Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
1442 H/2020 M
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa karena telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Sejarah Islam di Pakistan dan Ide Pembaharuan Muhammad Ali Jinnah.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Dosen pada Program Studi
Dirasat Islamiyah pada mata kuliah Sejarah Dunia Islam Modern di Universitas
Islam Negeri Alauddin Makasar. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca untuk mengetahui bagaimana ide
pembaharuan dari seorang tokoh Islam Muhammad Ali Jinnah di Pakistan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Prof.
Dr. Abd. Rahim Yunus, M. Ag dan bapak Prof. Dr. Muhammad Saleh Tajuddin,
M. A, Ph. D sebagai pengampu Mata Kuliah Sejarah Dunia Islam Modern. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
sejarah perkembangan Islam. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR……………………………………………………... ii
DAFTAR ISI………………………………………………………….......... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………….....…………………… 1
B. Rumusan Masalah…....…………………………………………....... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi dan Ide Pembaharuan Muhammad Ali Jinnah........................ 3
1. Kelahiran dan Pendidikannya …………………………………... 3
2. Pengalamannya …………………………………………………. 3
3. Ide Pembaharuan ……………………………………………….. 4
B. Sejarah terbentunya Negara Islam Pakistan ........................................ 5
1. Asal Usul Islam di India ………………………………………... 5
2. Islam dan Kekuatan politik di India ……………………………. 7
C. Perjuangan Politik Ali Jinnah dalam Pembentukan Negara Pakistan. 8
1. Perjuangan Politik Muhammad Ali Jinnah ………………… 8
2. Peradaban Islam di Pakistan ……………………………….. 11
3. Penomena Sosial Keagamaan di Pakistan dan Kontribusi
Peradaban ………………………………………………….. 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Volume 4, (Cetakan ketiga, Jakarta:
PT.Ichtiar Baru van Hoeve, 1994), h. 70.
2
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, h. 70.
3
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, h. 324
1
2
sampai akhir hayatnya, sejarah hidup dan perjuangannya banyak berkaitan dengan Liga
Muslimin dan perjuangan umat Islam India untuk menciptakan Negara Pakistan.4
Muhammad Ali Jinnah sebagai salah seorang tokoh pembaharu di India berhasil
memperjuangkan dan mewujudkan cita-cita Iqbal, yaitu terbentuknya Pakistan sebagai
suatu negara Islam. Sehubungan dengan itu, tidaklah mengherankan kalau Iqbal
dipandang sebagai Bapak Pakistan. Beliaulah yang pertama mengumumkan secara resmi
bahwa umat Islam India perlu adanya negara sendiri yang terpisah dari negara umat
Hindu. Pernyataan dan pengumuman tersebut disampaikan pada rapat tahunan Liga
Muslim pada tahun 1930.5
Muhammad Ali Jinnah berhasil mewujudkan cita-cita Iqbal, ini suatu langkah
yang memberi makna yang sangat dalam terhadap masayarakat Pakistan itu sendiri.
Keberhasilan itu tentunya melewati banyak rintangan, hambatan, tantangan dan
pengorbanan baik dari kalangan umat Islam itu sendiri maupun dari masyarakat yang
beragama Hindu yang sejak lama hidup serumpun. Untuk mengetahui problematika,
strategi dan langkah-langkah yang ditempuh oleh beliau dalam upaya mewujudkan ide
pembaharuannya dapat dilihat pada uraian mendatang.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah pokok dalam penulisan makalah ini adalah
bagaimana sejarah pembentukan Negara Islam Pakistan oleh Muhammad Ali Jinnah.
Untuk menjawab pokok masalah tersebut, pemakalahmenuangkan ke dalam butir-butir
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana ide Pembaharuan Muhammad Ali Jinnah ?
2. Bagaimana sejarah pembentukan Negara Islam Pakistan ?
3. Bagaimana Perjuangan politik Ali Jinnah dalam Pembentukan Negara Pakistan ?
4
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Cetakan kedua,
Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 195.
5
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 194.
BAB II
PEMBAHASAN
6
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, h. 322.
7
Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan (Cetakan kesatu, Bandung: Mizan,
1993), h. 190.
8
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, h. 322.
3
4
“…. India tidak akan diperintah oleh umat Hindu dan tidak pula oleh umat Islam, tetapi
India harus diperintah oleh rakyat India dalam arti diperintah oleh umat Islam dan
Hindu secara bersama-sama. Tuntutan kita adalah memindahkan kekuasaan ke tengah-
tengah rakyat India dalam waktu yang tidak begitu lama, dan merupakan prinsip
pembaharuan kita. (semangat nasionalisme).” 10
tujuan perjuangan Liga Muslimin selanjutnya. Jinnah mulai memperjelas haluan negara
Islam yang akan dibentuknya yaitu Pakistan. Menurutnya negara tersebut ialah sebuah
negara yang berada dibawah kekuasaan umat Islam, tetapi tidak melupakan peran serta
non-muslim dalam pemerintahan dengan menyesuaikan jumlah mereka di setiap daerah.
Pembentukan negara Islam (Pakistan) oleh Jinnah dan Liga Muslimin
mendapatkan dukungan umat Islam India. Nampak jelas terlihat dari hasil pemilu tahun
1946, Liga Muslimin memperoleh kemenangan mutlak di daerah-daerah yang nantinya
masuk menjadi bagian dari wilayah Pakistan. Kedudukan Jinnah dalam perundingan
dengan Inggris dan Partai Kongres Nasional India mengenai masa depan Islam semakin
kuat. Pada tahun 1947 Inggris mengeluarkan putusan untuk menyerahkan kedaulatan
kepada dua dewan konstitusi, satu untuk Pakistan dan satu untuk India. Pada tanggal 14
Agustus 1947 dewan konstitusi Pakistan dibuka dan pada tanggal 15 Agustus 1947
diresmikan. Muhammad Ali Jinnah diangkat menjadi Gubernur Jendral atau Pemimpin
besar bagi rakyat Pakistan. Pada hari itulah Pakistan lahir sebagai sebuah Negara umat
Islam yang merdeka baik dari Inggris ataupun India.
Secara sederhana, aktifitas politik Jinnah dapat dibagi dua tahap, yaitu sebagai
nasionalis untuk mewujudkan India merdeka, dan tahap kedua untuk mencapai negara
Muslim yang terpisah dari India yang dikenal kemudian dengan nama Pakistan.
Keberhasilan Jinnah mewujudkan impianya, menunjukkan bahwa keberhasilan Islam di
Pakistan adalah dengan jalur politik. Tokoh-tokoh Muslim India seperti Sir Ahmad Khan,
Sir Ameer Ali, Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah memiliki kesimpulan yang
sama bahwa umat Islam hanya dapat menjalankan agamanya dengan baik jika memiliki
tanah air sendiri. Akhirnya, berbuah hasil dengan kehadiran negara Republik Islam
Pakistan. Betapa tidak, Islam senantiasa menginspirasi dan menjadi ideologi yang harus
diwujudkan oleh umat Islam India, baik secara sosial, ekonomi, budaya dan politik
(negara Islam).
B. Sejarah terbentunya Negara Islam Pakistan
1. Asal Usul Islam di India
Menurut informasi dalam Ensiklopedi Islam disebutkan bahwa kaum Muslim di
masa pemerintahan Dinasti Umaiyah melakukan ekspansi ke daerah Sindi yang sekarang
Punjab. Ekspansi ini terjadi ketika raja al-Walid 1 (705-715) mengutus Muhammad bin
Qasim. Daerah tersebut diperintah oleh keluarga Brahmana (kasta tertinggi bagi
6
12
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, h. 71.
13
Jams Hantings, Ensiklopedia of Relegion and Ethics, Vol III (New York: Charlos scriboer’s
Sont, tt.), h.480.
14
Jams Hantings, Ensiklopedia of Relegion and Ethics, h. 480.
15
Jams Hantings, Ensiklopedia of Relegion and Ethics, h. 480.
16
John L. Esposito, Islam and Development and Sosioplitical Changes (Jakarta: Bulan Bintang,
1986), h. 216.
17
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 158.
18
Akbar S Ahmad, Discovering Islam, diterjemahkan oleh Nundig Ram dan Ramli Yaqub dengan
judul “Citra Muslim” (Jakara: Erlangga, 1992), h. 80-81.
7
bergerak melawan Kerajaan Mughal. Dalam pada itu berdiri juga kerajaan-kerajaan kecil,
sehingga Kerajaan Mughal semakin lama semakin kecil dan menurun kekuatannya.19
Daerah yang dahulu terletak di bawah kekuasaan Islam, kini jatuh ke tangan
bukan Islam. Di sini muncullah persoalan dar al-harb bagi daerah-daerah yang dikuasai
oleh non Muslim. Adapun daerah-daerah yang masih dikuasai oleh Islam disebut dar al-
Islam.20 Kategori daerah semacam ini jelas menunjukkan pemahaman umat Islam di
Kerajaan Mughal sangat memadai.
2. Islam dan Kekuatan politik di India
Negara Pakistan21 tidak dapat dilepaskan dari politik sebelum mencapai
kemerdekaannya pada tanggal 14 Agustus 1947. Rakyat Pakistan pada hakikatnya mereka
adalah orang-orang India yang Muslim. Menurut pandangan Iqbal, seorang penyair dan
filosof, di India terdapat dua umat besar, dan dalam pelaksanaan demokrasi Barat di
India, kenyataan ini harus diperhatikan.22 Tuntutan umat Islam untuk memperoleh
pemerintahan sendiri, di dalam atau di luar Kerajaan Inggris, adalah tuntutan yang wajar.
India pada hakekatnya tersusun dari dua bangsa, bangsa Islam dan bangsa Hindu. Umat
Islam India harus menuju pada pembentukan negara tersendiri dari negara Hindu di India.
Terinspirasi pandangan Iqbal, para politisi Muslim India telah berkesimpulan
bahwa orang-orang India dengan Muslim India adalah dua bangsa yang sangat sulit
disatukan akibat perbedaan budaya dan keyakinan. Umat Islam India sebagai minoritas
bakal tidak dapat melaksanakan ajaran Islam bila tetap berada dalam negara India di
dalamnya Inggris sedang berkuasa. Kehadiran Inggris di India, maka ada tiga golongan
yang saling berhadap-hadapan, yakni masyarakat Hindu, Muslim dan pemerintah kolonial
Inggris.
Berlatar pada kondisi Negara India seperti tersebut, Muhammad Ali Jinnah
seorang tokoh Pakistan menerjemahkan secara praktis ide Muhammad Iqbal. Negara
Pakistan yang muncul merupakan keberhasilan dari teori dua bangsa. 23 Legitimasi negara
Islam Pakistan adalah Islam. Sebenarnya konsep negara Islam Pakistan bersumber dari
19
Akbar S Ahmad, Discovering Islam, h. 80-81.
20
Akbar S Ahmad, Discovering Islam, h. 80-81.
21
Nama “Pakistan sendiri” telah diperkenalkan oleh seorang mahasiswa Islam India bernama
Khaudri Rahmat Ali di London, huruf P adalah Punjab, A menunjuk Afghan, K menunjuk Kashmir, S
menunjuk Sindi dan Tan menunjuk Balukhistan. 21 suci dan “tan” berati Negara. Lihat Taufik Adan Amal,
Islam Tantangan Modernitas, (Cetakan pertama, Bandung: Mizan, 1989), h. 46.
22
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 193-194.
23
Taufik Adan Amal, Islam Tantangan Modernitas, h. 46.
8
Muhammad Iqbal dalam sambutannya pada sidang tahunan Liga Muslim (Muslim league)
di akhir tahun 1930. Jinnah kemudian menerjemahkan gagasan Iqbal tersebut ke dalam
realitas praktis.24
Negara Pakistan adalah dambaan Iqbal yang ia mengatakan “saya ingin melihat
Punjab, daerah perbatasan Utara, Sindi dan Balukhistan bergabung menjadi satu negara”.
Di sinilah ide dan tujuan membentuk negara tersendiri diumumkan secara resmi dan
kemudian menjadi perjuangan nasional umat Islam India. Tidak mengherankan kalau
Iqbal dipandang sebagai bapak Pakistan. Tugas Jinnah ialah mewujudkan cita-cita negara
Pakistan sebagai kenyataan.25
C. Perjuangan Politik Muhammad Ali Jinnah dalam Pembentukan Negara Pakistan
1. Perjuangan Politik Muhammad Ali Jinnah
Seperti Iqbal dan rata-rata pemimpin kaum Muslim India lainnya, tidak terkecuali
Jinnah, pada mulanya mereka adalah pejuang yang gigih menuntut kemerdekaan bagi
India. Pada usia 30 tahun Jinnah menekuni politik dengan memasuki Partai Kongres,
meskipun sebenarnya Liga Muslim ketika itu telah terbentuk, namun ia tidak tertarik
kepada organiasi itu.
Empat tahun terjun politik, ia terpilih menjadi anggota Dewan Legislatif tertinggi
di India. Ini awal keparlemenan yang panjang bagi Jinnah, yang membuatnya dikenal di
Bombay; Di lembaga ini ia mulai berkenalan dengan politisi-politisi elit India seperti
Gopal Krishna, Gokhale dari Partai Kongres.26 Ketika Liga Muslim mengubah haluan
politiknya pada bulan Desember 1913 dan menerima ide pemerintahan nasional bagi
India sebagai tujuan perjuangan, Jinnah sebagai Muslim segera memasuki organisasi ini,
bahkan di tahun itu ia terpilih menjadi Presiden Liga Muslim. Pada tahun 1916 UUD
India menyatakan bahwa umat Islam India akan memperoleh daerah pemilihan terpisah
sebagai hasil perjanjian Locknow.27
Kepemimpinan Liga Muslim di bawah Jinnah mengalami perubahan signifikan ke
arah perjuangan memperoleh kebebasan. Dalam sidang tahuanan yang diadakan di
Bombai pada tahun 1936, Konstelasi Liga Muslim diperbaiki untuk membuat organisasi
lebih demokratis dan lebih hidup. Untuk pertama kalinya organisasi ini mengadakan
persiapan memperebutkan pemilu atas nama Liga Muslimin. Suatu badan pemilihan pusat
24
Taufik Adan Amal, Islam Tantangan Modernitas, h. 46.
25
Taufik Adan Amal, Islam Tantangan Modernitas, h. 46.
26
Tim Penyusun, Ensiklopedia umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1973), h. 598.
27
Erwin I J Rosental, IslamIn The Modern National State, h. 197.
9
28
A. h. Albiruni, Maker of Pakistan And modern Muslim India Lahore (Lahore: Muhammad
Ashraf, 1950), h. 196
29
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejaraah Pemikiran dan Gerakan, h. 196.
30
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejaraah Pemikiran dan Gerakan, h. 196.
31
Erwin I J Rosental, Islam In the Modern National State, h. 202.
10
sebuah resolusi yang terkenal dengan “Resolusi Lahore” atau “Resolusi Pakistan”.32
Forum secara aklamatis menyetujui pembentukan negara tersendiri untuk umat Islam
India sebagai arah perjuangan Liga Muslim dan negara yang dimaksud akan diberi nama
Pakistan, meskipun perincian mengenai Pakistan belumlah sempurna, baik mengenai
daerahnya maupun mengenai corak pemerintahannya.
Dikala Liga Muslim sudah mempunyai arah perjuangan yang jelas, maka
bertambah banyak sokongan dari umat Islam dan dengan demikian kedudukannya
bertambah kuat. Pemuka-pemuka Islam yang bergabung dengan partai kongres nasioal
India kehilangan pengaruh. Sebahagian menyebrang ke Liga Muslimin, sebahagian tetap
dipartai kongres seperti Abu Kalam Azad, bahkan sebagian lagi ada yang meninggalkan
medan politik. Organisasi-organisasi Islam India lain, pada akhirnya juga menyokong
Liga Muslimin dalam menuntut pembentukan Pakistan.
Partai kongres juga baru mulai melihat kekuatan Jinnah dan Liga muslim yang
dipimpinnya. Berlainan dengan masa lampau, sehingga organisasi umat Islam tidak bisa
diabaikan begitu saja. Ditahun 1944 diadakan perjumpaan antara Jinnah dan Ghandi
mengenai aksi bersama terhadap Inggris. Tetapi karena perbedaan faham tetang masa
depan India yang masih membutuhkan perjuangan berat, sekali lagi perundingan tidak
membawa hasil memuaskan.
Disisi lain nampak sokongan umat Islam India kepada Jinnah dan Liga Muslimin
bertambah kuat terbukti dari hasil pemilihan tahun 1946. Umpamanya di Assam, Liga
Muslimin memperoleh 31 dari 34 kursi dan di Sindi 29 dari 34 kursi. Di dewan pusat
(Centeral Assembly) seluruh kursi yang disediakan untuk golongan Islam diperoleh Liga
Muslimin. Oleh karena itu kedudukan Jinnah dalam perundingan dengan Inggris dan
partai kongres nasional India mengenai masa depan umat Islam di Inda bertambah kuat.
Pada tahun 1942 Inggris mengeluarkan janji akan memberikan kemerdekan pada
India sesudah perang Dunia II selesai. Pelaksananya akan dibicarakan mulai tahun 1945
mendatang. Akhirya pemerintah Inggris memutuskan untuk membentuk pemerintah
sementara yang terdiri atas orang-orang yang di tentukan Inggris sendiri. Jinnah
32
Salah seorang pelopornya adalah Maulvi Fazlul Haque. Bunyi resolusi tersebut adalah Umat
Islam India merupakan suatu bangsa. Kepentingan umat Islam India tidak bisa lagi dijamin melalui
perundingan dan penyatuan hasil perundingan dalam undang-undang dasar yang akan disusun. Kepentingan
umat Islam India bisa terjamin hanya melalui pembentukan negara tersendiri dan tepisah dari negara umat
Hindu di India. Umat Islam harus mempunyai tanah air sendiri yang terpisah dari umat Hindu dan tidak
akan menerima konstitusi yang tidak menyebutkan tuntutan ini. Lihat Dewan Redaksi/Penyusun
Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Vol 2 (Cetakan ketiga, Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1994), h.
323-324.
11
menentang usaha ini dan pemerintahan Inggris menunjuk Presiden partai kongres
Nasional India, Pandit Neru untuk menyusun pemerintahan sementara. Huru hara timbul
dan Jinnah diminta supaya turut dalam pemerintahan sementara itu. Jinnah menunjuk
lima pemimpin Liga muslim untuk turut serta dalam pemerintahan, tetapi huru hara tetap
tidak dapat diatasi.
Saat itu diputuskan untuk mengadakan sidang Dewan Konstitusi pada bulan
Desember 1946. Jinnah melihat bahwa suasana demikian belumlah kondusif untuk sidang
bisa diadakan dan karena itu diusulkan agar ditunda. Permintaanya tidak didengar dan
Jinnah mengeluarkan pernyataan boikot pada sidang dewan konstitusi pemerintah Inggris.
Inggris berjanji lagi akan menyerahkan kedaulatan sebelum Juni 1948 sebagai akibat dari
semakin menguatnya pengaruh Liga Muslim memperjuangkan kemerdekaan umat Islam
agar terpisah dari umat Hindu.
Meningginya suhu politik yang menelan korban jiwa, baik dari umat Islam
maupun Hindu membuat pemerintah Inggris tidak dapat lagi mengatasi kekacauan dalam
negara di India. Akhirnya, janji penyerahan kemerdekaan pada tahun 1948, ditunaikan
pada tahun 1947 tepatnya tanggal 14 Agustus 1947 Dewan Konstitusi Pakistan dibuka
dengan resmi dan keesok harinya 15 Agustus 1947 Pakistan lahir sebagai Negara bagi
umat Islam India.
2. Peradaban Islam di Pakistan
Setelah Pakistan berdiri sebagai sebuah negara berlandaskan ideologi Islam,
sehingga negara ini pun dalam sebuah konstitusinya diberi nama Republik Islam Pakistan.
Kendatipun identitas keislaman negara ini sempat dihilangkan oleh politisi Pakistan
menjadi Republik Pakistan. Terlepas dari sisi politik, geliat masyarakat Pakistan
menjalankan ajaran Islam sangat terasa.
Pada tahun 1962, di masa kepemimpinan Ayyub khan yang telah melakukan
kudeta militer, lahir konstitusi kedua yang berbeda dengan konstitusi pertama tahun 1956.
Perbedaan yang menonjol adalah dihilangkanya atribut Islam dari nama resmi republik
ini. Hal yang menonjol lainnya dari konstitusi Pakistan kedua adalah: (1) Mendirikan
Dewan Penasehat Ideologi Islam yang berfungsi memberi rekomendasi kepada
pemerintah; (2) Mendirikan Lembaga Penelitian Islam, yang berfungsi membantu umat
Islam membangun masyarakat atas dasar Islam.33
Secaraumum, Muslim Pakistan adalah sunni, hanya sekitar 10% rakyat Pakistan
33
Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara (jakarta: UI Press, 1993), h. 228.
12
yang menganut paham Syiah. Interaksi keduanya relatif cukup baik walaupun memang
ada beberapa perbedaan di antara mereka. Konflik antara Sunni dan Syiah kadang terjadi
karena sikap berlebihan mereka dalam mengunggulkan tokoh mereka.34
Pakistan yang terletak di Asia Selatan, masyarakatnya banyak yang menuntut ilmu
di Eropa, misalnya Muhammad Ali Jinnah dan Fazlurahman. Akibatnya, di Pakistan telah
terjadi pergumulan Islam yang cukup dinamis antara ulama tradisional, fundamentalis dan
kaum modernis. Ulama tradisional adalah mereka yang berislam secara normatif dan
tidak berafiliasi dengan politik, sedangkan Muslim fundamentalis adalah garis keras yang
berani menentang segala kebijakan pemerintah yang dinilai tidak sesuai dengan al-Quran
dan Sunnah. Padahal kaum modernis adalah mereka yang mengaktualkan ajaran Islam
berdasarkan tradisi keilmuan Barat.
Pada tahun 1971 terjadi perang saudara antara Pakistan Timur dengan Pakistan
Barat yang berujung pada terpisahnya Pakistan Timur menjadi sebuahnegara baru yaitu
Bangladesh. Di saat hiruk pikuknya kondisi ini, Ketua umum Partai Rakyat Pakistan yang
beraliran sekuler, Zulfikat Ali Bhuto terpilih menjadi Kepala Negara menggantikan Agha
Mohammad Yahya Khan. Bhuto membawa tawaran baru bagi pengembangan Negara
Islam Pakistan dengan mengombinasikan konsep Islam dengan sosialisme, khususnya
tentang persamaan dan keadilan sosial.35
Di pihak lain berkembang pemahaman di kalangan masyarakat yang menganggap
Islam adalah satu-satunya sarana yang mampu menimbulkan semangat persatuan antara
rakyat Pakistan yang memiliki perbedaan etnik, ideologi, bahasa dan keyakinan. Dalam
situasi seperti ini Bhuto berupaya memperlihatkan keislamannya, namun tetap saja
ditentang oleh kelompok agama.
Upaya anti Bhuto akhirnya menjadi sebuah gerakan perlindungan Ideologi
Pakistan serta keluarnya fatwa 113 ulama tentang paham sosialisme Bhuto. Sebagai
imbangannya Bhuto senantiasa memberi legitimasi agama terhadap segala kebijakan
politiknya. Bhuto setuju ketentuan yang tercantum dalam UUD 173 bahwa Presiden dan
Perdana Menteri harus beragama Islam dan penambahan naskah sumpah jabatan dengan
memberi kesaksian bahwa Muhammad adalah Nabi terakhir. Kemudian pada tahun 1974
Bhuto memenuhi tuntutan para ulama untuk menyatakan Ahmadiyah sebagai golongan
minoritas non muslim. Namun semua usaha ini tidak mengubah sikap kelompok-
34
Akbar S Ahmad, Discovering Islam, h. 64.
35
Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara, h. 229.
13
36
Dewan Redaksi/Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,h. 73.
14
berdasarkan pola Islam, maka akan merupakan langkah bunuh diri bagi kesejaheraan
ekonomi masyarakat dan sistem finansial negara, serta juga bertentangan dengan spirit
dan tujuan al-Quran dan Sunnah jika bunga bank dihapus.41
Pemberitaan ini telah membuat heboh umat Islam Pakistan dan kalangan ulama
pada khususnya. Dalam komprensi persnya, Ihtisyam al-Haq, pengikut al-Maududi
mengeritik keras pendidikan Barat Rahman.42 Demikianlah kalangan tradisonal dan
fundamentalis, mereka berpendapat bahwa bunga bank adalah riba, sekalipun pemerintah
mencantumkan dalam konstitusi kedua (1962) yang mengartikan riba itu sebagai usury
(rente) bukan interest.43
3. Penomena Sosial Keagamaan di Pakistan dan Kontribusi Peradaban.
Selain konflik antara kaum konservatif dan modernis dalam suasana politik dan
pemikiran, Pakistan juga diwarnai kehadiran jamaah tabligh. Kelompok ini berdiri pada
tahun 1926 di Mewat India oleh Maulana Muhammad Ilyas (1885-1944). Gerakan ini
berlatarbelakang sufisme sebagai penjelmaan ajaran syekh Waliyullah dan Ahmad
Syahid. Salah satu ciri khas ajaran jamaah tabligh adalah khutbah melalui khillah
(khuruj).
Fenomena pemikiran dan sosial dalam nuansa keagamaan di Pakistan memberi
pemahaman tentang semangat keislaman melalui jalur politik sebagaimana telah
diterangkan. Ideologi Islam dan logika politik telah berbaur dalam pencarian identitas
politik Islam dengan segala dinamikanya. Hal ini layak menjadi perhatian bagi dunia
Islam bahwa peradaban Islam di Pakistan sangat kuat harapan rakyat dan pemerintahnya
untuk menampilkan formulasi baru peradaban Islam.
Pertimbangan dalam upaya pembentukan Negara Islam Pakistan tidak hanya
berkiblat paa peradaban di Barat atau di Timur saja, melainkan yang terpening adalah
pembentukan masyarakat Islam Pakistan yang mengamalkan nilai-nilai Islam, bukan pada
soal negara Islam (Islamic country).
41
Taufik Adan Amal, Islam Tantangan Modernitas, h. 94.
42
Taufik Adan Amal, Islam Tantangan Modernitas, h. 94.
43
Taufik Adan Amal, Islam Tantangan Modernitas, h. 93.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad Ali Jinnah adalah seorang tokoh Pakistan yang fenomenal, dan
berkuasa sebagai pemimpin Pakistan selama kurang lebih satu tahun sebelum kemudian
meninggal dunia. Muhammad Ali Jinnah adalah tokoh pendiri Pakistan yang diberi gelar
Qaid al-Azam (Pemimpin Besar), yang ingin menyelamatkan umat muslim India dari
tekanan dan intimidasi umat Hindu di India, dengan mendirikan negara tersendiri bagi
umat muslim India yaitu Pakistan.
Sejarah terbentuknya Pakistan tidak lepas dari peran Sayyid Ahmad Khan dan
Muhammad Iqbal. Konsep pendirian Pakistan sebagai sebuah wilayah otonom pada
awalnya dirancang dan dipikirkan oleh Sayyid Ahmad Khan meskipun belum begitu jelas
bentuknya. Baru di tangan Iqbal konsep tentang Pakistan baru muncul. Pada akhirnya
negara baru bagi umat muslim India tersebut dapat terwujud di tangan Muhammad Ali
Jinnah.
Muhammad Ali Jinnah mewujudkan cita-citanya mendirikan negara tersendiri
bagi umat muslim India dimulai dari karir di dunia politik yang tergabung di dalam Liga
Muslimin. Beliau sampai akhir hayatnya banyak menghabiskan waktu berkiprah di Liga
Muslimin.Beberapa pengaruh dari perjuangan Muhammad Ali Jinnah dalam
pembentukan negara Pakistan. Pertama, membentuk Pakistan menjadi negara demokratis
modern, kedua, Negara demokratis modern yang ada di Barat menjadi contoh bagi
ketatanegaraan Muhammad Ali Jinnah. Ketiga, Ingin mengembangkan sistem
pemerintahan Pakistan seperti yang ada di Barat (Dewan Perwakilan Rakyat, Yudikatif,
Eksekutif, dan Legislatif). Pemisahan antara agama dan negara tetap menjadi corak
pemerintahan Muhammad Ali Jinnah. Keempat, Telah mengembangkan demokratis
Pakistan. Meskipun Muhammad Ali Jinnah cendrung menjalankan sistem pemerintahan
yang sekuler sehingga banyakdikecam oleh sebagian umat muslim Pakistan khususnya
dan negara-negara Islam pada umumnya, akan tetapi Jinnah juga berhak mendapatkan
penghargaan atas usahanya dalam memperjuangkan negara tersendiribagi umat muslim
India yaitu Pakistan.
B. Saran-saran
Opini masyarakat Pakistan hingga saat ini masih terpecah dalam penilaian
terhadap Muhammad Ali Jinnah.Satu sisi menghormati dan menyanjung sebagai
16
17
penyelamat umat Muslim India dari tekanan umat Hindu India sehingga dipandang
sebagai bapak bangsa atau pendiri Pakistan. Sementara disisi lain mengecam sebagai
seorang yang menjauhkan muslim Pakistan dari Islam yang murni, tidak menjadi dekat
dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Bagi kita, hendaknya dapat mengambil sikap bijaksana,
karena kontradiksi ini menjadi bagian dari sejarah Pakistan yang tidak mudah diurai dan
pahami.
Sebagai generasi penerus bangsa hendaknya kita tidak dengan mudah melupakan
sejarah. Dengan mengingat sejarah maka langkah kedepan akan menjadi lebih baik,
karena dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan penuh pertimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Akbar S. Discovering Islam, diterjemahkan oleh Nundig Ram dan Ramli Yaqub
dengan judul “ Citra Muslim”. Jakara: Erlangga, 1992.
Albiruni, A. h. Maker of Pakistan And modern Muslim India Lahore. Lahore: Muhammad
Ashraf, 1950.
Ali, Mukti. Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan. Cetakan kesatu. Bandung:
Mizan, 1993.
Amal, Taufik Adan. Islam Tantangan Modernitas. Cetakan pertama. Bandung: Mizan, 1989.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Volume 4. Cetakan ketiga. Jakarta:
PT.Ichtiar Baru van Hoeve, 1994.
Dewan Redaksi/Penyusun Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam, Vol 2. Cetakan ketiga.
Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1994.
Esposito, John L. Islam and Development and Sosioplitical. Jakarta: Bulan Bintang, 1986.
Hantings, Jams. Ensiklopedia of Relegion and Ethics. Vol III. New York: Charlos scriboer’s
Sont, tt.
Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Cetakan
kedua. Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
Rosental, Erwin I J. Islam In The Modern National State. London: Cambridge Univ State,
1965.
Syadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara. Jakarta: UI Press, 1993.
Tim Penyusun. Ensiklopedia umum. Yogyakarta: Kanisius, 1973.
18