Motor induksi terdiri dari dua bagian yang utama yaitu, bagian yang
bergerak yang disebut rotor dan bagian yang diam yang disebut stator sebagai
kumparan jangkar.
Inti stator terbuat dari lapis-lapis pelat baja beralur yang terletak dalam
rangka stator (rumah stator) dan rangka stator ini yang terbuat dari besi tuang.
Lilitan-lilitannya diletakkan dalam alur stator yang terpisah 120 derajat listrik.
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Sumber : Zuhal, 1983, Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, PT.
Gramedia, Jakarta, halaman 101.
macam bentuk ini biasanya dipakai untuk motor dengan kapasitas kecil, dengan
gambar 2.12b.
Rotor sangkar rangkap mempunyai rotor luar dan dalam. Rotor luar dibuat
membuat diameter yang berbeda, diameter rotor luar dengan kawat kecil
sedangkan rotor dalam dibuat dengan diameter yang lebih besar tipe rotor
Keterangan gambar :
a) Alur rotor kurung biasa
b) Alur rotor kurung dalam
c) Alur rotor kurung ragkap
Sumber : Soelaiman, Prof. Ts. MHD, Mabuchi Magarisawa, 1984, Motor Tak
Serempak Dalam Praktek, Jakarta, halaman 119
Karakteristik perputaran kopel dari motor induksi rotor sangkar tiga fasa
Gambar 2.14
Karakteristik Perputaran Kopel Dari Motor Induksi Rotor Sangkar Tiga Fasa
Sumber : Soelaiman, Prof. Ts. MHD, Mabuchi Magarisawa, 1984, Motor Tak
Serempak Dalam Praktek, Jakarta, halaman 118
Dari gambar 2.14 dapat dilihat, kopel asut Ts adalah kopel yang tersedia saat
motor mulai berputar dari posisi diam. Kopel beban penuh T adalah kopel yang
dihasilkan bila motor berjalan pada keluaran nominal, dan perputaran motor pada
kopel itu disebut perputaran nominal. Nilai maksimum dari kopel dalam hal ini
sebagai berikut :
kopel asut sekitar 125 sampai 175% dari kopel nominal dengan arus asut sekitar
5 sampai 7 kali arus nominalnya. Penerapan klas A sesuai untuk beban dengan
Rotor lebih dalam dari lebarnya seperti terlihat pada gambar 2.13b,
arus asut sekitar 4,5 sampai 5 kali arus nominal. Kopel pengunci lebih kecil dari
pada kelas A. penerapannya sama dengan motor rotor sangkar dengan alur biasa
(normal).
Karakteristik perputaran kopelnya terlihat pada gambar 2.15 pada kurva C. kopel
awal 200 sampai 250 % dari kopel nominal dengan arus asut 4,5 sampai 5 kali
arus nominal. Sedangkan kopel pengunci lebih kecil dari kelas A dan B.
penerapan macam ini sesuai untuk beban perputaran konstan yang memerlukan
Struktur alur rotor sangkar kelas D sama dengan struktur alur klas C, akan
perputaran diperlihatkan oleh kurva D pada gambar 2.15 kopel asut 250 sampai
300 % dari kopel nominal. Akan tetapi kopel penguncinya kecil. Penerapan
motor rotor sangkar kelas D sesuai untuk beban dimana energi tersimpan dalam
Gambar 2.15
Sumber : Sumanto, Drs. MA, 1989, Motor AC, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, halaman
102.
Gambar 2.20
Hubungan Antara Karakteristik Motor Dan Beban
dengan karakteristik 2, maka diperoleh titik kerja A, yaitu pada kedudukan T n, nn.
Bila karena suatu hal, putaran motor turun dari nn ke n1, maka torsi motor akan naik
ke Tm.1 dan torsi beban turun T1.1 sehingga terjadi percepatan dan n naik lagi
sehingga kembali ke kedudukan nn. Sedangkan bila kecepatan naik dari nn ke n2,
maka torsi motor akan turun mencapai Tm.2, sedangkan torsi beban naik T1.2
sehingga berarti beban semakin berat, maka Tm.2 < TL.2 sehingga terjadi perlambatan
dan kecepatan motor akan turun (mengalami pengereman), sehingga kembali dari n2