Anda di halaman 1dari 9

2.1.1.

Karakteristik motor induksi rotor sangkar tiga fasa

Konstruksi Motor Induksi

Motor induksi terdiri dari dua bagian yang utama yaitu, bagian yang

bergerak yang disebut rotor dan bagian yang diam yang disebut stator sebagai

kumparan jangkar.

Stator Motor Induksi

Inti stator terbuat dari lapis-lapis pelat baja beralur yang terletak dalam

rangka stator (rumah stator) dan rangka stator ini yang terbuat dari besi tuang.

Lilitan-lilitannya diletakkan dalam alur stator yang terpisah 120 derajat listrik.

Gambar 2.10

RUMAH STATOR SEBUAH MOTOR DIMANA TAMPAK

KUMPARAN DAN ALUR-ALURNYA


Sumber : Zahal, 1983, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, PT.
Gramedia, Jakarta, halaman 101.

2.1.1.1. Rotor Motor Induksi

Rotor motor induksi mempunyai dua bentuk :

a. Rotor dengan belitan (Wound Rotor), dimana kumparan rotor merupakan

belitan-belitan kawat konduktor yang dililitkan pada inti rotor. Untuk

motor tiga fasa, kumparan-kumparan rotor biasanya dihubungkan Y, dan

ujung-ujungnya dihubungkan pada cincin-cincin geser yang melekat

pada poros, melalui cincin-cincin geser ini, kumparan rotor dapat

dihubungkan dengan tahanan luar atau dihubungkan singkat.

Gambar 2.11a menunjukkan motor induksi jenis rotor sangkar bajing.

Sedang gambar 2.11b menunjukkan motor induksi jenis rotor belitan.

b. Rotor Sangkar bajing (Squirrel Cage Rotor), dimana kumparan rotor

merupakan batang-batang konduktor yang kedua ujungnya dihubung


singkat masing-masing oleh sebuah cincin, sehingga bentuknya

menyerupai sangkar bajing.

Gambar 2.11

ROTOR BELITAN DAN ROTOR SANGKAR

Sumber : Zuhal, 1983, Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, PT.
Gramedia, Jakarta, halaman 101.

Motor-motor induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage) mempunyai tiga

macam bentuk rotor, yaitu :

1) Rotor dengan ukuran alur (slot) yang normal.

Struktur alur macam kurung normal diperlihatkan pada gambar 2.12a,

macam bentuk ini biasanya dipakai untuk motor dengan kapasitas kecil, dengan

arus start sekitar 5 sampai 7 kali arus nominal.

2) Rotor dengan alur yang diperdalam (deep bar rotor)

Struktur alur tipe alur dalam, batang-batang konduktor merupakan batang-

batang yang berpenampang empat persegi panjang, kedalaman alurnya 10


sampai 12 kali ukuran lebarnya. Struktur rotor alur dalam dapat dilihat pada

gambar 2.12b.

3) Rotor sangkar tupai rangkap (double squirrel cage rotor)

Rotor sangkar rangkap mempunyai rotor luar dan dalam. Rotor luar dibuat

dari bahan yang mempunyai tahanan besar, induktansi kecil (contoh :

aluminium, kuningan, perunggu). Rotor dalam dibuat dari bahan yang

mempunyai tahanan kecil, induksi besar (contoh : tembaga)

Cara lain untuk mendapatkan tahanan yang berbeda adalah dengan

membuat diameter yang berbeda, diameter rotor luar dengan kawat kecil

sedangkan rotor dalam dibuat dengan diameter yang lebih besar tipe rotor

sangkar rangkap dapat dilihat pada gambar 2.12.


Gambar 2.12

STRUKTUR MACAM-MACAM ROTOR SANGKAR DARI MOTOR


INDUKSI

Keterangan gambar :
a) Alur rotor kurung biasa
b) Alur rotor kurung dalam
c) Alur rotor kurung ragkap

Sumber : Soelaiman, Prof. Ts. MHD, Mabuchi Magarisawa, 1984, Motor Tak
Serempak Dalam Praktek, Jakarta, halaman 119

Karakteristik perputaran kopel dari motor induksi rotor sangkar tiga fasa

dapat dilihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14
Karakteristik Perputaran Kopel Dari Motor Induksi Rotor Sangkar Tiga Fasa
Sumber : Soelaiman, Prof. Ts. MHD, Mabuchi Magarisawa, 1984, Motor Tak
Serempak Dalam Praktek, Jakarta, halaman 118

Dari gambar 2.14 dapat dilihat, kopel asut Ts adalah kopel yang tersedia saat

motor mulai berputar dari posisi diam. Kopel beban penuh T adalah kopel yang

dihasilkan bila motor berjalan pada keluaran nominal, dan perputaran motor pada

kopel itu disebut perputaran nominal. Nilai maksimum dari kopel dalam hal ini

disebut kopel pengunci Tm.

Macam-macam struktur motor induksi rotor sangkar tiga fasa mempunyai

karakteristik perputaran kopel menurut struktur rotornya, dan dikelompokkan

sebagai berikut :

1) Motor induksi rotor sangkar klas A

Struktur alur dari rotor diperlihatkan pada gambar 2.13a. Sedangkan

karakteristik perputaran kopelnya diperlihatkan oleh kurva A dalam gambar 2.15

kopel asut sekitar 125 sampai 175% dari kopel nominal dengan arus asut sekitar

5 sampai 7 kali arus nominalnya. Penerapan klas A sesuai untuk beban dengan

perputaran konstan dengan pengasutan pada kopel rendah seperti : blower,

pompa sentrifugal, kipas angin.

2) Motor rotor sangkar klas B

Rotor lebih dalam dari lebarnya seperti terlihat pada gambar 2.13b,

sedangkan karakteristik perputaran kopelnya dapat dilihat pada gambar 2.15


pada kurva B. Kopel asut sekitar 125 sampai 175% dari kopel nominal dengan

arus asut sekitar 4,5 sampai 5 kali arus nominal. Kopel pengunci lebih kecil dari

pada kelas A. penerapannya sama dengan motor rotor sangkar dengan alur biasa

(normal).

3) Motor rotor sangkar klas C

Alur (slot) rotor menggunakan rotor rangkap (double squarrel cage)

dengan konduktor hambatan rendah terbuat dari tembaga dan aluminium.

Karakteristik perputaran kopelnya terlihat pada gambar 2.15 pada kurva C. kopel

awal 200 sampai 250 % dari kopel nominal dengan arus asut 4,5 sampai 5 kali

arus nominal. Sedangkan kopel pengunci lebih kecil dari kelas A dan B.

penerapan macam ini sesuai untuk beban perputaran konstan yang memerlukan

kopel asut besar seperti kompresor, pompa torak, konveyor.

4) Motor rotor sangkar klas D

Struktur alur rotor sangkar kelas D sama dengan struktur alur klas C, akan

tetapi untuk konduktor dipakai konduktor hambatan besar. Karakteristik kopel

perputaran diperlihatkan oleh kurva D pada gambar 2.15 kopel asut 250 sampai

300 % dari kopel nominal. Akan tetapi kopel penguncinya kecil. Penerapan

motor rotor sangkar kelas D sesuai untuk beban dimana energi tersimpan dalam

roda gila seperti mesin gunting, alat pres, elevator.

Gambar 2.15

KARAKTERISTIK KECEPATAN – KOPEL DARI MOTOR INDUKSI


KLAS A, B, C, D

Sumber : Sumanto, Drs. MA, 1989, Motor AC, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, halaman
102.

2.1.2. Karakteristik kopel motor-beban untuk kerja stabil

Pengemudian yang cocok untuk suatu beban dibutuhkan informasi yang


lengkap tentang kebutuhan beban tersebut. Sifat dan karakteristik motor penggerak
harus sesuai dengan karakteristik bebannya.
Suatu sistem akan memiliki suatu kestabilan bila :
∂T m ∂T L
>
∂n ∂n

Dimana Tm adalah kopel yang dihasilkan oleh motor.

Hubungan antara karakteristik motor dan karakteristik beban dapat dilihat

pada gambar 2.20.

Gambar 2.20
Hubungan Antara Karakteristik Motor Dan Beban

Misalkan motor dengan karakteristik 1 menggerakkan mekanisme beban

dengan karakteristik 2, maka diperoleh titik kerja A, yaitu pada kedudukan T n, nn.

Bila karena suatu hal, putaran motor turun dari nn ke n1, maka torsi motor akan naik

ke Tm.1 dan torsi beban turun T1.1 sehingga terjadi percepatan dan n naik lagi

sehingga kembali ke kedudukan nn. Sedangkan bila kecepatan naik dari nn ke n2,

maka torsi motor akan turun mencapai Tm.2, sedangkan torsi beban naik T1.2

sehingga berarti beban semakin berat, maka Tm.2 < TL.2 sehingga terjadi perlambatan

dan kecepatan motor akan turun (mengalami pengereman), sehingga kembali dari n2

ke nn. Keadaan ini disebut keadaan stabil.

Anda mungkin juga menyukai