Daftar Isi | i
BAB IV MEKANISME TRANSFORMASI DI MASA TRANSISI 30
4.1 TRANSFORMASI PROGRAM/KEGIATAN ................... 30
4.2 TRANFORMASI FORMAT EXSISTING RKA‐KL
DALAM FORMAT BARU RKA‐KL.................................. 34
D a f t a r I s i | ii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1 Arsitektur Organisasi, Program, Kinerja,
dan Alokasi Pagu....................................................... 6
Diagram 2.2 Kerangka Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) . 9
Diagram 2.3 Kerangka PBK Tingkat Nasional............................. 10
Diagram 2.4 Kerangka PBK Tingakat K/L.................................... 11
Diagram 3.1 Diagram Penerapan PBK .......................................... 20
Diagram 4.1 Struktur Perencanaan Penganggaran ..................... 33
Diagram 4.2 Format Exsisting RKA‐KL ........................................ 36
D a f t a r G a m b a r | iii
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
BAB I PENDAHULUAN
Bab I Pendahuluan | 1
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Bab I Pendahuluan | 2
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
1.2 Tujuan
Bab I Pendahuluan | 3
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Bab I Pendahuluan | 4
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
1.5 Sistematika
Bab I : Pendahuluan
1.2 Tujuan
1.5 Sistematika
3.1 Pendahuluan
3.2 Persiapan
Bab I Pendahuluan | 5
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
RKA‐KL
Bab I Pendahuluan | 6
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
KEMENTERIAN
NEG/LMBG RENSTRA & PAGU BEL K/L
RENJA K/L SASARAN K/L
PAGU APP
VISI & MISI K/L
OPERASIONALISASI
KEGIATAN
Bab II Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja | ‐ 6 ‐
SAPSK
INDIATOR
SATUAN KERJA KEGIATAN INDIKATOR DIPA
KELUARAN
OPERASIONAL OPERASIONAL/SK KELUARAN
PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Departemen/ Sasaran
Renstra K/L
Lembaga Strategis
Visi & Misi
Tupoksi
(Outcome K/L)
Penjabaran Mendukung
pencapaian
Unit Eselon I
Program Outcome
Unit Eselon I
IKU IKU
IKU
Tupoksi
Penjabaran Mendukung
pencapaian
Eselon II/
Satker
Eselon II/
Satker Output
Eselon II/ Kegiatan IKK
Satker IKK IKK
Tupoksi
1 Dalam struktur pengelolaan keuangan saat ini manager unit kerja adalah Kuasa Pengguna Anggaran
3. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja merupakan proses penilaian dan
pengungkapan masalah implementasi kebijakan untuk
memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja,
baik dari sisi efisiensi dan efektivitas dari suatu
program/kegiatan. Cara pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan
dengan cara membandingkan hasil terhadap target (dari sisi
efektivitas) dan realisasi terhadap rencana pemanfaatan
sumber daya (dilihat dari sisi efisiensi). Hasil evaluasi kinerja
merupakan umpan balik (feed back) bagi suatu organisasi
untuk memperbaiki kinerjanya.
2Sistem penganggaran dual budgeting dan sektoral merupakan sistem yang memisahkan anggaran
untuk belanja rutin dan belanja pembangunan. Masing masing jenis belanja mempunyai tujuan yang
berbeda: belanja rutin untuk membiayai pelaksanaan operasional birokrasi (jenis belanja pegawai dan
belanja barang; sedangkan belanja pembangunan (jenis belanja modal) dimaksudkan untuk
menghasilkan dampak petumbuhan ekonomi.
3.1 Pendahuluan
PENETAPAN PENETAPAN
SASARAN STANDAR BIAYA
STRATEGIS SIKLUS
PENERAPAN
PBK
MENGHITUNG
KEBUTUHAN
PENGUKURAN
DAN EVALUASI ANGGARAN
KINERJA
PERTANG- PELAKSANAAN
GUNG KEGIATAN &
JAWABAN PEMBELANJAAN
Penerapan Siklus PBK sampai saat ini (tahun 2009) telah sampai
pada tahapan ketiga. Secara rinci tahapan siklus ke satu sampai
dengan tahapan ketiga telah/sedang dilaksanakan melalui
langkah sebagaimana tabel berikut (panduan mengenai langkah
operasional dimaksud telah dijelaskan dalam Buku I):
Tahapan kegiatan dalam Penerapan PBK
4. Bab III
Perumusan Outcome Tata Cara PenerapanVisi
Program & Misi Eselon I Berbasis Kinerja | 20
Penganggaran
5. Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) IKU Kegiatan unggulan atau
Program pendekatan lain
6. Perumusan Kegiatan per Eselon II/Satker Tupoksi Eselon II/Satker
3.2 Persiapan
1. Identifikasi prioritas
Secara sederhana prioritas merupakan pilihan urutan
“penting” aatau “kurang penting” dari suatu
program/kegiatan. Suatu program/kegiatan sesuai urutan
prioritas dapat diberikan nomer urut, mulai dari 1 dan
seterusnya. Nomer urut 1 berarti mempunyai prioritas yang
lebih tinggi dibanding prioritas nomer urut 2 dan seterusnya.
Hal ini berarti jika ada keterbatasan anggaran atau kebijakan
pemotongan anggaran maka, program/kegiatan dengan
1 Aturan umum ini tidak berlaku jika dalam tugas‐fungsi unit Eselon II mempunyai dua tugas‐fungsi
yang berbeda sehingga memungkinkan suatu Unit Eselon II mempunyai kegiatan lebih dari satu.
Disamping itu adanya penugasan tertentu dalam rangka melaksanakan Kegiatan Prioritas nasional
juga memungkinkan suatu Unit Eselon II mendapat Kegiatan tersendiri.
3. Pemetaan Program/Kegiatan
Berdasarkan data‐data butir 2 tersebut di atas maka, K/L
melakukan transformasi melalui pemetaan (mapping) program,
kegiatan, sub‐subkegiatan, dan grup akun dalam
program/kegiatan hasil restrukturisasi dengan cara sebagai
berikut:
a. Program‐program 2009 pada suatu Unit Eselon I
dimasukkan dalam program hasil restrukturisasi;
b. Kegiatan‐kegiatan 2009 dimasukkan dalam kegiatan hasil
restukturisasi dengan memperhatikan hal‐hal sebagai
berikut: