Anda di halaman 1dari 9

PROFESI KEPENDIDIKAN

RESUME HUBUNGAN ANTARA SEKOLAH


DENGAN LINGKUNGAN MASYARAKAT
Dosen Pengampu : Purwaning Budi Lestari, S,Pd, M.Pd.

Nama :
Faisal Muhaidin 2181000220056

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
RESUME
“HUBUNGAN ANTARA SEKOLAH DENGAN LINGKUNGAN
MASYARAKAT”

A. Pengertian Hubungan Antara Sekolah dengan Lingkungan Masyarakat.


Sekolah sebagai lembaga sosial yang diselenggarakan dan dimiliki oleh
masyarakat, harus memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Sekolah mempunyai
kewajiban secara legal dan moral untuk selalu memberikan penerangan kepada
masyarakat tentang tujuan – tujuan, program – program, kebutuhan dan
keadaannya, dan sebaliknya sekolah harus mengetahui dengan jelas apa
kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakatnya. Secara etimologis “hubungan
masyarakat” diterjemahkan dari perkataan bahasa Inggris “public relation”, yang
berarti hubungan sekolah dengan masyarakat ialah sebagai hubungan timbal balik
antara suatu organisasi (sekolah) dengan masyarakatnya.

B. Faktor yang Mendukung Hubungan Antara Sekolah dengan Lingkungan


Masyarakat.
Kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat bisa berjalan baik apabila
di dukung oleh beberapa faktor. yaitu:
1. Adanya proram dan perencanaan yang sistematis.
2. Tersedia basis dokumentasi yang lengkap.
3. Tersedia tenaga ahli, terampil dan alat sarana serta dana yang memadai.
4. Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk meningkatkan
kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.

C. Fungsi Hubungan Sekolah dengan Lingkungan Masyarakat.


1) Menurut Atiyah, Fungsi humas bersifat melekat pada menajemen
organisasi/perusahaan, yaitu bagaimana humas menyelenggarakan
komunikasi dua arah atau timbal balik antara organisasi /lembaga yang
diwakilinya dengan publik, yang artinya peranan ini turut menentukan sukses
atau tidaknya misi, visi, dan tujuan bersama dari organisasi/lembaga tersebut.
2) Menurut Qoiman, menyatakan bahwa fungsi humas dalam pendidikan adalah
sebagai berikut :
a. Mengembangkan pengertian masyarakat tentang semua aspek
pelaksanaan program pendidikan di sekolah.
b. Untuk dapat menetapkan apa harapan-harapannya mengenai tujuan
pendidikan di sekolah dan bagaimana harapan para masyarakat terhadap
lembaga/sekolah.
c. Untuk mendapatkan bantuan secukupnya dari para masyarakat kepada
lembaganya, baik material, finansial maupun moril.
d. Menimbulkan rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap kualitas
pendidikan.

D. Tujuan Utama Program HUMAS dalam Suatu Lembaga Pendidikan.


Membangun dan memelihara kerja sama yang positif antara lembaga
lembaga pendidikan dengan masyarakat yang terkait. Pelaksanaan program
humas diarahkan untuk membangun kegiatan humas secara internal dan
secara eksternal . dengan demikian tujuan dari program humas juga dapat
dilihat baik secara internal maupun eksternal.

HASIL DISKUSI

Dari pertanyaan yang telah dilontarkan dari forum diskusi, yaitu :

1. Ya, Ada kendala dalam pelaksanaan hubungan sekolah dengan


lingkungan masyarakat. Melibatkan orangtua murid dan masyarakat
untuk mendukung dan terlibat secara optimal dalam berbagai kegiatan
sekolah bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Apalagi kalau orangtua
murid dan masyarakat tersebut memiliki tujuan, harapan dan
kepentingan masing-masing yang kadang sangat bervariasi. Banyak
kendala atau hambatan yang ditemui dalam menyatukan harapan dan
kepentingan tersebut.

Menurut Suriansyah, dalam praktiknya hubungan sekolah dengan


masyarakat dalam rangka menigkatkan keterlibatan atau partisipasi
orangtua murid/keluarga dalam pendidikan di sekolah ditemui sejumlah
hambatan. Hambatan-hambatan ini dapat bersumber dari persepektif
guru dan kepala sekolah sebagai pelaksana hubungan maupun dari pihak
masyarakat sebagai subjek yang diajak untuk terlibat langsung dalam
berbagai kegiatan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.

Grant dan Ray menyatakan ada sejumlah hambatan yang ditemui


dalam membangun keterlibatan keluarga di sekolah mencakup aspek :
economics, self efficacy, intergeneration, time demand, cultural norms
and value class room culture and past experience.

a. Economics (lack of money and transportation) ekonomi


(kekurangan uang dan transportasi).
Orangtua murid/keluarga yang memiliki tingkat ekonomi masih
rendah sering disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kesibukan ini
menyebabkan mereka cenderung sulit untuk berpartisipasi/terlibat
aktif dalam berbagai kegiatan bersama sekolah.

b. Self-efficacy (lack of confident in ability to help, language


consideration)/ kebahagiaan sendiri (kurangnya percaya diri dalam
kemampuan untuk membantu, pertimbangan bahasa).
Hambatan ini berkaitan dengan kurangnya percaya diri dari
masyarakat atau orangtua murid akan kemampuan untuk membantu
sekolah, demikian juga dengan pihak sekolah sendiri sering muncul
perasaan ketidak percayaan akan kemampuan untuk mampu
membantu orangtua murid dalam mengatasi masalah-masalah
pendidikan anak di rumah, akibatnya hubungan klaboratif tidak
dilakukan secara optimal.

c. Intergenrational faktor (their parents uninvolved) /faktor


antargenerasi (orangtua mereka tidak terlibat).
Faktor ini merupakan salah satu faktor yang dapat mengganggu
terciptanya kemitraan dan keterlibatan orangtua murid dan
masyarakat terhadap pendidiakn di sekolah. Orangtua murid yang
usianya sangat tua atau tokoh masyarakat yang sudah sepuh
cenderung tidak mau terlibat banyak dalam berbagai kegiatan
kolaboratif, meskipun sebenarnya keterlibatan mereka sangat
dibutuhkan oleh sekolah. Sehingga sering sekolah tetap
menyantumkan nama tokoh dalam struktur tim atau komite tertentu
di sekolah tetapi sebenarnya mereka tidak bisa banyak berbuat di
sekolah.

d. Time demands (work related, child care, elder care) /faktor


tuntutan waktu yaitu yang berhubungan dengan pekerjaan,
perawatan anak, perawatan orangtua.
Faktor waktu merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan
bagi masyarakat dan orangtua murid untuk terlibat dalam berbagai
kegiatan kolaborasi untuk membantu sekolah. Lebih-lebih
masyarakat atau orangtua murid di pedesaan dengan pekerjaan
petani, lebih banyak waktu di sawah yang mengakibatkan tidak
memiliki waktu yang cukup dalam kegiatan kolaboratif atau
partisipasinya. Dlam kondisi seperti ini diperlukan kreativitas guru
dan kepala sekolah dalam melakukan manajemen hubungan
sekolah dengan masyarakat.

e. Culture norms and values (teacher as expert) /faktor norma dan


nilai budaya (guru sama dengan seorang ahli).
Faktor budaya yang melekat dan pandangan yang kuat seakan-akan
guru adalah seorang ahli (expert) sehingga memiliki kemampuan
untuk mengatasi segala masalah yang ada sudah sangat kuat.
Akibatnya, orangtua sering menyerahkan sepenuhnya keberhasilan
pendidikan anaknya kepada pihak sekolah, karena pihak sekolah
dianggap sebagai pihak yang memiliki kemampuan untuk
membentuk anak-anak mereka. Kepala sekolah perlu meyakinkan
guru dan orangtua murid serta masyarakat, bahwa sehebat apapun
guru dan sekolah tidak akan mampu membuat anak berprestasi luar
biasa tanpa dukungan orangtua murid dan masyarakat demikian
pula sebaliknya.

f. Classroom culture (not viewed as welcoming to parents) /faktor


budaya kelas yang tidak terbuka menyambut orangtua murid
sebagai tamu.
Keterbukaan sekolah dan kelas untuk partisipasi orangtua murid
dan masyarakat masih belum optimal. Ada keraguan pihak guru
dan sekolah akan keterlibatan optimal mereka, terkadang muncul
ketakutan kalau orangtua murid dan masyarakat melakukan
intervensi pada hal-hal teknis yang menjadi kewenangan guru.
Sekolah dan guru takut dicampuri tugas dan kewenangannya dan
takut sekolah justru menjadi bermasalah dengan keterlibatan
orangtua murid dan masyarakat secara optimal di sekolah.

g. Past experience (negatif experiences with school) /faktor


pengalaman masa lalu (pengalaman negatif dengan sekolah).
Sekolah sering memiliki pengaalaman negatif akibat keterlibatan
orangtua murid dan masyarakat terhadap sekolah. Hal ini
membawa dan mempengaruhi sekolah untuk enggan berbuat
banyak dalam membangun kemitraan yang optimal.

Sementara itu Grant dan Ray melihat dari perspektif hambatan


yang bersumber dari guru dalam rangka meningkatkan keterlibatan
keluarga, keterlibatan orangtua murid dan atau masyarakat di sekolah
adalah mencakup: Doubts about parent, perceived job limitations,
negative attitude, scheduling, curricular constrains, lack of confidence.

a) Doubts about parent (parent lack training, should not help with
learning) /keraguan tentang orangtua (orangtua kurang
pengetahuan, tidak mampu membantu belajar).
b) Perceived job limitations (teaching doesn’t involve working with
families) /adanya keterbatasan kerja (mengajar tidak melibatkan
bekerja dengan keluarga).
c) Negative attitude (prior negative experiences, biases about
families) /sikap negatif (pengalaman sebelumnya negatif, bisa
tentang keluarga).
d) Scheduling (classroom schedule inflexible, time conflicts with
parents) /penjadwalan (jadwal kelas tidak fleksibel, konflik waktu
dengan orangtua).
e) Curricular constraints (high stakes testing) kendala kurikuler.
f) Lack of confidence (fear of being judged by families)/ kurangnya
kepercayaan (takut dihakimi oleh keluarga).
Untuk mengatasi berbagai kendala pelaksanaanhubungan
kerjasama dengan orangtua murid/masyarakat dilihat dari faktor
orangtua, maka sekolah harus melakukan berbagai kegiatan.
Sehubungan dengan hal tersebut Asosiasi Orangtua Murid dan Guru
Amerika (PTA) telah membuat standar nasional yang sama dan juga
memungkinkan untuk pengembangan orangtua murid, yaitu :
1) Berkomunikasi antara rumah dan sekolah adalah reguler, dua arah,
dan bermakna.
2) Keterampilan orangtua ditingkatkan didukung.
3) Orangtua memainkan peran integral dalam membantu belajar siswa.
4) Orangtua diterima di sekolah dan dukungan serta bantuan mereka
dibutuhkan.
5) Orangtua adalah mitra penuh dalam pengambilan keputusan yang
mempengaruhi keluarga dan anak.
6) Sumber daya masyarakat yang digunakan untuk memperkuat
sekolah-sekolah, keluarga dan belajar siswa.

2. Terdapat hubungan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat itu


dapat digolongkan menjadi tiga jenis hubungan, yaitu sebagai berikut :
a. Hubungan edukatif, maksudnya adalah hubungan kerjasama dalam
mendidik, ini terjadi anta guru dan orang tua. Hal ini dimaksudkan
agar tidak terjadi perbedaan prinsip yang dapat mengakibatkan
keragu-raguan pendirian dan sikap pada diri peserta didik.
b. Hubungan kultural, ialah usaha kerjasama antara sekolah dengan
masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan
mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu
berada.
c. Hubungan institusional, ialah hubungan kerjasama antara sekolah
dengan lembag-lembaga atau instansi-instansi resmi lain, baik
swasta maupun pemerintah, seperti kerjasama antara sekolah
dengan sekolah lain, dengan kepala pemerintahan setempat,
jawatan penerangan, jawatan pertanian, perikan dan peternakan,
yang berkaitan dengan perbaikan dan perkembangan pendidikan
pada umumnya.

Iya, untuk mencapai tujuan kerjasama sekolah dengan masyarakat ada


beberapa prinsip sebagai pedoman untuk melaksanakannya, seperti
yang dikemukakan oleh Elsbree, adalah sebagai berikut :

a. Ketahuilah apa yang anda yakini.


b. Laksanakanlah program pendidikan dengan baik dan bersahabat
dengan masyarakat.
c. Ketahuilah masyarakat anda.
d. Adakan “survey” mengenai masyarakat didaerah tertentu.
e. Bahan-bahan dokumen.
f. Keanggotaan dalam organisasi masyarakat.
g. Adakan kunjungan ke rumah.
h. Layani masyarakat di daerah anda.
i. Doronglah masyarakat untuk melayani sekolah.

Sedangkan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam rangka


mengembangkan program hubungan sekolah dengan masyarakat dalam
manajemen sekolah, adalah sebagai berikut :

1) Keterpaduan (integrating), adalah keterkaitan antara kepala


sekolah, masyarakat dan keluarga yang merupakan satu kesatuan.
2) Berkesinambungan (continuiting), adalah suatu proses yang
berkembang terus menerus.
3) Menyeluruh (coverage), merupakan bahwa penyajian fakta-fakta
kepada masyarakat itu menyeluruh seluruh aspek.
4) Sederhana (symplicity), adalah bahwa informasi yang diberikan
secara sederhana, jelas, menimbulkan rasa suka, dan mudah
dimengerti.
5) Konstruktif (contructiveness), ialah bahwa informasi-informasi
itu dapat membentuk pendapat umum yang positif terhadap
sekolah.
6) Kesesuaian (adaptability), ialah hendaknya program sekolah itu
memerhatikan dan menyesuaikan dengan keadaan masyarakat
sekitarnya.
7) Luwes (flexibility), ialah program sekolah sewaktu-waktu mampu
menerima perubahan yang terjadi.

3. Hubungan sekolah dengan masyarakat mempunyai tanggung jawab yang


lebih besar, maksud dari tanggung jawab yang besar tersebut yaitu pihak
sekolah mempuyai tangung jawab untuk mewujudkan efektifitas dan
efisiensi pengelolaan sekolah dan meningkatkan produktifitas sekolah,
untuk mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua
sumber – sumber daya pendidikan yang tersedia disekolah.

Anda mungkin juga menyukai