagai berikut:

NO KATEGORI NILAI/ANGKA PREDIKAT INTERPRETASI


1 2 3 4 5
Memenuhi kriteria sebagai
organisasi berbasis kinerja
1. AA >90 – 100 Istimewa yang mampu mewujudkan
seluruh sasaran Reformasi
Birokrasi.
Memenuhi karakteristik
organisasi berbasis kinerja
namun belum mampu
2. A >80 – 90 Sangat Baik mewujudkan keseluruhan
sasaran Reformasi Birokrasi
baik secara instansional
maupun di tingkat satuan.
Secara instansional mampu
mewujudkan sebagian besar
sasaran Reformasi Birokrasi,
3. BB >70 – 80 Baik
namun pencapaian sasaran
pada satuan hanya sebagian
kecil saja.
Penerapan Reformasi
4. B >60 – 70 Cukup Baik Birokrasi bersifat formal dan
secara substansi belum
15

NO KATEGORI NILAI/ANGKA PREDIKAT INTERPRETASI


1 2 3 4 5
mampu mendorong perbaikan
kinerja organisasi.
Penerapan Reformasi
Birokrasi secara formal
5. CC >50 – 60 Cukup terbatas di tingkat instansi
dan belum berjalan secara
merata di satuan.
Penerapan Reformasi
Birokrasi secara formal di
6. C >30 – 50 Buruk tingkat instansi dan hanya
mencakup sebagian kecil
satuan.
Memiliki inisiatif awal,
menerapkan Reformasi
Sangat
7. D 0 - 30 Birokrasi dan perbaikan
Buruk
kinerja instansi belum
terwujud.

d) setelah diperoleh nilai akhir (Indeks Reformasi Birokrasi),


panel Asesor menetapkan rencana aksi tindak lanjut sebagai
dasar perbaikan pada periode berikutnya.

e) pelaksanaan penilaian komponen hasil di tingkat Kotama


dilaksanakan pada saat kegiatan Reviu PMPRB dari pusat dalam
hal ini Mabesad.

12. Sarana dan Prasarana.

a. Sarana.

1) Petunjuk Pelaksanaan Program Kerja dan Anggaran (PPPA);

2) Program Kerja dan Anggaran Pusat dan Kotama;

3) Peraturan, ketentuan tugas, dan fungsi yang berlaku;

4) Produk administrasi yang berkaitan dengan kegiatan baik


sebelum, selama, maupun sesudah kegiatan;

5) Dokumen lain yang diperlukan (checklist, surat perintah, rencana


PMPRB, LKE PMPRB, dll);

6) Komputer (laptop); dan

7) Kamera.

b. Prasarana.

1) Gedung/bangunan/ruangan tempat pelaksanaan PMPRB;

2) Ruang rapat untuk paparan pada tahap perencanaan; dan

3) Aula untuk pelaksanaan survei.


16

13. Faktor-Faktor yang Memengaruhi. Pelaksanaan PMPRB dipengaruhi oleh


faktor internal dan eksternal yang berakibat pada kuantitas dan kualitas hasil
PMPRB, yaitu:

a. Faktor Internal.

1) Penguasaan Bidang Reformasi Birokrasi. Hasil dan penyelenggaraan


PMPRB yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki
Asesor dalam penilaian Reformasi Birokrasi; dan

2) Waktu. Hasil dan penyelenggaraan PMPRB secara lengkap dan


menyentuh dilaksanakan pada waktu yang tepat.

b. Faktor Eksternal.

1) Kebijakan pemerintah. Hasil dan penyelenggaraan PMPRB


ditentukan oleh kebijakan pemerintah terhadap pelaksanaan
Reformasi Birokrasi;

2) Perubahan aturan dan ketentuan PMPRB. Hasil dan


penyelenggaraan PMPRB yang berlaku dalam pelaksanaan PMPRB
sangat tergantung pada perubahan aturan dan ketentuan PMPRB;

3) Akurasi dan validitas data. Kualitas hasil dan penyelenggaraan


PMPRB yang disajikan tergantung pada akurasi dan validitas data; dan

4) Tempat. Hasil dan penyelenggaraan PMPRB dipengaruhi oleh


lokasi yang berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan.

14. Ketentuan Lain. Pelaksanaan PMPRB dilaksanakan oleh Tim Asesor dari
tingkat Pusat dan Kotama, dengan tataran kewenangan sebagai berikut:

a. Asesor PMPRB dapat merupakan bagian dari tim pelaksana Reformasi


Birokrasi atau di luar bagian tim pelaksana Reformasi Birokrasi di satuannya.

b. Pembuatan LKE tingkat pusat menjadi wewenang Kementerian PANRB,


sedangkan pembuatan LKE untuk tingkat Kotama menjadi wewenang tingkat
Pusat dalam hal ini dari Mabesad dengan berpedoman dari LKE yang dibuat
oleh Kementerian PANRB dimana adanya kemungkinan LKE yang berubah
pada setiap tahunnya.
c. Indikator penilaian hasil antara pada bidang manajemen perubahan,
bidang Penataan Peraturan Perundang - undangan/Deregulasi Kebijakan
dan bidang penataan dan penguatan organisasi dimungkinkan ada jika
terdapat penilaian yang relevan di waktu tertentu.

d. Kertas kerja merupakan format isian yang digunakan sebagai alat


bantu Asesor untuk:

1) mengidentifikasi bukti-bukti yang relevan;

2) menguraikan sintesis kondisi obyektif satuannya saat ini;

3) melakukan penilaian mandiri secara obyektif;

4) mengidentifikasi hal yang sudah baik, hal yang perlu


diperbaiki/harus dilaksanakan; dan

5) menyusun rencana tindak perbaikan.


17

e. Hasil nilai yang tercantum di dalam kertas kerja digunakan sebagai


dasar bagi Asesor untuk menentukan jawaban yang akan diisi di dalam LKE
PMPRB.

f. Menunjuk dan Menetapkan Asesor. Aspek yang sangat penting dalam


penerapan PMPRB adalah tersedianya Asesor yang akan melakukan
penilaian atas seluruh kriteria dalam komponen Pengungkit. Asesor harus
ditunjuk oleh pimpinan satuan (yang akan dinilai) karena yang bersangkutan
akan melakukan penilaian mandiri terhadap satuannya sendiri. Oleh karena
itu, pimpinan satuan harus menentukan pejabat yang akan menjadi Asesor
yang dipandang mengetahui seluk beluk pelaksanaan tugas satuannya
dengan baik. Dalam praktiknya, pimpinan satuan dapat membentuk tim
yang akan membantu Asesor dalam melakukan penilaiannya. Asesor yang
ditunjuk oleh pimpinan satuan, kemudian diajukan ke Ketua Pelaksana
Reformasi Birokrasi di satuannya untuk ditetapkan sebagai Asesor PMPRB.
Penetapan Asesor dilakukan dalam bentuk surat perintah pimpinan satuan.
g. Pemberian dukungan kepada Asesor dalam melaksanakan penilaian
terhadap komponen pengungkit. Seluruh jajaran satuan yang dinilai, harus
memberikan dukungan sepenuhnya kepada Asesor dalam melakukan
penilaian. Dukungan ini sangat penting mengingat, hasil penilaian
merupakan cerminan kondisi yang terjadi pada satuan saat dinilai.
Dukungan diberikan antara lain melalui beberapa hal sebagai berikut:

1) Menyediakan data-data yang diperlukan;

2) Memberikan bukti-bukti pendukung yang diperlukan;

3) Melakukan diskusi-diskusi untuk membahas penilaian; dan

4) Memberikan persetujuan hasil penilaian setelah melalui diskusi


dengan jajaran satuan.

BAB III
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

15. Umum. Pelaksanaan PMPRB pada dasarnya memiliki kesamaan baik


pada tingkat Pusat maupun tingkat Kotama perbedaan yang mencolok ada pada
indikator penilaian di tahap pelaksanaan. Tim Asesor dalam melaksanakan PMPRB
diharapkan memperoleh nilai yang adil, objektif dan transparan karena mereka
mengetahui kondisi sesungguhnya dimana Tim Asesor menilai satuannya sendiri.
Pelaksanaan kegiatan PMPRB diharapkan dapat terselenggara secara optimal maka
perlu disusun tahapan pelaksanaan mulai dari tahap perencanaan, persiapan,
pelaksanaan dan pengakhiran.

16. Tahap Perencanaan.

a. Penanggung Jawab.

1) merencanakan penyusunan rencana kegiatan PMPRB;

2) merencanakan pembentukan Tim Asesor;

3) merencanakan pembuatan surat perintah pelaksanaan PMPRB; dan

4) menerima paparan RGB dari Ketua Tim.


18

b. Wakil Penanggung Jawab. Mengatur dan mengoordinasikan


personel yang akan melaksanakan kegiatan PMPRB.

c. Sekretaris.

1) membuat konsep undangan rapat koordinasi PMPRB;

2) membantu Penanggung Jawab dalam menyiapkan referensi yang


diperlukan guna dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan;

3) membantu Ketua Tim dalam menyusun dan merumuskan Rencana


Garis Besar (RGB) dan Rencana Kegiatan (Rengiat) PMPRB; dan

4) mendistribusikan rencana dan surat perintah PMPRB yang telah


ditandatangani Penanggung Jawab.

d. Ketua Tim.

1) mempelajari rencana PMPRB untuk digunakan sebagai acuan


dalam pelaksanaan PMPRB;

2) memaparkan RGB PMPRB kepada Penanggung Jawab;

3) merencanakan penataran Asesor dalam rangka tercapainya


keberhasilan kegiatan PMPRB; dan

4) menyusun referensi yang diperlukan dalam pelaksanaan PMPRB.

e. Asesor.

1) menyiapkan bahan terkait pelaksanaan PMPRB; dan

2) menyiapkan bahan untuk mengikuti penataran Asesor.

17. Tahap Persiapan.

a. Penanggung Jawab.

1) menerbitkan surat perintah Tim Asesor; dan

2) mengarahkan Tim Asesor dalam rangka tercapainya


keberhasilan kegiatan PMPRB.

b. Wakil Penanggung Jawab.

1) mengoordinir Tim Asesor untuk siap melaksanakan tugas;

2) membantu Penanggung Jawab dalam penyiapan kegiatan


PMPRB; dan

3) melaksanakan pelatihan kepada Asesor sebelum para Asesor


melaksanakan penilaian.

c. Sekretaris Tim.

1) mengurus kelengkapan administrasi Tim Asesor sebelum


melaksanakan PMPRB;
19

2) menyusun naskah sambutan taklimat awal; dan

3) menyiapkan dukungan administrasi terkait pelaksanaan PMPRB.

d. Ketua Tim.

1) menyiapkan dukungan terkait pelaksanaan PMPRB;

2) menyelenggarakan penataran Asesor; dan

3) menyarankan jadwal kegiatan dan pembagian tugas PMPRB.

e. Asesor.

1) memberikan saran kepada Ketua Tim terkait hal-hal teknis


penyelenggaraan PMPRB;

2) mengikuti penataran Asesor;

3) menyiapkan lembar kertas kerja; dan

4) membantu Ketua Tim dalam menghimpun dokumen terkait


PMPRB.

18. Tahap Pelaksanaan.

a. Tingkat Pusat.

1) Penanggung Jawab:

a) menerima laporan dari Tim Asesor; dan

b) memonitor pelaksanaan PMPRB.

2) Wakil Penanggung Jawab:

a) mengoordinasikan Tim Asesor; dan

b) menyarankan kepada penanggung jawab terkait hal-hal


penting hasil PMPRB.

3) Ketua Tim:

a) mengendalikan secara teknis pelaksanaan PMPRB;

b) bersama Asesor membantu pengecekan data dukung


PMPRB; dan

c) menginventarisi kekurangan data dukung untuk


dilaporkan kepada Penanggung Jawab.

4) Sekretaris Tim:

a) menghimpun kekurangan data dukung yang dibuat oleh


Asesor masing-masing bidang yang telah disetujui oleh ketua tim
untuk dijadikan bahan dalam pembuatan laporan PMPRB; dan
20

b) menghimpun hasil penilaian Asesor masing-masing bidang


yang telah disetujui oleh ketua tim untuk dijadikan bahan dalam
pembuatan laporan PMPRB.

5) Asesor Manajemen Perubahan.

a) mengisi lembar kertas kerja;

b) melaksanakan penilaian bidang manajemen perubahan


dengan menggunakan indikator – indikator sebagai berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Tim Reformasi Birokrasi. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. Tim Reformasi Birokrasi/penanggung


jawab Reformasi Birokrasi satuan telah
dibentuk;

ii. Tim Reformasi Birokrasi/penanggung


jawab Reformasi Birokrasi telah
melaksanakan tugas sesuai rencana kerja tim
Reformasi Birokrasi; dan

iii. Tim Reformasi Birokrasi/penanggung


jawab Reformasi Birokrasi telah melakukan
Monev rencana kerja, dan hasil evaluasi telah
ditindaklanjuti.

(b) Road Map Reformasi Birokrasi. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi sebagai
berikut:

i. Road Map/rencana kerja Reformasi


Birokrasi satuan telah disusun dan
diformalkan;

ii. Road Map telah mencakup delapan area


perubahan yang terintegrasi;

iii. Road Map telah mencakup "quick win";

iv. penyusunan Road Map telah melibatkan


seluruh unit organisasi;

v. telah terdapat sosialisasi/internalisasi


Road Map/rencana kerja Reformasi Birokrasi
kepada anggota organisasi; dan

vi. rencana kerja Reformasi Birokrasi


satuan selaras dengan Road Map.

(c) Pemantauan dan Evaluasi Reformasi


Birokrasi. Pengukuran indikator ini dilakukan
dengan melihat sebagai berikut:
21

i. PMPRB telah direncanakan dan


diorganisasikan dengan baik;

ii. aktivitas PMPRB telah dikomunikasikan


pada masing-masing satuan;

iii. telah dilakukan pelatihan yang cukup


bagi Tim Asesor PMPRB;

iv. pelaksanaan PMPRB dilakukan oleh


Asesor sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

v. koordinator Asesor PMPRB melakukan


reviu terhadap kertas kerja Asesor sebelum
menyusun kertas kerja satuan;

vi. para Asesor mencapai konsensus atas


pengisian kertas kerja sebelum menetapkan
nilai PMPRB satuan;

vii. rencana aksi tindak lanjut (RATL) telah


dikomunikasikan dan dilaksanakan; dan

viii. penanggungjawab Reformasi Birokrasi


internal satuan telah melakukan pemantauan
dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja.

(d) Perubahan pola pikir dan budaya kinerja.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi sebagai berikut:

i. terdapat keterlibatan pimpinan


tertinggi/pimpinan satuan secara aktif dan
berkelanjutan dalam pelaksanaan Reformasi
Birokrasi;

ii. terdapat media komunikasi secara


reguler untuk menyosialisasikan tentang
Reformasi Birokrasi yang sedang dan akan
dilakukan; dan

iii. terdapat upaya untuk menggerakkan


organisasi/satuan dalam melakukan
perubahan melalui pembentukan agen
perubahan (agent of change) ataupun role model.

(2) Aspek Hasil Antara. Pada area manajemen


perubahan, indikator hasil antara akan dikeluarkan jika
terdapat penilaian yang relevan di waktu tertentu.

(3) Aspek Reform.

(a) Komitmen dalam Perubahan.

i. agen perubahan telah membuat


perubahan yang konkret di satuan;
22

ii. perubahan yang dibuat agen perubahan


telah terintegrasi dalam sistem manajemen; dan

iii. agen perubahan mendorong satuan


untuk melakukan perubahan (reform).

(b) Komitmen Pimpinan.

i. pimpinan memiliki komitmen terhadap


pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dengan
adanya target capaian reformasi yang jelas di
dokumen perencanaan satuannya;

ii. pimpinan memiliki komitmen terhadap


pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dengan
adanya perhatian khusus kepada satuan yang
berhasil melaksanakan reformasi;

(c) Membangun budaya kinerja; dan

(d) Satuan membangun budaya kerja positif dan


menerapkan nilai-nilai organisasi dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari.

6) Asesor Penataan Peraturan Perundang – undangan/ Deregulasi


Kebijakan.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang Penataan Peraturan


Perundang - undangan/Deregulasi Kebijakan dengan
menggunakan indikator – indikator sebagai berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Penyusunan/Revisi peraturan dan keputusan


Kasad yang bersifat mengatur dan kebijakan Kasad
yang tidak harmonis/tidak sinkron/bersifat
menghambat. Pengukuran indikator ini dilakukan
dengan melihat kondisi sebagai berikut:

i. telah dilakukan identifikasi, analisis,


dan pemetaan peraturan dan keputusan
Kasad yang tidak harmonis/sinkron yang
akan disusun/direvisi/dihapus;

ii. Sinkronisasi dan Harmonisasi. telah


dilakukan Sinkronisasi dan Harmonisasi
dalam bentuk penyelarasan dan penyerasian
berbagai peraturan dan keputusan Kasad yang
terkait dengan peraturan dan keputusan
Kasad yang telah ada dan yang sedang
disusun agar substansi yang diatur dalam
produk Peraturan Kasad tidak tumpang
tindih, saling melengkapi dan saling terkait
serta melaksanakan Penataan Peraturan
Perundang - undangan/Deregulasi Kebijakan
23

yang akan menghambat perkembangan


birokrasi dan kecepatan pemberian pelayanan;
dan

iii. telah dilakukan revisi kebijakan yang


tidak harmonis/tidak sinkron/bersifat
menghambat.

(b) Sistem pengendalian dalam penyusunan/


revisi peraturan dan keputusan Kasad. Pengukuran
indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. adanya sistem pengendalian


penyusunan peraturan dan keputusan yang
bersifat mengatur mensyaratkan adanya rapat
koordinasi, Paraf Koordinasi serta naskah
akademik untuk peraturan Kasad yang
bersifat atribusi; dan

ii. telah dilakukan evaluasi atas


pelaksanaan sistem pengendalian
penyusunan peraturan dan keputusan Kasad.

(2) Aspek Hasil Antara. Pada area Penataan Peraturan


Perundang - undangan/Deregulasi Kebijakan, indikator
hasil antara akan dikeluarkan jika terdapat penilaian yang
relevan di waktu tertentu.

(3) Aspek Reform.

(a) Peran Kebijakan.

i. kebijakan yang diterbitkan memiliki peta


keterkaitan dengan kebijakan lainnya; dan

ii. kebijakan terkait pelayanan dan atau


perizinan yang diterbitkan memuat unsur
kemudahan dan efisiensi pelayanan utama
satuan.

(b) Penyelesaian Kebijakan. Penyelesaian kebijakan


sesuai dengan program legislasi TNI AD.

7) Asesor Penataan dan Penguatan Organisasi.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang penataan dan penguatan


organisasi dengan menggunakan indikator–indikator sebagai
berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Penataan Organisasi. Pengukuran indikator


ini dilakukan dengan melihat kondisi sebagai
berikut:
24

i. telah disusun desain organisasi yang


sesuai dengan rencana strategis;

ii. telah dilakukan penyederhanaan tingkat


struktur organisasi;

iii. telah dirumuskan mekanisme


hubungan dan koordinasi antara jabatan
struktural dengan kelompok jabatan
fungsional yang ditetapkan oleh pimpinan
satuan;

iv. telah dilakukan pengalihan jabatan


struktural ke jabatan fungsional sesuai
kriteria unit organisasi yang berpotensi
dialihkan; dan

v. telah disusun kelompok jabatan


fungsional yang sesuai dengan tugas dan
fungsi unit organisasi.

(b) Evaluasi Kelembagaan. Pengukuran indikator


ini dilakukan dengan melihat kondisi sebagai
berikut:

i. telah dilakukan evaluasi yang bertujuan


untuk menilai ketepatan fungsi dan ketepatan
ukuran organisasi;

ii. telah dilakukan evaluasi yang mengukur


jenjang organisasi;

iii. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis kemungkinan duplikasi fungsi;

iv. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis satuan organisasi yang berbeda
tujuan namun ditempatkan dalam satu
kelompok;

v. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis kemungkinan adanya pejabat
yang melapor kepada lebih dari seorang
atasan;

vi. telah dilakukan evaluasi kesesuaian


tugas dan fungsi dengan sasaran kinerja unit
organisasi di atasnya;

vii. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis rentang kendali terhadap
struktur yang langsung berada di bawahnya;

viii. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis kesesuaian struktur organisasi/
satuan dengan kinerja yang akan dihasilkan;
25

ix. telah dilakukan evaluasi atas


kesesuaian struktur organisasi dengan
mandat/kewenangan lembaga;

x. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis kemungkinan tumpang tindih
fungsi dengan satuan lain; dan

xi. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis kemampuan struktur organisasi
untuk adaptif terhadap perubahan lingkungan
strategis.

(c) Tindak Lanjut Evaluasi. Pengukuran indikator


ini dilakukan dengan melihat kondisi sebagai
berikut:

i. hasil evaluasi telah ditindaklanjuti


dengan mengajukan perubahan organisasi; dan

ii. hasil evaluasi untuk ditindaklanjuti


dengan penyederhanaan birokrasi.

(2) Aspek Hasil Antara. Pada area penataan dan


penguatan organisasi, indikator hasil antara akan
dikeluarkan jika terdapat penilaian yang relevan di waktu
tertentu.

(3) Aspek Reform.

(a) Organisasi Berbasis Kinerja. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
apakah telah dilakukan penyesuaian organisasi
dalam rangka mewujudkan organisasi yang efektif,
efisien dan tepat ukuran sesuai dengan proses
bisnis, dengan mempertimbangkan kinerja utama
yang dihasilkan.

(b) Penyederhanaan Organisasi. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
apakah jumlah peta proses bisnis yang ideal dalam
rangka penyederhanaan organisasi.

(c) Hasil Evaluasi Kelembagaan. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat hasil evaluasi
kelembagaan.

8) Asesor Penataan Tatalaksana.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang penataan tatalaksana


dengan menggunakan indikator – indikator sebagai berikut:
26

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Proses Bisnis dan Prosedur Operasional Tetap


(SOP). Pengukuran indikator ini dilakukan dengan
melihat kondisi sebagai berikut:

i. telah disusun peta proses bisnis yang


sesuai dengan pedoman penyusunan peta
proses bisnis;

ii. telah tersedia peta proses bisnis yang


sesuai dengan tugas dan fungsi;

iii. telah disusun peta proses bisnis yang


sesuai dengan dokumen rencana strategis dan
rencana kerja organisasi;

iv. telah memiliki peta proses bisnis yang


sesuai dengan tugas dan fungsi dan selaras
dengan kinerja organisasi secara berjenjang;

v. peta proses bisnis sudah dijabarkan ke


dalam prosedur operasional tetap (SOP);

vi. telah dilakukan penjabaran peta lintas


fungsi (peta level n) ke dalam SOP;

vii. prosedur operasional tetap (SOP) telah


diterapkan;

viii. peta proses bisnis dan prosedur


operasional telah dievaluasi dan disesuaikan
dengan perkembangan tuntutan efisiensi, dan
efektivitas birokrasi; dan

ix. telah dilakukan evaluasi terhadap peta


proses bisnis yang sesuai dengan efektivitas
hubungan kerja antar unit organisasi untuk
menghasilkan kinerja sesuai dengan tujuan
pendirian organisasi.

(b) Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik


(SPBE). Pengukuran indikator ini dilakukan dengan
melihat kondisi sebagai berikut:

i. TNI AD memiliki arsitektur SPBE;

ii. TNI AD memiliki peta rencana SPBE;

iii. TNI AD melaksanakan tugas dan


program kerjanya;

iv. TNI AD menerapkan manajemen


layanan SPBE;

v. TNI AD memiliki layanan keprajuritan


berbasis elektronik;
27

vi. TNI AD memiliki layanan kearsipan


berbasis elektronik;

vii. TNI AD memiliki layanan perencanaan,


penganggaran, dan kinerja berbasis elektronik; dan

viii. TNI AD memiliki layanan publik berbasis


elektronik.

(c) Keterbukaan Informasi Publik. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. adanya kebijakan pimpinan tentang


keterbukaan informasi publik; dan

ii. melakukan monitoring dan evaluasi


pelaksanaan kebijakan keterbukaan informasi
publik.

(2) Aspek Hasil Antara.

(a) kualitas pengelolaan arsip, diukur dengan


nilai hasil pengawasan kearsipan dari Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI);

(b) kualitas pengelolaan pengadaan barang dan


jasa, diukur dengan indeks tata kelola pengadaan
barang dan jasa dari Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP);

(c) kualitas pengelolaan keuangan, diukur


dengan indeks pengelolaan keuangan dari kementerian
keuangan; dan

(d) kualitas pengelolaan aset, diukur dengan


indeks pengelolaan aset dari Kementerian Keuangan.

(3) Aspek Reform.

(a) Peta proses bisnis mempengaruhi


penyederhanaan jabatan dilakukan dengan melihat
apakah telah disusun peta proses bisnis dengan
adanya penyederhanaan jabatan;

(b) Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik


(SPBE) yang Terintegrasi:

i. implementasi SPBE telah terintegrasi


dan mampu mendorong pelaksanaan
pelayanan publik yang lebih cepat dan efisien;

ii. implementasi SPBE telah terintegrasi


dan mampu mendorong pelaksanaan
pelayanan internal organisasi yang lebih cepat
dan efisien; dan
28

iii. predikat indeks SPBE.

(c) Transformasi Digital Memberikan Nilai


Manfaat:

i. transformasi digital pada bidang proses


bisnis utama telah mampu memberikan nilai
manfaat bagi organisasi secara optimal;

ii. transformasi digital pada bidang


administrasi telah mampu memberikan nilai
manfaat bagi organisasi secara optimal; dan

iii. transformasi digital pada bidang


peningkatan kualitas pelayanan publik telah
mampu memberikan nilai manfaat bagi
organisasi secara optimal.

9) Asesor Penataan Sistem Manajemen SDM.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang penataan sistem


manajemen SDM dengan menggunakan indikator – indikator
sebagai berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Perencanaan kebutuhan prajurit sesuai


dengan kebutuhan organisasi. Pengukuran indikator
ini dilakukan dengan melihat kondisi sebagai
berikut:

i. rencana redistribusi prajurit telah


disusun dan diformalkan;

ii. perhitungan kebutuhan prajurit telah


dilakukan;

iii. proyeksi kebutuhan 5 tahun telah


disusun dan diformalkan;

iv. perhitungan formasi jabatan yang


menunjang kinerja utama satuan telah
dihitung dan diformalkan;

v. perhitungan kebutuhan prajurit telah


dilakukan sesuai kebutuhan satuan;

vi. analisis jabatan dan analisis beban kerja


telah dilakukan; dan

vii. analisis jabatan dan analisis beban kerja


telah sesuai kebutuhan satuan dan selaras
dengan kinerja utama.
29

(b) Proses penerimaan prajurit transparan,


objektif, akuntabel dan bebas KKN. Pengukuran
indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. pengumuman tentang penerimaan


diinformasikan secara luas kepada publik;

ii. pendaftaran dapat dilakukan dengan


mudah, cepat dan pasti (daring);
iii. persyaratan jelas, tidak diskriminatif;

iv. proses seleksi transparan, objektif, adil,


akuntabel dan bebas KKN; dan

v. pengumuman hasil seleksi


diinformasikan secara terbuka.

(c) Pengembangan prajurit berbasis kompetensi.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi sebagai berikut:

i. telah ada standar kompetensi jabatan;

ii. telah dilakukan assessment prajurit;

iii. telah disusun rencana pengembangan


kompetensi dengan dukungan anggaran yang
mencukupi;

iv. telah diidentifikasi kebutuhan


pengembangan kompetensi;

v. telah dilakukan pengembangan prajurit


berbasis kompetensi sesuai dengan rencana dan
kebutuhan pengembangan kompetensi; dan

vi. telah dilakukan monitoring dan evaluasi


pengembangan prajurit berbasis kompetensi
secara berkala.

(d) Promosi jabatan dilakukan secara terbuka.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi sebagai berikut:

i. kebijakan promosi terbuka telah


ditetapkan;

ii. promosi terbuka pengisian jabatan


pimpinan tinggi telah dilaksanakan;

iii. promosi terbuka dilakukan secara


kompetitif dan obyektif;

iv. promosi terbuka dilakukan oleh panitia


seleksi yang independen; dan
30

v. hasil setiap tahapan seleksi diumumkan


secara terbuka.

(e) Penetapan kinerja individu. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. capaian kinerja individu telah dijadikan


dasar untuk pemberian tunjangan kinerja;

ii. penerapan penetapan kinerja individu;

iii. terdapat penilaian kinerja individu yang


terkait dengan kinerja organisasi;

iv. ukuran kinerja individu telah memiliki


kesesuaian dengan indikator kinerja individu
level diatasnya;

v. pengukuran kinerja individu dilakukan


secara periodik;

vi. telah dilakukan monitoring dan evaluasi


atas pencapaian kinerja individu; dan

vii. hasil penilaian kinerja individu telah


dijadikan dasar untuk pengembangan karir
individu/pemberian penghargaan dan sanksi
lainnya.

(f) Penegakan aturan disiplin/kode etik/kode


perilaku prajurit. Pengukuran indikator ini
dilakukan dengan melihat kondisi sebagai berikut:

i. aturan disiplin/kode etik/kode perilaku


satuan telah ditetapkan;

ii. adanya Monev atas pelaksanaan aturan


disiplin/kode etik/kode perilaku satuan; dan

iii. adanya pemberian sanksi dan


penghargaan (reward).

(g) Pelaksanaan evaluasi jabatan. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. informasi faktor jabatan telah disusun;

ii. peta jabatan telah ditetapkan;

iii. kelas jabatan telah ditetapkan;

iv. satuan telah mengimplementasikan


Standar Kompetensi Jabatan (SKJ); dan
31

v. satuan telah melaksanakan evaluasi


jabatan berdasarkan SKJ.

(h) Sistem Informasi Keprajuritan. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. sistem informasi keprajuritan telah


dibangun sesuai kebutuhan;

ii. sistem informasi keprajuritan terus


dimutakhirkan;

iii. sistem informasi keprajuritan


digunakan sebagai pendukung pengambilan
kebijakan manajemen SDM; dan

iv. sistem informasi keprajuritan dapat


diakses oleh prajurit.

(2) Aspek Hasil Antara.

(a) Sistem Merit, diukur dengan Indeks Sistem


Merit dari Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN); dan

(b) PNS Profesional, diukur dengan Indeks


Profesionalitas dari Kementerian PANRB.

(3) Aspek Reform.

(a) Kinerja Individu.

i. ukuran kinerja individu telah berorientasi


hasil (outcome) sesuai pada levelnya; dan

ii. pencapaian kinerja individu telah


menjadi dasar dalam pemberian tunjangan
kinerja/penghasilan.

(b) Evaluasi Jabatan. Diukur dengan melihat


apakah hasil evaluasi jabatan pimpinan tinggi sudah
disampaikan ke menteri/pejabat berwenang;

(c) Assessment Prajurit. Diukur dengan melihat


apakah hasil assessment telah dijadikan
pertimbangan untuk mutasi dan pengembangan
karir prajurit;

(d) Pelanggaran Disiplin Prajurit. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah
terjadi penurunan pelanggaran disiplin prajurit;

(e) Kebutuhan Prajurit. Pengukuran indikator ini


dilakukan dengan melihat kondisi apakah hasil
perhitungan kebutuhan prajurit telah dijadikan
dasar dalam pembuatan formasi dan penerimaan
prajurit baru;
32

(f) Penyetaraan Jabatan. Pengukuran indikator


ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah
penyetaraan jabatan administrasi ke jabatan
fungsional dalam rangka penyederhanaan birokrasi
telah dilakukan;

(g) Manajemen Talenta.

i. dilakukan pemetaan talenta yang hasilnya


digunakan untuk proses penempatan jabatan
kritikal dan rencana suksesi jabatan; dan

ii. dilakukan penerapan manajemen talenta


dalam pengisian jabatan pimpinan tinggi.

10) Asesor Penguatan Akuntabilitas Kinerja.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang penguatan akuntabilitas


kinerja dengan menggunakan indikator – indikator sebagai
berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Keterlibatan Pimpinan. Pengukuran indikator


ini dilakukan dengan melihat kondisi sebagai
berikut:

i. pimpinan/pimpinan satuan terlibat


secara langsung pada saat penyusunan
Renstra;

ii. pimpinan/pimpinan satuan terlibat


secara langsung pada saat penyusunan
Penetapan Kinerja;

iii. pimpinan/pimpinan satuan memantau


pencapaian kinerja secara berkala;

iv. pimpinan/pimpinan satuan telah


memahami kinerja yang harus dicapai dalam
jangka menengah;

v. pimpinan/pimpinan satuan memahami


kinerja yang diperjanjikan di setiap
tahun; dan

vi. pimpinan/pimpinan satuan memantau


pencapaian kinerja secara berkala.

(b) Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi sebagai berikut:
33

i. terdapat upaya peningkatan kapasitas


SDM yang menangani akuntabilitas kinerja;

ii. pedoman akuntabilitas kinerja telah


disusun; dan

iii. pemutakhiran data kinerja dilakukan


secara berkala.

(2) Aspek Hasil Antara. Aspek hasil antara diukur


dengan indeks perencanaan dari Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional.

(3) Aspek Reform.

(a) Efektivitas dan Efisiensi Anggaran.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
sebagai berikut:

i. penggunaan anggaran yang efektif dan


efisien;

ii. perhitungan jumlah program/kegiatan


yang ada;

iii. perhitungan jumlah program/kegiatan


yang mendukung tercapainya kinerja utama
organisasi;

iv. persentase sasaran dengan capaian


100% atau lebih; dan

v. persentase anggaran yang berhasil


direfocusing untuk mendukung tercapainya
kinerja utama organisasi.

(b) Pemanfaatan Aplikasi Akuntabilitas Kinerja.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi apakah aplikasi yang terintegrasi telah
dimanfaatkan untuk menciptakan efektivitas dan
efisiensi anggaran.

(c) Pemberian Reward and Punishment.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi apakah hasil capaian/monitoring Perjanjian
Kinerja telah dijadikan dasar sebagai pemberian
reward and punishment bagi organisasi.

(d) Kerangka Logis Kinerja. Pengukuran indikator


ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah
terdapat peta strategis yang mengacu pada kinerja
utama (Kerangka Logis Kinerja) organisasi dan
dijadikan dalam penentuan kinerja seluruh prajurit.

11) Asesor Penguatan Pengawasan.

a) Mengisi lembar kertas kerja;


34

b) Melaksanakan penilaian bidang penguatan pengawasan


dengan menggunakan indikator – indikator sebagai berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Gratifikasi. Pengukuran indikator ini


dilakukan dengan melihat kondisi sebagai berikut:

i. telah terdapat kebijakan penanganan


gratifikasi;

ii. telah dilakukan public campaign;

iii. penanganan gratifikasi telah


diimplementasikan;

iv. telah dilakukan evaluasi atas kebijakan


penanganan gratifikasi; dan

v. hasil evaluasi atas penanganan


gratifikasi telah ditindaklanjuti.

(b) Penerapan Sistem Pengawasan Internal


Pemerintahan (SPIP). Pengukuran indikator ini
dilakukan dengan melihat kondisi sebagai berikut:

i. telah terdapat peraturan Pimpinan


organisasi tentang SPIP;

ii. telah dibangun lingkungan


pengendalian;

iii. telah mengidentifikasi lingkungan


pengendalian;

iv. telah dilakukan penilaian risiko atas


organisasi/satuan;

v. telah dilakukan kegiatan pengendalian


untuk meminimalisir risiko yang telah
diidentifikasi;

vi. SPI telah diinformasikan dan


dikomunikasikan kepada seluruh pihak terkait;

vii. telah dilakukan pemantauan


pengendalian intern; dan

viii. satuan telah melaksanakan evaluasi


atas Penerapan SPIP.

(c) Pengaduan Publik. Pengukuran indikator ini


dilakukan dengan melihat kondisi sebagai berikut:

i. telah disusun kebijakan pengaduan


publik;

ii. penanganan pengaduan publik telah


diimplementasikan;
35

iii. hasil penanganan pengaduan publik


telah ditindaklanjuti;

iv. telah dilakukan evaluasi atas


penanganan pengaduan publik; dan

v. hasil evaluasi atas penanganan


pengaduan publik telah ditindaklanjuti.

(d) Whistle Blowing System. Pengukuran indikator


ini dilakukan dengan melihat kondisi sebagai
berikut:

i. telah terdapat whistle blowing system;

ii. whistle blowing system telah


disosialisasikan;

iii. whistle blowing system telah


diimplementasikan;

iv. telah dilakukan evaluasi atas whistle


blowing system; dan

v. hasil evaluasi atas whistle blowing


system telah ditindaklanjuti.

(e) Penanganan Benturan Kepentingan.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi sebagai berikut:

i. telah terdapat penanganan benturan


kepentingan;

ii. penanganan benturan kepentingan


telah disosialisasikan;

iii. penanganan benturan kepentingan


telah diimplementasikan;

iv. telah dilakukan evaluasi atas


penanganan benturan kepentingan; dan

v. hasil evaluasi atas penanganan


benturan kepentingan telah ditindaklanjuti.

(f) Pembangunan Zona Integritas. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. telah dilakukan pencanangan Zona


Integritas;

ii. telah ditetapkan unit yang akan


dikembangkan menjadi Zona Integritas;
36

iii. telah dilakukan pembangunan Zona


Integritas;

iv. telah dilakukan evaluasi atas Zona


Integritas yang telah ditentukan; dan

v. telah terdapat satuan yang ditetapkan sebagai


menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK)/Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).

(g) (APIP). Pengukuran indikator ini dilakukan


dengan melihat kondisi sebagai berikut:

i. rekomendasi APIP didukung dengan


komitmen pimpinan;

ii. APIP didukung dengan SDM yang


memadai secara kualitas dan kuantitas;

iii. APIP didukung dengan anggaran yang


memadai; dan

iv. APIP berfokus pada klien dan audit


berbasis risiko.

(2) Aspek Hasil Antara. Ukuran keberhasilan yang


digunakan sebagai hasil antara apabila penguatan
pengawasan berjalan dengan baik di satuan adalah dengan
melihat maturitas SPIP dan Indeks Internal Audit Capability
Model (IACM).

(3) Aspek Reform.

(a) Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Pejabat


Negara (LHKPN);

i. persentase penyampaian Laporan Harta


Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN);

ii. jumlah yang harus melaporkan; dan

iii. jumlah yang sudah melaporkan.

(b) Penyampaian Laporan Harta Kekayaan


Aparatur Sipil Negara (LHKASN);

i. persentase penyampaian Laporan Harta


Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN);

ii. jumlah yang harus melaporkan; dan

iii. jumlah yang sudah melaporkan.

(c) Mekanisme Pengendalian Aktivitas.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi apakah telah dilakukan mekanisme
pengendalian aktivitas secara berjenjang.
37

(d) Penanganan Pengaduan Publik. Pengukuran


ini dilakukan dengan melihat persentase
penanganan pengaduan publik.

(e) Pembangunan Zona Integritas. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat:

i. komitmen pembangunan ZI
(Akumulatif);

ii. pemetaan satuan untuk membangun ZI;

iii. jumlah WBK dalam 1 tahun; dan

iv. jumlah WBBM dalam 1 tahun.

(f) Peran APIP. Pengukuran indikator ini


dilakukan sebagai berikut:

i. APIP telah menjalankan fungsi


konsultatif; dan

ii. APIP memberikan saran masukan


terkait peningkatan kinerja satuan.

12) Asesor Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang peningkatan kualitas


pelayanan publik dengan menggunakan indikator – indikator
sebagai berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Standar Pelayanan. Pengukuran indikator ini


dilakukan dengan melihat kondisi sebagai berikut:

i. terdapat kebijakan standar pelayanan;

ii. standar pelayanan telah


dimaklumatkan; dan

iii. dilakukan reviu dan perbaikan atas


standar pelayanan.

(b) Budaya Pelayanan Prima. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
apakah:

i. telah dilakukan berbagai upaya


peningkatan kemampuan dan/atau
kompetensi tentang penerapan budaya
pelayanan prima;
38

ii. informasi tentang pelayanan mudah


diakses melalui berbagai media;

iii. telah terdapat sistem pemberian


penghargaan dan sanksi bagi petugas pemberi
pelayanan;

iv. telah terdapat sistem pemberian


kompensasi kepada penerima layanan bila
layanan tidak sesuai standar;

v. telah terdapat sarana layanan terpadu/


terintegrasi; dan

vi. terdapat inovasi pelayanan.

(c) Pengelolaan Pengaduan. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apa
sebagai berikut kah:

i. terdapat media pengaduan dan


konsultasi pelayanan;

ii. terdapat unit yang mengelola


pengaduan dan konsultasi pelayanan;

iii. telah dilakukan tindak lanjut atas


seluruh pengaduan pelayanan untuk
perbaikan kualitas pelayanan; dan

iv. telah dilakukan evaluasi atas


penanganan keluhan/masukan dan
konsultasi.

(d) Penilaian kepuasan terhadap pelayanan.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi sebagai berikut:

i. dilakukan survei kepuasan publik


terhadap pelayanan;

ii. hasil survei kepuasan publik dapat


diakses secara terbuka; dan

iii. dilakukan tindak lanjut atas hasil survei


kepuasan publik.

(e) Pemanfaatan Teknologi Informasi.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi sebagai berikut:

i. telah menerapkan teknologi informasi


dalam memberikan pelayanan; dan

ii. telah dilakukan perbaikan secara terus


menerus.
39

(2) Aspek Hasil Antara. Ukuran keberhasilan yang


digunakan sebagai hasil antara apabila peningkatan
kualitas pelayanan publik berjalan dengan baik di satuan
adalah dengan Penilaian Tingkat Kepatuhan Terhadap
Standar Pelayanan Publik Sesuai Undang-undang 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

(3) Aspek Reform.

(a) Upaya dan/atau inovasi telah mendorong


perbaikan pelayanan publik pada;

i. kesesuaian persyaratan;

ii. kemudahan sistem, mekanisme, dan


prosedur;

iii. kecepatan waktu penyelesaian;

iv. kejelasan biaya/tarif, gratis;

v. kualitas produk spesifikasi jenis


pelayanan;
vi. kompetensi pelaksana/web;

vii. perilaku pelaksana/web;

viii. kualitas sarana dan prasarana; dan

ix. penanganan pengaduan, saran dan


masukan.

(b) Upaya dan/atau inovasi pada perijinan/


spelayanan telah dipermudah:

i. waktu lebih cepat;

ii. alur lebih pendek/singkat; dan

iii. terintegrasi dengan aplikasi.

(c) Penanganan pengaduan pelayanan. Indikator


ini diukur dengan melihat penanganan pengaduan
pelayanan dan konsultasi dilakukan melalui
berbagai kanal/media secara responsif dan
bertanggung jawab.

b. Tingkat Kotama.

1) Penanggung Jawab.

a) menerima laporan kesiapan penilaian dari Ketua


Tim; dan

b) memonitor pelaksanaan PMPRB.


40

2) Wakil Penanggung Jawab. Mengawasi pelaksanaan kegiatan Tim


Asesor selama melaksanakan penilaian.

3) Ketua Tim.

a) mengendalikan secara teknis pelaksanaan PMPRB;

b) bersama Wakil Penanggung Jawab melaksanakan


pengawasan kegiatan penilaian;

c) bersama Asesor membantu pengecekan data dukung


PMPRB; dan

d) menginventarisir kekurangan data dukung untuk


dilaporkan kepada Penanggung Jawab.

4) Sekretaris Tim.

a) menghimpun kekurangan data dukung yang dibuat oleh


Asesor masing-masing bidang yang telah disetujui oleh ketua tim
untuk dijadikan bahan dalam pembuatan laporan PMPRB; dan

b) menghimpun hasil penilaian Asesor masing – masing


bidang yang telah disetujui oleh ketua tim untuk dijadikan
bahan dalam pembuatan laporan PMPRB.

5) Asesor Manajemen Perubahan.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang manajemen perubahan


dengan menggunakan indikator – indikator sebagai berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Tim Reformasi Birokrasi. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. tim Reformasi Birokrasi /penanggung


jawab Reformasi Birokrasi satuan telah
dibentuk;

ii. tim Reformasi Birokrasi /penanggung


jawab Reformasi Birokrasi telah
melaksanakan tugas sesuai rencana kerja tim
Reformasi Birokrasi; dan

iii. tim Reformasi Birokrasi /penanggung


jawab Reformasi Birokrasi telah melakukan
monitoring dan evaluasi rencana kerja, dan
hasil evaluasi telah ditindaklanjuti.

(b) Road Map Reformasi Birokrasi. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:
41

i. Road Map/rencana kerja Reformasi


Birokrasi satuan telah disusun dan
diformalkan;

ii. Road Map telah mencakup delapan area


perubahan yang terintegrasi;

iii. Road Map telah mencakup "quick win";

iv. penyusunan Road Map telah melibatkan


seluruh unit organisasi;

v. telah terdapat sosialisasi/internalisasi


Road Map/rencana kerja Reformasi Birokrasi
satuan kepada anggota organisasi; dan

vi. rencana kerja Reformasi Birokrasi


satuan selaras dengan Road Map.

(c) Pemantauan dan evaluasi Reformasi Birokrasi


pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
sebagai berikut:

i. PMPRB telah direncanakan dan


diorganisasikan dengan baik;

ii. aktivitas PMPRB telah dikomunikasikan


pada masing-masing satuan;

iii. telah dilakukan pelatihan yang cukup


bagi Tim Asesor PMPRB;

iv. pelaksanaan PMPRB dilakukan oleh


Asesor sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

v. koordinator Asesor PMPRB melakukan


reviu terhadap kertas kerja Asesor sebelum
menyusun kertas kerja satuan;

vi. para Asesor mencapai konsensus atas


pengisian kertas kerja sebelum menetapkan
nilai PMPRB satuan;

vii. rencana aksi tindak lanjut (RATL) telah


dikomunikasikan dan dilaksanakan; dan

viii. penanggung jawab Reformasi Birokrasi


internal satuan telah melakukan pemantauan
dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja.

(d) Perubahan pola pikir dan budaya kinerja.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi apakah:

i. terdapat keterlibatan pimpinan satuan


secara aktif dan berkelanjutan dalam
pelaksanaan Reformasi Birokrasi;
42

ii. terdapat media komunikasi secara


reguler untuk menyosialisasikan tentang
Reformasi Birokrasi yang sedang dan akan
dilakukan; dan

iii. terdapat upaya untuk menggerakkan


satuan dalam melakukan perubahan melalui
pembentukan agen perubahan (agent of
change) ataupun role model.

(2) Aspek Hasil Antara. Pada area manajemen


perubahan, indikator hasil antara akan dikeluarkan jika
terdapat penilaian yang relevan di waktu tertentu.

(3) Aspek Reform.

(a) Komitmen dalam Perubahan.

i. agen perubahan telah membuat


perubahan yang konkret di satuan;

ii. perubahan yang dibuat agen perubahan


telah terintegrasi dalam sistem manajemen; dan

iii. mendorong satuan untuk melakukan


perubahan (reform).

(b) Komitmen Pimpinan.

i. pimpinan memiliki komitmen terhadap


pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dengan
adanya target capaian reformasi yang jelas di
dokumen perencanaan satuannya; dan

ii. pimpinan memiliki komitmen terhadap


pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dengan
adanya perhatian khusus kepada satuan yang
berhasil melaksanakan reformasi.

(c) Membangun budaya kinerja.

(d) Satuan membangun budaya kerja positif dan


menerapkan nilai-nilai organisasi dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari.

6) Asesor Penataan Peraturan Perundang - undangan/Deregulasi


Kebijakan.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang Penataan Peraturan


Perundang - undangan/Deregulasi Kebijakan dengan
menggunakan indikator – indikator sebagai berikut:
43

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Penyusunan/Revisi peraturan dan keputusan


Tingkat Kotama yang bersifat mengatur dan
kebijakan Tingkat Kotama yang tidak
harmonis/tidak sinkron/ bersifat menghambat.
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi sebagai berikut:

i. telah dilakukan identifikasi, analisis,


dan pemetaan peraturan dan keputusan
Tingkat Kotama yang tidak harmonis/sinkron
yang akan disusun/ direvisi/dihapus;

ii. Sinkronisasi dan Harmonisasi. telah


dilakukan Sinkronisasi dan Harmonisasi
dalam bentuk penyelarasan dan penyerasian
berbagai peraturan dan keputusan Tingkat
Kotama yang terkait dengan peraturan dan
keputusan Tingkat Kotama yang telah ada dan
yang sedang disusun agar substansi yang
diatur dalam produk Peraturan Tingkat
Kotama tidak tumpang tindih, saling
melengkapi dan saling terkait serta
melaksanakan Penataan Peraturan Perundang
- undangan/Deregulasi Kebijakan yang akan
menghambat perkembangan birokrasi dan
kecepatan pemberian pelayanan; dan

iii. telah dilakukan revisi kebijakan yang


tidak harmonis/tidak sinkron/bersifat
menghambat.

(b) Sistem pengendalian dalam


penyusunan/revisi peraturan dan keputusan
Tingkat Kotama. Pengukuran indikator ini dilakukan
dengan melihat kondisi sebagai berikut:

i. adanya sistem pengendalian


penyusunan peraturan dan keputusan yang
bersifat mengatur; dan

ii. telah dilakukan evaluasi atas


pelaksanaan sistem pengendalian
penyusunan peraturan dan keputusan
Tingkat Kotama.

(2) Aspek Hasil Antara. Pada area Penataan Peraturan


Perundang - undangan/Deregulasi Kebijakan, indikator
hasil antara akan dikeluarkan jika terdapat penilaian yang
relevan di waktu tertentu.
44

(3) Aspek Reform.

(a) Peran Kebijakan.

i. kebijakan yang diterbitkan memiliki


peta keterkaitan dengan kebijakan
lainnya; dan

ii. kebijakan terkait pelayanan dan atau


perizinan yang diterbitkan memuat unsur
kemudahan dan efisiensi pelayanan utama
satuan.

(b) Penyelesaian Kebijakan. Penyelesaian


kebijakan sesuai dengan kebijakan Pang/Dan
Kotama.

7) Asesor Penataan dan Penguatan Organisasi.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang penataan dan penguatan


organisasi dengan menggunakan indikator – indikator sebagai
berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Penataan Organisasi. Pengukuran indikator


ini dilakukan dengan melihat kondisi sebagai
berikut:

i. telah disusun desain organisasi yang


sesuai dengan rencana strategis; dan

ii. telah dilakukan penyederhanaan tingkat


struktur organisasi.

(b) Evaluasi Kelembagaan. Pengukuran indikator


ini dilakukan dengan melihat kondisi sebagai
berikut:

i. telah dilakukan evaluasi yang bertujuan


untuk menilai ketepatan fungsi dan ketepatan
ukuran organisasi;

ii. telah dilakukan evaluasi yang mengukur


jenjang organisasi;

iii. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis kemungkinan duplikasi fungsi;

iv. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis satuan organisasi yang berbeda
tujuan namun ditempatkan dalam satu
kelompok;
45

v. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis kemungkinan adanya pejabat
yang melapor kepada lebih dari seorang
atasan;

vi. telah dilakukan evaluasi kesesuaian


tugas dan fungsi dengan sasaran kinerja unit
organisasi di atasnya;

vii. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis rentang kendali terhadap
struktur yang langsung berada di bawahnya;

viii. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis kesesuaian struktur organisasi
dengan kinerja yang akan dihasilkan;

ix. telah dilakukan evaluasi atas


kesesuaian struktur organisasi dengan
mandat/kewenangan lembaga;

x. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis kemungkinan tumpang tindih
fungsi dengan satuan lain; dan

xi. telah dilakukan evaluasi yang


menganalisis kemampuan struktur organisasi
untuk adaptif terhadap perubahan lingkungan
strategis.

(c) Tindak Lanjut Evaluasi. Pengukuran indikator


ini dilakukan dengan melihat kondisi sebagai
berikut:

i. hasil evaluasi telah ditindaklanjuti


dengan mengajukan perubahan organisasi; dan

ii. hasil evaluasi untuk ditindaklanjuti


dengan penyederhanaan birokrasi.

(2) Aspek Hasil Antara. Pada area Asesor penataan dan


penguatan organisasi, indikator hasil antara akan
dikeluarkan jika terdapat penilaian yang relevan di waktu
tertentu.

(3) Aspek Reform.

(a) Organisasi Berbasis Kinerja. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
apakah telah dilakukan penyesuaian organisasi
dalam rangka mewujudkan organisasi yang efektif,
efisien dan tepat ukuran sesuai dengan proses
bisnis, dengan mempertimbangkan kinerja utama
yang dihasilkan;

(b) Penyederhanaan Organisasi. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
46

apakah jumlah peta proses bisnis yang ideal dalam


rangka penyederhanaan organisasi; dan

(c) Hasil Evaluasi Kelembagaan. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat hasil evaluasi
kelembagaan.

8) Asesor Penataan Tatalaksana.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang penataan tatalaksana


dengan menggunakan indikator – indikator sebagai berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Proses Bisnis dan Prosedur Operasional Tetap


(SOP). Pengukuran indikator ini dilakukan dengan
melihat kondisi sebagai berikut:

i. telah disusun peta proses bisnis yang


sesuai dengan pedoman penyusunan peta
proses bisnis;

ii. telah tersedia peta proses bisnis yang


sesuai dengan tugas dan fungsi;

iii. telah disusun peta proses bisnis yang


sesuai dengan dokumen rencana strategis dan
rencana kerja organisasi;

iv. telah memiliki peta proses bisnis yang


sesuai dengan tugas dan fungsi dan selaras
dengan Kinerja Organisasi secara berjenjang;

v. peta proses bisnis sudah dijabarkan ke


dalam prosedur operasional tetap (SOP);

vi. telah dilakukan penjabaran peta lintas


fungsi (peta level n) ke dalam SOP;

vii. prosedur operasional tetap (SOP) telah


diterapkan;

viii. peta proses bisnis dan Prosedur


operasional telah dievaluasi dan disesuaikan
dengan perkembangan tuntutan efisiensi, dan
efektivitas birokrasi; dan

ix. telah dilakukan evaluasi terhadap peta


proses bisnis yang sesuai dengan efektivitas
hubungan kerja antar unit organisasi untuk
menghasilkan kinerja sesuai dengan tujuan
pendirian organisasi.
47

(b) Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik


(SPBE). Pengukuran indikator ini dilakukan dengan
melihat kondisi sebagai berikut:

i. satuan memiliki arsitektur SPBE;

ii. satuan memiliki peta rencana SPBE;

iii. tim koordinasi SPBE satuan


melaksanakan tugas dan program kerjanya;

iv. satuan menerapkan manajemen


layanan SPBE;

v. satuan memiliki layanan keprajuritan


berbasis elektronik;
vi. satuan memiliki layanan kearsipan
berbasis elektronik;

vii. satuan memiliki layanan perencanaan,


penganggaran dan kinerja berbasis elektronik; dan

viii. satuan memiliki layanan publik berbasis


elektronik.

(c) Keterbukaan Informasi Publik. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. adanya kebijakan pimpinan tentang


keterbukaan informasi publik; dan

ii. melakukan Monev pelaksanaan


kebijakan keterbukaan informasi publik.

(2) Aspek Hasil Antara.

(a) kualitas pengelolaan dokumen arsip di


satuan; dan

(b) kualitas pengelolaan keuangan, diukur


dengan laporan keuangan satuan.

(3) Aspek Reform.

(a) Peta proses bisnis mempengaruhi


penyederhanaan jabatan dilakukan dengan melihat
apakah telah disusun peta proses bisnis dengan
adanya penyederhanaan jabatan;

(b) Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik


(SPBE) yang terintegrasi.

i. implementasi SPBE telah terintegrasi dan


mampu mendorong pelaksanaan pelayanan
publik yang lebih cepat dan efisien; dan
48

ii. implementasi SPBE telah terintegrasi


dan mampu mendorong pelaksanaan
pelayanan internal organisasi yang lebih cepat
dan efisien.

(c) Transformasi Digital Memberikan Nilai


Manfaat.

i. transformasi digital pada bidang proses


bisnis utama telah mampu memberikan nilai
manfaat bagi organisasi secara optimal;

ii. transformasi digital pada bidang


administrasi telah mampu memberikan nilai
manfaat bagi organisasi secara optimal; dan

iii. transformasi digital pada bidang


peningkatan kualitas pelayanan publik telah
mampu memberikan nilai manfaat bagi
organisasi secara optimal.

9) Asesor Penataan Sistem Manajemen SDM.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang penataan sistem


manajemen SDM dengan menggunakan indikator–indikator
sebagai berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Perencanaan kebutuhan prajurit sesuai


dengan kebutuhan organisasi. Pengukuran indikator
ini dilakukan dengan melihat kondisi sebagai
berikut:

i. rencana redistribusi prajurit telah


disusun dan diformalkan;

ii. perhitungan kebutuhan prajurit telah


dilakukan;

iii. proyeksi kebutuhan 5 tahun telah


disusun dan diformalkan;

iv. perhitungan formasi jabatan yang


menunjang kinerja utama satuan telah
dihitung dan diformalkan;

v. perhitungan kebutuhan prajurit telah


dilakukan sesuai kebutuhan satuan;

vi. analisis jabatan dan analisis beban kerja


telah dilakukan; dan
49

vii. analisis jabatan dan analisis beban kerja


telah sesuai kebutuhan satuan dan selaras
dengan kinerja utama.

(b) Proses penerimaan prajurit transparan,


objektif, akuntabel dan bebas KKN. Pengukuran
indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. pengumuman penerimaan diinformasi


kan secara luas kepada publik;

ii. pendaftaran dapat dilakukan dengan


mudah, cepat dan pasti (daring);

iii. persyaratan jelas, tidak diskriminatif;

iv. proses seleksi transparan, objektif, adil,


akuntabel dan bebas KKN; dan

v. pengumuman hasil seleksi diinformasi


kan secara terbuka.

(c) Pengembangan prajurit berbasis kompetensi.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi sebagai berikut:

i. telah ada standar kompetensi jabatan;

ii. telah dilakukan asessment prajurit;

iii. telah disusun rencana pengembangan


kompetensi dengan dukungan anggaran yang
mencukupi;

iv. telah diidentifikasi kebutuhan


pengembangan kompetensi;

v. telah dilakukan pengembangan prajurit


berbasis kompetensi sesuai dengan rencana dan
kebutuhan pengembangan kompetensi; dan

vi. telah dilakukan monitoring dan evaluasi


pengembangan prajurit berbasis kompetensi
secara berkala.

(d) Penetapan kinerja individu. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. capaian kinerja individu telah dijadikan


dasar untuk pemberian tunjangan kinerja;

ii. penerapan penetapan kinerja individu;

iii. terdapat penilaian kinerja individu yang


terkait dengan kinerja organisasi;
50

iv. ukuran kinerja individu telah memiliki


kesesuaian dengan indikator kinerja individu
level diatasnya;

v. pengukuran kinerja individu dilakukan


secara periodik;

vi. telah dilakukan monitoring dan evaluasi


atas pencapaian kinerja individu; dan

vii. hasil penilaian kinerja individu telah


dijadikan dasar untuk pengembangan karir
individu/pemberian penghargaan dan sanksi
lainnya.

(e) Penegakan aturan disiplin/kode etik/kode


perilaku prajurit. Pengukuran indikator ini
dilakukan dengan melihat kondisi sebagai berikut:

i. aturan disiplin/kode etik/kode perilaku


satuan telah ditetapkan;

ii. adanya monitoring dan evaluasi atas


pelaksanaan aturan disiplin/kode etik/kode
perilaku satuan; dan

iii. adanya pemberian sanksi dan


penghargaan (reward).

(f) Pelaksanaan evaluasi jabatan. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. informasi faktor jabatan telah disusun;

ii. peta jabatan telah ditetapkan;

iii. kelas jabatan telah ditetapkan;

iv. satuan telah mengimplementasikan


Standar Kompetensi Jabatan (SKJ); dan

v. satuan telah melaksanakan evaluasi


jabatan berdasarkan SKJ.

(g) Sistem Informasi Keprajuritan. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. sistem informasi keprajuritan telah


dibangun sesuai kebutuhan;

ii. sistem informasi keprajuritan terus


dimutakhirkan;
51

iii. sistem informasi keprajuritan


digunakan sebagai pendukung pengambilan
kebijakan manajemen SDM; dan

iv. sistem informasi keprajuritan dapat


diakses oleh prajurit.

(2) Aspek Hasil Antara. Pada area penataan sistem


manajemen SDM, indikator hasil antara akan dikeluarkan
jika terdapat penilaian yang relevan di waktu tertentu.

(3) Aspek Reform.

(a) Kinerja Individu

i. ukuran kinerja individu telah


berorientasi hasil (outcome) sesuai pada
levelnya; dan

ii. pencapaian kinerja individu telah


menjadi dasar dalam pemberian tunjangan
kinerja/penghasilan.

(b) Evaluasi Jabatan. Diukur dengan melihat


apakah hasil evaluasi jabatan pimpinan tinggi sudah
disampaikan ke pejabat berwenang;

(c) Assessment Prajurit. Diukur dengan melihat


apakah hasil assessment telah dijadikan
pertimbangan untuk mutasi dan pengembangan
karier prajurit;

(d) Pelanggaran Disiplin Prajurit. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
apakah terjadi penurunan pelanggaran disiplin
prajurit;

(e) Kebutuhan Prajurit. Pengukuran indikator ini


dilakukan dengan melihat kondisi apakah hasil
perhitungan kebutuhan prajurit telah dijadikan
dasar dalam pembuatan formasi dan penerimaan
prajurit baru;

(f) Manajemen Talenta.

i. dilakukan pemetaan talenta yang hasilnya


digunakan untuk proses penempatan jabatan
kritikal dan rencana suksesi jabatan; dan

ii. dilakukan penerapan manajemen talenta


dalam pengisian jabatan pimpinan tinggi.
52

10) Asesor Penguatan Akuntabilitas Kinerja.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang penguatan akuntabilitas


kinerja dengan menggunakan indikator – indikator sebagai
berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Keterlibatan Pimpinan. Pengukuran indikator


ini dilakukan dengan melihat kondisi sebagai
berikut:

i. pimpinan satuan terlibat secara


langsung pada saat penyusunan Renstra;

ii. pimpinan satuan terlibat secara


langsung pada saat penyusunan penetapan
kinerja;

iii. pimpinan satuan memantau pencapaian


kinerja secara berkala;

iv. pimpinan satuan telah memahami


kinerja yang harus dicapai dalam jangka
menengah;

v. pimpinan satuan memahami kinerja


yang diperjanjikan di setiap tahun; dan

vi. pimpinan satuan memantau pencapaian


kinerja secara berkala.

(b) Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi sebagai berikut:

i. terdapat upaya peningkatan kapasitas


SDM yang menangani akuntabilitas kinerja; dan

ii. pemutakhiran data kinerja dilakukan


secara berkala.

(2) Aspek Hasil Antara. Aspek hasil antara diukur


dengan dokumen perencanaan satuan.

(3) Aspek Reform.

(a) Efektivitas dan Efisiensi Anggaran.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
sebagai berikut:

i. penggunaan anggaran yang efektif dan


efisien;
53

ii. perhitungan jumlah program/kegiatan


yang ada;

iii. perhitungan jumlah program/kegiatan


yang mendukung tercapainya kinerja utama
organisasi; dan

iv. persentase sasaran dengan capaian


100% atau lebih.

(b) Pemanfaatan Aplikasi Akuntabilitas Kinerja.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi apakah aplikasi yang terintegrasi telah
dimanfaatkan untuk menciptakan efektivitas dan
efisiensi anggaran;

(c) Pemberian Reward and Punishment.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi apakah hasil capaian/monitoring perjanjian
kinerja telah dijadikan dasar sebagai pemberian
reward and punishment bagi organisasi; dan

(d) Kerangka Logis Kinerja. Pengukuran indikator


ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah
terdapat peta strategis yang mengacu pada kinerja
utama (Kerangka Logis Kinerja) organisasi dan
dijadikan dalam penentuan kinerja seluruh prajurit.

11) Asesor Penguatan Pengawasan.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang penguatan pengawasan


dengan menggunakan indikator – indikator sebagai berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Gratifikasi. Pengukuran indikator ini


dilakukan dengan melihat kondisi sebagai berikut:

i. telah terdapat kebijakan penanganan


gratifikasi;

ii. telah dilakukan public campaign;

iii. penanganan gratifikasi telah


diimplementasikan;

iv. telah dilakukan evaluasi atas kebijakan


penanganan gratifikasi; dan

v. hasil evaluasi atas penanganan


gratifikasi telah ditindaklanjuti.

(b) Penerapan SPIP. Pengukuran indikator ini


dilakukan dengan melihat kondisi sebagai berikut:
54

i. telah terdapat peraturan pimpinan


organisasi tentang SPIP;

ii. telah dibangun lingkungan


pengendalian;

iii. telah mengidentifikasi lingkungan


pengendalian;

iv. telah dilakukan penilaian risiko atas


organisasi;

v. telah dilakukan kegiatan pengendalian


untuk meminimalisir risiko yang telah
diidentifikasi;

vi. SPIP telah diinformasikan dan


dikomunikasikan kepada seluruh pihak
terkait;

vii. telah dilakukan pemantauan


pengendalian intern; dan
viii. satuan telah melaksanakan evaluasi
atas penerapan SPIP.

(c) Pengaduan Publik. Pengukuran indikator ini


dilakukan dengan melihat kondisi sebagai berikut:

i. telah disusun kebijakan pengaduan


publik;

ii. penanganan pengaduan publik telah


diimplementasikan;

iii. hasil penanganan pengaduan publik


telah ditindaklanjuti;

iv. telah dilakukan evaluasi atas


penanganan pengaduan publik; dan

v. hasil evaluasi atas penanganan


pengaduan publik telah ditindaklanjuti.

(d) Whistle Blowing System. Pengukuran indikator


ini dilakukan dengan melihat kondisi sebagai
berikut:

i. telah terdapat whistle blowing system;

ii. whistle blowing system telah


disosialisasikan;

iii. whistle blowing system telah


diimplementasikan;

iv. telah dilakukan evaluasi atas whistle


blowing system; dan
55

v. hasil evaluasi atas whistle blowing


system telah ditindaklanjuti.

(e) Penanganan Benturan Kepentingan.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi sebagai berikut:

i. telah terdapat penanganan benturan


kepentingan;

ii. penanganan benturan kepentingan


telah disosialisasikan;

iii. penanganan benturan kepentingan


telah diimplementasikan;

iv. telah dilakukan evaluasi atas


penanganan benturan kepentingan; dan

v. hasil evaluasi atas penanganan


benturan kepentingan telah ditindaklanjuti.

(f) Pembangunan Zona Integritas. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. telah dilakukan pencanangan Zona


Integritas;

ii. telah ditetapkan unit yang akan


dikembangkan menjadi Zona Integritas;

iii. telah dilakukan pembangunan Zona


Integritas;

iv. telah dilakukan evaluasi atas Zona


Integritas yang telah ditentukan; dan

v. telah terdapat satuan yang ditetapkan


sebagai menuju WBK/WBBM.

(g) Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi sebagai berikut:

i. rekomendasi APIP didukung dengan


komitmen pimpinan;

ii. APIP didukung dengan SDM yang


memadai secara kualitas dan kuantitas;

iii. APIP didukung dengan anggaran yang


memadai; dan

iv. APIP berfokus pada client dan audit


berbasis risiko.
56

(2) Aspek Hasil Antara. Ukuran keberhasilan yang


digunakan sebagai hasil antara apabila penguatan
pengawasan berjalan dengan baik di satuan adalah dengan
melihat maturitas SPIP, dan Indeks Internal Audit
Capability Model (IACM).

(3) Aspek Reform.

(a) Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Pejabat


Negara (LHKPN):

i. persentase penyampaian Laporan Harta


Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN);

ii. jumlah yang harus melaporkan; dan

iii. jumlah yang sudah melaporkan.

(b) Penyampaian Laporan Harta Kekayaan


Aparatur Sipil Negara (LHKASN):

i. persentase penyampaian Laporan Harta


Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN);

ii. jumlah yang harus melaporkan; dan

iii. jumlah yang sudah melaporkan.

(c) Mekanisme Pengendalian Aktivitas.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi apakah telah dilakukan mekanisme
pengendalian aktivitas secara berjenjang.

(d) Penanganan Pengaduan Publik. Pengukuran


ini dilakukan dengan melihat persentase
penanganan pengaduan publik.

(e) Pembangunan Zona Integritas. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat:

i. komitmen pembangunan ZI
(Akumulatif);

ii. pemetaan satuan untuk membangun ZI;

iii. jumlah WBK dalam 1 tahun; dan

iv. jumlah WBBM dalam 1 tahun.

(f) Peran APIP. Pengukuran indikator ini


dilakukan dengan melihat:

i. APIP telah menjalankan fungsi


konsultatif; dan

ii. APIP memberikan saran masukan


terkait peningkatan kinerja satuan.
57

12) Asesor Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

a) Mengisi lembar kertas kerja;

b) Melaksanakan penilaian bidang peningkatan kualitas


pelayanan publik dengan menggunakan indikator – indikator
sebagai berikut:

(1) Aspek Pemenuhan.

(a) Standar Pelayanan. Pengukuran indikator ini


dilakukan dengan melihat kondisi sebagai berikut:

i. terdapat kebijakan standar pelayanan;

ii. standar pelayanan telah


dimaklumatkan; dan

iii. dilakukan reviu dan perbaikan atas


standar pelayanan.

(b) Budaya Pelayanan Prima. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
sebagai berikut:

i. telah dilakukan berbagai upaya


peningkatan kemampuan atau kompetensi
tentang penerapan budaya pelayanan prima;

ii. informasi tentang pelayanan mudah


diakses melalui berbagai media;

iii. telah terdapat sistem pemberian


penghargaan dan sanksi bagi petugas pemberi
pelayanan;

iv. telah terdapat sistem pemberian


kompensasi kepada penerima layanan bila
layanan tidak sesuai standar;

v. telah terdapat sarana layanan terpadu


atau terintegrasi; dan

vi. terdapat inovasi pelayanan.

(c) Pengelolaan Pengaduan. Pengukuran


indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi
apakah:

i. terdapat media pengaduan dan


konsultasi pelayanan;

ii. terdapat satuan yang mengelola


pengaduan dan konsultasi pelayanan;
58

iii. telah dilakukan tindak lanjut atas


seluruh pengaduan pelayanan untuk
perbaikan kualitas pelayanan; dan

iv. telah dilakukan evaluasi atas


penanganan keluhan/masukan dan
konsultasi.

(d) Penilaian kepuasan terhadap pelayanan.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi apakah:

i. dilakukan survei kepuasan publik


terhadap pelayanan;

ii. hasil survei kepuasan publik dapat


diakses secara terbuka; dan

iii. dilakukan tindak lanjut atas hasil survei


kepuasan publik.

(e) Pemanfaatan Teknologi Informasi.


Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat
kondisi apakah:

i. telah menerapkan teknologi informasi


dalam memberikan pelayanan; dan

ii. telah dilakukan perbaikan secara terus


menerus.

(2) Aspek Hasil Antara. Pada area peningkatan kualitas


pelayanan publik, indikator hasil antara akan dikeluarkan
jika terdapat penilaian yang relevan di waktu tertentu.

(3) Aspek Reform.

(a) Upaya dan/atau inovasi telah mendorong


perbaikan pelayanan publik pada:

i. kesesuaian persyaratan;

ii. kemudahan sistem, mekanisme, dan


prosedur;

iii. kecepatan waktu penyelesaian;

iv. kejelasan biaya/tarif;

v. kualitas produk spesifikasi jenis


pelayanan;

vi. kompetensi pelaksana/web;

vii. perilaku pelaksana/web;

viii. kualitas sarana dan prasarana; dan


59

ix. penanganan pengaduan, saran dan


masukan.

(b) Upaya atau inovasi pada perijinan/pelayanan


telah dipermudah:

i. waktu lebih cepat;

ii. alur lebih pendek/singkat; dan

iii. terintegrasi dengan aplikasi.

(c) Penanganan Pengaduan Pelayanan. Indikator


ini diukur dengan melihat penanganan pengaduan
pelayanan dan konsultasi dilakukan melalui
berbagai kanal/media secara responsif dan
bertanggung jawab.

19. Tahap Pengakhiran.

a. Penanggung Jawab.

1) membuat laporan PMPRB;

2) melaksanakan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan


PMPRB; dan

3) melaporkan hasil PMPRB kepada Pang/Dan.

b. Wakil Penanggung Jawab. Membantu Penanggung Jawab


menerima laporan pelaksanaan PMPRB.

c. Ketua Tim.

1) membantu Penanggung Jawab dalam pembuatan laporan PMPRB;

2) menyusun rencana aksi tindak lanjut Reformasi Birokrasi


sebagai masukan bagi tim pelaksana Reformasi Birokrasi;

3) memberikan saran dan masukan kepada Penanggung Jawab


terkait pelaksanaan PMPRB; dan

4) mengumpulkan lembar kertas kerja dari masing-masing Asesor.

d. Sekretaris Tim.

1) menyelesaikan kelengkapan administrasi pelaksanaan PMPRB; dan

2) membantu ketua tim membuat laporan PMPRB.

e. Asesor.

1) mempertimbangkan dan meneruskan setiap saran teknis


pelaksanaan kegiatan PMPRB kepada Ketua Tim;
60

2) membantu Ketua Tim dalam pembuatan rencana aksi tindak


lanjut PMPRB; dan

3) mengoordinasikan hasil PMPRB dengan Ketua Tim dalam menilai


serta mengevaluasi laporan hasil PMPRB.

BAB IV
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

20. Umum. Agar penyelenggaraan PMPRB dapat dikendalikan dengan efektif,


efisien, tertib, dan aman, maka diperlukan tindakan pengamanan dan tindakan
administrasi yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan PMPRB secara
menyeluruh. Dalam pelaksanaan PMPRB harus terkoordinasi dengan satuan
terkait lainnya baik pada awal kegiatan maupun pada akhir kegiatan. Tindakan
pengamanan ditekankan pada tindakan preventif untuk pengamanan personel,
materiel, dokumen/berita dan kegiatan yang berklasifikasi rahasia, sedangkan
tindakan administrasi ditekankan pada terwujudnya akuntabilitas anggaran.

21. Tindakan Pengamanan.

a. Tahap Perencanaan.

1) membuat rencana tindakan pengamanan personel, materiel,


kegiatan dan berita dalam kegiatan PMPRB;

2) merencanakan penunjukan personel yang akan melaksanakan


tindakan pengamanan personel, materiel, kegiatan dan berita dalam
kegiatan PMPRB; dan

3) merencanakan tindakan pengamanan terhadap bahan


keterangan/dokumen/data dukung yang dianggap penting (rahasia)
dalam kegiatan PMPRB.

b. Tahap Persiapan.

1) menyiapkan tindakan pengamanan personel, materiel, kegiatan


dan berita dalam kegiatan PMPRB;

2) menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan selama


pengamanan personel, materiel, kegiatan dan berita dalam kegiatan
PMPRB;

3) mengatur dan mengoordinir personel yang telah ditunjuk dalam


pengamanan kegiatan PMPRB; dan

4) menyiapkan tindakan pengamanan terhadap bahan


keterangan/dokumen/data dukung yang dianggap penting (rahasia)
dalam kegiatan PMPRB.

c. Tahap Pelaksanaan.

1) melaksanakan pengamanan personel, materiel, kegiatan dan


berita di tempat pelaksanaan kegiatan PMPRB berlangsung;
61

2) melaksanakan pengamanan saat pergeseran personel dan


materiel selama kegiatan PMPRB berlangsung; dan

3) melaksanakan pengamanan terhadap bahan keterangan/


dokumen/data dukung yang dianggap penting (rahasia) selama
kegiatan PMPRB berlangsung.

d. Tahap Akhir.

1) melaksanakan pengamanan personel, materiel dan berita setelah


kegiatan PMPRB selesai;

2) melaksanakan pengamanan dokumen/data dukung hasil


PMPRB termasuk dokumen/data dukung yang bersifat penting
(rahasia); dan

3) melaksanakan pengarsipan dokumen/data dukung selama


kegiatan PMPRB.

22. Tindakan Administrasi.

a. Tahap Perencanaan.

1) merencanakan jadwal kegiatan disesuaikan dengan waktu yang


telah ditentukan;

2) merencanakan administrasi yang berhubungan dengan surat


perintah Tim Asesor;

3) merencanakan administrasi yang berhubungan dengan


kebutuhan logistik/ATK selama kegiatan PMPRB; dan

4) merencanakan administrasi peminjaman perlengkapan dan


sarana prasarana yang digunakan.

b. Tahap Persiapan.

1) menyiapkan administrasi yang berhubungan dengan kegiatan


brifing Tim Asesor;

2) menyiapkan administrasi yang berhubungan dengan kebutuhan


logistik/ATK selama kegiatan PMPRB; dan

3) menyiapkan administrasi terkait peminjaman perlengkapan dan


sarana prasarana yang digunakan.

c. Tahap Pelaksanaan.

1) melaksanakan kegiatan administrasi yang berhubungan entry


meeting dan pelaksanaan PMPRB serta pemberitahuan jadwal PMPRB
kepada tim pelaksana Reformasi Birokrasi;

2) melaksanakan kegiatan administrasi yang berhubungan dengan


kebutuhan logistik/BPD selama kegiatan PMPRB; dan

3) melaksanakan kegiatan administrasi terkait peminjaman


perlengkapan dan sarana prasarana yang digunakan.
62

d. Tahap Pengakhiran.

1) melaksanakan kegiatan administrasi yang berhubungan


kekurangan data dukung kegiatan PMPRB; dan

2) membuat laporan pertanggungjawaban anggaran dan


pelaksanaan kegiatan.

BAB V
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

23. Umum. Pengawasan dan pengendalian kegiatan PMPRB mutlak


diperlukan, hal ini dilakukan untuk menjamin optimalisasi kegiatan PMPRB yang
dilaksanakan. Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan secara terus menerus
dan simultan pada setiap tahapan kegiatan mulai dari perencanaan, persiapan,
pelaksanaan dan pengakhiran. Kegiatan pengawasan dan pengendalian
dilaksanakan oleh pejabat yang telah ditunjuk sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya mulai dari Tingkat Pusat sampai dengan Kotama yang relatif sama.

24. Pengawasan.

a. Tahap Perencanaan.

1) Tingkat Pusat.

a) Penanggung jawab merencanakan kegiatan pengawasan


secara umum pelaksanaan PMPRB di tingkat Pusat sesuai
dengan kebijakan pimpinan; dan

b) Ketua tim merencanakan pengawasan terhadap kualitas


hasil penilaian PMPRB.

2) Tingkat Kotama.

a) Penanggung jawab merencanakan kegiatan pengawasan


secara umum pelaksanaan PMPRB di tingkat Pusat dan Kotama
sesuai dengan kebijakan pimpinan; dan

b) Ketua tim merencanakan pengawasan terhadap kualitas


hasil penilaian PMPRB di tingkat Pusat dan Kotama.

b. Tahap Persiapan.

1) Tingkat Pusat.

a) Penanggung jawab melaksanakan persiapan kegiatan


pengawasan secara umum pelaksanaan PMPRB di tingkat Pusat
sesuai dengan ketentuan; dan

b) Ketua tim melaksanakan persiapan kegiatan pengawasan


terhadap kualitas hasil penilaian PMPRB di Pusat.
63

2) Tingkat Kotama.

a) Penanggung jawab melaksanakan persiapan kegiatan


pengawasan secara umum pelaksanaan PMPRB di tingkat Pusat
dan Kotama sesuai dengan ketentuan; dan

b) Ketua tim melaksanakan persiapan kegiatan pengawasan


terhadap kualitas hasil penilaian PMPRB di tingkat Pusat dan
Kotama.

c. Tahap Pelaksanaan.

1) Tingkat Pusat.

a) Penanggung jawab mengawasi kegiatan pelaksanaan


PMPRB di tingkat Pusat sesuai dengan ketentuan; dan

b) Ketua tim mengawasi kegiatan pelaksanaan penilaian


PMPRB di Pusat.

2) Tingkat Kotama.

a) Penanggung jawab mengawasi kegiatan pelaksanaan


PMPRB di Kotama sesuai dengan ketentuan; dan

b) Ketua tim mengawasi kegiatan pelaksanaan penilaian


PMPRB di Kotama.

d. Tahap Pengakhiran.

1) Tingkat Pusat.

a) Penanggung jawab mengawasi hasil evaluasi dan laporan


pelaksanaan PMPRB di tingkat Pusat; dan

b) Ketua tim mengawasi dan mengevaluasi kegiatan PMPRB


di Pusat.

2) Tingkat Kotama.
a) Penanggung jawab mengawasi hasil evaluasi pelaksanaan
PMPRB di Kotama sesuai dengan ketentuan; dan

b) Ketua tim mengawasi dan mengevaluasi kegiatan PMPRB


di Kotama.

25. Pengendalian.

a. Tahap Perencanaan.

1) Tingkat Pusat.

a) Penanggung jawab mengendalikan kegiatan perencanaan


pelaksanaan PMPRB di tingkat Pusat sesuai dengan kebijakan
pimpinan; dan

b) Ketua tim mengendalikan dan menjamin kualitas kegiatan


perencanaan kegiatan PMPRB di Pusat.
64

2) Tingkat Kotama.

a) Penanggung jawab mengendalikan kegiatan perencanaan


pelaksanaan PMPRB di tingkat Kotama sesuai dengan kebijakan
pimpinan; dan

b) Ketua tim mengendalikan dan menjamin kualitas kegiatan


perencanaan kegiatan PMPRB di Kotama.

b. Tahap Persiapan.

1) Tingkat Pusat.

a) Penanggung jawab mengendalikan kegiatan persiapan


pelaksanaan PMPRB di tingkat Pusat sesuai dengan ketentuan; dan

b) Ketua tim mengendalikan dan menjamin kualitas kegiatan


persiapan kegiatan PMPRB di Pusat.

2) Tingkat Kotama.

a) Penanggung jawab mengendalikan kegiatan persiapan


pelaksanaan PMPRB di tingkat Kotama sesuai dengan ketentuan;
dan

b) Ketua tim mengendalikan dan menjamin kualitas kegiatan


persiapan kegiatan PMPRB di Kotama.

c. Tahap Pelaksanaan.

1) Tingkat Pusat.

a) Penanggung jawab mengendalikan kegiatan pelaksanaan


penyelenggaraan PMPRB di tingkat Pusat; dan

b) Ketua tim mengendalikan dan menjamin kualitas kegiatan


pelaksanaan penyelenggaraan PMPRB di Pusat.

2) Tingkat Kotama.

a) Penanggung jawab mengendalikan kegiatan pelaksanaan


penyelenggaraan PMPRB di tingkat Kotama sesuai dengan
ketentuan; dan

b) Ketua tim mengendalikan dan menjamin kualitas kegiatan


pelaksanaan penyelenggaraan PMPRB di Kotama.

d. Tahap Pengakhiran.

1) Tingkat Pusat.

a) Penanggung jawab mengendalikan hasil evaluasi dan laporan


pelaksanaan penyelenggaraan PMPRB di tingkat Pusat; dan

b) Ketua tim mengendalikan dan mengevaluasi kualitas hasil


kegiatan pelaksanaan penyelenggaraan PMPRB di Pusat.
65

2) Tingkat Kotama.

a) Penanggung jawab mengendalikan hasil evaluasi dan


laporan pelaksanaan penyelenggaraan PMPRB di tingkat Kotama;
dan

b) Ketua tim mengendalikan dan mengevaluasi kualitas hasil


kegiatan pelaksanaan penyelenggaraan PMPRB di Kotama.

BAB VI
PENUTUP

25. Keberhasilan. Disiplin untuk menaati ketentuan yang ada dalam


Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) di
Lingkungan TNI AD sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penyelenggaraan
PMPRB di lingkungan TNI AD.

26. Penyempurnaan. Hal-hal yang dipandang perlu demi penyempurnaan


Petunjuk Teknis PMPRB ini, agar disarankan kepada Kasad melalui Dankodiklatad
sesuai mekanisme umpan balik.

AUTENTIKASI a.n. KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


DIREKTUR AJUDAN JENDERAL TNI AD, ASISTEN PERENCANAAN DAN ANGGARAN,

tertanda

TEGUH BANGUN MARTOTO, S.Sos., M.H. HENDRASTO JOKO S., S.E., M.M.
MAYOR JENDERAL TNI
BRIGADIR JENDERAL TNI
66

TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran A Keputusan Kasad


MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep/ 848 / XII /2021
Tanggal 6 Desember 2021

PENGERTIAN

1. Agen Perubahan (Agent of Change). Agen Perubahan (Agent of Change)


adalah individu/kelompok yang terlibat dalam merencanakan perubahan dan
mengimplementasikannya, serta berperan menjadi role model dalam proses
perubahan (Sumber Peraturan Menteri PANRB Nomor 26 tahun 2020 tentang
Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi).

2. Akuntabilitas. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban untuk melakukan


pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien (Sumber Peraturan Menteri PANRB
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu Lakip).

3. Akuntabilitas Kinerja. Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk


menjelaskan bagaimana realisasi wewenang, tugas dan fungsi suatu organisasi
ataupun seseorang dalam pencapaian hasil atas kinerjanya, sesuai dengan
mandat/wewenang yang diterima (Sumber Peraturan Menteri PANRB Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tatalaksana/Business Process).

4. Aparat Pengawasan Internal Pemerintahan (APIP). APIP adalah instansi


Pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan
(Sumber Peraturan Menteri PANRB Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Standar
APIP).

5. Asesor. Asesor adalah pegawai di lingkungan instansi pemerintah yang


melakukan PMPRB di tingkat kementerian/lembaga dan pemerintah daerah
ataupun tingkat unit kerja (Sumber Peraturan Menteri PANRB Nomor 26 tahun
2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi).

6. Benturan kepentingan. Benturan kepentingan adalah situasi dimana


penyelenggara negara memiliki atau patut diduga memiliki kepentingan pribadi
terhadap setiap penggunaan wewenang sehingga dapat mempengaruhi kualitas
keputusan dan/atau tindakannya (Sumber Peraturan menteri PANRB Nomor 37
Tahun 2020 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturn Kepentingan).

7. Business prosess (Tatalaksana). Business process adalah sekumpulan


aktivitas kerja terstruktur dan saling terkait yang menghasilkan keluaran yang
sesuai dengan kebutuhan pengguna (Sumber Peraturan Menteri PANRB Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tatalaksana (Business Process)

8. Budaya kerja (Culture Set). Budaya kerja adalah suatu falsafah didasari
pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga
pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dam tercermin dalam sikap
menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud
sebagai bekerja (Sumber Peraturan Menteri PANRB Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Manajemen Perubahan).
67

9. Clean Government. Clean Government adalah penyelenggaraan manajemen


pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip
demokrasi dan pasar yang efisien. (Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional).

10. Evaluasi. Evaluasi adalah penilaian terhadap satu kegiatan dengan cara
membandingkan hasil atau pencapaian sasaran dalam pelaksanaan terhadap
rencana, program, standar, dan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya
(Sumber Peraturan Menteri PANRB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman
Evaluasi RB Instansi Pemerintah).

11. Evaluasi Eksternal. Evaluasi Eksternal adalah evaluasi atas pelaksanaan


reformasi birokrasi yang dilakukan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi atau tim yang ditugaskan oleh unit pengelola reformasi
birokrasi Nasional (Sumber Peraturan Menteri PANRB Nomor 26 Tahun 2020
tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi).

12. Gratifikasi. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya, baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik,
yang dianggap suap (Sumber Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi).

13. Harmonisasi. Harmonisasi adalah keserasian antara peraturan


perundang-undangan antara yang satu dengan yang lainnya, baik yang berbentuk
vertikal (hierarki perundang-undangan) ataupun horizontal (perundang-undangan
yang sederajat). Keserasian tersebut, yakni tidak ada pertentangan antara
peraturan yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi peraturan yang satu dengan
yang lainnya saling memperkuat ataupun mempertegas dan memperjelas (Sumber
Peraturan Menteri PANRB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi RB
Instansi Pemerintah).

14. Informasi Publik. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan,


disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang
berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau
penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan
Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik
(Sumber Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik).

15. Kertas Kerja. Kertas kerja adalah lembar isian/jawaban atas pertanyaan yang
berhubungan dengan penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi (Sumber
Peraturan Menteri PANRB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi RB
Instansi Pemerintah).

16. Keterbukaan Informasi Publik. Keterbukaan Informasi Publik adalah


kewajiban kepada setiap Badan Publik untuk membuka akses bagi setiap
pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik, kecuali beberapa
informasi tertentu. (Sumber Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik).

17. Komponen hasil. Komponen hasil adalah output atau outcome yang
dihasilkan komponen pengungkit, yang tidak hanya dirasakan oleh pihak eksternal
tetapi juga pihak internal organisasi (Sumber Peraturan Menteri PANRB Nomor 26
Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi).
68

18. Komponen pengungkit. Komponen pengungkit adalah seluruh aspek internal


organisasi instansi pemerintah yang melakukan berbagai upaya manajemen untuk
mewujudkan output dan outcome bagi pengguna layanan, SDM dan bagi komunitas
lokal serta mewujudkan kinerja yang menjadi tujuannya (Sumber Peraturan Menteri
PANRB Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi).

19. Lembar Kerja Evaluasi (LKE). LKE adalah kriteria evaluasi yang akan
dinilai oleh Asesor untuk memperoleh indeks Reformasi Birokrasi (Sumber
Peraturan Menteri PANRB Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi).

20. Sistem Merit. Sistem Merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan
tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan (Sumber Peraturan
Menteri PANRB Nomor 40 Tahun 2018 tentang Pedoman Sistem Merit Dalam
Manajemen Aparatur Sipil Negara).

21. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). PPID adalah


pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian,
penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di badan publik (Sumber Undang-
Undang RI Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik).

22. Pelayanan Publik. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kepada seluruh pihak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, sebagai penerima manfaat baik internal
maupun eksternal secara langsung maupun tidak langsung, atas barang, jasa,
dan/atau layanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara (Sumber
Peraturan Menteri PANRB Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi
Pelayanan Publik).

23. Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB). PMPRB


adalah model penilaian mandiri berbasis prinsip Total Quality Management dan
digunakan sebagai metode untuk melakukan penilaian serta analisis yang
menyeluruh terhadap kinerja instansi pemerintah (Sumber Peraturan Menteri
PANRB Nomor 26 tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi).

24. Pengawasan. Pengawasan adalah kegiatan untuk menjamin kelancaran


dalam pelaksanaan penyelenggaraan pekerjaan secara berhasil guna sesuai dengan
tujuan suatu tugas (Sumber Peraturan Menteri PANRB Nomor 1 Tahun 2015
tentang Pedoman Evaluasi Pelayanan Publik).

25. Pengendalian. Pengendalian adalah proses untuk menjamin ketepatan


pelaksanaan dari rencana yang telah ditentukan dan/atau sesuai dengan kebijakan
pimpinan sehingga sasaran dapat terwujud secara optimal (Sumber Peraturan
Menteri PANRB Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Pelayanan Publik).

26. Peta Proses Bisnis. Peta Proses Bisnis adalah diagram yang menggambarkan
hubungan kerja yang efektif dan efisien antar unit organisasi untuk menghasilkan
kinerja sesuai dengan tujuan pendirian organisasi agar menghasilkan keluaran
yang bernilai tambah bagi pemangku kepentingan (Sumber Peraturan Menteri
PANRB Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Peta Proses Bisnis).
69

27. Peta Risiko. Peta risiko adalah gambaran tentang seluruh paparan risiko
yang dinyatakan dengan tingkat/level masing-masing risiko (Sumber Peraturan
Menteri PANRB Nomor 19 Tahun 2017 tentang Penerapan Manajemen Risiko).

28. Publik. Publik adalah seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk
sebagai orang perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan
sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik internal maupun eksternal
termasuk prajurit TNI dan PNS secara langsung maupun tidak langsung (Sumber
Peraturan Kasad Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembangunan Zona
Integritas Menuju WBK/WBBM di Lingkungan TNI AD).

29. Public Campaign. Public Campaign adalah serangkaian kegiatan komunikasi


yang terorganisasi dengan tujuan untuk menciptakan dampak tertentu terhadap
sebagian besar khalayak sasaran dengan cara meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan khalayak sasaran untuk merebut perhatian serta menumbuhkan
persepsi atau opini yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau
organisasi agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat
melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proses komunikasi dan jangka
waktu tertentu secara berkelanjutan (Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional).

30. Quick Wins. Quick Wins adalah suatu langkah inisiatif yang mudah dan
cepat dicapai untuk mengawali program reformasi birokrasi dipilih dari salah satu
area perubahan atau kombinasi beberapa area perubahan yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan satuan masing-masing (Peraturan Presiden Nomor 81
Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional).

31. Reformasi Birokrasi. Reformasi Birokrasi adalah merupakan upaya untuk


melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintah terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan
(organisasi), ketatalaksanaan (business process), dan sumber daya manusia
aparatur (Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi Nasional).

32. Rencana Tindak Lanjut Reformasi Birokrasi. Rentinjut adalah tindak lanjut
dari Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilakukan setiap 1 (satu)
tahun sekali dan merupakan rencana rinci Reformasi Birokrasi dalam satu tahun
anggaran dengan sasaran yang jelas (Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional).

33. Reward and Punishment. Reward and Punishment adalah dua bentuk
metode dalam memotivasi petugas layanan publik untuk melakukan memberikan
pelayanan prima dan meningkatkan prestasinya (Peraturan Presiden Nomor 81
Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional).

34. Reviu. Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk
memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan,
standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan (Sumber Peraturan Menteri
PANRB Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Standar APIP).

35. Road Map Reformasi Birokrasi. Bentuk operasional dari Grand Design
Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan
merupakan rencana rinci Reformasi Birokrasi dari satu tahapan ke tahapan
selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas (Peraturan
Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional).
70

36. Satuan Kerja (Satker). Satker adalah bagian dari organisasi TNI AD yang
menyelenggarakan pengurusan administrasi umum, administrasi pegawai,
administrasi materiil dan administrasi keuangan sesuai lingkup tanggung jawab
pimpinan Satker. (Sumber Peraturan Kasad Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK/WBBM di Lingkungan TNI AD).

37. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). SPBE adalah


penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk memberikan layanan kepada pengguna layanan kepada
pengguna sistem pemerintahan berbasis elektronik (Sumber Peraturan Menteri
PANRB Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik).

38. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP). SPIP adalah sistem


pengendalian intern, yaitu proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, yang
diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah (Sumber Undang-undang RI Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah).

39. Survei. Survei adalah Teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas
data, penyelidikan, peninjauan atau pengukuran (Sumber Peraturan Menteri
PANRB Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Publik terhadap
Penyelenggaraan Pelayanan Publik).

40. Survei Eksternal. Survei Eksternal adalah survei yang dilaksanakan dengan
responden berasal dari luar organisasi TNI AD antara lain masyarakat,
stakeholders, dan instansi lain baik pemerintah maupun swasta (Sumber Peraturan
Menteri PANRB Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Publik
terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik).

41. Survei Internal. Survei Internal adalah survei yang dilaksanakan dengan
responden berasal dari dalam organisasi TNI AD baik prajurit maupun PNS (Sumber
Peraturan Menteri PANRB Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei
Kepuasan Publik terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik).

42. Tim Asesor. Tim Asesor adalah tim yang dibentuk untuk melakukan PMPRB
di kementerian/lembaga/pemerintah daerah (Sumber Peraturan Menteri PANRB
Nomor 26 tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi).

43. Whistle Blowing System (WBS). WBS adalah sistem yang mengelola
pengaduan/penyingkapan mengenai perilaku melawan hukum, perbuatan tidak
etis/tidak semestinya secara rahasia, anonim dan mandiri (independen) yang
digunakan untuk mengoptimalkan peran serta prajurit dan PNS TNI AD dalam
mengungkapkan pelanggaran yang terjadi di lingkungan TNI AD (Sumber Peraturan
Kasad Nomor 27 Tahun 2017 tentang Sistem Pelaporan Pelanggaran/Whistle
Blowing System di Lingkungan TNI AD).

44. Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). WBK adalah predikat yang diberikan
kepada suatu satuan kerja (Satker) yang memenuhi sebagian besar manajemen
perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen sumber daya
manusia, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja (Sumber
Peraturan Menteri PANRB Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Permen
PANRB Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan ZI Menuju
WBK/WBBM di Lingkungan Instansi Pemerintah).
71

45. Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). WBBM adalah predikat
yang diberikan kepada suatu Satker yang memenuhi sebagian besar manajemen
perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen sumber daya
manusia, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan
kualitas pelayanan publik (Sumber Peraturan Menteri PANRB Nomor 10 Tahun
2019 tentang Perubahan Atas Permen PANRB Nomor 52 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan ZI Menuju WBK/WBBM di Lingkungan Instansi
Pemerintah).

46. Zona Integritas (ZI). ZI adalah predikat yang diberikan kepada instansi
pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk
mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal
pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik (Sumber Peraturan
Menteri PANRB Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Permen PANRB
Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan ZI Menuju WBK/WBBM di
Lingkungan Instansi Pemerintah).

AUTENTIKASI a.n. KEPALA STAF TNI ANGKATAN DARAT


DIREKTUR AJUDAN JENDERAL TNI AD, ASISTEN PERENCANAAN DAN ANGGARAN,

tertanda

TEGUH BANGUN MARTOTO, S.Sos., M.H. HENDRASTO JOKO S., S.E., M.M.
BRIGADIR JENDERAL TNI MAYOR JENDERAL TNI
72
TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran B Keputusan Kasad
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep/ 848 / XII /2021
Tanggal 6 Desember 2021

SKEMA ALIRAN PENYUSUNAN


PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI
(PMPRB) DI LINGKUNGAN TNI AD

PETUNJUK PENYELENGGARAAN
REFORMASI BIROKRASI
DI LINGKUNGAN TNI AD

PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN
REFORMASI BIROKRASI (PMPRB)
DI LINGKUNGAN TNI AD

AUTENTIKASI a.n. KEPALA STAF TNI ANGKATAN DARAT


DIREKTUR AJUDAN JENDERAL TNI AD, ASISTEN PERENCANAAN DAN ANGGARAN,

tertanda

TEGUH BANGUN MARTOTO, S.Sos., M.H. HENDRASTO JOKO S., S.E., M.M.
BRIGADIR JENDERAL TNI MAYOR JENDERAL TNI
73
TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran C Keputusan Kasad
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep/ 848 / XII /2021
Tanggal 6 Desember 2021

BOBOT PENILAIAN KOMPONEN DAN SUB KOMPONEN PMPRB

1. Tingkat Pusat.
NO KOMPONEN BOBOT SUB-KOMPONEN KET
1 2 3 4 5
1. Pengungkit 60 %
a. Aspek 20 % a. Manajemen Perubahan (2%)
Pemenuhan b. Penataan Peraturan Perundang -
undangan/Deregulasi Kebijakan (2 %)
c. Penataan Organisasi (3 %)
d. Penataan Tatalaksana (2,5 %)
e. Penataan Manajemen SDM (3 %)
f. Penguatan Akuntabilitas Kinerja (2,5 %)
g. Penguatan Pengawasan (2,5 %)
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik (2,5 %)
b. Aspek Hasil 10 % a. Kualitas Pengelolaan Arsip (1 %)
Antara b. Kualitas Pengelolaan Pengadaan
Barang (1 %)
c. Kualitas Pengelolaan Keuangan (1 %)
d. Kualitas Pengelolaan Aset (1 %)
e. Sistem Merit (1 %)
f. ASN Profesional (1 %)
g. Kualitas Perencanaan (1 %)
h. Maturitas SPIP (1 %)
i. Kapabilitas APIP (1 %)
j. Tingkat Kepatuhan Standar Pelayanan
(1 %)
c. Aspek Reform 30 % a. Manajemen Perubahan (3 %)
b. Penataan Peraturan Perundang -
undangan/Deregulasi Kebijakan (3 %)
c. Penataan Organisasi (4,5 %)
d. Penataan Tatalaksana (3,75 %)
e. Penataan Manajemen SDM (4,5 %)
f. Penguatan Akuntabilitas Kinerja (3,75 %)
g. Penguatan Pengawasan (3,75 %)
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik (3,75 %)
2. Hasil 40 %
a. Akuntabilitas 10 %
a. Opini BPK (3 %)
Kinerja dan
b. Nilai Akuntabilitas Kinerja (7 %)
Keuangan
b. Kualitas 10 % Indeks Persepsi Kualitas Pelayanan
Pelayanan Publik (10 %)
c. Pemerintah 10 % Indeks Persepsi Anti Korupsi (10%)
yang Bersih dan
Bebas KKN
d. Kinerja 10 % a. Capaian Kinerja (5 %)
Organisasi b. Kinerja Lainnya (2 %)
c. Survei Internal Organisasi (3 %)
Total 100 %
74

2. Tingkat Kotama.

NO KOMPONEN BOBOT SUB-KOMPONEN KET


1 2 3 4 5
1. Pengungkit 75 %
a. Aspek 35 % a. Manajemen Perubahan (5 %)
Pemenuhan b. Penataan Peraturan Perundang -
undangan/Deregulasi Kebijakan (3 %)
c. Penataan Organisasi (3 %)
d. Penataan Tatalaksana (4 %)
e. Penataan Manajemen SDM (5 %)
f. Penguatan Akuntabilitas Kinerja (5 %)
g. Penguatan Pengawasan (5 %)
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
(5 %)
b. Aspek Hasil 10 % a. Kualitas Pengelolaan Arsip (2,5 %)
Antara b. Kualitas Pengelolaan Keuangan (2,5 %)
c. Kualitas Perencanaan (5 %)
c. Aspek Reform 30 % a. Manajemen Perubahan (4 %)
b. Penataan Peraturan Perundang -
undangan/Deregulasi Kebijakan (3 %)
c. Penataan Organisasi (3 %)
d. Penataan Tatalaksana (4 %)
e. Penataan Manajemen SDM (4 %)
f. Penguatan Akuntabilitas Kinerja (4 %)
g. Penguatan Pengawasan (4 %)
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
(4 %)
2. Hasil 25 %
a. Akuntabilitas 5% a. Nilai Rata – rata Akumulasi Kinerja
Kinerja dan Satker di jajaran Kotama satu tahun
Keuangan anggaran (2,5 %)
b. Penyelesaian tindak lanjut hasil
pemeriksaan dari inspektorat (2,5 %)
b. Kualitas 5% Nilai Indeks Survei Kepuasan terhadap
Pelayanan Publik Pelayanan Publik (5 %)
c. Pemerintah 5% Nilai Indeks Survei Persepsi Anti Korupsi (5
yang Bersih dan %)
Bebas KKN
d. Kinerja 10 % a. Nilai Indeks Survei Internal Integritas
Organisasi Organisasi (5 %)
b. Nilai Indeks Survei Internal Integritas
Jabatan (5 %)
Total 100 %

AUTENTIKASI a.n. KEPALA STAF TNI ANGKATAN DARAT


DIREKTUR AJUDAN JENDERAL TNI AD, ASISTEN PERENCANAAN DAN ANGGARAN,

tertanda

TEGUH BANGUN MARTOTO, S.Sos., M.H. HENDRASTO JOKO S., S.E., M.M.
BRIGADIR JENDERAL TNI MAYOR JENDERAL TNI
75
TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran D Keputusan Kasad
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep/ 848 / XII / 2021
Tanggal 6 Desember 2021

DAFTAR FORMAT PRODUK PMPRB

NO URAIAN CONTOH HAL KET


1 2 3 4 5

1. Format Dokumen Kertas Kerja 1 75 – 80

2. Format Laporan PMPRB 2 85 – 91

3. Format Rencana Aksi Tindak Lanjut 3 92 – 97


PMPRB

AUTENTIKASI a.n. KEPALA STAF TNI ANGKATAN DARAT


DIREKTUR AJUDAN JENDERAL TNI AD, ASISTEN PERENCANAAN DAN ANGGARAN,

tertanda

TEGUH BANGUN MARTOTO, S.Sos., M.H. HENDRASTO JOKO S., S.E., M.M.
BRIGADIR JENDERAL TNI MAYOR JENDERAL TNI
75
Kopstuk

FORMAT DOKUMEN KERTAS KERJA

1. Format kertas kerja penilaian komponen pengungkit.

Sub Komponen Manajemen Perubahan


Indikator Siklus Tingkat Kekuatan Bukti P3K Nilai
NO Bukti-bukti Sintesis
Pertanyaan Pemandu P3K 0-10 11-30 31-50 51-70 71-90 91-100
1 2 44 3 5 6 7

Total 305
Rata - rata 76,25
76
2. Format kertas kerja penilaian komponen hasil.

Sub Komponen/ Kecenderungan/ Nilai Kecenderungan/target


No Bukti - bukti Sintesis Nilai
Indikator Target 0 - 10 11 - 30 31 - 50 51 - 70 71 - 90 91 – 100
1 2 3 4 5 6 7
ii Kinerja
Organisasi
a. Nilai Indeks Kecenderungan
Survei Internal Target
Integritas Total
Organisasi Rata - rata
b. Nilai Indeks Kecenderungan
Survei Internal Target
Integritas Total
Jabatan Rata - rata

3. Format rencana perbaikan dan tindak lanjut indikator.

Hal – Hal Yang Perlu


Indikator/Pertanyaan
No Hal – Hal yang Sudah Baik Diperbaiki/Perlu Tindak Lanjut
Pemandu
Dilakukan
77
Kopstuk CONTOH 1

FORMAT DOKUMEN KERTAS KERJA

1. Contoh pengisian kertas kerja penilaian komponen pengungkit.

Sub Komponen Manajemen Perubahan


Indikator Siklus Tingkat Kekuatan Bukti P3K Nilai
NO Bukti-bukti Sintesis
Pertanyaan Pemandu P3K 0-10 11-30 31-50 51-70 71-90 91-100
1 2 44 3 4 5 6 7
i Tim Reformasi 4
a. Tim Reformasi 1. Rapat a. Seluruh tim pelaksana 80
Birokrasi/Penanggung perencanaan Reformasi Birokrasi telah
jawab Reformasi pelaksanaan
Perencanaan terlibat langsung dalam
Birokrasi satuan telah Reformasi perencanaan pelaksanaan
dibentuk. Birokrasi. Reformasi Birokrasi.
2. Sprin b. Pembahasan dilakukan
b. Tim Reformasi pelaksana dengan seluruh jajaran
Birokrasi/Penanggung Reormasi anggota satuan dengan
jawab Reformasi Birokrasi. berpedoman pada dokumen
Birokrasi satuan telah Reformasi Birokrasi.
melaksanakan tugas 1. Rentinjut a. Seluruh tim pelaksana 90
sesuai rencana kerja. Reformasi Reformasi Birokrasi satuan
Pelaksanaan

Birokrasi. melaksanakan kegiatan


c. Tim Reformasi 2. Rapat Reformasi Birokrasi yang
Birokrasi/Penanggung pembahasan ditetapkan dalam bentuk
jawab Reformasi Reformasi dokumen Rentinjut.
Birokrasi satuan telah Birokrasi
78

Sub Komponen Manajemen Perubahan


Indikator Siklus Tingkat Kekuatan Bukti P3K Nilai
NO Bukti-bukti Sintesis
Pertanyaan Pemandu P3K 0-10 11-30 31-50 51-70 71-90 91-100
melakukan 1. Hasil review a. Pelaksanaan monev 65
monitoring dan kegiatan terhadap kegiatan Reformasi
evaluasi rencana kerja Reformasi Birokrasi belum berjalan
dan hasil evaluasi Birokrasi. dengan baik, belum semua

Pengecekan
telah ditindaklanjuti. 2. Laporan – tim pelaksana Reformasi
laporan monev Birokrasi melaksanakan
Reformasi monev.
Birokrasi. b. Dokumen monev belum
bisa dijelaskan secara detail
terkait pelaksanaan Reformasi
Birokrasi yang belum berjalan
secara maksimal.
1. Laporan – a. Laporan dari hasil 70
laporan hasil tindaklanjut yang
tindaklanjut. dilaksanakan baru sebagian
Koreksi

2. Notulen hasil yang dilaksanakan.


pembahasan
monev
Reformasi
Birokrasi.
Total 305
Rata - rata 76,25
Road Map Reformasi
ii
Birokrasi
iii dst
79
2. Contoh pengisian kertas kerja penilaian komponen hasil.

Sub Komponen/ Kecenderungan/ Nilai Kecenderungan/target


No Bukti - bukti Sintesis Nilai
Indikator Target 0 - 10 11 - 30 31 - 50 51 - 70 71 - 90 91 – 100
1 2 3 4 5 6 7
ii Kinerja
Organisasi
a. Nilai Indeks Kecenderungan
Survei Internal Target
Integritas Total
Organisasi Rata - rata
b. Nilai Indeks Kecenderungan
Survei Internal Target
Integritas Total
Jabatan Rata - rata

3. Contoh pengisian rencana perbaikan dan tindak lanjut indikator.

Hal – Hal Yang Perlu


Indikator/Pertanyaan
No Hal – Hal yang Sudah Baik Diperbaiki/Perlu Tindak Lanjut
Pemandu
Dilakukan
i. Tim Reformasi Birokrasi
a. Tim Reformasi a. Dalam pembuatan rencana a. Diperlukan keterlibatan a. Melaksanakan pengecekan terhadap
Birokrasi/Penanggung pelaksanaan Reformasi Birokrasi seluruh tim pelaksana tim pelaksana Reformasi Birokrasi
jawab Reformasi Birokrasi tim pelaksana Reformasi Reformasi Birokrasi dalam satuan dalam pelaksanaan monev
satuan telah dibentuk. Birokrasi telah terlibat langsung pelaksanaan monev Reformasi Birokrasi.
dalam proses pembuatan. Reformasi Birokrasi.

b. Tim Reformasi Birokrasi/ b. Pembahasan dokumen b. Perlu penjelasan yang b. Membuat cheklist kontrol atau
Penanggung jawab Reformasi Birokrasi telah lebih detail terhadap isi melaksanakan rapat terhadap
Reformasi Birokrasi satuan dilakukan oleh seluruh tim
80
Hal – Hal Yang Perlu
Indikator/Pertanyaan
No Hal – Hal yang Sudah Baik Diperbaiki/Perlu Tindak Lanjut
Pemandu
Dilakukan
telah melaksanakan tugas pelaksana Reformasi Birokrasi dokumen monev tindaklanjut dari hasil evaluasi
sesuai rencana kerja. satuan. Reformasi Birokrasi. pelaksanaan Reformasi Birokrasi
sehingga tidak ada tindaklanjut yang
c. Tim Reformasi c. Kegiatan Reformasi Birokrasi c. Perlu dilaksanakan terlewatkan.
Birokrasi/Penanggung dilaksanakan berdasarkan pengecekan terhadap
jawab Reformasi Birokrasi dokumen Rentinjut yang telah tindaklanjut dari hasil
satuan telah melakukan ditetapkan oleh tim pelaksana evaluasi pelaksanaan
monitoring dan evaluasi Reformasi Birokrasi satuan. Reformasi Birokrasi
rencana kerja dan hasil apakah dilaksakan semua
evaluasi telah atau tidak.
ditindaklanjuti
81

Petunjuk pengisian kertas kerja penilaian komponen pengungkit:

1. Kolom 1. Diisi dengan nomor urut

2. Kolom 2. Pengisian indikator dan pertanyaan pemandu. Pengisian pada


kolom indikator dan pertanyaan pemandu diisi berdasarkan urutan pertanyaan yang
ada tercantum di LKE dimana seluruh sub komponen yang terdiri dari Manajemen
Perubahan, Penataan Peraturan Perundang - undangan/Deregulasi Kebijakan,
Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem
Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Penguatan Pengawasan dan
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik membuat kertas kerjanya masing – masing.

3. Kolom 3. Diisi tahapan siklus pentahapan kegiatan yang terdiri dari


perencana, pelaksanaan, pengecekan dan koreksi (P3K).

4. Kolom 4. Pengisian bukti – bukti. Dasar penilaian PMPRB dilakukan


dengan menggunakan bukti-bukti yang relevan. Semakin kuat bukti, semakin besar
penilaian PMPRB Sub Kriteria yang bersangkutan atau sebaliknya semakin lemah
bukti semakin kecil nilainya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengumpulan bukti-bukti sebagai berikut:

a. Bukti-bukti dapat berupa: notulen rapat, berita/publikasi, laporan,


rekaman video, foto, rekaman suara, dokumen peraturan dan lainnya;

b. Bukti-bukti harus faktual, otentik, representatif, cukup dan terkini;

c. Kertas kerja harus dijadikan bukti utama, sehingga


Irjen/Irtama/Irwasum/Ir/Irda bisa melihat proses penilaian pada unit kerja
berikut sintesisnya; dan

d. Perlu disepakati diantara para Asesor dan


Irjen/Irtama/Irwasum/Ir/Irda bukti-bukti mana yang di upload pada tingkat
unit kerja dan mana yang upload pada tingkat instansi.

5. Kolom 5. Pengisian sintesis. Salah satu aspek penting yang dilakukan


dalam penilaian adalah menyusun sintesis, yaitu uraian mengenai kondisi obyektif
saat ini pada satuan terkait dengan indikator yang sedang dinilai. Sintesis sangat
bermanfaat untuk melihat keselarasan antara kondisi internal organisasi dengan
bukti-bukti yang relevan digunakan serta nilai yang diberikan. Jika setiap penilaian
mandiri dilengkapi dengan sintesis, maka akan diketahui perkembangan kondisi
dari tahun ke tahun. Untuk melakukan penilaian mandiri pada Komponen
Pengungkit, sintesis dilakukan per tahapan, Perencanaan – Pelaksanaan –
Pengecekan - Koreksi pada masing-masing indikator. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun sintesis adalah sebagai berikut:

a. Penguraian sintesis dilakukan dengan memperhatikan indikator dan


pertanyaan pemandu yang merupakan satu kesatuan yang tidak boleh
terpisahkan;

b. Dalam hal pertanyaan pemandu belum sepenuhnya menguraikan apa


yang dikehendaki oleh indikator, maka Asesor dapat menguraikannya dalam
sintesis; dan

c. Sintesis dilakukan dalam kalimat yang sederhana, dapat berupa


pointers, tetapi cukup menggambarkan kondisi obyektif saat ini. Sedangkan
untuk penilaian mandiri pada Komponen Hasil, sintesis dilakukan per
indikator berdasarkan hasil survei. Penguraian sintesis dilakukan pada kertas
kerja sebagaimana diuraikan di atas. Kertas kerja akan menjadi bukti utama
penilaian dan pelaksanaan tugas Asesor.
82

6. Kolom 6. Pengisian tingkat kekuatan bukti P3K. Kolom pengisian nilai ini
diisi oleh Asesor berdasarkan kekuatan bukti data dukung yang ada. Asesor harus
melaksanakan penilaian secara jujur dan obyektif karena nilai ini dijadikan dasar
untuk menilai LKE.

7. Kolom 7. Nilai. Merupakan rekapitulasi dan rata-rata nilai dari setiap


tahapan P3K.

Petunjuk pengisian kertas kerja penilaian komponen hasil:

1. Kolom 1. Diisi dengan nomor urut.

2. Kolom 2. Sub Komponen/Indikator. Diisi oleh jenis penilaian dalam menilai


komponen hasil yang diisi berdasarkan tingkatan pelaksanaan PMPRB

3. Kolom 3. Pengisian bukti – bukti. Dasar penilaian PMPRB dilakukan


dengan menggunakan bukti-bukti yang relevan. Semakin kuat bukti, semakin besar
penilaian PMPRB Sub Kriteria yang bersangkutan atau sebaliknya semakin lemah
bukti semakin kecil nilainya. Hal - hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan
bukti – bukti ini sama dengan saat mengumpulkan bukti – bukti di komponen
pengungkit

4. Kolom 4. Pengisian sintesis. Salah satu aspek penting yang dilakukan


dalam penilaian adalah menyusun sintesis, yaitu uraian mengenai kondisi obyektif
saat ini pada satuan terkait dengan indikator yang sedang dinilai. Sintesis sangat
bermanfaat untuk melihat keselarasan antara kondisi internal organisasi dengan
bukti-bukti yang relevan digunakan serta nilai yang diberikan. Jika setiap penilaian
mandiri dilengkapi dengan sintesis, maka akan diketahui perkembangan kondisi
dari tahun ke tahun. Untuk melakukan penilaian mandiri pada Komponen
Pengungkit, sintesis dilakukan per tahapan, Perencanaan – Pelaksanaan –
Pengecekan - Koreksi pada masing-masing indikator. Hal - hal yang harus
diperhatikan dalam sintesis ini sama dengan saat mengisi sintesis di komponen
pengungkit.

5. Kolom 5. Kecenderungan/Target. Pengisian kecenderungan/target diisi


berdasarkan temuan setelah melaksanakan penilaian komponen hasil pada setiap
indikatornya.

6. Kolom 6. Pengisian nilai kecenderungan/target. Kolom pengisian nilai ini


diisi oleh Asesor berdasarkan kekuatan bukti data dukung yang ada. Asesor harus
melaksanakan penilaian secara jujur dan obyektif.

7. Kolom 7. Nilai. Merupakan rekapitulasi dan rata-rata nilai dari setiap jenis
penilaian indikator.

Setelah mengumpulkan bukti-bukti yang relevan, melakukan sistesis,


mengidentifikasi hal-hal yang sudah baik, hal-hal yang perlu
diperbaiki/dilakukan, serta menyusun tindak lanjut perbaikan, barulah
Asesor dapat melakukan penilaian terhadap masing-masing indikator. Secara
umum terdapat empat tahapan yang harus dilalui, sebagai berikut:

a. Penilaian untuk masing-masing P3K pada masing-masing indikator.


Skema penilaiannya adalah sebagai berikut:
83

1) Penilaian terhadap P3K dengan menggunakan dasar bukti dan


sintesis, akan menghasilkan nilai P3K pada masing-masing sub kriteria;

2) Penilaian setiap tahapan P3K, dilakukan dengan melihat


kekuatan bukti (tingkat relevansinya dengan kegiatan utama yang
dilakukan pada setiap tahapan dalam masing-masing sub kriteria);

3) Nilai dari masing – masing pertanyaan pemandu yang terdapat di


dalam kertas kerja digunakan sebagai dasar untuk mengisi jawaban
pada LKE; dan

4) Tingkat kekuatan bukti dapat diklasifikasikan ke dalam enam


tingkatan sebagai berikut:

Indeks Keterangan
Tidak ada bukti/sekedar ide tidak dilakukan kegiatan –
0 – 10 kegiatan dalam rangka pelaksanaan masing – masing tahapan
P3K
Terdapat bukti tetapi lemah, terdapat sedikit sekali kegiatan –
11 – 30 kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan masing –
masing tahapan P3K
Terdapat sebagian kecil bukti kuat, terdapat sebagian kecil
31 – 50 kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan
masing – masing tahapan P3K
Terdapat sebagian bukti kuat, terdapat sebagian kegiatan –
51 – 70 kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan masing –
masing tahapan P3K
Terdapat sebagian besar bukti kuat, terdapat sebagian besar
71 – 90 kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan
masing – masing tahapan P3K
Terdapat bukti sangat kuat, seluruh kegiatan – kegiatan telah
91 - 100 dilakukan dalam rangka pelaksanaan masing – masing tahapan
P3K

b. Penghitungan nilai total dan nilai rata-rata untuk setiap sub kriteria.
Setelah membuat penilaian untuk setiap tahapan P3K pada masing-masing
indikator, langkah selanjutnya adalah membuat total dan rata-rata nilai
tahapan. Nilai rata-rata ini yang akan digunakan sebagai nilai dari indikator.

c. Konversikan nilai rata-rata ke dalam tahapan P3K. Setelah memperoleh


nilai rata-rata untuk setiap indikator, lakukan konversi nilai ke tahapan P3K.
Diperoleh nilai untuk indikator Tim Reformasi Birokrasi 76.25. Pada indikator
ini, satuan sudah melakukan pembuatan rencana pelaksanaan Reformasi
Birokrasi dengan baik dengan keterlibatan jajaran pimpinan. Namun
demikian, masih terdapat pemantauan yang perlu dilakukan dan masih perlu
dilakukan upaya-upaya perbaikan sebagai tindak lanjut dari hasil
pemantauan

Skor Tahapan
Kami belum melakukan hal ini/tidak memiliki
0 – 10 -
informasi mengenai hal ini
11 – 30 Perencanaan Kami telah merencanakan hal ini
31 – 50 Pelaksanaan Kami telah melaksanakan hal ini
51 – 70 Pengecekan Kami telah memantau pelaksanaan hal ini
84

Skor Tahapan
Kami telah melakukan langkah – langkah
71 – 90 Koreksi penyesuaian/perbaikan terkait dengan hal ini
berdasarkan hasil pemantauan
Kami telah melakukan semua tahapan P3K dan
telah belajar dari pengalaman instansi lain. Saar ini
91 - 100 P3K
kami sedang berada dalam siklus perbaikan secara
terus menerus

Pengisian rencana perbaikan dan tindak lanjut indikator.

Rencana perbaikan dan tindak lanjut indikator digunakan sebagai dasar


untuk mencantumkan nilai terhadap indikator, sebaiknya terlebih dahulu
diidentifikasi hal-hal yang sudah baik dan hal-hal yang perlu diperbaiki atau perlu
dilakukan. Hal-hal yang sudah baik dalam organisasi harus diidentifikasi sebagai
titik awal perubahan ke arah yang lebih baik lagi secara berkelanjutan. Hal-hal yang
sudah baik perlu terus dipelihara, karena itu satuan harus sadar bahwa upaya
memelihara hal yang sudah baik akan mendorong terciptanya budaya kerja yang
selalu berupaya menghasilkan kinerja yang lebih baik. Rencana perbaikan dan
tindak lanjut indikator digunakan juga sebagai dasar pembuatan Rencana Tindak
Lanjut bagi tim pelaksana Reformasi Birokrasi di tahun berikutnya terutama
terhadap indikator yang belum terlaksana. Untuk mengungkapkan hal-hal yang
sudah baik pada setiap indikator perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Kalimat harus lugas, padat, jelas dan berfokus pada penggambaran


atau penjabaran bukti-bukti bahwa satuan telah melakukan hal – hal positif
atau yang bersifat perbaikan yang mendukung indikator dimaksud;

b. Tampilkan beberapa hal yang sudah baik sebagai contoh, tidak perlu
semuanya hanya yang berdampak signifikan bagi organisasi; dan

c. Satuan juga harus mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperbaiki atau


perlu dilakukan agar permasalahan yang sama tidak terulang pada masa
mendatang.

Untuk mengungkapkan hal-hal yang perlu diperbaiki atau perlu


dilakukan pada setiap indikator perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Kalimat harus lugas, padat, jelas dan berfokus pada penggambaran atau
penjabaran atas hal – hal atau aspek yang masih perlu diperbaiki untuk
mendukung indikator dimaksud; dan

b. Tampilkan beberapa hal atau aspek penting dan kritikal yang perlu
untuk diagendakan untuk perbaikan.

Atas dasar dua hal tersebut di atas, baik hal-hal yang sudah baik
maupun hal-hal yang perlu diperbaiki atau perlu dilakukan, maka disusunlah
tindak lanjut perbaikan. Rumusan tindak lanjut perbaikan sebaiknya disusun
dalam kalimat yang lugas, padat, jelas, berfokus pada “improvement” atau
perbaikan dan bersifat “action” untuk mendukung indikator yang perlu
diperbaiki.
85

CONTOH : 2

KOPSTUK

Lambang
Satuan

LAPORAN PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI


(PMPRB) (NAMA SATUAN)
TAHUN……..

………….., Tgl ….. ………. …….

Catatan : Cover depan dicetak pada kertas karton warna kuning ukuran A4.
dan produk dijilid permanen.
86

KOPSTUK

FORMAT
LAPORAN PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI
(PMPRB)
(NAMA SATUAN)
TAHUN……..

(Pembuatan Laporan PMPRB mulai dari tingkat Pusat dan Kotama mempunyai
format yang sama)

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum. Menjelaskan tentang latar belakang disusunnya Laporan PMPRB dan


penjelasan gambaran secara umum tetang pelaksanaan PMPRRB.

2. Maksud dan Tujuan. Pengisian pasal ini diuraikan dalam subpasal berdiri
sendiri atau dipisahkan antara maksud dengan tujuan. Penjelasan pengisian sebagai
berikut:

a. Maksud. Berisikan penjelasan tentang maksud dari pembuatan


Laporan PMPRB.

b. Tujuan. Berisikan penjelasan tentang tujuan dari penyusunan


Laporan PMPRB.

3. Ruang lingkup dan Tata Urut. Pengisian pasal ini diurai/dipisah antara
ruang lingkup dan tata urut. Penjelasan pengisian sebagai berikut:

a. Ruang Lingkup. Berisikan penjelasan tentang garis besar atau pokok


bahasan dari Laporan PMPRB. Garis besar yang ditulis dikaitkan dengan
substansi utama pembuatan Laporan PMPRB.

b. Tata Urut. Berisikan tentang urutan bab – bab Laporan PMPRB yang
akan dibahas.

4. Dasar. Berisikan hal – hal yang menjadi acuan atau dasar hukum dalam
pembuatan Laporan PMPRB, dasar yang dicantumkan memiliki korelasi dengan
substansi yang digunakan dalam penyusunan Laporan PMPRB.

BAB II
URAIAN HASIL PENILAIAN

5. Umum. Berisi penjelasan secara umum tentang variabel penilaian dalam


pelaksanaan PMPRB.
87

6. Komponen Pengungkit. Berisikan penjelasan tentang pencapaian dari


variabel komponen pengungkit dan nilai dari varibel sub-komponen dan indikator
yang ditetapkan oleh asesor.
a. Aspek Pemenuhan (Sub-Komponen).

1) Manajemen Perubahan.

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst

Contoh pengisian:

a) Tim Reformasi Birokrasi/Penanggung jawab Reformasi


Birokrasi unit kerja telah dibentuk. . . dst.

(1) Telah membentuk Tim Reformasi Birokrasi/


penanggung jawab Reformasi Birokrasi satuan sesuai
kebutuhan organisasi hal ini dibuktikan dengan telah
dikeluarkannya Sprin Dansat Nomor xxx tanggal xxx
tentang pembentukan tim Reformasi Birokrasi di
lingkungan xxx… dst (dijabarkan sesuai dengan keadaan
nyata dan data dukung yang telah dipertanggungjawabkan).

(catatan: Pengisian indikator dan sub indikator disesuaikan


dengan pertanyaan yang ada di LKE PMPRB yang dikeluarkan TNI
AD).

2) Penataan Peraturan Perundang - undangan/Deregulasi


Kebijakan.

a) Indikator

(1) Sub Indikator


b) dst

3) Penataan dan Penguatan Organisasi.

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst

4) Penataan Tatalaksana.

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst
88

5) Penataan Sistem Manajemen SDM.

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst

6) Penguatan Akuntabilitas Kinerja.

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst

7) Penguatan Pengawasan.

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst

8) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst

b. Aspek Reform (Sub-Komponen).

1) Manajemen Perubahan

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst

2) Penataan Peraturan Perundang - undangan/Deregulasi


Kebijakan.

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst

3) Penataan dan Penguatan Organisasi.

a) Indikator

(1) Sub Indikator


89

b) dst

4) Penataan Tatalaksana.

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst

5) Penataan Sistem Manajemen SDM.

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst

6) Penguatan Akuntabilitas Kinerja.

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst

7) Penguatan Pengawasan.

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst

8) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

a) Indikator

(1) Sub Indikator

b) dst

c. Aspek Hasil Antara. Dalam pengisiannya memiliki perbedaan antara


tingkat Pusat dan Kotama sebagai berikut: Tingkat Pusat berisikan penjelasan
terkait variabel apa saja yang dinilai pada aspek hasil antara. Penentuan nilai
dari hasil antara berdasarkan evaluasi eksternal yang dilakukan oleh
Kementerian PANRB. Tingkat Kotama berisikan penjelasan terkait variabel apa
saja yang dinilai pada aspek hasil antara.

7. Komponen Hasil.

Pada tingkat Pusat berisikan penjelasan tentang variabel penilaian


komponen hasil dimana pelaksanaan penilaian yang dilaksanakan
berdasarkan evaluasi eksternal yang dilakukan oleh Kementerian PANRB.
Pada tingkat Kotama berisi penjelasan tentang variabel penilaian komponen
hasil dimana pelaksanaan penilaian yang dilaksanakan berdasarkan evaluasi
90

eksternal yang dilakukan oleh tingkat Pusat. Sub-komponen yang dinilai


sebagai berikut:

a. Akuntabilitas Kinerja Keuangan.

b. Kualitas Pelayanan Publik.

c. Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN.

d. Kinerja Organisasi.

BAB III
KESIMPULAN PENILAIAN

8. Umum. Berisi penjelasan tentang gambaran secara umum terkait hasil


pelaksanaan PMPRB.

9. Kesimpulan Komponen Pengungkit dan Hasil. Berisi penjelasan tentang


pencapaian nilai yang diperoleh berdasarkan hasil penilaian asesor dari komponen
pengungkit dan komponen hasil yang dijelaskan secara detail mulai dari variabel
komponen, sub-komponen dan indikator.

a. Komponen Pengungkit

1) Aspek Pemenuhan.

2) Aspek Reform

3) Aspek Hasil Antara

b. Komponen Hasil

BAB IV
REKOMENDASI TINDAK LANJUT

10. Umum. Berisi penjelasan tentang gambaran secara umum terkait pembuatan
rencana tindak lanjut berdasarkan hasil temuan asesor yang menjadi kekurangan
dari masing – masing variabel.

11. Rencana Tindak Lanjut Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Berisi


penjelasan rekomendasi rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan oleh tim
pelaksana Reformasi Birokrasi untuk memperbaiki kekurangan yang ditemui oleh
Asesor pada saat pelaksanaan PMPRB.

a. Komponen Pengungkit.

1) Aspek Pemenuhan.

2) Aspek Reform.

3) Aspek Hasil Antara.


91

b. Komponen Hasil.

BAB V
PENUTUP

12. Berisi penjelasan tentang tujuan keberhasilan dari pembuatan Laporan


PMPRB.

Ketua Pelaksana Reformasi Birokrasi,

Nama
Pangkat
92

CONTOH : 3

KOPSTUK

Lambang
Satuan

RENCANA AKSI TINDAK LANJUT PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN


REFORMASI BIROKRASI (NAMA SATUAN)
TAHUN……..

………….., Tgl ….. ………. …….

Catatan : Cover depan dicetak pada kertas karton warna hijau ukuran A4.
93

dan produk dijilid permanen.

KOPSTUK

FORMAT
RENCANA AKSI TINDAK LANJUT PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN
REFORMASI BIROKRASI (NAMA SATUAN)
TAHUN……..

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum. Menjelaskan tentang latar belakang disusunnya Rencana Aksi Tindak


Lanjut PMPRB.

2. Maksud dan Tujuan. Pengisian pasal ini diuraikan dalam subpasal berdiri
sendiri atau dipisahkan antara maksud dengan tujuan. Penjelasan pengisian sebagai
berikut:

a. Maksud. Berisikan penjelasan tentang maksud dari pembuatan


Rencana Aksi Tindak Lanjut PMPRB.

b. Tujuan. Berisikan penjelasan tentang tujuan dari penyusunan


Rencana Aksi Tindak Lanjut PMPRB.

3. Ruang lingkup dan Tata Urut. Pengisian pasal ini diurai/dipisah antara
ruang lingkup dan tata urut. Penjelasan pengisian sebagai berikut:

a. Ruang Lingkup. Berisikan penjelasan tentang garis besar atau pokok


bahasan dari Rencana Aksi Tindak Lanjut PMPRB. Garis besar yang ditulis
dikaitkan dengan substansi utama pembuatan Rencana Aksi Tindak Lanjut
PMPRB.

b. Tata Urut. Berisikan tentang urutan bab – bab Rencana Aksi Tindak
Lanjut PMPRB yang akan dibahas.

4. Dasar. Berisikan hal – hal yang menjadi acuan atau dasar hukum dalam
pembuatan Rencana Aksi Tindak Lanjut PMPRB, dasar yang dicantumkan memiliki
korelasi dengan substansi yang digunakan dalam penyusunan Rencana Aksi Tindak
Lanjut PMPRB.

BAB II
URAIAN RENCANA AKSI TINDAK LANJUT

5. Umum. Berisi penjelasan secara umum tentang uraian rencana aksi tindak
lanjut dari hasil temuan selama PMPRB.

6. Manajemen Perubahan. Berisikan penjelasan tentang pencapaian di bidang


manajemen perubahan pada komponen pengungkit di aspek pemenuhan dan aspek
reform berdasarkan konsensus tim asesor. (Apabila pada pasal ini tidak ada tindak
lanjut yang harus dilakukan maka sub-pasal tidak perlu dijelaskan).
94

a. Data dan Fakta. Penjelasan data dan fakta yang ditemukan tim asesor
setelah pelaksanaan PMPRB.

b. Analisa. Menjelaskan analisa tim asesor terkait penyebab terjadinya


kekurangan data dukung di bidang menajemen perubahan.

c. Upaya Mengatasi. Menjelaskan tentang upaya yang telah


dilakukan terhadap ketidaklengkapan data dukung di bidang manajemen
perubahan.

d. Saran Tindak Lanjut. Penyampaian saran yang diberikan oleh tim


asesor untuk menindaklanjuti kekurangan data dukung yang ditemukan di
bidang manajemen perubahan.

e. Realisasi Waktu Pelaksanaan Tindak Lanjut. Menjelaskan rencana


waktu yang dibutuhkan untuk menindaklanjuti saran yang diberikan.

7. Penataan Peraturan Perundang - undangan/Deregulasi Kebijakan.


Berisikan penjelasan tentang pencapaian di bidang Penataan Peraturan Perundang
- undangan/Deregulasi Kebijakan pada komponen pengungkit di aspek pemenuhan
dan aspek reform berdasarkan konsensus tim asesor. (Apabila pada pasal ini tidak
ada tindak lanjut yang harus dilakukan maka sub-pasal tidak perlu dijelaskan).

a. Data dan Fakta. Penjelasan data dan fakta yang ditemukan tim asesor
setelah pelaksanaan PMPRB.

b. Analisa. Menjelaskan analisa tim asesor terkait penyebab terjadinya


kekurangan data dukung di bidang Penataan Peraturan Perundang -
undangan/Deregulasi Kebijakan.

c. Upaya Mengatasi. Menjelaskan tentang upaya yang telah dilakukan


terhadap ketidaklengkapan data dukung di bidang Penataan Peraturan
Perundang - undangan/Deregulasi Kebijakan.

d. Saran Tindak Lanjut. Penyampaian saran yang diberikan oleh tim


asesor untuk menindaklanjuti kekurangan data dukung yang ditemukan di
bidang Penataan Peraturan Perundang - undangan/Deregulasi Kebijakan.

e. Realisasi Waktu Pelaksanaan Tindak Lanjut. Menjelaskan rencana


waktu yang dibutuhkan untuk menindaklanjuti saran yang diberikan.

8. Penataan dan Penguatan Organisasi. Berisikan penjelasan tentang


pencapaian di bidang penataan dan penguatan organisasi pada komponen
pengungkit di aspek pemenuhan dan aspek reform berdasarkan konsensus tim
asesor. (Apabila pada pasal ini tidak ada tindak lanjut yang harus dilakukan maka
sub-pasal tidak perlu dijelaskan).

a. Data dan Fakta. Penjelasan data dan fakta yang ditemukan Tim Asesor
setelah pelaksanaan PMPRB.

b. Analisa. Menjelaskan analisa Tim Asesor terkait penyebab terjadinya


kekurangan data dukung di bidang penataan dan penguatan organisasi.
95

c. Upaya Mengatasi. Menjelaskan tentang upaya yang telah dilakukan


terhadap ketidaklengkapan data dukung di bidang penataan dan penguatan
organisasi.

d. Saran Tindak Lanjut. Penyampaian saran yang diberikan oleh tim


asesor untuk menindaklanjuti kekurangan data dukung yang ditemukan di
bidang penataan dan penguatan organisasi.

e. Realisasi Waktu Pelaksanaan Tindak Lanjut. Menjelaskan rencana


waktu yang dibutuhkan untuk menindaklanjuti saran yang diberikan.

9. Penataan Tatalaksana. Berisikan penjelasan tentang pencapaian di bidang


penataan tatalaksana pada komponen pengungkit di aspek pemenuhan dan aspek
reform berdasarkan konsensus tim asesor. (Apabila pada pasal ini tidak ada tindak
lanjut yang harus dilakukan maka sub-pasal tidak perlu dijelaskan).

a. Data dan Fakta. Penjelasan data dan fakta yang ditemukan Tim Asesor
setelah pelaksanaan PMPRB.

b. Analisa. Menjelaskan analisa tim asesor terkait penyebab terjadinya


kekurangan data dukung di bidang penataan tatalaksana.

c. Upaya Mengatasi. Menjelaskan tentang upaya yang telah


dilakukan terhadap ketidaklengkapan data dukung di bidang penataan
tatalaksana.

d. Saran Tindak Lanjut. Penyampaian saran yang diberikan oleh Tim


Asesor untuk menindaklanjuti kekurangan data dukung yang ditemukan di
bidang penataan tatalaksana.

e. Realisasi Waktu Pelaksanaan Tindak Lanjut. Menjelaskan rencana


waktu yang dibutuhkan untuk menindaklanjuti saran yang diberikan.

10. Penataan Sistem Manajemen SDM. Berisikan penjelasan tentang


pencapaian di bidang penataan sistem manajemen SDM pada komponen pengungkit
di aspek pemenuhan dan aspek reform berdasarkan konsensus tim asesor. (Apabila
pada pasal ini tidak ada tindak lanjut yang harus dilakukan maka sub-pasal tidak
perlu dijelaskan).

a. Data dan Fakta. Penjelasan data dan fakta yang ditemukan tim asesor
setelah pelaksanaan PMPRB.

b. Analisa. Menjelaskan analisa tim asesor terkait penyebab terjadinya


kekurangan data dukung di bidang penataan sistem manajemen SDM.

c. Upaya Mengatasi. Menjelaskan tentang upaya yang telah dilakukan


terhadap ketidaklengkapan data dukung di bidang penataan sistem
manajemen SDM.

d. Saran Tindak Lanjut. Penyampaian saran yang diberikan oleh tim


asesor untuk menindaklanjuti kekurangan data dukung yang ditemukan di
bidang penataan sistem manajemen SDM.

e. Realisasi Waktu Pelaksanaan Tindak Lanjut. Menjelaskan rencana


waktu yang dibutuhkan untuk menindaklanjuti saran yang diberikan.
96

11. Penguatan Akuntabilitas Kinerja. Berisikan penjelasan tentang pencapaian


di bidang penguatan akuntabilitas kinerja pada komponen pengungkit di aspek
pemenuhan dan aspek reform berdasarkan konsensus tim asesor. (Apabila pada
pasal ini tidak ada tindak lanjut yang harus dilakukan maka sub-pasal tidak perlu
dijelaskan).

a. Data dan Fakta. Penjelasan data dan fakta yang ditemukan tim asesor
setelah pelaksanaan PMPRB.

b. Analisa. Menjelaskan analisa tim asesor terkait penyebab terjadinya


kekurangan data dukung di bidang penguatan akuntabilitas kinerja.

c. Upaya Mengatasi. Menjelaskan tentang upaya yang telah dilakukan


terhadap ketidaklengkapan data dukung di bidang penguatan akuntabilitas
kinerja.

d. Saran Tindak Lanjut. Penyampaian saran yang diberikan oleh tim


asesor untuk menindaklanjuti kekurangan data dukung yang ditemukan di
bidang penguatan akuntabilitas kinerja.

e. Realisasi Waktu Pelaksanaan Tindak Lanjut. Menjelaskan rencana


waktu yang dibutuhkan untuk menindaklanjuti saran yang diberikan.

12. Penguatan Pengawasan. Berisikan penjelasan tentang pencapaian di bidang


penguatan pengawasan manajemen SDM pada komponen pengungkit di aspek
pemenuhan dan aspek reform berdasarkan konsensus tim asesor. (Apabila pada
pasal ini tidak ada tindak lanjut yang harus dilakukan maka sub-pasal tidak perlu
dijelaskan).

a. Data dan Fakta. Penjelasan data dan fakta yang ditemukan tim asesor
setelah pelaksanaan PMPRB.

b. Analisa. Menjelaskan analisa tim asesor terkait penyebab terjadinya


kekurangan data dukung di bidang penguatan pengawasan.

c. Upaya Mengatasi. Menjelaskan tentang upaya yang telah dilakukan


terhadap ketidaklengkapan data dukung di bidang penguatan pengawasan.

d. Saran Tindak Lanjut. Penyampaian saran yang diberikan oleh tim


asesor untuk menindaklanjuti kekurangan data dukung yang ditemukan di
bidang penguatan pengawasan.

e. Realisasi Waktu Pelaksanaan Tindak Lanjut. Menjelaskan rencana


waktu yang dibutuhkan untuk menindaklanjuti saran yang diberikan.

13. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Berisikan penjelasan tentang


pencapaian di bidang peningkatan kualitas pelayanan publik manajemen SDM pada
komponen pengungkit di aspek pemenuhan dan aspek reform berdasarkan
konsensus tim asesor. (Apabila pada pasal ini tidak ada tindak lanjut yang harus
dilakukan maka sub-pasal tidak perlu dijelaskan).

a. Data dan Fakta. Penjelasan data dan fakta yang ditemukan tim asesor
setelah pelaksanaan PMPRB.

b. Analisa. Menjelaskan analisa tim asesor terkait penyebab terjadinya


kekurangan data dukung di bidang peningkatan kualitas pelayanan publik.
97

c. Upaya Mengatasi. Menjelaskan tentang upaya yang telah dilakukan


terhadap ketidaklengkapan data dukung di bidang peningkatan kualitas
pelayanan publik.

d. Saran Tindak Lanjut. Penyampaian saran yang diberikan oleh tim


asesor untuk menindaklanjuti kekurangan data dukung yang ditemukan di
bidang peningkatan kualitas pelayanan publik.

e. Realisasi Waktu Pelaksanaan Tindak Lanjut. Menjelaskan rencana


waktu yang dibutuhkan untuk menindaklanjuti saran yang diberikan.

BAB III
PENUTUP

12. Berisi penjelasan tentang tujuan keberhasilan dari pembuatan Rencana


Aksi Tindak Lanjut PMPRB.

Ketua Tim PMPRB,

Nama
Pangkat

Anda mungkin juga menyukai